You are on page 1of 20

FORENSIK

Forensik Kumpulan ilmu pengetahuan medis yang menunjang pelaksanaan penegak hukum
Cabang ilmu kedokteran yang menggunakan prinsip prinsip dan pengetahuan kedokteran
untuk membantu proses hukum, baik sipil maupun kriminal
Penggunaan pengetahuan& keterampilan di bidang kedokteran untuk kepentingan hukum
& peradilan
Hukum Kesehatan cabang ilmu yang mengatur ttg ketentuan ketentuan hukum yang
berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan
Perkara Pidana perkara yang menyangkut kepentingan & ketentraman masyarakat dimana
pihak yang berperkara adalah antara jaksa penuntut umum mewakili negara dengan tertuduh
Perkara Perdata perkara antar pribadi atau badan hukum yaitu antara penggugat dengan
tergugat.

VER (visum et repertum)


VER Laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah/janji yang
diterima pada waktu menerima jabatan dokter, memuat pemberitaan ttg segala hal(fakta) yang
dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh manusia (hidup atau mati) atau benda yang
berasal dari tubuh manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik
baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.
Makna VER dalam dalam staatsblad tahun 1937 no 350:
Setiap dokter yang telah disumpah eaktu menyelesaikan pendidikannya dapat membuat
ver
VER mempunyai daya bukti yang aah dalam perkara pidana
VER berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat dan ditemukan
Kedudukan atau nilai VER:
KUHP pasal 184, 186, 187
Pasal pasal lain:
KUHP 133, 134, 179
Jenis jenis VER:
1. Visum Untuk Orang Hidup: visum untuk korban luka luka karena kekerasan,
keracunan, perkosaan, psikiatri, dll
a. Visum Seketika: visum yang langsung diberikan setelah korban selesai diperiksa
b. Visum Sementara: visum yang diberikanpada korban yang masih dalam
perawatan, diperlukan untuk menentukan jenis kekerasan sehingga dapat
menahan tersangka atau sebagai petunjuk dalam introgasi tersangka dan belum
terdapat kesimpulan.
c. Visum Lanjutan: visum yang diberikan setelah korban sembuh atau meninggal
dan merupakan lanjutan dari visum sementara yang telah diberikan sebelumnya,
dan telah dibuat kesimpulan.
2. Visum jenazah
a. Pemeriksaan luar
b. Pemeriksaan luar+dalam
Bentuk dan susunan VER di Indonesia:
1. Pro Yustisia : dimaksudkan agar pembuat dan pemakai visum menyadari bahwa laporan
tersebut adalah untuk keadilan dan dianggap sama dengan kertas materai.
2. Pendahuluan : berisikan tentang siapa yang menerima, siapa yang siperiksa, saat
pemeriksaan (tanggal, hari, jam), dimana diperiksa, mengapa diperiksa, dan atas
permintaan siapa visum itu dibuat
3. Pemeriksaan: dokter melaporkan hasil pemeriksaannya secara objektif. Misal: luka
sayat(panjang luka sekian cm, lebar sekian cm, dalam sekian cm, pinggir rata, dsb)
disertai lampiran foto supaya pemakai visum lebih mudah memahami penjelasan yang
situlis dengan kata-kata dalam visum.
4. Kesimpulan: untuk menjelaskan kelainan yang terjadi pada korban menurut keahliannya.
Pada korban luka: penjelasan tentang jenis kekerasan, hubungan sebab dan akibat dari
kelainan, derajat kualifikasi luka.

5. Penutup: mengingatkan pembuat dan pemakain visum bahwa laporan tersebut dibuat
dengan sejujur jujurnya dan mengingat sumpah.

AUTOPSI
Autopsi Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan pendidikan, hukum dan
ilmu kesehatan.
Berdasarkan tujuannya, autopsi dibagi 3:
Autopsi Anatomi: dilakukan oleh mahasiswa FK untuk mengetahui susunan jarongan
dan organ tubuh.
Autopsi Klinik: menentukan sebab kematian pasti dari pasien yang dirawat di RS
Autopsi Forensik: membantu penegak hukum dalam menemukan peristiwa kematian
korban secara medis.
Sebab kematian: penyakit atau cedera yang langsung menyebabkan kematian
Cara kematian: kejadian yang menimbulkan penyebab kematian
Mekanisme kematian: perubahan fisiologis dan/atau biokimiawi yang ditimbulkan penyebab
kematian.
Petunjuk petunjuk autopsi forensik:
Pemeriksaan harus dilakukan pada siang hari
Dilakukan sedini mungkin
Pemeriksaan lengkap
Teliti
Hasil pemeriksaan segera disampaikan kepada penyidik
Persiapan sebelum autopsi:
Permintaan tertulis dari penyidik
Kepastian korban yang akan diperiksa
Persetujuan keluarga
Keterangan yang mendukung pemeriksaan
Ada 2 metode pembukaan rongga tubuh:
1. Insisi I: dimulai dibawah dagu di garis pertengahan tubuh sampai ke simfisis pubis,
dengan jalan membelokkan ke arsh kiri setentang pusat.
2. Insisi Y: dimulai dari pertengahan klavikula atau kira kira 4 cm dibawah acromion ke
procecus xiphoideus ke simfisis pubis dengan cara membelokkan irisan kearah kiri
setentang pusat.
Pada wanita: dimulai dari axilla ke prosesus xipoideus secara melengkung melalui bawah garis
mammae terus ke bawah dan sekitsr pusat ke simfisis pubis.
Modifikasi: insisi dimulai dari bawah sudut rahang bawah kanan dan kirike arah pertengahan
manu rium sterni, selanjutnya sama seperti insisi I.

Cara cara mengekuarkan organ dalam tubuh:


Teknik virchow: organ tubuh dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa
Teknik rokitansky: organ dilihat dan diperiksa dengan insisi organ secara insitu, baru
kemudian semua organ tubuh dikeluarkan dalam kumpulan organ (en block) untuk
diperiksa satu-persatu.
Teknik tetulle: organ organ leher, dada, diafragma, dan perut dikeluarkan sekaligus (en
masse) kemudian diletakkan diatas meja dengan permukaan paterior menghadap ke atas.
Teknik Gohn: organ tubuh dikeluarkan dalam 3 kumpulan organ, masing masing (1)
organ leher dan dada, (2) organ pencernaan bersama hati dan limpa, (3) organ urogenital.

TANATOLOGI
Tanatologi bagIan ilmu medokteran forensik yang mempelajari hal hal yang berkaitan dengan
kematian, yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi
kematian, dan faktor faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Manfaat tanatologi:
Menentukan hidup atau matinya korban
Memperkirakan lama kematian korban
Menetukan wajar atau tidaknya kematian korban
Kematian dapat dibagi 2:
Kematian somatik: kematian yang dinilai dari terhentinya sistem sirkulasi, respirasi dan
inervasi. Mati suri: sistem sirkulasi, respirasi dan inervasi masih bekerja pada batas basal
metabolik
Kematian molekuler: tahap ini, terjadi sesudah kematian somatik, dimana terjadinya
tidak serentak pada setiap jenis sel misal otak (4-5 menit), otot(3 jam), kornea mata (6
jam), sperma (24 jam)
Tanda tanda kematian molekuler:
1. Algor mortis (penurunan suhu), akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya
pengeluaran panas secara terus menerus.
Penentuan lama kematian (jam)= suhu tubuh (37 oC)- suhu rektal (saat diperiksa) +3
Dipengaruhi :
(1) perbedaan suhu mayat dan
(5) konstitusi tubuh,
lingkungan,
(6)aktivitas sebelum meninggal,
(2) suhu tubuh mayat saat mati,
(7) sebab kematian,
(3) aliran udara,
(8) pakaian tipis atau tebal,
(4) kelembapan udara,
(9) posisi tubuh.
2. Livor mortis (lebam mayat): bercak/ noda beaar merah kebiruan atau merah ungu
(livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumlukan eritrosit atau stagnansi
darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi.
Dapat terlihat -1 jam sesudah kematian dan menetap 6 jam seaudah kematian.
Mekanisme livor mortis:
(1) ekatravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar,
(2) kapiler sebagai bejana berhubungan,
(3) lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun,
(4) pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.
3. Rigor mortis (kaku mayat): kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang kadang disertai
dengan sedikit pemendekan serabut oto, yang terjadi setelah periode relaksasi
primer,ndisebabkan oleh perubahan kimiawi protein dalam serabut otot.
Mulai stelah 2-3 jam sesudah kematian, berlanjut sampai 8-12 jam dan hilang dalam 2436 jam.

Dipengaruhi oleh
(1) suhu,
(2) keadaan oto,
(3) umur
Keadaan keadaan yang mirip rigor mortis:
Heat stiffening
Cold stiffening
Cadaveric spasm: <4 jam, lokal, cepat hilang (kasus drowning, luka tembak)
4. Pembusukan, akibat proses degradasinjaringan terutama protein akibat autolisis dan
kerja bakteri pembusuk terutama clostridium welchii. Proses pembusukan terjadi stelah
24 jam kemudian.
Tanda tanda pembusukan:
(1) wajah dan bibir membengkak,
(9) pembuluh darah bawah kulit
(2) mata menonjol,
melebar,
(3) lidah terjulur,
(10) dinding perut prcah,
(4) lubang hidup dan mulut
(11)
skrotum
atau
vulva
mengeluarkan darah,
membengkak,
(5) lubang lainnya keluar isinya
(12) kuku terlepas,
seperti feses, isi lambung, dan partus,
(13) rambut terlepas,
(6) badan gembung,
(14) organ dalam membusuk, dan
(7)bula atau kulit ari terkelupas,
(15) ditemukan larva lalat.
(8) aborescent patterm/ marbling,
yaitu vena superfisial kulit berwarna
merah kehijauan,
Faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan:
1) Mikroorganisme
6) Sifat medium (air:udara:tanah=1:2:8)
2) Suhu optimal 21-37 oC
7) keadaan saat mati
3) Kelembapan
8) Penyebab kematian
4) Umur
9) Seks
5) Konstitusi tubuh
10)
11)
12) Modifikasi pembusukan:
Adiposene (lilin mayat): keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan
hodrogenasi pada jaringan lemak, oleh karena tesitinase, enzim yang dihasilkan oleh
clostridium welchii, dalam keadaan lembab membutuhkan waktu 1-3 minggu, untuk
perubahan seluruhnya but waktu 3-6 bulan bahkan 12 bulan. Tergantung kelembapan,
tempat, dan sukunsekitar. Keuntungan: dapat bertahan lama sehingga mayat akan mudah
dikenali.
Mumifikasi: terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan dengan cepat
sehingga dapat menghentikan proses pembusukan jaringan menjadi gelap, keras, dan
kering menyusutnya alat alat dalam tubuh tubuh menjadi lebih kecil dan ringan
identifikasi lebih mudah, dilakukan membutuhkan waktu 3 bulan atau lebih.

13) TRAUMA
14) Trauma: hilangnya kontinuitas dari jaringan
15) Klasifikasi trauma:
1. Berdasarkan etiologi
a. Trauma mekanik
i. Kekerasan tumpul: luka memar (bruise, contusion), luka lecet(abrasion),
luka robek (laceration),patah tulang (fracture), pergeseran sendi
(dislocation)
ii. Kekerasan tajam: luka sayat (incised wound), luka tusuk/tikam
(punctured wound), luka bacok (chopped wound)
iii. Luka tembak (firearm wound)
b. Luka termis
i. Temperatur panas: terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat
cramps), benda panas (luka bakar, scald)
ii. Temperatur dingin: terpapar dingin(hipotermia), efek lokal (frost bite).
c. Luka kimiawi: zat korosif, zat iritasi
d. Luka listrik, radiasi, ledakan dan petir
2. Berdasarkan derajat kualifikasi luka: ringan, sedang, berat
3. Berdasarkan medikolegal
a. Perbuatan sendirin(bunuh diri)
b. Perbuatan orang lain (pembunuhan)
c. Kecelakaan
d. Dibuat (fabricated)
4. Berdasarkan waktu kematian: antemortem, post mortem
16)
17) Trauma tumpul
Luka memar: perdarahan jaringan di bawah kulit atau di bawah permukaan organ akibat
pecahnya pembuluh darah kecil atau kapiler tanpa menyebabkan luka di permukaan kulit
atau membran mukosa.
18) Beda dengan lebam mayat:
Pinggir tidak rata
Pembengkakan (+)
Pada insisi luka, warna hematom tidak hilang, jika disiram air
Mikroskopis: infiltrasi sel darah merah dan putih
Luka lecet
19) Luka pada kulit yang superfisial dimana epidermis bersentuhan dengan benda yang
permukaannya kasar
Luka robek
20) Luka terbuka akibat trauma tumpul yang kuat. Ciri cirinya bentuk tidak teratur, pinggir
tidak rata, bengkak, sering kotor, perdarahan tidak banyak, terdapat jembatan jaringan
antara kedua tepi luka, rambut terbenam dalam luka, sering disertai memar dan luka lecet.
21) Perkiraan umur kuka: sangat baru, baru, beberspa hari, lebih dari beberapa hari.
Patah tulang
Tekanan/kompresi
22)
23)

24) Trauma tajam


Luka sayat: luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan
pinggir rata. Menimbulkan persarahan banyak, jarang disertai memar di pinggir luka,
semua jaringan otot, pembuluh darah, saraf dalam luka terputus, juga rambut, ukuran
lebar> ukuran dalam luka
Luka tikam: luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda tajam lainnya,
dimana ukuran dalam luka>lebar luka
o Dalamnya luka tidak menggambarkan panjangnya senjata, karena jarang sampai
pangkal.
o Lebar luka? Lebar pisau (karena tarikan kesamping waktu menikam dan menarik
pisau).
Luka bacok: Luka menganga yang lebar yang ditimbulkan oleh senjata tajam yang berat
dan diayunkan dengan tenaga, perdarahan sangat banyak dan sering mematikan.
Luka tangkis: terdapat di punggung tangan, jari tangan, siku, dan talapak tangan, dan
sering banyak karena mempertahankan tubuh dari serangan.
Luka percobaan: gambaran luka dangkal, tampak beberapa luka karena dilakukan
berulang, dengan letak hampir sejajar dan didapati satu luka yang dalam di daerah luka
percobaan atau di tempat lain yang fatal. Biasanya di leher dn pergelangan tangan dalam
karena tindakan bunuh diri.
25)
26) Pemeriksaan luka bertujuan untuk menentukan:
Jumlah luka
Bantuk aat
Lokasi luka
Derajat keparahan luka
Arah luka
Medikolegal luka
Ukuran luka
Luka antemortem atau post mortem
Jenis kekerasan

Dalam VER hanya dapat dinyatakan berat ringannya luka yang dialami, tidak dapat
ditentukan apakah karena penganiayaan atau tidak karena penganiayaan adalah istilah
hukum, yang dapat menentukannya ialah hakim.

Luka tembak luka yang disebabkan adanya penetrasi/persentuhan anak peluru


dengan tubuh.
Berdasarkan panjang laras, ada 2 jenis senjata api:
Laras pendek (genggam), misalnya pistol, revolver.
Laras panjang, misalnya senapan berburu

Bagian-bagian senjata api:


Laras
Peluru
Mesiu
Selongsong
Pegas pelatuk

Komponen-komponen yang keluar dari mulut laras:


Anak peluru menyebabkan terjadinya luka(luka masuk & keluar) dengan saluran luka
di dalam tubuh
Sisa mesiu yang tidak terbakar penyebaran tato disekitar luka masuk
Api dapat menimbulkan luka bakar
Asap dapat meninggalkan jelaga disekitar luka masuk
Gas menimbulkan akibat bila mulut laras menempel dengan jaringan tubuh, misal bila
dekat ke tulang, gas akan memantul kembali keluar, pecah seperti bintang (stellate)
Luka masuk (contusion ring) diameter luka menggambarkan kaliber peluru, arah dan
sudut kemiringan luka tembak dapat ditentukan dari bagian yang lebih lebar dan cincin
memar.

Jarak tembak;
1. Luka tembak tempel
Terjadi bila senjata menempel pada kulit luka masuk berbentuk bintang (stellate). Jejas
laras (+), gas(+), mesiu yang tidak terbakar (+), kadar Cb yang tinggi (+). Basanya pada
kasus bunuh diri, kejang mayat (+).
2. Luka tembak sangat dekat ( 15 cm)
Cincin memar (+), tanda-tanda luka bakar (+), jelaga (+), tato (+), disekitar luka masuk.
3. Luka tembak dekat (<70 cm)
Lubang luka (+), cincin memar (+), tato (+), biasa karena pembunuhan. Periksa pakaian
korban apakah terdapat materi, asap & tato di pakaian korban.
4. Luka tembak jauh (>70 cm)
Kelim tato (-), hanya ada luka masuk dan cincin memar.

Luka tembak keluar:


1. Luka masuk < luka keluar karena daya tembak peluru berkurang oleh adanya hamabtan
jaringan, shingga luka lebih besar, apalagi jika serpihan tulang ikut melukai.
2. Luka masuk = luka keluar, bila daya tembus peluru masih tinggi, dan hanya mengenai
jaringan lunak.
3. Luka masuk > luka keluar, bila daya tembus peluru sangat berkurang dan tenaga peluru
hanya cukup untuk menembus kulit.

Pemeriksaan luka tembak:


1. Bila memungkinkan, foto rontgen dulu untuk memastikan saluran luka, letak peluru, dan
arah pecahan tulang.
2. Bentuk luka dilukai teliti atau (foto close up)
3. Jumlah luka
4. Luka dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan sabun.

5. Saluran luka dan letak perdarahan


6. Cari anak peluru dan ambil hati-hati tanpa membuat goresan.
7. Luka masuk dieksisi dan disimpan dalam formalin 10% untuk pemeriksaan PA.

TENGGELAM
Tenggelam bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara masuk ke
dalam saluran pernapasan disebabkan tersumbat oleh cairan (tidak perlu harus terbenam
ke air).
Dapat terjadi pada orang yang tidak pandai berenang atau pandai berenang bila kehabisan
tenaga atau keadaan lain.
Proses Tenggelam:
Orang masuk ke air karena panik atau kelelahan sebagian air masuk ke mulut dan
saluran pernapasan Refleks batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara,
lagi, dengan berusaha menggapai ke permukaan lebih banyak air yang masuk
menggantikan udara terjadi berulang kali sehingga korban tenggelam proses
pembusukan terjadi setelah beberapa hari korban terapung kembali karena
berkumpulnya gas pembusukan bila gas telah keluar dari tubuh, korban kembali
tenggelam.

Tipe-tipe tenggelam:
1. Dry drowning: mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernapasasn, mungkin karena
spasme laring atau inhibisi vagal sehingga jantung berhenti berdenyut.
2. Wet drowning: di air tawar atau air asin
3. Immersion syndrome: karena masuk ke air dingin inhibisi vagal
4. Secondary drowning: mati sesudah dirawat akibat tenggelam karena kelainan paru
akibat tenggelam (infeksi/edema)

Air tawar: konsentrasi darah > air cairan di paru-paru masuk ke sirkulasi darah
hemodilusi diikuti hemolisis peningkatan volume darah. Kadar ion K , ion Na
beban jantung bertambah hipoksia dan fibrilasi ventrikel kematian akibat anoksia
otak.

Air laut lebih hipertonik menarik air dari pembuluh darah edema paru
hemokonsentrasi hipoksia dan kematian oleh karena edema paru.

Oleh karena itu sebab: kematian antara lain:


Asfiksia, karena spasme laring
Fibrilasi ventrikel karena tenggelam di air tawar.
Edema paru karena tenggelam di air asin
Inhibisi vagal karena refleks

Tanda tanda post mortem:


1. Pemeriksaan luar
a. Tanda-tanda asfiksia: sianosis pada kuku dan bibir

b.
c.
d.
e.

Mata merah karena perdarahan subkonjungtiva


Buih halus yang sukar pecah dimulut dan hidung
Lebam mayat lebih banyak dimuka, kepala dan leher.
Kejang mayat karena tangan memegang rumput atau kayu + korban masih hidup
saat masuk ke air
f. Lumpur di badan, tangan, di bawah kuku atau pakaian.
2. Pemeriksan dalam
a. Adanya lumur pasir halus dan benda asing lainnya dalam mulut dan saluran
nafas, lumen laring, trakea dan bronkus sampai ke cabang-cabang.
b. Buih halus yang mungkin bercampur dengan lumpur pada rongga mulut dan
saluran nafas.
c. Esofagus dan lambung busa terisi cairan sesuai dengan tempat dimana korban
tenggelam mungkin mengandung lumpur dan pasir.

HANGING
Jenis-jenis gantung diri:
a. Complete: tubuh tergantung di atas lantai
b. Partial : bagian dari tubuh masih menyentuh lantai

Jika dari letak jeratan:


a. Tipikal: letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping dan di depan
leher di atas jakun.
b. Atipikal: letak simpul bisa dimana saja selain tipikal

Pemeriksaan simpul: jenis, penjang, bahan yang dipakai, jenis simpul (hidup atau mati).
Simpul tidak boleh dibuka, tetapi dipotong dari luar simpul.

Sebab kematian:
a. Asfiksia karena tersumbatnya saluran nafas.
b. Kongesti vena perdarahan di otak
c. Iskemi serebral karena sumbatan pada arteri carotis dan arteri vertebralis
d. Syok vagal: tekanan pada sinus carotis jantung berhenti berdenyut
e. Fraktur/ dislokasi vertebra cervikalis 2 dan 3 judicial ahanging, korban jatuh
terhentak.

Tanda-tanda post mortem:


a. Pemeriksaan luar
a. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblique seperti V terbalik,
tidak bersambung, terletak dibagian atas leher, berwarna kecoklatan, kering
seperti kertas perkamen, kadang-kadang ada lecet dan vesikel di pinggir jeratan,
lebam mayat dipinggir atas jeratan (bila lama tergantung).
b. Letak simpul: dibagian yang tidak ada bekas jeratan. Bila bahan kecil dan keras.
(misalnya kawat), bekasnya dalam. Bila lembut dan lebar (misal selendang),
bekas tidak begitu jelas.
c. Leher bentuk memanjang karena lama tergantung, muka pucat, atau bengkak,
Tardieous spot tidak begitu jelas, lidah terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva
di salah satu sudut mulut, sianosis, kadang kadang ada tetesan urin, feses, dan
sperma.
d. Lebam mayat di kaki dan tangan bagian bawah (bila korban lama diturunkan)
atau di bagian depan/ belakang tubuh sesuai letak tubuh sesudah diturunkan (bila
cepat diturunkan)
b. Pemeriksaan dalam
a. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematom saluran nafas congested,
demikian juga paru dan organ dalam lainnya. Tardeous spot (+) di paru, jantung,
otak. Darah berwarna merah gelap, encer.
b. Patah tulang lidah
c. Robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line) pada tunika intima
arteri carotis interna.

Beda dengan strangulasi:


OBSERVASI
Motif
Tanda Asfiksia
Tanda Jeratan
Letak Jeratan

Bekas Tali

Lecet Setentang tali


Tali Perlawanan
Fraktur Laring dan
Trakea
Fraktur os Hyoid
Dislokasi Vertebra

Perdarahan
pada
Saluran Pernapasan

Air Ludah

Tardieus Spot
Muka

a.
b.
c.
d.

1.
2.
3.
4.

HANGING
Bunuh diri
Kurang jelas
Miting, tidak kontiniu
Antara dagu dan
laring
Keras, kering, coklat
tua
seperti
kulit
disarnak
Jarang
Tidak ada
Jarang

STRANGULASI
Pembunuhan
Jelas
Horizontal kontiniu
Dibawah tiroid

Lunak kemerahan

Umumnya ada
Sering ada
Sering

Sering
Ada pada judicial
hanging
Sangat jarang

Jarang
Jarang

Mengalir dari salah


satu sisi sudut mulut
Jarang
Pucat

Ada, bersama buih


dari
mulut
dan
hidung
Tidak ada

Sering
Sianosis
kongesti

dan

STRANGULASI
Strangulasi terhalangnya udara masuk ke saluran pernapasan akibat adanya tenaga dari
luar.
Tipe-tipe strangulasi:
Penjeratan dengan tali
Dicekik (manual strangulasi)
Ditekan dengan bahan selain tali
Mugging, leher ditekan dengan lutu/siku
Sebab kematian:
Asfiksia, karena saluran pernapasan tertutup
Kongesti vena
Iskemi otak, karena darah arteri tidak mengalir lagi ke otak
Refleks vagal

Tanda-tanda post mortem:


1. Pemeriksaan luar
a. Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan kontiniu di bawah atau
setentang cartilago tiroid, lecet di sekitar jeratan karena perlawanan korban,
kadang-kadang ada vesikel halus.
b. Warna bekas jeratan terlihat kemerahan keran tali segera dilepas atau longgar
setelah korban dijerat. Bila tetap terjerat dalam waktu lama, bisa didapati warna
bekas jeratan kecoklatan seperti kertas perkamen.
c. Tanda-tanda asfiksia lebih jelas karena korban memberi perlawanan dengan
menegangkan leher, sehingga proses kematian berlangsung lama
d. Muka terlihat bengkak dan membiru, mata malotot, lidah menjulur.
e. Tanda tanda perlawanan (+)
f. Bintik perdarahan pada kening, temporal dan kelopak dan bola mata lebih jelas
g. Bisa keluar feses dan urin
h. Kejang mayat (+) apakah ada benda yang digenggam (mis: rambut, robekan
baju)

2. Pemeriksaan dalam
a. Lebam di setentang dan sekitar penjeratan
b. Fraktur tulang cricoid dan tulang rawan trakea lainnya
c. Mukosa laring dan trakea menebal dan berwarna merah, kadang disertai
perdarahan kecil
d. Paru-paru congested dengan tanda-tanda perbendungan (Tradeous spot) dan
tanda-tanda perbendungan pada organ lain

Medikolegal umumnya pembunuhan, bisa juga karena bunuh diri, kecelakaan, dan
perilaku seks.

ASFIKSIA
Asfiksia kegagalan masuknay udara kedalam alveoli paru atau sebab-sebab lain yang
mengakibatkan persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau keduanya berkurang
sampai suatu tingkat tertentu dimana kehidupan tidak mungkin berlanjut biasanya
akan menyebabkan gagalnya 2 pilar kehidupan yang lain.

Tipe-tipe asfiksia (klinis anoksia):


a. Anoksia anoksik (anoxic anoxia) oksigen tidak dapat masuk ke dalam paru-paru
karena:
a. Tidak ada atau tidak cukup oksigen (suffocation)
b. Gambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas (mechanical asphixia)
b. Anoksia anemia (anemic anoxia) tidak cukup Hb untuk membawa oksigen.
c. Anoksia hambatan (stagnant anoxia) sirkulasi darah tidak lancar membawa oksigen
d. Anoksia jaringan (histotoxic anoxia) terjadi gangguan di dalam jaringan sehingga
tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif karena:
a. Ekstraseluler: keracunan sianida (enzim sitokrom oksidase)
b. Intraseluler: keracunan zat anestetik (permeabilitas sel)
c. Metabolik: Uremia
d. Substrat: hipoglikemia

Patofisiologi asfiksia:
Primer akibat langsung dari asfiksia kekurangan oksigen didapat di seluruh tubuh,
tidak bergantung pada tipe asfiksia (paling rentan sel-sel otak)
Sekunder berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh output
jantung gagal jantung. Ditemukan pada:
o Pembekapan
o Obstruksi jalan nafas
o Traumatik asfiksia
o Kegagalan pusat pernapasan

Gejala-gejala asfiksia: (berakhir dalam 3-5 menit. Bisa sampai 5-8 menit):
Stadium dispnea: gerakan pernapasan cepat dan dalam, wajah cemas, HR . Mata
menonjol, bibir kebiruan.
Stadium kejang: gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh tubuh. Kesadaran hilang
dengan cepat.
Stadium apnea: TD, RR, dilatasi pupil. Refleks hilang, otot-otot menjadi lemah.

DVI (Disaster Victim Identification)

DVI ada 5:
1. Initial Action at The Disaster Site
Tim Pendahulu (ketua tim DVI, ahli patologi forensik, petugas polisi) dikirim untuk
mengevaluasi:
a. Luas jangkauan bencana
f. Metode untuk menangani mayat
b. Perkiraan jumlah korban
g. Transportasi mayat
c. Keadaan mayat
h. Penyimpanan mayat
d. Durasi DVI
i. Kerusakan properti
e. Institusi medikolegal
j.
Langkah-langkah:
a. To secure (mengamankan)
b. To collect (mengumpulkan)
c. Documentation
d.
2. Collecting Post Mortem Data
Catat data-data berikut:
a. Dokumentasi goto jenazah korban
d. Pemeriksaan rontgen
b. Pemeriksaan fisik luar+dalam (jika
e. Pemeriksaan odontologi forensik
diperlukan)
f. Pemeriksaan DNA
c. Pemeriksaan sidik jari
g. Pemeriksaan antropologi forensik
h.
Primer: Sidik jari, profil gigi, DNA
Sekunder: Visual, Fotografi, Properti jenazah, medik-antropologi
a.
3. Collecting Ante Mortem Data
Catat data-data berikut:
a. Foto korban semasa hidup
e. Sampel DNA orang tua maupun
b. Interpretasi ciri-ciri spesifik jenazah
kerabat korban
c. Rekaman pemeriksaan gigi korban
f. Informasi-informasi lain seperti
d. Data sidik jari korban semasa hidup
pakaian terakhir yang dipakai
korban

g.
4. Reconciliation
Pembandingan data post mortem dengan data ante mortem
a.
5. Returning to The Family
Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik
kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan
Bila korban tidak teridentifikasi, data post mortem disimpan sampai ditemukan data
antemortem yang sesuai

You might also like