Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ais Marwah
Arfiana Nurani
Dwi Wahyu STY
Enjela Popi
Fara Dila Santi
Rizqi Rachmilia
Rochma Pratiwi SS
(P17420613045)
(P17420613047)
(P17420613052)
(P17420613053)
(P17420613055)
(P17420613070)
(P17420613071)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia
seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas
keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan
pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar
dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang
endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi
oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya
bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang
kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada
usia lanjut.
Dalam makalah ini dibahas masalah penyakit diabetes pada usia lanjut
beserta asuhan keperawatannya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien lansia dengan diabetes
mellitus.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
C. MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes miletus adalah penyakit karena kekurangan hormon insulin
sehinga glukosa tidak dapat diolah oleh badan dan kadar glukosa dalam darah
meningkat, lalu dikeluarkan dalam kemih yang menjadi terasa manis. (Kamus
Kedokteran Ramali, Ahmad hal 92).
B. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi
terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan
batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut.
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas,
aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta,
penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan
sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang
tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai
diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin
terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
C. Klasifikasi
1. Diabetes Tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel
pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II :
a. Sukar terjadi ketoasidosis
b. Pengobatan tidak harus dengan insulin
c. Onset lambat
d.
e.
f.
g.
h.
i.
D. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas.
Bila insulin tidak ada maka glukosatidak dapat masuk sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yangartinya kadar glukosa di
dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 3 terjadi kelainan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas.Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan
genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap
sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Pada diabetes melitus
tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat
E. Manifestasi Klinik
Keluhan umum keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada lansia umumnya tidak ada. Osmosis dieresis akibat glukosuria
tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi atau dapat muncul keluhan
nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan
haus pada pasien diabetes miletus lansia kurang dirasakan akibatnya mereka
tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia
atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh
darah dan saraf. Pada diabetes miletus lansia terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan
yang sering
membahayakan.
5. Pendidikan
a. Diet yang harus dikomsumsi
b. Latihan
c. Penggunaan insulin
H. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi:
1. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang
berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut
termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat
dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
2. Komplikasi kronis
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh
retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya
aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah
pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut
sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina
atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia 60 tahun dan
umunya adalah DM tipe II (non insulin dependen) atau tipe DMTTI
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas
dan asimtomatik (contohnya: kelemahan, kelelahan, BB menurun,
terjadi infeksi minor, kebingunan akut atau depresi).
c. Riwayat penyakit dahulu
Terjadi pada penderita dengan DM yang lama
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuh dengan pengobatan lazim.
e. Riwayat penyakit keluarga
Dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga ada yang
menderita DM
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sel (Perubahan sel)
Sel menjadi lebih sedikit,jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangbya cairan intrasel.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan lemak, kulit kering dan pucat dan
terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit
dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari
tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun
rambut wajah meningkat, rambut menipis/botak dan warna rambut
kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya..
c. Sistem muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan
otot karena menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu
berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran timpani
menjadi altrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukkan serumen
sehingga mengeras karena meningkatnya keratin
e. Sistem penglihatan
1) Karena berbentuk speris, sfingther pupil timbul sklerosis dan
hilangnya
respon
terhadap
sinar,
lensa
menjadi
keruh,
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya
aktivitas tiroid sehingga laju metabolisme tubuh (BMR) menurun.
Menurunnya produk aldusteran, a. menurunnya sekresi, hormon
godad, progesteron, estrogen dan testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak
menurun sekitar 10-20%)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis
ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang
e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
4. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi
Rasional
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
Tentukan program diet, pola makan dan Mengidentifikasikan
kekurangan
dan
bandingkan dengan makanan yang penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
dapat dihabiskan klien.
Auskultrasi bising usus, catat nyeri Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan
abdomen
atau
perut
mual,muntah dan pertahankan keadaan fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
nutrisi
cair
dan
pada
klien
sadar
dan
fungsi
(perubahan tingkat kesadaran, kulit akan berkurang dan sementara tetap diberikan
lembap atau dingin, denyut nadi cepat, tetap
diberikan
insulin,
maka
terjadi
Rasional
memperkirakan
kekurangan
total.
Adanya
proses
infeksi
demam
dan
keadaan
yang berlebihan.
hipermetabolik
yang
meningkatkan
kehilangan air.
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi
perubahan tekanan darah ortostatik.
pola
napas
atau berdiri.
adanya Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
seperti
alkalosis
respiratoris
terhadap
keadaan
frekuensi
dan
pernapasan, penggunaan otot bantu pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan
napas,
adanya
periode
apnea
sianosi.
dan tetapi
peningkatan
kerja
pernapasan,
indikasi
dari
kelelahan
suhu,
warna
kulit,
kelembapannya.
tanda dehidrasi.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau
turgor kulit, dan membrane mukosa.
Intervensi
kulit terhadap
Rasional
perubahan Menandakan aliran sirkulasi buruk yang
kemerahan.
Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan Menurunkan
pada tonjolan tulang
tekanan
menurunkan iskemia
pada
edema
dan
kulit
penggunaan lotion
robekan pada kulit
Lakukan perawatan luka dengan teknik Mencegah terjadinya infeksi
aseptik
Anjurkan pasien untuk menjaga agar Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
kuku tetap pendek
karena garukan
Motivasi klien untuk makan makanan Makanan
TKTP
TKTP
dapat
membantu
jadwal
perencanaan
dan untuk
Rasional
dapat memberikan
meningkatkan
tingkat
motivasi
aktivitas
Berikan
aktivitas
alternatif
klien
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai yang positif sesuai tingkat aktivitas yang
kebutuhan.
dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda Membantu dalam mengantisipasi terjadinya
dan
gejala
peningkatan
yang
aktivitas
dan
Intervensi
tanda-tanda infeksi
Rasional
dan Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
telah
mencetuskan
keadaan
adanya pus pada luka, sputum purulen, ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
urine warna keruh atau berkabut.
nosokomial.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
Pertahankan teknik aseptik pada Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
prosedur invasif.
kuman.
Berikan perawatan kulit dengan teratur Sirkulasi
perifer
bisa
terganggu
dan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai
dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh
kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM)
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia
adalah Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan
sekresi insulin, Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat
kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas, banyak makan,
Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam,
Keturunan, Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan
yang sering muncul adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik
pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip penatalaksanaan DM lansia adalah
Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya, Menghilangkan gejala-gejala akibat
hiperglikemia,Lebih bersifat konservatif, Mengendalikan glukosa darah dan
berat badan.
DAFTAR PUSTAKA