Professional Documents
Culture Documents
Forensik Kumpulan ilmu pengetahuan medis yang menunjang pelaksanaan penegak hukum
Cabang ilmu kedokteran yang menggunakan prinsip prinsip dan pengetahuan kedokteran
untuk membantu proses hukum, baik sipil maupun kriminal
Penggunaan pengetahuan& keterampilan di bidang kedokteran untuk kepentingan hukum
& peradilan
Hukum Kesehatan cabang ilmu yang mengatur ttg ketentuan ketentuan hukum yang
berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan
Perkara Pidana perkara yang menyangkut kepentingan & ketentraman masyarakat dimana
pihak yang berperkara adalah antara jaksa penuntut umum mewakili negara dengan tertuduh
Perkara Perdata perkara antar pribadi atau badan hukum yaitu antara penggugat dengan
tergugat.
5. Penutup: mengingatkan pembuat dan pemakain visum bahwa laporan tersebut dibuat
dengan sejujur jujurnya dan mengingat sumpah.
AUTOPSI
Autopsi Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan pendidikan, hukum dan
ilmu kesehatan.
Berdasarkan tujuannya, autopsi dibagi 3:
Autopsi Anatomi: dilakukan oleh mahasiswa FK untuk mengetahui susunan jarongan
dan organ tubuh.
Autopsi Klinik: menentukan sebab kematian pasti dari pasien yang dirawat di RS
Autopsi Forensik: membantu penegak hukum dalam menemukan peristiwa kematian
korban secara medis.
Sebab kematian: penyakit atau cedera yang langsung menyebabkan kematian
Cara kematian: kejadian yang menimbulkan penyebab kematian
Mekanisme kematian: perubahan fisiologis dan/atau biokimiawi yang ditimbulkan penyebab
kematian.
Petunjuk petunjuk autopsi forensik:
Pemeriksaan harus dilakukan pada siang hari
Dilakukan sedini mungkin
Pemeriksaan lengkap
Teliti
Hasil pemeriksaan segera disampaikan kepada penyidik
Persiapan sebelum autopsi:
Permintaan tertulis dari penyidik
Kepastian korban yang akan diperiksa
Persetujuan keluarga
Keterangan yang mendukung pemeriksaan
Ada 2 metode pembukaan rongga tubuh:
1. Insisi I: dimulai dibawah dagu di garis pertengahan tubuh sampai ke simfisis pubis,
dengan jalan membelokkan ke arsh kiri setentang pusat.
2. Insisi Y: dimulai dari pertengahan klavikula atau kira kira 4 cm dibawah acromion ke
procecus xiphoideus ke simfisis pubis dengan cara membelokkan irisan kearah kiri
setentang pusat.
Pada wanita: dimulai dari axilla ke prosesus xipoideus secara melengkung melalui bawah garis
mammae terus ke bawah dan sekitsr pusat ke simfisis pubis.
Modifikasi: insisi dimulai dari bawah sudut rahang bawah kanan dan kirike arah pertengahan
manu rium sterni, selanjutnya sama seperti insisi I.
TANATOLOGI
Tanatologi bagIan ilmu medokteran forensik yang mempelajari hal hal yang berkaitan dengan
kematian, yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi
kematian, dan faktor faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Manfaat tanatologi:
Menentukan hidup atau matinya korban
Memperkirakan lama kematian korban
Menetukan wajar atau tidaknya kematian korban
Kematian dapat dibagi 2:
Kematian somatik: kematian yang dinilai dari terhentinya sistem sirkulasi, respirasi dan
inervasi. Mati suri: sistem sirkulasi, respirasi dan inervasi masih bekerja pada batas basal
metabolik
Kematian molekuler: tahap ini, terjadi sesudah kematian somatik, dimana terjadinya
tidak serentak pada setiap jenis sel misal otak (4-5 menit), otot(3 jam), kornea mata (6
jam), sperma (24 jam)
Tanda tanda kematian molekuler:
1. Algor mortis (penurunan suhu), akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya
pengeluaran panas secara terus menerus.
Penentuan lama kematian (jam)= suhu tubuh (37 oC)- suhu rektal (saat diperiksa) +3
Dipengaruhi :
(1) perbedaan suhu mayat dan
(5) konstitusi tubuh,
lingkungan,
(6)aktivitas sebelum meninggal,
(2) suhu tubuh mayat saat mati,
(7) sebab kematian,
(3) aliran udara,
(8) pakaian tipis atau tebal,
(4) kelembapan udara,
(9) posisi tubuh.
2. Livor mortis (lebam mayat): bercak/ noda beaar merah kebiruan atau merah ungu
(livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumlukan eritrosit atau stagnansi
darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi.
Dapat terlihat -1 jam sesudah kematian dan menetap 6 jam seaudah kematian.
Mekanisme livor mortis:
(1) ekatravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar,
(2) kapiler sebagai bejana berhubungan,
(3) lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun,
(4) pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.
3. Rigor mortis (kaku mayat): kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang kadang disertai
dengan sedikit pemendekan serabut oto, yang terjadi setelah periode relaksasi
primer,ndisebabkan oleh perubahan kimiawi protein dalam serabut otot.
Mulai stelah 2-3 jam sesudah kematian, berlanjut sampai 8-12 jam dan hilang dalam 2436 jam.
Dipengaruhi oleh
(1) suhu,
(2) keadaan oto,
(3) umur
Keadaan keadaan yang mirip rigor mortis:
Heat stiffening
Cold stiffening
Cadaveric spasm: <4 jam, lokal, cepat hilang (kasus drowning, luka tembak)
4. Pembusukan, akibat proses degradasinjaringan terutama protein akibat autolisis dan
kerja bakteri pembusuk terutama clostridium welchii. Proses pembusukan terjadi stelah
24 jam kemudian.
Tanda tanda pembusukan:
(1) wajah dan bibir membengkak,
(9) pembuluh darah bawah kulit
(2) mata menonjol,
melebar,
(3) lidah terjulur,
(10) dinding perut prcah,
(4) lubang hidup dan mulut
(11)
skrotum
atau
vulva
mengeluarkan darah,
membengkak,
(5) lubang lainnya keluar isinya
(12) kuku terlepas,
seperti feses, isi lambung, dan partus,
(13) rambut terlepas,
(6) badan gembung,
(14) organ dalam membusuk, dan
(7)bula atau kulit ari terkelupas,
(15) ditemukan larva lalat.
(8) aborescent patterm/ marbling,
yaitu vena superfisial kulit berwarna
merah kehijauan,
Faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan:
1) Mikroorganisme
6) Sifat medium (air:udara:tanah=1:2:8)
2) Suhu optimal 21-37 oC
7) keadaan saat mati
3) Kelembapan
8) Penyebab kematian
4) Umur
9) Seks
5) Konstitusi tubuh
10)
11)
12) Modifikasi pembusukan:
Adiposene (lilin mayat): keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan
hodrogenasi pada jaringan lemak, oleh karena tesitinase, enzim yang dihasilkan oleh
clostridium welchii, dalam keadaan lembab membutuhkan waktu 1-3 minggu, untuk
perubahan seluruhnya but waktu 3-6 bulan bahkan 12 bulan. Tergantung kelembapan,
tempat, dan sukunsekitar. Keuntungan: dapat bertahan lama sehingga mayat akan mudah
dikenali.
Mumifikasi: terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan dengan cepat
sehingga dapat menghentikan proses pembusukan jaringan menjadi gelap, keras, dan
kering menyusutnya alat alat dalam tubuh tubuh menjadi lebih kecil dan ringan
identifikasi lebih mudah, dilakukan membutuhkan waktu 3 bulan atau lebih.
13) TRAUMA
14) Trauma: hilangnya kontinuitas dari jaringan
15) Klasifikasi trauma:
1. Berdasarkan etiologi
a. Trauma mekanik
i. Kekerasan tumpul: luka memar (bruise, contusion), luka lecet(abrasion),
luka robek (laceration),patah tulang (fracture), pergeseran sendi
(dislocation)
ii. Kekerasan tajam: luka sayat (incised wound), luka tusuk/tikam
(punctured wound), luka bacok (chopped wound)
iii. Luka tembak (firearm wound)
b. Luka termis
i. Temperatur panas: terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat
cramps), benda panas (luka bakar, scald)
ii. Temperatur dingin: terpapar dingin(hipotermia), efek lokal (frost bite).
c. Luka kimiawi: zat korosif, zat iritasi
d. Luka listrik, radiasi, ledakan dan petir
2. Berdasarkan derajat kualifikasi luka: ringan, sedang, berat
3. Berdasarkan medikolegal
a. Perbuatan sendirin(bunuh diri)
b. Perbuatan orang lain (pembunuhan)
c. Kecelakaan
d. Dibuat (fabricated)
4. Berdasarkan waktu kematian: antemortem, post mortem
16)
17) Trauma tumpul
Luka memar: perdarahan jaringan di bawah kulit atau di bawah permukaan organ akibat
pecahnya pembuluh darah kecil atau kapiler tanpa menyebabkan luka di permukaan kulit
atau membran mukosa.
18) Beda dengan lebam mayat:
Pinggir tidak rata
Pembengkakan (+)
Pada insisi luka, warna hematom tidak hilang, jika disiram air
Mikroskopis: infiltrasi sel darah merah dan putih
Luka lecet
19) Luka pada kulit yang superfisial dimana epidermis bersentuhan dengan benda yang
permukaannya kasar
Luka robek
20) Luka terbuka akibat trauma tumpul yang kuat. Ciri cirinya bentuk tidak teratur, pinggir
tidak rata, bengkak, sering kotor, perdarahan tidak banyak, terdapat jembatan jaringan
antara kedua tepi luka, rambut terbenam dalam luka, sering disertai memar dan luka lecet.
21) Perkiraan umur kuka: sangat baru, baru, beberspa hari, lebih dari beberapa hari.
Patah tulang
Tekanan/kompresi
22)
23)
Dalam VER hanya dapat dinyatakan berat ringannya luka yang dialami, tidak dapat
ditentukan apakah karena penganiayaan atau tidak karena penganiayaan adalah istilah
hukum, yang dapat menentukannya ialah hakim.
Jarak tembak;
1. Luka tembak tempel
Terjadi bila senjata menempel pada kulit luka masuk berbentuk bintang (stellate). Jejas
laras (+), gas(+), mesiu yang tidak terbakar (+), kadar Cb yang tinggi (+). Basanya pada
kasus bunuh diri, kejang mayat (+).
2. Luka tembak sangat dekat ( 15 cm)
Cincin memar (+), tanda-tanda luka bakar (+), jelaga (+), tato (+), disekitar luka masuk.
3. Luka tembak dekat (<70 cm)
Lubang luka (+), cincin memar (+), tato (+), biasa karena pembunuhan. Periksa pakaian
korban apakah terdapat materi, asap & tato di pakaian korban.
4. Luka tembak jauh (>70 cm)
Kelim tato (-), hanya ada luka masuk dan cincin memar.
TENGGELAM
Tenggelam bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya udara masuk ke
dalam saluran pernapasan disebabkan tersumbat oleh cairan (tidak perlu harus terbenam
ke air).
Dapat terjadi pada orang yang tidak pandai berenang atau pandai berenang bila kehabisan
tenaga atau keadaan lain.
Proses Tenggelam:
Orang masuk ke air karena panik atau kelelahan sebagian air masuk ke mulut dan
saluran pernapasan Refleks batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara,
lagi, dengan berusaha menggapai ke permukaan lebih banyak air yang masuk
menggantikan udara terjadi berulang kali sehingga korban tenggelam proses
pembusukan terjadi setelah beberapa hari korban terapung kembali karena
berkumpulnya gas pembusukan bila gas telah keluar dari tubuh, korban kembali
tenggelam.
Tipe-tipe tenggelam:
1. Dry drowning: mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernapasasn, mungkin karena
spasme laring atau inhibisi vagal sehingga jantung berhenti berdenyut.
2. Wet drowning: di air tawar atau air asin
3. Immersion syndrome: karena masuk ke air dingin inhibisi vagal
4. Secondary drowning: mati sesudah dirawat akibat tenggelam karena kelainan paru
akibat tenggelam (infeksi/edema)
Air tawar: konsentrasi darah > air cairan di paru-paru masuk ke sirkulasi darah
hemodilusi diikuti hemolisis peningkatan volume darah. Kadar ion K , ion Na
beban jantung bertambah hipoksia dan fibrilasi ventrikel kematian akibat anoksia
otak.
Air laut lebih hipertonik menarik air dari pembuluh darah edema paru
hemokonsentrasi hipoksia dan kematian oleh karena edema paru.
b.
c.
d.
e.
HANGING
Jenis-jenis gantung diri:
a. Complete: tubuh tergantung di atas lantai
b. Partial : bagian dari tubuh masih menyentuh lantai
Pemeriksaan simpul: jenis, penjang, bahan yang dipakai, jenis simpul (hidup atau mati).
Simpul tidak boleh dibuka, tetapi dipotong dari luar simpul.
Sebab kematian:
a. Asfiksia karena tersumbatnya saluran nafas.
b. Kongesti vena perdarahan di otak
c. Iskemi serebral karena sumbatan pada arteri carotis dan arteri vertebralis
d. Syok vagal: tekanan pada sinus carotis jantung berhenti berdenyut
e. Fraktur/ dislokasi vertebra cervikalis 2 dan 3 judicial ahanging, korban jatuh
terhentak.
Bekas Tali
Perdarahan
pada
Saluran Pernapasan
Air Ludah
Tardieus Spot
Muka
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
HANGING
Bunuh diri
Kurang jelas
Miting, tidak kontiniu
Antara dagu dan
laring
Keras, kering, coklat
tua
seperti
kulit
disarnak
Jarang
Tidak ada
Jarang
STRANGULASI
Pembunuhan
Jelas
Horizontal kontiniu
Dibawah tiroid
Lunak kemerahan
Umumnya ada
Sering ada
Sering
Sering
Ada pada judicial
hanging
Sangat jarang
Jarang
Jarang
Sering
Sianosis
kongesti
dan
STRANGULASI
Strangulasi terhalangnya udara masuk ke saluran pernapasan akibat adanya tenaga dari
luar.
Tipe-tipe strangulasi:
Penjeratan dengan tali
Dicekik (manual strangulasi)
Ditekan dengan bahan selain tali
Mugging, leher ditekan dengan lutu/siku
Sebab kematian:
Asfiksia, karena saluran pernapasan tertutup
Kongesti vena
Iskemi otak, karena darah arteri tidak mengalir lagi ke otak
Refleks vagal
2. Pemeriksaan dalam
a. Lebam di setentang dan sekitar penjeratan
b. Fraktur tulang cricoid dan tulang rawan trakea lainnya
c. Mukosa laring dan trakea menebal dan berwarna merah, kadang disertai
perdarahan kecil
d. Paru-paru congested dengan tanda-tanda perbendungan (Tradeous spot) dan
tanda-tanda perbendungan pada organ lain
Medikolegal umumnya pembunuhan, bisa juga karena bunuh diri, kecelakaan, dan
perilaku seks.
ASFIKSIA
Asfiksia kegagalan masuknay udara kedalam alveoli paru atau sebab-sebab lain yang
mengakibatkan persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau keduanya berkurang
sampai suatu tingkat tertentu dimana kehidupan tidak mungkin berlanjut biasanya
akan menyebabkan gagalnya 2 pilar kehidupan yang lain.
Patofisiologi asfiksia:
Primer akibat langsung dari asfiksia kekurangan oksigen didapat di seluruh tubuh,
tidak bergantung pada tipe asfiksia (paling rentan sel-sel otak)
Sekunder berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh output
jantung gagal jantung. Ditemukan pada:
o Pembekapan
o Obstruksi jalan nafas
o Traumatik asfiksia
o Kegagalan pusat pernapasan
Gejala-gejala asfiksia: (berakhir dalam 3-5 menit. Bisa sampai 5-8 menit):
Stadium dispnea: gerakan pernapasan cepat dan dalam, wajah cemas, HR . Mata
menonjol, bibir kebiruan.
Stadium kejang: gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh tubuh. Kesadaran hilang
dengan cepat.
Stadium apnea: TD, RR, dilatasi pupil. Refleks hilang, otot-otot menjadi lemah.
DVI ada 5:
1. Initial Action at The Disaster Site
Tim Pendahulu (ketua tim DVI, ahli patologi forensik, petugas polisi) dikirim untuk
mengevaluasi:
a. Luas jangkauan bencana
f. Metode untuk menangani mayat
b. Perkiraan jumlah korban
g. Transportasi mayat
c. Keadaan mayat
h. Penyimpanan mayat
d. Durasi DVI
i. Kerusakan properti
e. Institusi medikolegal
j.
Langkah-langkah:
a. To secure (mengamankan)
b. To collect (mengumpulkan)
c. Documentation
d.
2. Collecting Post Mortem Data
Catat data-data berikut:
a. Dokumentasi goto jenazah korban
d. Pemeriksaan rontgen
b. Pemeriksaan fisik luar+dalam (jika
e. Pemeriksaan odontologi forensik
diperlukan)
f. Pemeriksaan DNA
c. Pemeriksaan sidik jari
g. Pemeriksaan antropologi forensik
h.
Primer: Sidik jari, profil gigi, DNA
Sekunder: Visual, Fotografi, Properti jenazah, medik-antropologi
a.
3. Collecting Ante Mortem Data
Catat data-data berikut:
a. Foto korban semasa hidup
e. Sampel DNA orang tua maupun
b. Interpretasi ciri-ciri spesifik jenazah
kerabat korban
c. Rekaman pemeriksaan gigi korban
f. Informasi-informasi lain seperti
d. Data sidik jari korban semasa hidup
pakaian terakhir yang dipakai
korban
g.
4. Reconciliation
Pembandingan data post mortem dengan data ante mortem
a.
5. Returning to The Family
Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik
kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan
Bila korban tidak teridentifikasi, data post mortem disimpan sampai ditemukan data
antemortem yang sesuai