You are on page 1of 22

KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti kimia
atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan Keperawatan pada Anak, 2002; 131).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (Patofisiologi untuk Keperawatan, 2000;145).
B. Faktor Penyebab
1. Virus Hepatitis A
a. Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak
berselubung berukuran 27 nm.
b. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, dibawah oleh air dan makanan.
c. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan
sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
2. Virus Hepatitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki
ukuran 42 nm.
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut,
kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat
dan terapis respiratorik, staf dan klien dalam unit hemodialisis serta onkologi lakilaki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para
pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Virus Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari.
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B.
4. Virus Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.

b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki


kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia.
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari.
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Virus Hepatitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya 3236 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan
meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan
makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
C. Klasifikasi
1. Hepatitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang
buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi
padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus
hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat
secara intra vena.
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area
seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat
menyebabkan infeksi.
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di
India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.

ETIOLOGI
1. Virus
Metode

Type A
Fekal-oral

Type B
Parenteral

Type C
Parenteral

Type D
Parenteral

Type E
Fekal-

transmisi

melalui

seksual,

jarang

perinatal,

oral

orang lain

perinatal

seksual,

memerlukan

orang ke

koinfeksi

orang,

dengan type B

perinatal
Menyebar

Peningkatan

Sama

ikterik

luas, dapat

insiden kronis

dengan D

dan

berkem-bang

dan gagal hepar

asimto-

sampai kronis

akut
Melalui darah

Keparah-an

Tak

Parah

Sumber

matik
Darah,

Darah, saliva,

Terutama

virus

feces,

semen,

melalui darah

saliva

sekresi

Darah,
feces,
saliva

vagina
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.

D. Anatomi, Patofisiologi
a. Anatomi

Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada
manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua
sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200
1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan
bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat
oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah
posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak
langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare
area. Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan
organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamen :
1. Ligamentum falciformis :
Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd

dan terletak di antara

umbilicus dan diafragma.


2. Ligamentum teres hepatis (round ligament) :
Merupakan bagian

bawah lig. falciformis dan merupakan sisa-sisa

peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.


3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :
Merupakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor
lambung dan duodenum sblh prox ke hepar.Di dalam
Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus
turut membentuk tepi anterior

ligamentum ini terdapat

communis. Ligamen hepatoduodenale

dari Foramen Wislow.

4. Ligamentum Coronaria Anterior kika dan Lig coronaria posterior ki-ka:


Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5. Ligamentum triangularis ki-ka :
Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral
kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium,
dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan
pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar).
Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/5 tepat di bawah aerola mammae. Lig
falciformis membagi hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan
yang besar dan lobus kiri.

Secara mikroskopis hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut
kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke
dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempenganlempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang
disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian
tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel
fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui
oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar
tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan
selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli
tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari

vena-vena hepatika (vena yang

menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/TRIAD yaitu traktus portalis
yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari
vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid
setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus
yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi
akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih
besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.

Prognosis:
Hepatitis A
Hepatitis A adalah yang paling serius dari virus hepatitis yang umum. Akut (jangka pendek)
bentuk yang dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 6 bulan. Ia tidak
memiliki bentuk kronis. Kebanyakan orang yang memiliki hepatitis A sembuh sepenuhnya.
Setelah orang sembuh, mereka kebal terhadap virus hepatitis A.
Dalam kasus yang sangat jarang, hepatitis A dapat menyebabkan gagal hati (kegagalan hati
fulminan) tetapi ini biasanya terjadi pada orang yang sudah memiliki penyakit hati kronis
lainnya, seperti hepatitis B atau C.
Hepatitis B
Hepatitis B dapat memiliki bentuk akut atau kronis. Sebagian besar (95%) dari orang yang
terinfeksi hepatitis B sembuh dalam 6 bulan dan mengembangkan kekebalan terhadap virus.
Orang yang mengembangkan kekebalan tidak menular dan tidak dapat menularkan virus
kepada orang lain. Namun, bank darah tidak akan menerima sumbangan dari orang-orang
yang dites positif adanya antibodi HBV.
Sekitar 5% dari orang mengembangkan bentuk kronis hepatitis B. Orang yang memiliki
hepatitis B kronis tetap menular dan dianggap pembawa penyakit, bahkan jika mereka tidak
memiliki gejala apapun.
Kronis infeksi hepatitis B secara signifikan meningkatkan risiko kerusakan hati, termasuk
sirosis dan kanker hati. Bahkan, hepatitis B adalah penyebab utama kanker hati di seluruh
dunia. Penyakit hati, terutama kanker hati, adalah penyebab utama kematian pada orang
dengan hepatitis B kronis

Pasien dengan hepatitis B yang koinfeksi dengan hepatitis D dapat mengembangkan bentuk
yang lebih parah dari infeksi akut dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki
hepatitis B. Co-infeksi hepatitis B dan D meningkatkan risiko mengembangkan gagal hati
akut. Pasien dengan hepatitis B kronis yang mengembangkan hepatitis kronis juga D
menghadapi risiko tinggi untuk sirosis. Hepatitis D hanya terjadi pada orang yang sudah
terinfeksi hepatitis B.
Hepatitis C
Hepatitis C memiliki bentuk akut dan kronis tetapi kebanyakan orang (75 - 85%) yang
terinfeksi virus hepatitis C kronis mengembangkan kronis hepatitis C menimbulkan risiko
untuk sirosis, kanker hati, atau keduanya.
Sekitar 60 - 70% dari pasien dengan hepatitis C kronis akhirnya mengembangkan penyakit
hati kronis.
Sekitar 5 - 20% dari pasien dengan hepatitis C kronis mengembangkan sirosis selama
periode 20 - 30 tahun. Semakin lama pasien memiliki infeksi, semakin besar risikonya.
Pasien yang memiliki hepatitis C selama lebih dari 60 tahun memiliki kesempatan 70% dari
pengembangan sirosis.
Dari pasien ini, sekitar 4% akhirnya mengembangkan kanker hati. (Kanker hati jarang
berkembang tanpa kehadiran sirosis yang pertama.)
Sekitar 1 - 5% dari penderita hepatitis C kronis akhirnya mati dari sirosis atau kanker hati.
Pasien dengan hepatitis C kronis juga mungkin menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk
non-hati gangguan, termasuk:
Cryoglobulinemia (gangguan di mana gumpalan protein terbentuk dalam darah). Hal ini
dapat menyebabkan ruam kulit dan bisul, masalah ginjal, arthritis, dan sensasi (seperti
kesemutan atau nyeri) di tangan dan kaki. Orang-orang dengan gejala tersebut mungkin
memiliki kesulitan tertentu dengan interferon, yang dapat memiliki efek samping yang sama.
Porphyria cutanea tarda (gangguan yang menyebabkan perubahan warna kulit dan tekstur
dan kepekaan terhadap cahaya)
Diabetes tipe 2, khususnya di kalangan orang-orang muda dengan hepatitis C yang
kelebihan berat badan
Glomuerulonephritis, penyakit ginjal yang disebabkan oleh peradangan ginjal

Beberapa jenis limfoma (kanker dari sistem limfatik), seperti limfoma non-Hodgkin

Terapi
Sebaiknya lakukan perawatan sejak dini agar penderita dapat disembuhkan, karena semakin
lambat ditangani, virus akan semakin merusak hati dan bahkan menjadi kanker. Terkadang
karena tidak menampakkan gejala yang jelas, kebanyakan orang tidak menyadari kalau dalam
tubuhnya sudah berdiam virus hepatitis dan terlanjur hati sudah menjadi rusak parah.
Lakukan vaksinasi agar seseorang mendapatkan antibodi dari virus hepatitis A (VHA) dan
virus hepatitis B (VHB). Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksinasi untuk mencegahnya.
Walau seseorang belum terindikasi virus ini tetapi pemberian vaksin dapat mencegah virus
merusak hati karena gejala hepatitis bisa saja baru muncul puluhan tahun kemudian.
Pemberian vaksin khususnya perlu diberikan pada anak-anak karena kekebalan tubuh mereka
lebih lemah untuk membersihkan virus hepatitis dibandingkan orang dewasa.
Lakukan pencangkokkan hati jika hati sudah rusak parah. Tetapi, ini akan sulit karena donor
hati yang ada lebih sedikit dibandingkan daftar tunggu dari penderita yang membutuhkan
hati.
Penderita hepatitis seharusnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
agar tubuh mampu bertahan menghadapi virus ini dan mencegah jumlah virus semakin
banyak yang akan menggeroti kesehatan penderitanya.

KONSEP ASKEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEPATITIS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama

Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Agama

Suku/bangsa

Pendidikan

Tanggal Masuk RS

Diagnosa Medis

Status

Tanggal Pengkajian

No. MR

Identitas Penanggung Jawab


Nama

Umur

Jenis Kelamin

Agama

Suku/bangsa

Pekerjaan

Alamat

Hubungan dengan klien :


b. Keluhan Utama

Keluhan biasanya dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah,


sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning.

c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus ini biasanya
P : Disebabkan oleh infeksi virus pada hepar
Q : Klien merasakan nyeri seperti ditekan
R : Nyeri terjadi pada daerah abdomen sebelah kanan atas
S : Skala nyeri 3-4
T : Nyeri dirasakan saat beraktivitas
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berkaitan dengan penyakit
yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami
termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit
serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Riwayat Kebiasaan
1. Pola nutrisi
Biasanya pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terganggu akibat nafsu
makan menurun, mual dan muntah.
2. Pola aktivitas
-

Biasanya klien dapat melakukan aktivitas mandiri sebelumnya.

Klien mengalami imobilisasi, semua aktivitas dibantu keluarga

3. Pola pemeliharaan kesehatan


Biasanya semua kebutuhan kesehatan klien dibantu oleh keluarga dan
perawat.
4. Pola eleminasi

Biasanya mengalami perubahan.


e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Biasanya sedang
Kesadaran

: Biasanya Composmentis

Vital Sign

: Biasanya
TD : 110/70 mmHg
Pols : 88x/menit
Temp

: 36O C

RR : 22 x/menit
Pemeriksaan head to toe
Pada kasus ini biasanya :
1. Kepala
Rambut hitam, pendek, tidak terdapat lesi atau luka pada kepala.
2. Mata
Sklera tampak ikterik, konjungtiva anemis, klien tidak mengalami
gangguan penglihatan.
3. Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak tampak lesi dan serumen yang keluar
dari telinga klien, mampu mendengar dan tidak mengalami gangguan
fungsi pendengaran.
4. Hidung
Simetris, mukosa hidung kering.
5. Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada gangguan mengunyah pada organ oral
namun klien mengeluh mual muntah dan nafsu makan berkurang.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Tidak ada keluhan nyeri saat
menelan.
7. Thorax
Bentuk dada normo chest, tidak terdapat bekas lesi dan luka inspeksi,
dada kanan kiri seimbang.
8. Abdomen
Terdapat nyeri tekan pada abdomen sebelah kanan atas.
9. Ekstremitas

Gerak aktif, tidak terdapat lesi atau bekas luka.


f. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil yang Mengindikasikan Penyakit
1. Pemeriksaan Pigmen
Bilirubin serum, direk

: 0-0,3 mg/dl (0-5,1 mol/L)

Bilirubin serum, total

: 0-0,9 mg/dl (1,7-20,5 mol/L)

Bilirubin urin

: 0 (0)

Urobilinogen urin

: 0,05-2,5 mg/24 jam (o,09-4,23 mol/24

jam)
2. Pemeriksaan Protein
Protein total serum

: 7,0-7,5 g/dl (70-75 g/L)

Albumin serum

: 3,5-5,5 g/dl (35-55 g/dL)

Globulin serum

: 1,5-3,0 g/dl (15-30 g/L)

Elektroforesis protein serum

: 3,2-5,6 g/dl (32-56 g/L)

Albumin
1-Globulin

: 0,1-0,4 g/dl (1-4 g/L)

2-Globulin

: 0,4-1,2 g/dl (4-12 g/L)

-Globulin

: 0,5-1,1 g/dl (5-11 g/L)

-Globulin

: 0,5-1,6 g/dl (5-16 g/L)

Rasio albumin/globulin (A/G): A>G atau 1,5:1-2,5:1


3. Pemeriksaan Serum Transferase atau Transaminase
AST atau SGOT

: 10-40 unit (4,8-19 U/L)

ALT atau SGP

: 5-35 unit (2,4-17 U/L)

LDH

: 165-400 unit (80-192 U/L)

Amonia serum

: 20-120 g/dl (11,1-67,0 mol/L)

4. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen abdomen
Pemindaian hati dengan preparat technetium, emas atau rose bengal
yang berlabel radioaktif
Arteriografi pembuluh darah seliaka (celiac axis)

Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel
perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan
kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat
bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat
permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan
sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker
hati.

PATOFISIOLOGI HEPATITIS
Faktor resiko higiene dan
sanitasi buruk
Rentan terhadap infeksi
virus hepatitis
Invasi virus ke dalam tubuh
Masuk sirkulasi
Masuk dalam aliran
vena hepatikus
Virus berkembang biak
dalam sel hati
Kerusakan hepar Proses peradangan sel hati
Produksi garam
empedu

Kerusakan jaringan
hepar

Terjadi imflamasi
sel hati

Pelepasan zat
proteolitik

Pembatasan aktivitas

Mengiritasi
duodenum

Merangsang
ujung saraf

Perubahan aktivitas
rutin

Impuls iritatif
ke otak

Ditransmisikan
ke korteks serebri
melalui talamus

Efek gravitasi
pada gerakan
feses

Gejala GI

Nyeri

Feses menjadi keras

Fungsi hepar
terganggu

Konstipasi

Suasana duodenum
menjadi asam

Rangsangan
medula oblongata
Mual, muntah

Gangguan metabolisme
KH, protein, dan lemak

Anoreksia

KH tidak dapat disimpan

Intake kurang

Energi yang dihasilkan


berkurang

Nutrisi kurang

Kelemahan
Defisit perawatan

Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul


a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
d. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
e. Resiko infeksi pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
kontak pada orang yang terinfeksi.
f. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
akumulasi garam empedu dalam jaringan.
h. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas.
i. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat.
j. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
k. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktivitas rutin.

Rencana Keperawatan
NO
1

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

Perubahan nutrisi kurang dari

Klien menunjukkan status nutrisi yang

kebutuhan tubuh berhubungan

adekuat.

dengan kegagalan masukan

Kriteria hasil NOC

metabolik, anoreksia, mual/muntah.

-Nafsu makan baik.

Ds : Klien mengatakan nafsu makan

-Tidak ada keluhan mual/muntah.

berkurang, muntah,

-Mengarah kepada BB normal

mual.
Do : -

INTERVENSI
1. Awasi keluhan

anoreksia, mual/muntah.

2. Awasi pemasukan
diet/jumlah kalori.

Klien hanya

Berikan makanan sedikit

menghabiskan sebagian

dalam frekuensi sering.

dari porsi diet RS.


-

Status nutrisi
Under Weight.
3. Lakukan perawatan
mulut sebelum makan.

4. Timbang berat badan.

5. Berikan obat vit. B


kompleks, vit C dan
tambahan diet lain
2

Resiko tinggi terhadap kekurangan

Klien akan menunjukkan status cairan

volume cairan berhubungan dengan

adekuat.

kehilangan yang berlebihan melalui

Kriteria hasil NOC

muntah.

-Tanda tanda vital stabil :

Ds : Klien mengatakan nafsu makan

2. Kaji tanda vital, nadi


perifer, pengisian

: 85 100 x/mnt

kapiler, turgor kulit dan

Klien tampak pucat.

: 36 37

membran mukosa .

Peningkatan output cairan.

: 15 25 x/mnt

-Turgor kulit normal ( cepat kembali )


3

output

TD : 90/50 120/70 mmHg

berkurang, muntah, mual.


Do : -

sesuai indikasi.
1. Monitor intake dan

3. Berikan cairan IV
(biasanya glukosa),

Intoleransi aktivitas berhubungan

-Intake dan output seimbang.


Klien menunjukkan perbaikan terhadap

dengan kelemahan umum.

aktivitas.

ciptakan lingkungan

Ds : -

Klien mengatakan lemah.

Kriteria hasil NOC

yang tenang.

Klien berkata dalam

-Mengekspresikan pemahaman tentang

melakukan aktivitas berat

pentingnya perubahan tingkat

elektrolit.
1. Tingkatkan tirah baring,

dibantu oleh keluarga atau


perawat.
Do : -

aktivitas.
-Meningkatkan aktivitas yang

Klien terlihat lemah.

dilakukan sesuai dengan

Klien dalam melakukan

perkembangan kekuatan otot.

2. Tingkat aktivitas sesuai


toleransi.

aktivitas : diseka, berjalan


menuju kamar mandi selalu
dibantu keluarga atau
perawat.

3. Awasi kadar enzim


hepar.

Nyeri berhubungan dengan

Klien mengungkapkan nyeri

kerusakan jaringan hepar.

berkurang/teratasi

Ds : Klien mengatakan nyeri di

Kriteria hasil NOC

bagian perut sebelah kanan

-Tidak ada keluhan nyeri

atas.

-Ekspresi wajah ceria

Do : -

Terdapat nyeri tekan di

1. Kaji tingkat nyeri.

-Tanda tanda vital dalam batas

daerah perut sebelah kanan

normal

atas.

TD : 90 / 50 - 120 / 70 mmHg

Skala nyeri 3-4.

: 85 100 / menit

: 15 25 / menit

2. Monitor tanda-tanda
vital.

SB : 36 37O C

3. Berikan tindakan
kenyamanan misalnya
perubahan posisi
relaksasi.
5

Resiko infeksi pada diri sendiri dan

Keluarga dan orang lain tidak tertular

orang lain berhubungan dengan

infeksi.

kontak pada orang yang terinfeksi.

Kriteria hasil NOC

Ds : Pasien mengatakan takut

-Keluarga mengerti tentang cara

menulari orang disekitarnya


Do : HbsAg positif (+)
.

1. Ajarkan teknik mencuci


tangan yang benar.
2. Ajarkan tentang
kebersihan perorangan.

penularan.
-Keluarga menerapkan pola hidup
yang sehat dan bersih.
3. Imunisasi bila indikasi
ketularan.

Isolasi sosial berhubungan dengan

Klien memperlihatkan prilaku yang

perawatan isolasi.

menimbulkan interaksi

Ds : Klien mengatakan bahwa dia

sosial.

merasa minder kepada orang

Kriteria hasil NOC

lain karena keadaan yang

-Klien berpartsipasi dalam aktivitas.

dihadapinya.

-Klien dapat mengungkapkan

Do : -

Klien kurang berkomunikasi

1. Tingkatkan hubungan
sosial.
2. Jelaskan tentang tujuan
dari perawatan.

perasaan/persepsi.

dengan baik dengan


petugas kesehatan.
-

Klien dirawat di ruang

3. Dorong klien/keluarga

isolasi.

untuk
mengeksperisikan
perasaan dan

permasalahan.
1. Lakukan perawatan

Resiko tinggi kerusakan integritas

Klien menunjukkan jaringan kulit yang

kulit berhubungan dengan akumulasi

utuh.

kulit dengan sering,

garam empedu dalam jaringan.

Kriteria hasil NOC

hindari sabun alkali.

Ds :

-Melaporkan penurunan proritus

Do : -

Akumulasi garam pada


jaringan.

Kulit berwarna kuning.

atau menggaruk.
-Ikut serta dalam aktivitas untuk
mempertahankan integritas kulit.

2. Pertahankan kuku klien


terpotong pendek.
Instruksikan klien
menggunakan
ujung jari untuk
menekan pada
kulit bila sangat perlu
menggaruk.
3. Pertahankan liner dan
pakaian kering.

Konstipasi berhubungan dengan

Klien akan menujukkan pola

kurangnya aktivitas.

eliminasikembali seperti biasa

karakteristik dan jumlah

Ds : Klien mengatakan sulit saat

Kriteria hasil NOC

feses.

BAB.
Do : Akumulasi feces pada usus.

1. Monitor frekuensi,

-Konsistensi feses lembek.


-Buang air besar setiap hari.

2. Tingkatkan diet klien


dengan banyak makan
makanan berserat dan

buah.
3. Tingkatkan pemenuhan
cairan dengan minum
banyak minimal
1.000ml/hari.
4. Berikan pelunak feses,
supositoria sesuai
indikasi
9

Resiko tinggi terhadap infeksi

Klien akan menunjukkan tehnik

berhubungan dengan pertahanan

melakukan perubahan pola hidup untuk

untuk infeksi enterik dan

primer tidak adekuat.

menghindari infeksi ulang dan transmisi

pernapasan sesuai

Ds :

ke orang lain.

kebijakan rumah sakit

Do :

Kriteria hasil NOC

termasuk cuci tangan

-Memperlihatkan pengertian tentang

efektif.

tindakan kewaspadaan dengan


mengikuti petunjuk.
-Mempertahankan suhu tubuh yang

1. Lakukan tehnik isolasi

2. Awasi/batasi
pengunjung sesuai
indikasi.

normal, pernapasan jelas dengan


tidak ada bukti lain terjadinya infeksi.
3. Jelaskan prosedur
isolasi pada klien/orang
terdekat.
4. Berikan antibiotik untuk
agen pencegahan.

10

Hipertermi berhunbungan dengan

Klien menujukkan suhu tubuh dalam

proses infeksi.

batas normal.

tanda-tanda

Ds : Klien mengatakan demam.

Kriteria hasil NOC

peningkatan suhu

Do : -

-Klien tidak mengeluh panas

tubuh.

Klien demam.
O

Suhu klien diatas 37 C.

1. Kaji adanya keluhan

-Badan tidak teraba hangat


-Suhu tubuh 36 37 0C
2. Monitor tanda-tanda
vital terutama suhu
tubuh.

3. Berikan kompres
hangat pada aksila/
dahi.

11

Kehilangan kontrol berhubungan

Klien akan menunjukkan reaksi positif

dengan perubahan aktivitas rutin.

sesuai dengan tingkat

terjadi akibat

Ds :

perkembangan.

hospitalisasi.

Do : -

Klien tidak aktif dalam


melakukan aktivitas.

1.

Kaji ulang reaksi yang

Kriteria hasil NOC


-Klien dapat beraktivitas sesuai
toleransi.
-Klien aktif dalam melakukan aktivitas.

2.

Kaji aktivitas yang


disenangi oleh klien.

3.

Ajak klien bermain


sesuai toleransi.

4.

Libatkan keluarga
dalam merencanakan
jadwal harian sesuai
dengan jadwal di
rumah.

You might also like