You are on page 1of 77

MASALAH EXISTENCE TUHAN

Setiap orang memerlukan suatu bentuk kepercayaan, kepercayaan


itu akan melahirkan tata nilai guna meneropong hidup budayanya.
Sikap tanpa kepercayaan atau ragu-ragu yang sempurna tidak
mungkin dapat terjadi. Karena kepercayaan itu dianut untuk
kebutuhan, maka dalam waktu yang sama juga harus merupakan
kebenaran. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak
dikehendaki akan tetapi berbahaya.
Didalam kenyataannya kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang
beraneka ragam antara lain seperti: Hindu, Budha, Animisme,
Politeisme, Kristen, Islam, Komurisme dan lain sebagainya.
Didalam kenyataan ini secara objektif kita melihat hanya ada dua
kemungkinan yaitu semuanya itu salah atau salah satu saja yang
benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin
mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang
bercampur baur.
Semua kepercayaan-kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai yang
mana kemudian nilai-nilai tersebut melembaga dalam tradisitradisi yang diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota
masyarakat yang mencakupinya.
Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri
terhadap kemungkinan-kemungkinan perubahan tata nilai, maka
dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisional sering menghambat
perkembangan peradaban dan kemajuan, manusia harus selalu
bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai
yang tradisional, serta menganut kepercayaan yang sungguhsungguh merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber dan
pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri.
Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala sesuatu/kenyataan.
Kebenaran tersebut merupakan kebenaran mutlak, Universal dan
tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sejak dahulu kala sangat sulit
sekali untuk menentukan kebenaran mutlak mana yang paling
benar.
Masing-masing
golongan
menganut
kepercayaan

menganggap ajarannyalah yang paling benar. Golongan Islam


menganggap agamanya merupakan yang haq dan sempurna untuk
mengatur ummat manusia. Golongan kristen menganggap ajaran
Yesus Kristuslah yang benar dan dan ajaran agama lainnya dianggap
salah. Demikian pula oleh golongan-golongan lainnya. Masingmasing golongan tidak mau mengalah dan bila dipertemukan
masing-masing mereka mengatakan ajarannya yang paling benar.
Seringkali kita melihat bentrokan-bentrokan physik terjadi karena
persaingan nilai kebenaran mutlak tadi. Sebagai contoh kita
kemukakan: Perang Salib, Perang Badar dan lain sebagainya.
Ketidakmampuan golongan agama untuk menjawab tantangan
kehidupan masa kita dimana kalau kita boleh menyebutnya sebagai
terikatnya ummat beragama dalam arena kemiskinan, penyakit dan
kesengsaraan, yang mana hal ini menambah kesuraman dalam hal
keyakinan akan kebenaran yang sedang dianut.
Ternyata agama tidak mampu memberikan alternatif tentang
bagaimana kehidupan ini agar kelak baik. Malahan agama Kristen
secara tegas akhirnya memisahkan antara agama dan politik.
Agama dianggap sebagai urusan pribadi, sedangkan urusan
kenegaraan tiada campur tangan ajaran-ajaran agama. Pola ini
sistimnya disebut sebagai pola sekular. Dengan munculnya berbagai
kepercayaan yang masing-masing mengandung kebenarankebenaran nilai dan terdapat pertentangan diantaranya maka
timbullah keraguan seseorang tentang apakah asal dan tujuan
segala sesuatu?
Memang sejak 2500 tahun yang lalu telah banyak ummat manusia
tiada percaya akan adanya Tuhan, karena di zaman sekarang ini
ketidak percayaan seseorang karena telah munculnya metode ilmu
pengetahuan dalam mencapai keberhasilan. Para ilmiahan banyak
menganut cara-cara scientic dalam menjawa tantangan hidup tidak
berdasarkan pandangan-pandangan sakral/ritual yang sungguh tak
dapat diterima oleh akal.
Kalau seseorang harus melahirkan seorang anak, maka tak perlu
pergi ke dukun atau memuja para roh nenek moyang, tetapi cukup

pergi ke dokter dan memakan obat yang dibeli di apotik dengan


memakai resep dokter.
Karena persoalan melahirkan adalah persoalan kenyataan yang
objektif dan berhubungan dengan masalah pengembang biakan selsel manusia, bukan merupakan campur tangan kekuatan ghaib yang
tak dapat dibuktikan secara akal sehat.
Kalangan ilmuwan berpendapat bahwa yang dikatakan suatu
kebenaran adalah bahwa ia memiliki kriteria sebagai berikut:
Objektif
Sistimatis
Empiris
Konsistence.
Melihat kriteria diatas maka apa yang dinamakan Tuhan oleh
golongan Agama tidaklah dapat diterima sebagai kebenaran,
karena Tuhan itu sendiri diluar Empiris manusia dan tak pernah ada
yang melakukan research atas kebenarannya. Berikut ini kita
kemukakan pandangan dan argumentasi ilmiah tentang ada
tidaknya yang disebut Tuhan / Azas segala sesuatu.
1. Kalaupun Tuhan itu ada, maka apakah Tuhan :
Bersatu dengan alam?
Menjaring alam?
Di dalam alam?
Secara ilmiah tak dapat dijawab ketiga pertanyaan tersebut di
atas, karena belum ada reaserch yang terpercaya dan berhasil
menemukan posisi Tuhan yang sebenarnya.
1. Kebanyakan ummat beragama menjawab bahwa : Tuhan
melihat kita, tetapi kita tak melihat Tuhan.
Memperhatikan dua pertanyaan di atas maka sampailah
kita pada kesimpulan bahwa antara pernyataan pertama
dan kedua sungguh bertentangan (non konsistence) berarti
tidak memenuhi kriteria obyektif dan ilmiah. Tentu saja
demikian, sebab kalau kita tidak melihat Tuhan, bagaimana
kita tahu Tuhan melihat kita?

Apalagi kalau kita menyatakan bahwa Tuhan ada di manamana. Pernahkah kita melakukan pengamatan terlebih
dahulu sebelum pernyataan tersebut di keluarkan ?
2. Golongan Islam menyatakan bahwa Muhammad itu
menerima wahyu di gua Hira pada malam 17 Ramadhon
dari malaikat Jibril. Dapatkah kita mempercayainya sedang
pada waktu itu tidak ada seorang saksi yang dapat
menguatkan pernyataan Muhammad tersebut.
Apalagi kalau kita melihat bahwa Muhammad itu
berdimensi ruang dan waktu (materi) sedangkan menurut
golongan islam Jibril berdimensi Ruh / Ghaib. Bagaimana
mungkin terjadi komunikasi kedua dimensi tersebut. Alat
apakah yang dipakai Muhammad pada waktu itu ? Kalau
kita ikuti jalan pemikiran di atas, boleh jadi Muhammad itu
sebagai seorang penghayal tingkat tinggi yang berhasil
menuliskan imaginasinya melalui sahabatnya yang
kebetulan pandai menulis. Maka terciptalah sebuah buku
yang berjudul Al-Quran.
Tindakan ini sama saja halnya dengan Karl Marx seorang
penulis ide komunisme dengan bukunya yang terkenal
MANIFESTO OF COMMUNIST (1864). Malahan dia lebih
banyak menulis buku dari pada Muhammad. Antara lain
bukunya yang tiga jilid itu adalah DAS CAPITAL yang
merupakan gambaran teori ekonomi dan sungguh baik
sekali dan cukup kongkrit isinya. Dalam bukunya tersebut
Karl Max tak pernah membicarakan hal-hal yang tidak
mungkin seperti Syorga, Neraka, Pahala dan Dosa. Yang ia
jelaskan adalah bagaimana agar semua orang dapat hidup
layak sebagai manusia.
3. Yesus Kristus yang di sebut sebagai Tuhan dan mempunyai
sifat ke Tuhanan dan manusiawi, baru terumuskan pada
Tahun 325 Masehi (295) setelah ia wafat. Oleh kaisar

Constatin dengan mengadakan kongres di Nicaso (Turki


sekarang).1)
Dari sinilah maka muncullah istilah (TRINITAS).
Munculnya istilah Trinitas itupun dilalui oleh perdebatanperdebatan dan pertentangan-pertentangan sengit antara
golongan Athanasius dan Arius. Pertentangan antara
golongan Cyril dan Mestorius tahun 431 M. Golongan Cyril
menekankan bahwa yesus mempunyai satu kepribadian
keTuhanan dan Maryam ibu Yesus bukan ibu Tuhan.
Demikianlah keadaannya, bahwa persoalan Trinitas bukan
muncul atas keterangan Isa Almasih melainkan hasil
keterangan manusia. Berarti manusia menciptakan Tuhan
tersebut melalui kongres (Ibid. hal 93). Kalaulah Yesus itu
benar-benar Tuhan dan maha kuasa, mengapa ia tidak
mampu menolong dirinya sendiri pada waktu di salib ?
Meskipun ia akan bangkit kembali, hanyalah berupa berita
kosong yang belum dapat di buktikan.
4. Terjadilah krisis nilai dimana umat beragama tidak lagi
ajaran yang di anutnya dan malahan menuding-nuding
Tuhan sebagai penyebab penghambat pembangunan umat
manusia karena ajaran-ajarannya yang sesat.
Dan juga timbulnya keaneka ragaman pendapat tentang
existence Tuhan yang bersamaan dengan lahirnya berbagai
corak kepercayaan, sehingga sulit menentukan Tuhan mana
yang benar atau memang apakah Tuhan itu banyak ?
Terhadap masalah ini para politisi
lebih senang
menyatakan bahwa semua agama itu sama dan
kebenarannya di dapat sesudah kita mati.
Tentu saja pernyataan tersebut didasari atas kepentingan
stabilitas sekelompok elite politik untuk tujuan Status Cue.

1)

Rasyidi, HM, Prof, Dr, Empat kuliah agama, Bulan Bintang, Jakarta, th.
1997,cd. 1, hal. 89-98.

Keaneka ragaman penafsiran kebenaran mutlak berakibat


pada keraguan dan ketidak pastian tentang bagaimana
sebenarnya wujud amal dan tujuan segala sesuatu atau
Tuhan itu ?
Apakah Tuhan itu tetap satu dan sengaja membuat keaneka
ragaman ajarannya agar terjadi pertentangan /
pertengkaran diantara sesama manusia ? Terhadap
pertayaan ini kalangan umat beragama menjawab selalu
tidak obyektif tetapi emosional dan berpegang pada
pendirian masing-masing. Tentunya kalangan ilmiahwan
terpaksa menolak ulasan yang demikian, dan berakhir
dengan pendapat Bahwa semuanya tiada yang benar
karena
fakta
subyektif
tersebut
mempengaruhi
pembahasannya.
5. Pandangan Naturalisme (Yunus, Sulchan, Drs, Kuliah
Pengantar Filsafat pada Fakultas Sospol Universitas
Jayabaya, Tingkat Sarjana Muda I, th 1978, menyatakan
bahwa realitas itu bersifat kodrat).
Kategori dasar menerangkan suatu realitas ialah kejadian
di dalam ruang dan waktu yang dapat di jumpai oleh
manusia dan dapat di selidiki dengan metode ilmiah.
Segala sesuatu yang di dalam ruang dan waktu, ditentukan
oleh faktor-faktor sebab akibat dalam rangka suatu sistim
alam kodrat yang mencakup segala-galanya. Jadi suatu
yang nyata itu tejadi melalui faktor-faktor proses kwalitas
dan relasi.
Misalnya : gumpalan salju mengalami proses yang terus
menerus yang terdiri dari sifat-sifat tertentu dan
berhubungan dengan barang-barang yang lain. Segala
pengetahuan kita yang real itu ialah pengetahuan yang di
selidiki dengan methode ilmiah.
Memandang pendapat ini, bahwa alam ini berada karena
proses kwalitas dan relasi tanpa adanya apa yang
dinamakan Dzat Yang Maha Kuasa.

6. Di Inggris sejak abad ke XVI ada aliran Empirisme yang


menyatakan bahwa pengetahuan harus berdasarkan pada
Indra.
Thomas Hobbes (1588-1679) Rusyidi, HM, Prof, Dr, Opcit,
hal 7) menyatakan bahwa dasar pemikiran pengetahuan
adalah MECHANISTIC MATERIALISM yakni : bahwa yang ada
dalam alam ini materi dan cara bergabung dan
berprosesnya adalah secara mekanis tanpa memerlukan
adanya Dzat Yang Maha Kuasa.
Hobbes terpengaruh oleh pemikiran materialism, dimana
filsafat ini menjelaskan bahwa Realitas pada hakekatnya
bersifat materi asli yang anorganis. Adanya materi tersebut
mendahului organisme yang hidup. Organisme ini
berkembang melalui proses Evolusi yang komplek.
Segala sesuatu yang berkembang dalam bentuk terakhir,
berasal dari satu zat yang disebut materi. Orang yang
menganut faham ini biasanya seorang MONIS ( Tuhan
kesatuan). Dan golongannya di sebut Kominis (Yunus
Sulchan, Drs, Op.Cit).
Aliran ini berkembang di Jerman dipelopori oleh Feore
Bach (Foore Bach The Essence of Christianity). Ia
mengatakan satu-satunya yang ada adalah alam semesta
dan manusia adalah bagian dari alam semesta.
Pengetahuan manusia adalah agama dan meta-fisika.
Menurut Bach kebahagiaan hanya ada di dunia dan
kesusilaan adalah alat untuk mencapai kebahagiaan
tersebut dan dapat dibuat oleh manusia bergantung
kepunyaannya.
7. Jhon Lock menyatakan bahwa pikiran manusia itu
merupaka tabula rasa (papan tulis kosong). Dan segala
pengetahuannya berasal dari kesan-kesan yang diperoleh
melalui panca indera (Sence of Perecution / Rusyidi , Prof,
Dr, Op.Cit hal. 8)

8. David Home (1711-1776) yang


/ pikirannya
merupakan puncak jelmaan Empirism, selagi mengandung
unsur-unsur positifism naturalism.
Pokok-pokok pikirannya adalah bahwa kita tidak berhak
menyatakan sesuatu hal jika hal tersebut tidak dapat di
buktikan dengan panca indera. Sesungguhnya tidak ada
yang dinamakan sebab. Timbulnya kata, sebab karena kita
secara berulang-ulang menyaksikan berlangsungnya suatu
kejadian yang di susul dengan kejadiaan lain. (Ibid).
Contoh : Jika B terjadi setelah peristiwa A, maka kita
menyimpulkan B sebab dari A.
A
B
Yang dimaksud : Kita tak dapat menyatakan kata sebab
disini , adalah persoalan awal segala sesuatu, bukan
pengertian kwalitas dan relasi sebagaimana yang dimaksud
dalam filsafat Naturalism.
Kalaulah kita selalu melihat hubungan sebab akibat di
dalam proses perkembangan alam, maka kita tak dapat
menyatakan bahwa proses sebab akibat-akibat tersebut
menjadi landasan pemikiran bahwa di balik alam ini atau
sebab kejadian awal alam adalah ADA yaitu Tuhan. Hal ini
disebabkan karena pertalian antara sebab awal dengan
alam merupakan lompatan yang tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin manusia tahu bahwa di balik kejadian
ini adalah Tuhan penyebabnya ? Bukanlah ini merupakan
konsep pelarian karena ketidak mampuan kita memikirkan
siapa sebenarnya yang berpredikat Sebab Awal?
9. Scerold Uray dan Oparing juga memanut filsafat Naturalism
dimana mereka berpendapat bahwa suatu materi berasal
dari materi lain dan berproses terus menerus. Kejadian
diawali oleh za organis dengan susunan sebagai berikut:
C

P------Di atmosfera

CO2

H2

Asam amino
Asam lemak
Glicerol
Glukosa
Asam Posfat

O2

N2

S2

PO2

Karbohidrat
Lemak
Protein
Asam Nucleat
Organisme hidup yang paling
sederhana susunannya

10. Darwin (Darwin, Prof, The Origin Of Species), dia


penyelidik cacing-cacing tanah, mengemukakan bahwa
manusia berasal kera, disini di tekankan proses evolusi
kejadian manusia dari tingkat yang rendah kepada tingkat
yang tinggi. Hal ini berarti bukanlah Nabi Adam sebagai
manusia pertama sebab belum ada orang yang mampu
menarik garis keturunan dari Adam hingga manusia
sekarang berikut perhitungan waktunya.
Namun juga mempengaruhi perkembangan filsafat
positifism yang menjadi ciri khas bagi pertengahan kedua
abad ke XIX.
11. Penganjur dan pemimpin besar aliran positifism pada abad
ke XIX adalah Auguste Comte (1795-1857) yang di kenal
sebagai bapak sosiologi dimana sampai sekarang patung
marmernya didirikan di salah satu pintu Universitas Paris.
Proses cara berpikir manusia berkembang melalui tiga
tingkatan yang ia namakan Laloi dan Trois Etats yang dapat
kita uraikan sebagai berikut:2)
2

Auguste Comte,
The Positive Phylosofi,
translated and Condensed by H. Martinoau, George

Pertama : Tahap Teologis atau fiktif yaitu suatu tahap


dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya
secara teologis yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang di
kendalikan Roh dewa-dewa atau Tuhan. Penafsiran ini
penting bagi manusia untuk melindunginya dari faktorfaktor alam yang tak terduga dan juga penafsiran tersebut
berguna bagi penyesuaian diri.
Kedua : Tahap metafisik yaitu manusia menganggap setiap
gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang
akhirnya dapat diungkapkan, pada tahap ini manusia masih
terikat pada cita-cita tanpa verifikasi. Setiap gejala tetap
di anggap adanya pengaruh roh-roh oleh karena belum ada
usaha manusia mengembangkan suhu-suhu alam yang
seragam. Sesajian terhadap semua gangguan.
Pada tahap ini manusia selalu memberikan sesajian
terhadap setiap gangguan.
Ketiga : Tahap positif yaitu dimana manusia dapat
menguasai alam dengan methode ilmu pengetahuan tanpa
perlu adanya pemujaan pada roh-roh atau Tuhan-tuhan.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, manusia telah maju
cara berpikirnya, karena berpikir positif buka metafisik
atau teologis.
Kemajuan berpikir ini dimulai sejak revolusi industri,
kesulitan negara-negara miskin di Asia, Afrika dan Amerika
Latin untuk berkembang adalah karena pengaruh pola
berpikir teologis dan metafisik.
Mengapa orang bisa sampai ke bulan ? Tentu saja karena
bukan hanya manusia menemukan pemecahan teori inti
atom dan pengembangan teknologi. Komunikasi yang sama

Boll & Sons, London, th. 1896, dalam Soejono


Soekarno, Pengantar Sosiologi, Universitas Indonesia,
hal. 55

modern, bukan karena peranan Gatot Kaca yang pandai


terbang di dalam dongeng orang-orang Jawa.
Orang-orang California dapat menghasilkan buah-buahan
apel, jeruk, anggur, semangka karena keberhasilan
memompakan air sungai Colorado. Padahal dulunya daerah
tersebut merupakan padang tandus. Air sungai Colorado di
pompa dan dialirkan ke tanah tandus tersebut, dan
suburlah tanah itu tanpa saji-sajian metafisik.
12. Mengapa orang mengatakan sesuatu itu indah atau jelek ?
Kenapa ada sesuatu yang sama tetapi terdapat perbedaan
bentuk rupanya. Misalnya orang sering melihat rumah yang
satu dengan lainnya. Ada yang besar dan ada yang bagus,
ada yang kurang bagus dan kecil atau gubuk.
Keindahan dan kejelekan tetap ada dalam ide seseorang
dan tak pernah di ketemukan benda konkrit yang
sebenarnya, kali ini orang kagum dengan rumah di Pulo
Mas, besok lusa orang ketemu lagi rumah di Pondok Indah
yang bentuknya lebih indah dibanding dengan yang di pulo
Mas. Indah tersebut tergantung patokan-patokan seseorang
dalam
memandangnya.
Patokan-patokan
tersebut
berdasarkan pengalaman terdahulu. Dalam hal ini
Descartes menyatakan COGITO ERGO SUM : Aku ada karena
aku berpikir.
Berarti semua yang ada merupakan hasil pemikiran
manusia karena manusia menaruh perhatian pada ide.
Misalnya, segala sesuatu yang baik, bagus dan jelek
merupakan ide, pikiran menaruh perhatian pada ide itu
dan membuat hal-hal yang kongkrit sesuai dengan idenya.
Contoh : Rumah bagus, Istri cantik, Mobil bagus.
Namun demikian tak ada yang namanya mobil bagus yang
mutlak. Semua relatif bergantung patokan-patokan
semula. Dengan demikian manusia selalu mengejar
keindahan demi keindahan, kebaikan demi kebaikan
dengan tiada puas-puasnya. Demikianlah halnya manusia

memandang alam yang luas ini dan berpikir tentang


hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, maka
sampailah manusia kepada suatu pendapat bahwa Tuhan
itu ada dan Tuhan ini yang menciptakan alam ini. Bukankah
ini merupakan proses berpikir ? Berarti manusialah yang
menciptakan Tuhan, bukan sebaliknya. Coba saudara
bayangkan bagaimana seandainya manusia telah musnah
seluruhnya. Adakah lagi tentang pendapat bahwa Tuhan itu
ada ? Mungkinkah binatang akan menyatakan bahwa Tuhan
itu ada ?
13. Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di
dapatkan oleh manusia sebagai anggaran masyarakat (E.B.
Taylor, Prisitive Culture, Breatamos, New York,
th.1942), demikianlah E.B Taylor seorang antropolog
terkenal yang berbicara tentang agama dan kebudayaan.
Pendapat di atas di kuatkan pula oleh R.M. Mac. Iver
dimana beliau menyatakan bahwa sivilisasi menyatakan
dirinya dalam politik, ekonomi, teknologi, sedangkan
kultur menyatukan dirinya dalam seni, kesusasteraan,
dalam agama, moral. Relegion termasuk dalam Culture.
(Mac. Iver R.M Modern State, Oxford proses University,
London, th.1950, hal 325). Baik E.B Taylor maupun Mac.
Iver sama-sama berpendapat bahwa agama merupakan
kebudayaan yang berarti hasil cipta, rasa, dan karya
manusia. Kalau kita melihat pendapat sebelumnya tersebut
di atas maka terlihat kesamaan pandangan bahwa
pikiranlah yang menciptakan Tuhan, bukan sebaliknya.
Pendapat di atas di kuatkan oleh Dr. Mohammad Hatta (ex
Wapres RI) yang menyatakan : agama dan kebudayaan bagi
saya bukan soal. Agama adalah bagian dari kebudayaan,
begitupun bahasa, seni (Hatta Mohammad, Dr,

Indonesia, Nomor Kongres, No. I-II, Juli-Agustus, th.1950,


th, ke I, hal.16).

KESIMPULAN
Existence Tuhan yang selalu di puja-puja ummat beragama
ternyata berakibat kepada merosotnya kepercayaan orang kepadaNya akibat Tuhan di luar Empiris manusia. Tuhan tak dapat di
buktikan dengan methode ilmiah.
Disamping itu muncul pula teori evolusi perkembangan manusia
dan penemuan teknologi modern serta terjadi pula bentrokanbentrokan pendapat antara golongan-golongan agama yang satu
dengan yang lain, mengenai kebenaran ajarannya, maka nasib
existence Tuhan menjadi terkatung-katung, belum lagi ini
ditambah dengan tidak ke-konsisten-an penganut agama terhadap
ajarannya. Betapa banyaknya ummat beragama yang melakukan
pelacuran, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dan korupsi.
Keadaan yang demikian lebih mudah membawa seseorang untuk
sama sekali tidak mau tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak ?
Sebab seandainya seseorang berpendapat bahwa Tuhan itu ada,
maka ia akan menanggung beban psychologis untuk menjawab
dengan argumentasi yang obyektif mengenai Tuhannya. Kiranya
lebih baik masa bodoh tentang ada atau tidak adanya Tuhan,
karena tidak akan menimbulkan beban psychologis bagi dirinya.
Demikianlah adanya, bahwa ummat beragama mendapat tantangan
besar untuk membuktikan kebenaran ajarannya di abad modern
seperti sekarang ini. Krisi nilai terjadi karena ke-tidak mampuan
ummat beragama menjawab tantangan yang ada berdasarkan kitab
yang dianutnya.
Upaya apakah yang harus dilakukan oleh mereka ? Kalangan ummat
beragama baru mengkaji ulang ajarannya dan berusaha mencari
kelemahan disana sini secara obyektif dalam menemukan

kebenaran-kebenaran, mereka harus bersedia meninggalkan


ajarannya bila ternyata salah dan harus membuka diri terhadap
ajaran yang benar. Unsur obyektif terpaksa dikesampingkan dan
pergunakanlah akal yang baik.
Mempertahankan tradisi-tradisi masa lalu yang sesat, tiada
gunanya, membiarkan munculnya ratusan kepercayaan-pun tiada
hasilnya. Tak mungkin semuanya benar, pasti hanya satu yang
benar dan yang lainnya salah.
Bagaimanakah mencari kebenaran mutlak itu? Untuk ini ikutilah
keterangan dalam bab-bab selanjutnya dengan pikiran yang benarbenar terbuka dan objektif serta bersedia meninggalkan tradisitradisi yang membeku dan menyesatkan.
Ikutilah secara perlahan-lahan keterangan selanjutnya dalam
tulisan ini.

BAB II
MENCAPAI KEPERCAYAAN
EXISTENCE TUHAN
1. MEMPERHATIKAN DAN MEMBANDINGKAN
Mengagumkan dan sungguh mengagumkan dari berbagai
anggapan tersebut di atas, berbagai hipotesis yang telah dilakukan
dengan kesimpulan bahwa Existence Tuhan sungguh diragukan
kebenarannya atau kalau tidak disebut nonsen sama sekali.
Kalangan ummat beragama pasti tetap mempunyai pendapat
bahwa Tuhan tetap ada. Akhirnya sampailah / muncullah dua
kesimpulan kita mengenai hal ini yaitu : pertama, bahwa Tuhan
tidak ada, dan kedua, bahwa Tuhan tetap ada secara mutlak.
Dari kesimpulan ini, manakah yang benar ? suadah barang
tentu kita hanya tahu bahwa hanya satu yang benar. Cuma saja
entah pendapat yang mana yang kita anggap benar, dan pasti tidak
mungkin kedua-duanya.
Membahas kedua pendapat diatas, bagi kita yang mau
berpikir jernih tidak perlu seperti politikus berdebat. Kalau keduaduanya menuju pada pertentangan yang tajam, maka diambil jalan
akomodasi yakni kedua-duanya benar dan tidak perlu
dipertantangkan lagi. Inilah pendapat politikus ulung yang selalu
berpendapat bahwa semua agama itu sama, kebenarannya di dapat
setelah anda itu mati. Pendapat ini jelas untuk tujuan quo bukan
pendapat yang ilmiah. Memang demikianlah adanya, bahwa politik
hanya melihat segi keamanannya dan kepentingannya. (Bacalah
riwayat empat orang buta menebak bentuk gajah yang pernah
diceritakan Dr. Soekarno tahun 1955 di Universitas Indonesia, dan
Prof. HM. Rasyidi, hal 24-25, Op Cit).
Memang sungguh merepotkan bagi kita yang mau berpikir
obyektif bila berhadapan dengan politikus, apalagi bila kita
berhadapan dengan alim ulama, pendeta-pendeta ortodox.
Mereka sama sekali bertindak apriori dan sangat emosional bila
dikatakan bahwa ajarannya tidak masuk akal dan dianggap salah

padahal Issav Newton, Huxley, Darwin dan Leek telah mengajarkan


kepada kita agar jangan mau ditipu oleh anggapan-anggapan.
Banyak yang disebut perguruan tinggi yang mengajarkan
para
pelajarannya
supaya
jangan
terlalu
banyak
memperbandingkan. Mereka melakukan para pelajarnya sebagai
tempat menyimpan ingatan-ingatan diktat kuliah yang terkadang
kebenarannya diragukan. Bukankah akhirnya mesin foto copy lebih
pintar dari si pelajar ? Sepandai-pandainya kita menghafal, lebih
pandai mesin foto copy.
Inilah bahayanya sistim pengajaran One Way Traffic,
karena akan mematikan kreativitas berpikir seseorang dan
sekaligus menghilangkan kepribadiannya. Kalangan pendeta selalu
puas dengan indoktrinasi yang mereka lakukan.
Jangan mau ditipu oleh anggapan-anggapan dan lihatlah,
perhatikanlah, bandingkanlah semua kenyataan-kenyataan yang
anda hadapi. Kita harus memulainya dari suatu keadaan yang
skeptis ( Skeptifism merupakan salah satu methode berpikir yang
valid dan selalu menjadi methode berpikir para filosof. Skeptifism
merupakan salah satu aliran filsafat yang dipelopori oleh Phyrho
pada abad ke 4 M). Inilah pekerjaan mulia untuk menghargai diri
sendiri. Kalau kita mau berbuat demikian, maka marilah kita kaji
ulang semua pandangan-pandangan tersebut di atas. Kita teliti dan
kita bandingkan tentu saja belum tentu semuanya benar apa-apa
yang kita terima dari orang lain.
Dua buah garis sejajar tidak akan berpotongan pada suatu
titik. Inilah dalil ilmu pasti yang merupakan salah satu yang
mendasari semua ahli teknologi bangunan. Tetapi dalil ini belum
pernah di buktikan secara empiris. Coba anda bayangkan bila
kedua garis sejajar tersebut di tarik sejauh jarak tidak terbatas
sepanjang luasnya alam ini. Dapatkah kita melihat ujung kanan
garis itu bertemu atau tidak pada satu titik ?
Adalah tidak mungkin untuk menjelajahinya, melihat
betapa jauhnya jarak yang ditempuh. Tentunya dalil tersebut
bukan pembuktian empiris, tetapi hanya suatu axioma saja dan

memang ternyata ada dan benar tetapi tidak empiris. Berarti tidak
semua yang diluar empiris manusia lantas dianggap tidak ada.
Dengan demikian gagallah apa yang dikatakan Jhon Lock, David
Home penganut faham empiris. Memang pembuktian empiris
adalah penting dalam pembuktian ilmu pengetahuan, tetapi tidak
semuanya pembuktian kebenaran harus demikian.
Tiga tingkatan pemikiran manusia oleh Auguste Comte,
bukanlah merupakan evolusi perkembangan pemikiran, tetapi
hanya suatu jenis mental manusia. Di zaman modern seperti
sekarang ini masih banyak orang yang telah berpikir pada tingkat
positif malahan terkadang berlaku metafisis. Betapa banyaknya
seorang profesor yang seharusnya berada di tingkat positif tetapi
masih gemar saja pergi ke dukun (metafisis) dan menganut aliran
kebatinan. Bahkan negara kita yang sedang giat-giatnya
membangun, malahan menganut aliran kebatinan oleh sementara
para perancang pembangunan tersebut. Bukankah ini merupakan
pola berpikir secara dua tingkatan sekaligus ?
Dan terkadang ada pula yang berpikir tiga tingkatan
sekaligus. Suatu hal yang dapat kita terima dari Anggota Comte
adalah bahwa pada waktu sekarang pembangunan tidak dapat
berjalan tanpa peranan science dan teknologi. Bidang kesehatan,
jalan raya, pertanian, industri dan sebagainya, semua itu harus
dikembangkan dengan teknologi bukan dengan bertapa di Gunung
Kawi.
Mengenai persoalan peranan science dan teknologi dalam
perkembangan akan kita bicarakan secara khusus dalam bab
pembicaraan tentang existence Alam serta kegunaannya bagi
manusia. Untuk selanjutnya marilah kita amati secara seksama
alam semesta ini secara keseluruhan (seutuhnya).
Kalau kita hendak menggambarkan sesuatu yang tidak
terbatas sebagaimana luasnya alam semesta ini, paling mudah
dengan lingkaran, dimana jari-jarinya tidak terbatas (r = ~ )
GAMBAR I :

r=~
= r2
=~=
=2r
=2~

=~
=~

Adakah semua itu dibalik alam ini atau adakah sesuatu di


balik yang tidak terbatas ?
Terhadap pertanyaan ini tak ada jawaban yang dapat
diberikan. Kita tak dapat menerka ada atau tidaknya sesuatu
tempat di balik alam yang tidak terbatas ini.
Adanya sesuatu di balik alam ini apabila kita dapat
mengukur batasnya. Garis pemisah sebagai suatu batas, dapat
menunjukkan apa di balik apa. Berarti patokan-patokan atau
batas-batas sesuatu hanya ada didalam ruang dan waktu
(perubahan).
Menyatakan ada sesuatu di balik alam semesta yang luas
ini, berarti tidak konsisten dengan pernyataan pertama yaitu R =
Kalau demikian analis kita tentang kenyataan alam
semesta dalam seutuhnya, maka apakah wujud alam semesta ini
dalam seutuhnya ?
Baik filsafat Materialism dan Naturalism ada kesamaan
pendapat dimana dikatakannya bahwa alam ini berhakekat kodrat
yang berada dalam ruang dan waktu. Kejadian-kejadian yang
tampak nyata hanyalah melalui proses kwalitas dan relasi.
Satuan terkecil diantara yang ada adalah atom. Atom
merupakan suatu jenis substansi (zat) yang terdalam atau realitas
yang terdalam. Bagi faham materialisme, alam semesta tersusun
dari atom atom dan dapat diterangkan dengan hukum dinamika.

Terhadap pernyataan Materialisme dan Naturalisme, bila


kita hubungkan dengan analisa kita diatas ini, maka apakah
susunan alam semesta ini terdiri dari atom-atom seluruhnya ?
Tadi telah kita terangkan bahwa alam semesta ini luas
tidak terbatas, maka berarti kita tidak dapat melihat wujud
kongkrit dari suatu realitas yang tidak terbatas. Karena melihat
suatu wujud kongkrit dari suatu realitas yang terbatas, haruslah
ada jarak antara kita dengan yang menjadi objek penglihatan atau
pengamatan. Bagaikan kita mengamati sebuah Mobil Civic dimana
kita harus berdiri dalam suatu posisi berjarak pandang antara satu
dengan yang lainnya. Kejadian ini tidaklah mungkin, sebab
jangankan mengambil jarak dengan alam secara keseluruhan, ada
atau tidaknya sesuatu dibalik yang nyata ini kita tidak
mengetahuinya. (ingat prinsip r = ~).
r=~
Suatu posisi manusia memandang yang salah, karena r = tak
terhingga.
Manusia merupakan integral dari suatu kesatuan totalitas
alam semesta secara keseluruhan. Manusia dengan alam adalah
satu, tetapi berjarak. Maksudnya adalah bahwa manusia dapat
memandang alam, bisa mempunyai pendapat terhadapnya, bisa
merobah dan mengolahnya dalam suatu kerangka sistim ruang dan
waktu. (Prof. Dr. N. Drijarkara SJ, Filsafat Manusia, Yayasan
Kanisius, 1969, hal. 7).
Artinya manusia dengan alam berjarak dalam sub-sub sistim alam
semesta, bukan berjarak dalam arti satu posisi manusia dengan
alam secara keseluruhan di posisi lain, sebagaimana pada gambar II
tersebut.
Manusia tidak dapat memandang atau menjangkau bagian terbesar
dan terkecil tak terbatas, tetapi hanya dapat mengamati antara
keduanya.

Meskipun percobaan JJ Thomson (1897) mengukur massa


sebuah electron dengan tabung gelas (oscilograf sinar katoda)
sebagai alat experiment, dimana ditemukan massa sebuah
elecatron kira-kira 1/1860 massa atau H (Hydrogen) = 1,6731 x 10;
hanyalah dengan ukuran atau patokan tertentu yakni masa sebuah
atom H. Dari semua ukuran melalui aksioma matematika. Belum
pernah diketemukan Elektron secara nyata dan ditimbang dengan
alat timbangan biasa. Elektron akan bergerak terus bila kena
cahaya.
Kalaupun benar atom merupakan bagian terkecil dari alam
semesta atau alam semesta terdiri dari atom atom. Pernakah kita
melihat susunan atom tersebut secara keseluruhan sedangkan
luasnya alam ini tidak terbatas? Tentu saja jawabnya: tidak bisa
dan tidak mungkin! Dalam hal ini terpaksa kita meragukan teori
Naturalisme dan Materialisme tadi. Untuk dapat melihat
bagaimana proses mencari massa otom, kami persilahkan anda
membaca tentang proses percobaan tetes minyak dari milikan dan
pengukuran e/m sebuah elektron oleh JJ.Thomson sebagai
pelengkap keterangan ini. (Francis weston sears, fisika Universitas,
Dhiwantara Bandung, disadura oleh Drs. Soemitro 1954, Hal. 454467 dan 579-581).
Pendapat yang ada hanyalah materi, yang berarti hanyalah
badan saja yang ada pada manusia. Pendapat ini tidaklah riel.
Sebab pada manusia ada hal-hal yang tidak dapat diterangkan atas
dasar materi, misalnya cintanya, sedihnya, kemampuan berfikir,
perasaan dan sebagainya. (Prof Dr. Driajarakara SJ, Op Cit, Hal. 9).
Kumpulan fikiran, perasaan, dan kemauan, berada di
Cerebrum (otak besar) di atas Medulla Oblongata (ujung sum-sum
tulang belakang sebelah atas).3) Lantas apakah pikiran, perasaan,
dan kemauan terdiri dari partikel-partikel kecil?

3)

Herbert N Casson, Akhlak Manusia, NV Penerbitan W Van Houve,


Bandung, S-Gravenhage, 1953, hal. 68-69.

10

Hubungan antara pikiran dan otak adalah bagaikan pakaian


yang tersangkut di paku, (otak) maka pakaian (pikiran) juga ikut
bergerak. Apabila paku tidak bergerak, kemungkinan pakaian
bergerak atau kalau pakaian bergerak maka paku tidak ikut
bergerak. Jadi pikiran tidak belum teantu otak rusak, tetapi otak
rusak turut meampengaruahi pikiran. (H.Bergson, Matiere et
Kemoiro/1869) dalam Prof. Dr. Rf. Beeraling, Filsafat Dewasa ini.
PN Balai Pustaka Jakarta, 1969, hal.129).
Dengan demikian tidaklah berarti bahwa otak bersatu
dengan pikiran sebagaimana Casson mengatakannya. Kesadaran
memang menguntungkan pada sistim otak, tetapi dari hal ini
tidaklah dapat bahwa otak mencerminkan tiap-tiap keistimewaan
kesadaran, pun tidaklah dapat kesadaran menjadi fungsi otak.
Akhirnya sampailah kita pada suatu kesimpulan bahwa
hakekat terdapatnya dari alam semesta ini adalah materai yang
berkembang melalui proses kwalitas dan relasi, tidaklah dapat
dipertahankan. Karena apa yang kita jangkau hanyalah berupa
realitas yang bersifat kodrat atau dalam sistim ruang dan waktu,
yang berarti melalui patokan-patokan tertentu. Kita dapat
menjangkau apakah ruang dan waktu itu dalam seutuhnya? Apakah
kebenaran mutlak? Yang ada hanyalah kebenaran, keindahan,
gerak dan waktu yang relative. Yang kita jangkau selama ini
hanyalah berupa realiatas yang fana atau ada dalam arti relative
(potensiel being). Apa yang kita lihat suatu saat ada dan suatu saat
tidak ada. Pengertian potensiil being ini dikatakan juga sebagai
yang Mumkinul wujud (baru), bukanlah haqi-qatul wujud atau
Actual being atau benda yang bergerak teratur adalah suatu yang
mustahil. Kemustahilan ini berlaku untuk diam mutlak. (diambil
dari DR.Mustafa Mahmud. Einsten dan Teori Relativitas, Al hidayah,
Hal 94 96).
Terhadap hasil pikirannya itu akhirnya ia menyarankan
kepada para ahli filsafat dan ahli agama tentang: Apakah
sebenarnya totalitas alam semesta ini dalam seutuhnya.

Darwin yang tekun dalam experiment biologis akhirnya


tidak dapat selalu mempertahankan hasil pendapatnya bahwa ada
hubungan manusia dengan kera sebagai asal usul manusia tersebut.
Perkawinan dua ekor tikus putih yang dipotong ekornya ternyata
melahirkan tikus putih yang panjang ekornya. Memang hasil
penyelidikannya banyak membantu usaha manusia dalam bidang
pengetahuan biologi.
2. KESIMPULAN YANG MENAKJUBKAN
Yang menjadi pusat perhatian kita kali ini dalam
menemukan kebenaran mutlak adalah pertanyaan yang sangat
mendalam yaitu apakah ruang dan waktu itu dalam seutuhnya?
Atau apakah pengertian tentang hakekat terdalam dari realitas
yang tidak terbatas ini? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
marilah kita menelaah sedikit pengertian ADA (Drs. Yunus Sulchan,
Op City)
ADA adalah suatu yang dapat dipergunakan sebagai
sebutan bagi segala sesuatu. Pembicaraan tentang ADA termasuk
cabang filsafat ontologi. Pengertian ADA dibedakan dalam arti
Actual Being (arti sesungguhnya) dan Potensiil Being (ada dalam
tahap kemungkinan)
Yang dimaksud ADA tidak selalu dalam ruang dan waktu, tetapi
sesuatu yang ada dalam ruang dan waktu pasti termasuk hal yang
ADA. Segala sesuatu yang real maupun yang appearance
(penampakan) termasuk hal yang ADA. Misalnya sebuah tongkat
dimasukan dalam air maka panjang tongkat tersebut lebih pendek
dibandingkan pada waktu di udara. Tongkat yang didalam air
dikatakan sebagai ADA dalam arti penampakan dan tongkat yang di
udara dinamakan ADA secara nyata.
Demikian pula bahwa apa yang kita namakan Es, Air, dan
Gas yang berada dalam tiga fase (padat, cair dan gas hanyalah ada
dalam arti potensiil being). Sedangkan secara actual being
ketiganya adalah merupakan molekul-molekul H2O. Pada fase
padat (ES) jarak antara partikel-partikel dari H2O lebih dekat

11

dibanding dengan jarak partikel-partikel itu pada fase cair dan


jarak partikel-partikel pada fase cair lebih dekat dibandingkan
jarak partikel-partikel pada fase gas, perubahan jarak partikelpartikel tadi, membuat existence H dan O dalam tiga keadaan
yaitu padat, cair dan gas.
Illusi kita tentang gajah merah termasuk pengertian ada
dalam pengertian penampakan. Maka apabila kita memandang
sesuatu yang ada, maka ia kita kategorikan dalam beberapa
pengertian tersebut di atas.
Mengikuti jalan pemikiran di atas marilah kita menganalisa
pertanyaan tentang: APAKAH RUANG DAN WAKTU INI DALAM
SEUTUHNYA? Realitas yang kita lihat ini yang terdiri dari materi
dan non materi merupakan suatu sistem ruang dan waktu yang
menyeluruh yang kita namakan UNIVERSE. Universe adalah suatu
kesatuan tata tulis tak terbatas, ruang dan waktu yang
menyeluruh.
Karena ketidak terbatasan Universe maka kita tidak dapat
apakah sebelum dan sesudah Universe? (Dr. Mustafa Mahmud, Op
Cit hal. 94).
Setiap segala sesuatu totalitas yang tak terbatas, tak ada
pengertian sebelum dan sesudah (di luar atau di dalam).
Yang dapat kita pertanyakan adalah existence dan substansiil yang
fana ini. Karena existence dan substansial yang fana ini berproses
(bersebab akibat) terikat oleh ruang dan waktu.
Kalaulah demikian yang kita pikirkan, maka apakah
hakekat terdalam dari Universe ini (kita misalkan saja X)? Siapa si
X itu?
Ketidak terbatasan si X menunjukkan bahwa ia ber-existence
Absolut (mutlak), Distinct (berlainan dengan yang baru) dan Esa
(tunggal menyeluruh).
Tidak sesudah dan sebelum si X itu, dia-lah yang awal dan yang
akhir dan semua realitas yang kita lihat terintegrasi pada-Nya. Ia
disebut sebagai Causa Prima (Tuhan), asal dan tujuan sesuatu dan
IA-lah yang disebut kebenaran mutlak.

Substansiilnya tidak dapat kita lihat. Ingat prinsip pada gb. II.
Kesimpulan ini adalah merupakan bantahan terakhir
terhadap semua teori atau pendapatan terdahulu yang mengatakan
Tuhan tidak ada. Yang jelas adalah tidak ada yang dikatakan tidak
ada secara mutlak. Sebab tidak adapun itu sebenarnya ada, ada
dalam ketidak ada-an. Demikianlah pula tak ada yang dikatakan
relative secara mutlak, karena bila kita katakan semua relatif
termasuk yang kita katakan itupun relatif. Apa-apa yang kita amati
selama ini hanyalah keadaan-keadaan yang berada dalam ruang
dan waktu.
Pendekatan subjektif antar golongan agama seperti yang
kita katakan terdahulu, dikarenakan mereka tidak mau berpikir
objektif dan mau mencoba meninggalkan tradisi yang telah usang
dan yang tidak dapat diterima oleh akal sehat.
Kalaulah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan berexistence atau
berkepribadian manusia, wajarlah bila ia berpredikat Totalitas tak
terbatas, (Absolut, Distinct dan Unique)?
Demikianlah pula ajaran Budha dan Hindu yang
mempercayai Sang Hyang Widhi sebagai Tuhan YME, tetapi tetap
mempercayai adanya para Dewa sebagai penjelmaan Sang Hyang
tadi. Seolah-olah Tuhan mempunyai pembagian kerja diantara-Nya.
Penafsiran ini sangat terpengaruh oleh keadaan ruang dan waktu.
Apalagi Budha mengajarkan kepada kita supaya manusia dapat
mencapai nirwana harus membasmi keinginannya. Tidak ada
damai sebelum manusia membasmi keinginannya.
Ini boleh jadi benar. Siapa tahu? Akan tetapi sudah pasti bahwa
setiap pendeta Budha itu selagi hidupnya dapat mencapai nirwana?
Segala apa yang hidup dan sadar mempunyai keinginan. Sama
sekali tak mempunyai keinginan berarti mati.
Semua orang butuh/ingin. Butuh makan, pakaian,
perumahan, cinta, sex dan sebagainya. Kegiatan industri dan
pertanian adalah merupakan akibat dari keinginan/kebutuhan
manusia tadi. Dan benarlah bahwa dunia berputar di atas perut.
Kegiatan perusahaan, perdagangan adalah untuk menyediakan

12

keinginan/ kebutuhan manusia tadi. Dan benarlah bahwa dunia


berputar di atas perut. Kegiatan perusahaan, perdagangan adalah
untuk menyediakan keinginan-keinginan manusia. Jika anda
mempunyai toko yang besar, maka tulislah dipintu gerbangnya:
Inilah tempat Tuan membeli segala apa yang Tuan
kehendaki (Herbert N Casson, Op Cit, hal. 19-20).
Bukanlah kita yang membuat diri kita kaya dan sukses melainkan
masyarakat. Semboyan di atas menurut Casson memang cukup
ideal dan saya kira pedagang India yang beragama Budha pasti
setuju dengan pendapat ini.
Terdapat kesimpulan kita diatas tentang hakekat segala
sesuatu, bisa saja kita mengatakan bahwa semua itu hanyalah
pikiran manusia saja. Dan memang pendapat demikian! Tetapi
bukanlah pikiran yang membentuk Tuhan, berfikir adalah
pekerjaan sentrifugal (mengembang, meluas dan menolak). Makin
banyak kita berfikir, makin kurang kita meniru dan makin
berkembang diri kita. Kita berfikir berarti makin banyak berbeda
kita dengan orang lain dan makin jauh analisa kita serta banyak
manfaatnya bagi khalayak ramai.
Semakin jauh kita berfikir maka semakin dapat kita jalan menuju
kebenaran mutlak, memang sepertinya terdapat alat komunikasi
kita dengan Tuhan. Pikiran-pikiran subjektif dan tradisional adalah
pekerjaan meniru (Sentripetal), inilah kelemahan manusia tidak
berfikir.
Memang terkadang khalayak ramai merasa takut pula
terhadap ahli pikir, sehingga tidak segan-segan mereka mencapnya
sebagai anti sosial. Ingat Galilei! Bila pendapat ahli pikir tak dapat
diterima khalayak ramai, cara mereka mengeroyoknya dan
membunuhnya. Tetapi setelah mengerti pikirannya, baru mereka
mendirikan patung untuk memperingatinya.
Berpikir berarti memperhatikan dan membandingkan. Dapat
membangun perasaan pikiran-pikiran dan pikiran-pikiran menjadi
dasar-dasar. Berfikir itu bersifat kritis dan konstruktif, berfikir
akhirnya akan membangkitkan kekuatan dan menemukan kebaikan

dan kebenaran, matangnya manusia. (Herbert N Casson, Ibid, hal.


72-73).
3. KEBENARAN MUTLAK ADALAH ALLAH
Membanding-bandingkan ajaran agama sebagaimana yang
kita lakukan tadi, maka siapakah si X yang berexistence absolut,
distinct dan unique atau Tuhan itu? Apa yang dijelaskan dalam
ajaran Kristen dan Hindu Budha tidaklah sesuai dengan pandangan
objektif.
Didalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4 dikatakan: (Al Quran,
surah 122, Tafsir A Hassan, Dewan Dawah Islamiyah):
1. Dia itu adalah ALLAH.
2. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala
harapan.
3. Tiada Ia berputra dan tiada Ia ber-Bapa.
4. Serta tiada sesuatupun yang bagi-NYA sepadan.
Pembuktian Tuhan secara objektif dan membandingkannya dengan
Al-Quran ternyata terdapat penyesuaian. Pekerjaan pertama ini
sekaligus memperlihatkan kepada kita bahwa Islam-lah sebagai
ajaran yang benar. Sebab yang namanya kitab suci tiada
pertentangan atau kesalahan dalam keterangannya. Suatu ayat
yang benar berarti semuanya benar. Ini pekerjaan axioma. Kalau
anda masih meragukannya kami persilahkan me-RESEARCH-nya
sampai tuntas.
Dan memang di dalam Islam ada perumusan kalimat
persaksian (Syahadah) namanya. Kalimat ini mengandung
pengertian gabungan antara peniadaan dan pengecualian.
Peniadaan berarti meniadakan segala bentuk kepercayaan
(kebenaran relative). Pengecualian (selain ALLAH) agar manusia
membebaskan dirinya dari kungkungan segenap kepercayaan yang
ada dengan segala akibatnya, dan dengan kepercayaan itu
dimaksudkan agar manusia hanya tunduk kepada ukuran-ukuran
kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai. Hal ini

13

berarti tunduk, taat, patuh kepada ALLAH, pencipta segala


sesuatu termasuk manusia. Tunduk, taat dan patuh disebut Islam.
Allah itulah totalitas. Benda-benda alam hanyalah atributatribut atau tanda-tanda keberadaan-NYA dan kekuasaan-NYA.
Semua benda-benda alam ini fana (relatif) dan terikat oleh sistim
ruang dan waktu atau berubah-ubah. (Q, S).
DIA-lah yang awal dan yang akhir (Causa Prima) yang nyata dan
yang tidak nyata (Totalitas). Segala sesuatu tiada yang terlepas
dari pada-NYA. IA tiada terikat oleh ruang dan waktu. Q.S. 57: 3
4).
DIA-lah yang mengetahui yang nyata dan yang tidak nyata (ghaib).
(Q.S 6 : 73 - ..).
DIA-lah ruang dan waktu yang mutlah dan DIA bersemayam di
ARSY (Q.S 27: 25 26).
ARSY adalah menunjukkan lingkungan kekuasaan atau
ruang yang mutlak, tak terhingga, tunggal menyeluruh. ARSY
menghendaki wujud dan waktu berarti menandakan wujud.
Tuhan bersemayam di ARSY tidak berarti DIA menghendaki ruang,
melainkan DIA-lah ruang dan waktu yang mutlak, itu artinya bahwa
Tuhan meliputi semua benda-benda yang ada dan waktu (potensiil
being). Allah itu adalah Totalitas yang terintegrasi pada diri-Nya
tiap-tiap sesuatu.
Apakah Tuhan terpisah dengan alam dan manusia? Kalau
jawabnya YA, maka apa artinya ESA?
ESA berarti tiada sesuatu yang terlepas dari padanya, bahkan
ALLAH lebih dekat dari urat leher manusia.
Apakah sifat-sifat dan perbuatan Tuhan terlepas dari sifatsifat dan perbuatan-perbuatan manusia dan alam?
Kalau jawabnya YA, maka apa artinya Tuhan itu ESA
Tiap-tiap sesuatu tak terlepas dari sifat-sifat dan
perbuatan Tuhan. Semua realitas ada karena kehendak-NYA. Segala
sesuatu yang bersifat ruang dan waktu atau wujud alam ini, bila ia
sirna tidak berarti dia hilang. Karena tiada tempat lain sesudah ini,

yang ada hanyalah ALLAH. Semua kembali kepada-NYA. Ia menjadi


raja di hari yang kemudian. (Q.S 1:3; 50:16; 81:29).
Sebagai yang pertama dan penghabisan, maka sekaligus
Tuhan adalah asa dan tujuan segala sesuatu termasuk tata nilai,
artinya: sebagaimana tata nilai bersumberkan pada kebenaran dan
berdasarkan pada kecintaan kepada-NYA, iapun sekaligus menuju
kepada kebenaran dan menyerah kepada persetujuan atau ridhoNYA.
Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Bagaimana kita melihat tata nilai yang bersumber dari pada-NYA?
4. URUTAN LOGIS RUKUN IMAN
Kalau di atas tadi kita telah melakukan pekerjaan
pertama, yaitu dengan membentuk-benturkan pembuktian kita
secara objektif tentang hakekat segala sesuatu dengan ajaran
agama. Hasilnya kita lihat bahwa Islam merupakan ajaran yang Haq
dan Sempurna, sesuai dengan pembuktian objektif tersebut tadi.
Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka
manusia tidak mungkin menjangkau sendiri kepada pengertian
akan hakekat Tuhan yang sebenarnya. Namun demikian, demi
kelengkapan kepercayaan kita kepada Tuhan, manusia memerlukan
pengetahun secukupnya tentang ke-Tuhan-an dan tata nilai yang
bersumber dari pada-NYA dan tidak bertentangan dengan akal.
Tetapi
sebagaimana
kemampuan
menerima
ilmu
pengetahuan sampai ke tingkat yang tertinggi tidak dimiliki
manusia atau setiap orang, demikian pula WAHYU tidak diberikan
kepada semua orang. Wahyu diberikan kepada orang-orang
tertentu saja yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri,
yaitu para NABI dan RASUL atau utusan Allah dengan kewajiban
bagi para RASUL untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia.
NABI dan RASUL adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa
mereka itu menerima Wahyu Tuhan.
Untuk memahami ke-Tuhan-an YME dan tata nilai yang
bersumber dari pada-NYA, manusia harus terlabih dahulu

14

mempercayai MUHAMMAD sebagai RASUL dan berpegang kepada


AL-QURAN.
AL-QURAN berarti bacaan, kumpulan yaitu kopilasi dari segala
keterangan. Disini diterangkan segala sesuatu mulai dari manusia
dan alam sampai hal-hal yang ghaib.
Karena Al-Quran cocok dengan apa yang kita pikirkan
tentang kebenaran mutlak secara objektif, maka pengakuan
terhadap Muhammad adalah penting dan kalimat persaksian yang
kedua dalam Islam memuat essensi yang kedua yaitu kepercayaan
umat manusia kepada MUHAMMAD adalah UTUSAN ALLAH.
MUHAMMAD SAW membawa keterangan tentang segala
petunjuk dalam hidup dan kehidupan manusia baik di dunia
maupun di akherat nanti.
Hari akherat (kiyamat) tidak lagi merupakan kehodupan yang
bersifat sejarah atau manusiawi, tetapi merupakan pertanggung
jawaban manusia terhadap Tuhan atas perbuatannya di dunia. (Q.S
). Segala sesuatu atas/tentang keadaan hari Qiamat tidaklah dapat
kita selidiki secara terperinci, selain apa yang diterangkan dalam
Al-Quran. Manusia hanya harus percaya pada hari Qiamat tanpa
menyelidikinya lebih dalam.
ALLAH SWT telah memberikan Wahyu kepada Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril dan memberitahukan tentang
persoalan hidup dan kehidupan manusia (Qadar baik dan buruk)
sampai tentang hari Qiamat. Maka oleh karenanya didalam ajaran
Islam dapat kita lihat urutan logis Rukum Iman, yakni:
1. Beriman kepada Allah.
2. Beriman kepada Malaikat.
3. Beriman kepada Kitab-kitab.
4. Beriman kepada Rasul-rasul.
5. Beriman kepada Qadar Baik dan Buruk.
6. Beriman kepada Hari Qiamat.
GAMBAR III:

WAKYU
RASUL
MANUSIA --------QADAR BAIK, BURUK
HARI YANG KEMUDIAN.
Akhirnya perlu disini kita sebutkan bahwa Allah SWT
merupakan kebenaran mutlak sebagaimana telah kita buktikan tadi
dan tata nilai yang bersumber dari pada-NYA ada tertulis dalam AlQuran yang merupakan keterangan tentang segala sesuatu secara
garis besar.
Kesesuaian dengan pembuktian Exsistance Tuhan secara objektif
sekaligus berarti menyingkirkan kebenaran lainnya yang tidak
sesuai dengan pandangan objektif, dan hanya Islamlah yang layak
hidup di permukaan bumi ini sebagai petunjuk hidup manusia agar
berkehidupan sesuai dengan fitrahnya yaitu paduan harmonis
antara aspek duniawi dan ukhrawi, individual dan sosial, iman dan
ilmu dalam rangka pengabdian diri kepada Allah SWT.
Mempunyai pendapat bahwa: Semua agama itu sama,
berarti tidak menghargai konsep berfikir spektis, analitis dan kritis
(landasan berfikir ilmiah). Tidak menghargai konsep berfikir ilmiah
berarti membunuh diri sendiri. Membunuh diri sendiri berarti sama
halnya bertingkah laku seperti segerombolan semut yang mengejar
genangan air gula dimana si semut tadi tidak menyadari bahwa
apabila ia berusaha mengejar air gula tersebut, berarti ia mati
tergenang air.
Saya kira kita semuanya bukanlah semut-semut yang
kehausan gula, tetapi manusia yang mempunyai otak dan
kesadaran berfikir.

ALLAH
MALAIKAT

15

TAQDIR
Sepenting-penting pengetahuan yang wajib diketahui oleh tiap-tiap
mukallaf, ialah ajaran-ajaran yang berhubungan dengan Taqdir.
Beriman terhadap Taqdir adalah sendi atau pokok Tauhid, itulah
salah satu dari Qoidah agama dan asasnya.
Masalah taqdir adalah masalah yang membahas kekuasaan
ALLAH, yang manifestasinya sebagian dapat dilihat dalam alam ini,
asal kata Taqdir dari kata Qoddaro; yuqoddiru; taqdiiron; yang
artinya kekuasaan.
Tetapi justru karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian
manusia, maka manusia tidak mungkin menjangkau kepada
pengertian tentang kekuasaan ALLAH, oleh sebab itu untuk
mengetahui tentang kekuasaan ALLAH, maka harus menggali AlQuran.
Al-Quran merupakan pemberitahuan ALLAH kepada
manusia melalui Rasul-Nya, yang berisi keterangan-keterangan
tentang segala hal yang berhubungan dengan ALLAH manusia dan
alam. Al-Quran selain berarti bacaan juga berarti kumpulan, yaitu
kumpulan segala keterangan tentang hukum dan ketentuanketentuan yang berlaku di alam ini. Untuk memudahkan,
pembahasan ini dibagi:
I. Nilai Tuhan
II. Nilai Manusia

kerajaanNya itu dengan kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri.


Maka dari itu apa saja yang terjadi di alam ini semuanya berjalan
sesuai dengan kehendak yang telah direncanakan sejak semula
oleh ALLAH SWT dan juga mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan dalam alam ini.
1.

a.
b.
c.
d.

I.

Nilai Tuhan
ALLAH SWT adalah zat yang Maha merajai seluruh alam
semesta ini, dia mengatur segala sesuatu yang ada didalam

e.
f.

Katakanlah : Ya ALLAH yang Maha Memiliki Kerajaan. Engkau


memberikan Kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki,
Engkau mencabut kekuasaan dari orang yang Engkau
kehendaki, Engkau memuliakan orang yang Engkau kehendaki
dan merendahkan orang yang Engkau kehendaki. Dalam
kekuasaanMulah segala kebaikan, sesunguhnya Engkau adalah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau
memasukkan siang kedalam malam, Engkau keluarkan yang
hidup daria yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup dan Engkau memberikan rezeki kepada orang yang
Engkau kehendaki tanpa perhitungan.
(Surat Ali Imron, ayat 26-27).
ALLAH SWT adalah Maharaja yang sebenar-benarnya yang
berhak menguasai seluruh kerajaan dalam alam semesta ini.
Dia berhak memberikan kerajaan atau kekuasaan memerintah
itu kepada siapa saja yang dikehendaki.
Dia berhak pula mencabut kerajaan atau kekuasaan
memerintah itu kepada siapa saja yang dikehendaki.
Dia berhak pula mencabut kerajaan atau kekuasaan
memerintah itu kepada siapa saja yang dikehendaki.
Dia berhak memuliakan siapa saja yang dikehendaki dengan
menakdirkan ia menjadi orang yang hina dina.
Didalam kekuasaan Allah taala pulalah letak segala kebaikan
atau keburukan.

16

g. Dia berhak memberi dan mengambil kembali, berhak


memberikan kemuliaan dan kehinaan, juga berhak
memberikan kemanfaatan atau kemudaratan kepada siapa saja
yang dikehendakiNya, serta Dia memang Maha Kuasa untuk
melakukan segala sesuatu itu sesuai dengan kehendak yang
telah ditetapkan.
h. Bahwa sebagai tanda kekuasaan Allah taala ialah apa yang
dapat disaksikan dialam semesta ini yakni dengan adanya
waktu yang berganti-ganti, malam dimasukkan dalam siang dan
siang dimasukkan dalam malam, dari yang mati dikeluarkan
makhluk yang hidup dan dari yang hidup dikeluarkan yang
mati.
i. Bahwa Allah taala berhak melimpahkan rizki sebanyakbanyaknya kepada siapa saja yang dikehendaki tanpa ada
perhitungan sama sekali, juga tanpa penyelidikan dan lainlain, sebab segala urusan itu hanyalah dalam kekuasaananya
sendiri secara mutlak, tiada sekutu yang berupa apapun berhak
mencampuri wewenangNya itu.
Kesemuanya itu memberikan keterangan bahwa Allah SWT
adalah Maha Kuasa dan dengan kekuasaannya Allah adalah
pembuat yang bebas.

secara mutlak. Tidak seorang pun yang memiliki hak untuk memilih
yang sesuai dengan kehendaknya sendiri.
3.

Jikalau Allah menghendaki menimpakan bahaya kepadamu, maka


tidak ada yang dapat menghilangkan selain dari Dia dan jikalau
Allah menghendaki kebaikan untukmu, maka tidak ada yang dapat
menghalang-halangi karuniaNya. Kebaikan itu diberikan olehnya
kepada orang yang dikehendaki dari hamba-hambanya. Dia adalah
Maha Pengampun dan Penyayang.(Surat Yunus, ayat: 107)
Oleh karena itu apabila seseorang itu terkena bencana pasti tidak
ada yang dapat menyelamatkannya selain Allah taala. Tetapi
sebaliknya apabila Allah taala menghendaki seseorang
memperoleh kebaikan, juga tidak seorangpun yang dapat
menghalang-halangi atau menolaknya. Itulah kekuasaan Allah yang
mutlak.
4.

2.
Dan Tuhanmu itu menciptakan apa yang dikehedaki dan dipilihnya
sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.(Surat Al Qashah ayat
68).
Jadi Allah taala itulah yang menciptakan dan oleh sebab
itu bebas pula memilih siapapun dari makhlukNya sesuai dengan
apa yang telah dikehendaki, sebab memang DIA adalah Pengatur

Apa saja yang berupa kerahmatan yang dianugerahkan oleh Allah


kepada manusia, maka tidak seorangpun yang dapat
menghambatnya dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak
seorangpun yang dapat melepaskannya, selain dari dia sendiri.
Allah adalah Maha Mulia dan Bijaksana.(Surat Fathir ayat 2).
Bahwa ALLAH Taala mengatur dalam lingkungan kerajaan ini,
menurut kehendakNya sendiri berdasarkan kebijaksanaan dan

17

kerahmatan. Ini adalah kehendakNya yang mutlak tidak dapat


diganggu gugat.

Dan suatu tanda (kekuasaan) untuk mereka itu ialah adanya


waktu malam. Kami tanggalkan siang dari padanya, kemudian serta
merta mereka dalam kegelapan. Dan matahari itu berjalan di
tempat peredarannya. Itulah taqdir (kekuasaan) yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui, juga bulan telah kami tetapkan tempattempatnya sampai kembalilah dia sebagai bentuk dan malam tidak
dapat mendahului siang. Masing-masing berjalan dalam garis
edarnya.
(Surat Yasin ayat 37, 38, 39, 40).
Berdasarkan ayat di atas Taqdir (kekuasaan) ALLAH dengan
ibaratnya dapat nampak dalam alam ini, yaitu berupa ketentuan
kepastian yang meliputi alam itu sendiri. Ketentuan kepastian yang
telah dibuat oleh ALLAH SWT untuk segala yang ada dalam alam ini
berdasarkan hukum sebab dan akibat yang senantiasa berlaku bagi
siapapun, dan senantiasa berlangsung tanpa perubahan. Ketentuan
dan kepastian ini disebut juga Sunnatullah.
Taqdir ALLAH memberikan suatu ketentuan yang
berlangsung dialam ini.

6.

Katakanlah (hai Muhammad): Sekali-kali tidak akan menimpa


Kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh ALLAH bagi kami.
Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada ALLAH orang-orang
yang beriman harus bertawakal. (Surat at-Tauabah ayat 51).
Segala sesuatu yang menimpa manusia telah ditetapkan
sebelumnya, tidak dapat lagi menghindar. Itulah gambaran
kekuasaan ALLAH yang mutlak dan tidak terbelah ruang, waktu dan
oleh apapun juga.
7.

Tiadalah suatu bencana yang terjadi di bumi dan tiada pula yang
terjadi pada diri kamu, melainkan itu ada dalam kitab sebelum
Kami laksanakan terjadinya. Bahwasannya yang demikian itu
mudah bagi ALLAH.(Surat Al Hadid, ayat 22).
Kekuasaan ALLAH yang mutlak, sangat pelik untuk dapat
diketahui oleh manusia yang penuh dengan kenisbian. Oleh karena
itu ALLAH memberikan gambaran yang proses berlakunya
kekuasaan tersebar dengan kata kitab; yaitu kitab tentang
hukum yang berlaku dialam semesta ini, disebut juga Lauful
Mahfudz. Sehingga manusia dapat mengerti tentang kekuasaan
ALLAH itu secara bertahap.
Kekuasaan ALLAH itu berlaku sejak zaman azali, sekarang
dan seterusnya tanpa mengalami pasang dan surut. Sehingga segala
sesuatu yang terjadi tak pernah lepas dari taqdir (kekuasaan)
Allah. Oleh karena itu disebutkan; apa yang terjadi didunia ini,
termasuk musibah-musibah yang terjadi pada diri kita, semuanya
sudah ditaqdirkan Allah lebih dahulu dan sudah dituliskan Nya pada
lauh Mahfudz, jauh sebelum hal itu terjadi.
Dalam menafsirkan ayat ini Ibnu Abbas, seorang sahabat
yang sangat dekat kepada Nabi berkata: Sudah dituliskan sebelum

18

terjadi musibah. Kata sebelum dan sesudah adalah merupakan


ketertarikan sesuatu oleh ruang dan waktu. Dan itu adalah berlaku
bagi manusia.
Oleh karena itu dalam membahas takdir (kekuasaan) Allah
harus berpegang teguh kepada Al Quran dan sunnah Rasul, dengan
menggunakan segala kemampuan yang ada. Sehingga didapat suatu
pemahaman yang menyeluruh, sejauh dan sedapat kemampuan
manusiawi.

Dari Ibnu Masud ada beliau berkata: mengabarkan kepada kami


Rasulullah SAW: bahwasannya setiap kata dikumpulkan kejadiannya
didalam perut Ibunya, selama 40 hari berupa nutfah (air mani),
serupa itu adalah berupa segumpal darah, dan serupa itu pula
segumpal daging. Lalu dikirim kepadanya malaikat dan ditiupkan
kepada ruh. Dan diperintah malaikat itu supaya menuliskan empat
perkara yaitu rizkinya, ajalnya, pekerjaannya dan beruntung buruk
atau beruntung baik.
Demi Allah yang tiada Tuhan selainnya, sesungguhnya seseorang
kamu bisa beramal serupa alam penduduk surga, sehingga jarak
antara dia dan surga sejaran sehasta lagi, tetapi suratannya
(taqdirnya) mendahuluinya lalu dia berbuat perbuatan penduduk

neraka masuk kesana. Dan salah seorang kamu ada yang beramal
serupa amal ahli neraka, sehingga jarak antara dia dan neraka
sehasta lagi, tetapi suratannya (taqdirnya) mendahului dia, maka
dia beramal serupa amal penduduk surga dan dia dimasukkan
disana.
(HR: BUHARI MUSLIM).
Keterangan dari Muhammad Rasullah SAW ini memberikan
gambaran kekuasaan Allah yang berlaku pada manusia sejak dari
alam rahim, alam fana dan alam baqa.
Bahwasannya manusia itu tidak pernah terlepas sesaatpun dari
kekuasaan Allah. Yaitu kekuasaan Allah yang dengan iradatnya
dinyatakan dalam bentuk ketentuan yang ada pada manusia.
Setelah itu dapat kita simpulkan, karena
manusia maka Allah memberitahukan kepada manusia tentang
kekuasaannya melalui Muhammad Rasulullah bahwasannya: ALLAH
adalah kuasa mutlak. Inilah yang dimaksudkan NILAI TUHAN.
Manusia menerima pemberitahuan bahwasannya ALLAH
adalah kuasa mutlak, tetapi hakekat kuasanya ALLAH yang mutlak
itu tidak dapat dicapainya. Bagaimana proses kuasa tersebut;
bagaimana perinciannya, manusia tidak mampu menjangkaunya.
Karena itu hanyalah semata hak ALLAH. Manusia bisa tahu tentang
NILAI TUHAN karena diberitahu, kalau tidak ada keterangan dari
ALLAH maka hal itu merupakan yang muskil.

Tuhan tidak dapat dicapai oleh penglihatan-penglihatan


dan Dia dapat mencapai penglihatan-penglihatan itu. Dia adalah
Maha Halus lagi Waspada.(Surat Al Anam, ayat 103).

19

ALLAH Maha Mengetahui apa yang ada dihadapan dan dibelakang


mereka. Mereka (manusia) itu tidak dapat meliputi (mengetahui)
Tuhan dengan pengetahuannya.(Surat Thaha ayat 110).
II. Nilai Manusiawi
Manusia kalau dipandang dari jasmaninya termasuk dalam
golongan hewan akan tetapi kalau dipandang dari segi rohani maka
manusia mempunyai dua sifat keadaan yang sangat menakjubkan
bagi dirinya; yaitu ILMU (RATIO) dan KEMAUAN (RASA). Yang
dimaksud dengan ilmu ialah kekuatan uantuk membina,
mempunyai daya cipta yang tidak bisa diraba dan memiliki hakikat
kecerdasan.
Yang dimaksud dengan kemauan atau kehendak ialah nafsu,
keinginan
yang kuat
untuk mencapai tujuan
setelah
dipertimbangkan segala akibatnya.
Keadaan dan sifat inilah yang membawa perbedaan antara
manusia dengan hewan; walaupun pada binatang mempunyai
keinginan, namun binatang tidak bisa dan tidak mempunyai
pertimbangan.
1.
Demi jiwa serta apa yang disempurnakan untuknya. Kemudian
ALLAH mengilhamkan padanya yang salah dan yang benar (taqwa).
(Surat Asy Syams ayat 7,8).
ALLAH SWT setelah menciptakan manusia lalu diberi suatu
kemampuan yang dapat digunakan untuk alat penyempurnaan
manusia itu sendiri. Kemampuan itu mengandung ILMU (RATIO) dan
KEMAUAN (RASA). Kemampuan ini sering disebut AKAL atau
FIKIRAN.
Dengan kemampuan itu manusia dapat menyatakan
sesuatu yang benar sebagai kebenaran, juga sesuatu yang bathil
sebagai kebathilan. Dan dengan pertimbangan kemampuannya pula
manusia dapat melaksanakan tercapainya sesuatu kebaikan atau

meninggalkan kejahatan, juga dapat berkata yang benar, menjauhi


yang dusta, bahkan juga dapat menggariskan jalan yang benar, hak
dan baik sesuai dengan perintah-perintah yang terdapat dalam Al
Quran dan sesuai pula dengan ajakan-ajakan yang diberikan oleh
para Rasulnya.
Jadi selama manusia itu masiah mempunyai akal fikiran
yang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk,
mempunyai kekuasaan untuk berbuat mana saja yang baik dan
yang buruk, mempunyai kekuasaan untuk berbuat mana saja yang
disukai, juga mengetahui jalan mana yang akan ditempuhnya
sesuai dengan kehendaknya dan semua itu benar-benar mempunyai
kebebasan berkehendak dan mempunyai hak pilih dalam segala
perbuatan dan tindakannya.
Maka dari itu manusia tentunya secara sukarela hendak
mengarahkan kekuatannya sesuai dengan pilihan jiwanya, apakah
itu benar atau salah, haq atau buruk dusta atau bukan.
2.
Dan manusia tidak akan suatu apapun, melainkan apa yang
diusahakannya. (Surat An Najm ayat 39).
Hujjatul islam Iman Gozali dalam bukunya Ayyahul walad
(oh Anak) jika pun seratus tahun engkau duduk membaca menuntut
ilmu dan seribu buku engkau himpunkan, tidaklah engkau akan
dapat bersedia menerima rahmat Allah, melainkan dengan amal
(usaha) jua.
Hai anak! Ilmu yang tidak disertakan dengan amal itu gila,
dan amal tak pakai ilmu itu akan sia-sia. Dan ketahuilah, bahwa
semata-mata ilmu saja tidak akan menjauhkanmu dari masiat
didunia ini, dan tidak akan membawakan kepada taat, dan
kelakpun diakhirat tiada memeliharakanmu daripada neraka
jahanam.
3.

20

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti


kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah yang Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhanmu maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya.(Surat Al Kahfi ayat 110).
Amal saleh atau amal kebajikan yaitu amal (usaha) yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah, baik yang ada dalam Al
Quran yang berupa cegahan dan suruhan, maupun yang ada dalam
alam; yaitu berupa hukum-hukum alam atau sunnatullah yang
berdasarkan hubungan sebab akibat.
Hijjatul Islam Imam Ghozali dalam bukunya Ayyahul Walad
(oh anak).
Hai anak! Selama engkau beramal (berusaha), tidaklah
engkau akan mendapat pahala. Tersebut dalam hikayat, bahwa
seorang laki-laki Bani Israil telah beribadat kepada Allah tujuh
puluh tahun lamanya. Allah menghendaki akan menyatakan
perkara itu kepada Malaikat, maka diutusnyalah oleh Malaikat
kepada laki-laki itu membawa khabar, Tidaklah akan layak ia
masuk surga dengan ibadatnya itu.
Maka ketika telah sampai kepadanya khabar demikian,
berkatalah ia: Kami dijadikan Allah untuk beribadat, maka
sepatutnyalah kami beribadat kepadanya. Maka tatkala Malaikat
yang diutus itu telah kembali, berkatalah: Ia Tuhanku, engkau
lebih tahu tentang apa yang dikatakan orang itu. Maka berkatalah
Allah: Apabila ia tidak berpaling dari pada beribadat kepada
Kami, maka kami dengan sifat kemuliaan Kami, tidak akan
berpaling dari padanya. Jadi saksilah, hai Malaikatku!
Bahwasannya Aku telah mengampuni kesalahannya.
Dari kisah ini dapat kita simpulkan bahwasannya manusia yang
hanya melakukan ibadat tanpa melakukan suatu amal saleh adalah
merupakan suatu kesalahan. Karena ibadat yang dilakukan itu
semata hanyalah untuk dirinya sendiri, jadi hakikatnya orang

tersebut lebih mementingkan dirinya sendiri, jadi hakikatnya orang


tersebut lebih mementingkan dirinya sendiri, oleh karena itu ia
telah melakukan kesalahan.
4.
Sesungguhnya kami telah memberikan petunjuk kepada manusia
itu akan jalan yang dapat ditempuhnya (untuk mencapai kebaikan)
tetapi ada kalanya manusia itu berterima kasih dan ada kalanya ia
bersikap kufur (menutupi kenikmatan yang dilimpahkan padanya).
(Surat Al Ihsan ayat 3)
Allah SWT sudah memberikan petunjuk dan bimbingan ada
yang menjurus kearah yang hak yang kebathil, kepada kebaikan
dan keburukan, kearah benar dan dusta. Maka manusia itu sendiri
yang berhak memilihnya untuk menempuh salah satu dari
keduanya. Jikalau ia menempuh jalan yang berupa petunjuk yang
lurus, berartilah mensyukuri kenikmatan hidayat yang diberikan
padanya dan jikalau ia menempuh jalan yang bengkok, maka
berarti ia menutupi kenikmatan ini.

5.
Apa saja musibah (bencana) yang menimpa dirimu semua itu
adalah disebabkan oleh perbuatanmu sendiri dan Allah memaafkan
sebagian besar dari dosa-dosa itu.(Surat Asy Syura, ayat 30).
Jadi keburukan-keburukan atau bencana-bencana yang
diderita oleh seseorang itu hanyalah sebagai bekas atau kesan dari
hasial perbuatannya sendiri dan itu pulalah yang merupakan buah
dari cara pilihan dan pemikirannya yang merdeka bebas.
6.

21

Hai orang-orang mumin apabila ada panggilan untuk


mengerjakan sembahyang dihari jumat maka bersegeralah kamu
pergi dan tinggalkan jual beli. Itu yang baik bagimu, kalau kamu
mengetahui. Maka bila selesai sembahyang kamu boleh bertebaran
dimuka bumi dan carilah kurnia Tuhan. Ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung.
(Surat Al Jumuah ayat 9,10)
Maksud dari bertebaran di muka bumi ialah untuk
berusaha, dan maksud Kurnia Tuhan ialah rizki yang disediakan
Allah.
Kalau kamu sudah sembahyang berusahalah mencari rizki,
dengan bertani, berdagang, bertukang, menjadi pegawai negeri
atau pegawai swasta, menjadi guru dan sebagainya. Tetapi ingat,
dalam berusaha itu dengan jangan dilupakan Tuhan. Ingatlah dia
banyak-banyak, mudah-mudahan diberi karuniaNya dan diberi
kemenangan dunia akhirat.
7.
Kami jadikan malam sebagai pakaian kesenangan dan kami
jadikan siang untuk mencapai penghidupan.(Surat An Naba ayat
10, 11).
Allah menjadikan siang dan malam, malam untuk istirahat
dan siang berusaha mencari rizki. Adanya siang dan malam, salah
satunya dijadikan saaat untuk istirahat sedangkan yang lainnya
untuk berusaha.

Bahwasannya orang yang beriman dan beramal saleh itulah orang


yang sebaik-baik manusia. Balasan dari Tuhan ialah surga dan yang
mengalir sungai didalamnya, kekal abadi mereka dalam surga.
Tuhan senang kepada mereka dan mereka senang kepada Tuhan.
Itulah orang bertaqwa kepada Tuhan.(Surat Al Bayyinah ayat 7,8)
Orang yang beriman dan beramal saleh itulah manusia yang paling
baik. Ini berarti bahwa iman saja tetapi tidak beramal, tidak
berusaha, tidak-tidak mengerjakan pekerjaan, maka itu bukan
baik.
9.

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta


orang-orang mumin akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu diberikanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,
(Surat At Taubah ayat 105).
Islam bukan saja menganjurkan beriman dan berilmu, tetapi juga
menganjurkan beramal dan bekerja, bukan memangku tangan dan
menunggu taqdir saja.

Dari Saidina Ali beliau berkata: Adalah Rasulullah SAW, pada satu
hari duduk, di tangan beliau ada sepotong kayu untuk menggores
tanah, beliau mengangkat kepala dan lalu berkata: Setiap orang
sudah diketahui (oleh Tuhan) tempatnya didalam surga atau
didalam neraka. Sahabat-sahabat bertanya: Apa gunanya lagi kita
berusaha ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita berpangku
tangan menunggu taqdir saja? Nabi menjawab: jangan! Bekerjalah
maka setiap kamu akan dimudahkan Tuhan bekerja sesuai dengan

22

apa taqdirnya! Lalu Nabi membaca ayat Al Quran: Barang siapa


yang suka memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa
kepada Tuhan dan membenarkan adanya surga, maka kami akan
memudahkan baginya jalan yang mudah, sampai akhir hayatnya.
(HR MUSLIM).
Nabi Muhammad Rasulullah SAW melarang berpangku tangan
menunggu taqdir, tetapi mengarahkan kita supaya beramal, supaya
berusaha.
Al Quran sebagai pedoman bagi setiap muslim
memberikan keterangan sejelas-jelasnya bahwasannya manusia
tidak akan memperoleh sesuatu apapun kecuali apa yang
diusahakannya. Jadi manusia dinilai dari usahanya. NILAI MANUSIA
yaitu Usaha.
Pengetahuan tentang taqdir adalah pengetahuan tentang
kekuasaan ALLAH yang mutlak, yang tidak dipengaruhi atau
dibatasi oleh apapun. Kekuasaan ALLAH yang mutlak itu hanya
ALLAH semata yang mengetahui hakikatnya secara terperinci,
sedangkan manusia hanya tahu sejauh yang pernah diberikan
melalui RasulNya; yang terdapat dalam Al Quran.
Pengetahuan manusia terhadap segala sesuatu yang pernah
dilihat dan dialami, semuanya itu hanya kesan-kesan yang mampu
diserapnya. Kemudian kesan-kesan itu diungkapkannya dalam
bentuk ucapan tingkah dan laku. Sedangkan komponen setiap
individu untuk menyerap segala sesuatu yang pernah dilihat dan
dialaminya itu berbeda, yang mengakibatkan satu objek yang
pernah dilihat dan oleh beberapa individu akan
menghasilkan kesan-kesan yang berbeda bagi setiap individu,
sehingga untuk objek yang satu akan memberikan pengetahuan
yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan individunya
masing-masing.
Inilah yang dilema yang dihadapi manusia dan senantiasa
membayangi kehidupan manusia. Yang diharapkan adalah
penelitian satu objek akan didapatkan satu kesamaan diantara
kesan-kesan yang dihadapi oleh setiap individu.

Memang kejadian yang demikian ini senantiasa ada dalam


kehidupan, karena itu memang merupakan hakikat manusiawi yang
penuh dengan kenisbian. Sehingga manusia itu terpenjara oleh
imagenya (imajinasinya) sendiri.
Oleh karena itu, untuk mengenal sesuatu yang tak pernah
dialami; yaitu tentang kekuasaan ALLAH, manusia harus
melepaskan dirinya dari penjara imajinasinya, dan menerima
bisikan, rahmat serta ilham yang diberikan oleh yang memiliki
kekuasaan yang mutlak; yaitu ALLAH SWT.
Al Quran dan Sunnah Rasul menerangkan:
Bahwasannya ALLAH adalah KUASA; sedangkan manusia bersifat
USAHA.

KESIMPULAN:
Walaupun semuanya sudah ada taqdirnya, tetapi manusia
diperintah oleh ALLAH dan Rasul supaya berusaha, tidak menunggu
taqdir saja.
Soal taqdir adalah hak ALLAH dan soal usaha adalah
kewajiban manusia, tetapi manusia diperintah pula; sesudah
berusaha supaya menerima dengan senang hati sekalian taqdir
yang ditentukan untuknya.
Insya ALLAH! Dengan pengertian taqdir sebagaimana yang
telah diuraikan, umat Islam akan menjadi umat yang tangguh,
umat yang akan menguasai alam ini, sebagaimana yang telah
dijanjikan ALLAH dalam Al Quran.
Setiap muslimin yang telah meresap dalam kalbunya akan
makna tentang taqdir, maka dia akan dapat menelaah, menggubah
dan membina semua persoalan yang dihadapinya. Dia akan dapat
masuk keujung bumi yang paling dalam dan akan melambung
kepetala langit yang paling tinggi dengan kemampuan yang

23

dimilikinya dan dengan hidayat dari ALLAH yang senantiasa


bersamanya.
TINGKATAN-TINGKATAN TAQDIR
Beriman terhadap taqdir adalah suatu keharusan bagi
setiap muslim sebagaimana diajarkan oleh Muhammad Rasullah
SAW, dalam sabdanya:
Iman itu ialah: percaya kepada ALLAH, MalaikatNya, kitabkitabnya, Rasul-rasulNya, .. kesudahan dan percaya kepada
qadar baik dan buruk. (HR MUSLIM)
Tetapi pemahaman terhadap taqdir ini adalah merupakan kondisi
subjektif bagi setiap insan, yang mengakibatkan perbedaan
tanggap terhadap yang diterangkan. Sehingga menimbulkan
tingkatan-tingkatan pemahaman mereka terhadap taqdir.
Tingkatan pertama:
Beriman bahwasannya ALLAH itu mengetahui akan segala
perkara, sebelum adanya (munculnya) perkara itu.
Al Quran dan sunnah Rasul menetapkan bahwa ALLAH
mengetahui akan segala kejadian sebelum kejadian-kejadian itu
dilaksanakan (diwujudkan) kealam lahir, alam ajsam dan alam
arwah. Tertulisnya segala sesuatu itu sebelum terjadinya,
menegaskan bahwa ALLAH mengetahui akan segala perkara yang
terjadi pada saat sebelum terjadinya.

Disisi ALLAH adalah kunci-kunci perkara gaib. Tidak ada yang


mengetahuinya selain dari Dia sendiri. ALLAH Maha Mengetahui apa
yang ada didarat dan dilaut dan tidak sehelai daunpun yang gugur,
melainkan Dia pasti mengetahuinya. Tidak ada sebutir biji dalam
kegelapan bumi pula yang basah dan yang kering, melainkan semua
tertulis dalam kitab yang terang.(Surat Al Anam ayat 59)

ALLAH sungguh mengetahui akan segala sesuatu sebelum


terjadianya, sebelum manusia dijadikan, sebelum langit dan bumi
dijadikan, sebelum ALLAH menetapkan ketentuan (taqdir) Nya,
sebelum ALLAH menyuruh para Malaikat menulis taqdir itu.
Pengetahuan ALLAH perihal keseluruhannya adalah
sebagaimana pengetahuan Nya perihal perinciannya. Sebenarnya
tampak di dalam alam semesta ini yang demi dan rapi susunannya,
indah tat tertibnya, kokoh buatannya dan elok serta dipandangnya,
semuanya itu tidak lain hanyalah sebagai bukti-bukti yang terang
dan yang jelas, betapa ke Maha Pengetahuannya ALLAH serta
betapa besar kebijaksananNYA.

Tingkatan kedua:
Beriman bahwasannya adalah segala rupa kejadian itu telah
ditulis dengan serba sempurna, telah dicatata dengan serba
lengkap oleh ALLAH tuhan seru sekalian alam, sebelum sesuatu itu
terjadi berwujud dialam wujud ini.

Apakah kamu tiada mengetahui bahwa ALLAH mengetahui apa


yang dilangit dan dibumi. Bahwasannya yang demikian itu tertulis
dalam kitabNya. Sesunggunya yang demikian itu tiada sukar, tiada
sulit bagi ALLAH melakukannya.(Surat Al Hajj ayat 60)

24

Segala sesuatu itu telah tertulis keadaannya sebelum ia


ditakdirkan. Yang ditulis adalah Ilmu ALLAH terhadap makhluk yang
dijadikan.
Segala hal ihwal, gerak-gerik manusia dan apa yang akan mereka
kerjakan, segala rancangan yang akan terjadi pada makhluk,
semuanya terjadi sesuai dengan apa yang tertulis di Kitab
tersebut.
Tingkatan ketiga:
Beriman bahwa segala sesuatu itu adalah dengan kehendakNya
ALLAH SWT itu adalah Maha Kehendak. Maksudnya adalah Dia
menentukan sesuatu yang mungkin dengan sebagian dari apa yang
pantas berlaku untuknya. Oleh sebab itu ada yang dijadikannya
panjang atau pendek, elok atau buruk, pandai atau bodoh,
ditempat ini atau ditempat lain dan sebagainya. Jadi ALLAH itu
berhak untuk mengurus segala sesuatu yang wujud ini sesuai
dengan apa yang telah menjadi kehendaknya, keinginanNya atau
yang cocok dengan kebijaksanaanNya.
Sesungguhnya perkataan Kami pada sesuatu itu apabila Kami
menghendaki adanya. Kami berkata: Jadilah maka benda itu
terjadi.(Surat An Nahl ayat 40)

Tingkatan keempat:
beriman bahwa segala sesuatu itu berwujud dengan ALLAH
menjadikannya,
ALLAH
sendiri
menciptakannya,
dengan
kekuasaanNya.

Merekalah yang diciptakan dari tiadanya sesuatu ataukah mereka


sendiri yang menciptakan? Atau mereka yang menciptakan langit
dan bumi? (Tidak) melainkan mereka tidak yakin dalam
kepercayaannya?. (Surat Ath Thur ayat 35, 36)

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,


kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia mengetahui apa yang
masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa
yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia
bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan ALLAH Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan. (Surat Al Hadid ayat 4)

Bahwasannya kami telah menjadikan segala sesuatu menurut


qodar. (Surat Al Qomar ayat 49)

Dan ALLAH yang menjadikan kamu dan segala yang kamu


kerjakan.(Surat Ash Shafat ayat 49)
yang menjadikan, yang menciptakan dan yang mengadakan segala
sesuatu yang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat
diamati. Dan ALLAH juga menjadikan segala perbuatan manusia,

25

maksudnya semuanya tidak pernah lepas dari kekuasaan (takdir)


ALLAH. Segala sesuatu itu terjadi dengan irodat ALLAH, kurodat
ALLAH.
Tingakatan keempat inilah yang dibahas secara terperinci tentang
takdir, seperti yang telah diuraikan.
TAQDIR SEBAGAI SUATU PENDEKATAN
Manusia bisa melakukan segala aktifitas apapun, kalau dia
hidup; dengan kata lain segala perbuatan dapat dilakukan kalau
manusia itu masih ada nyawanya, itu tidak bisa diadakan oleh
manusia sendiri; jika nyawa hendak melayang tidak mampu dan
tidak kuasa menahannya. Jika sudah hilang tidak mampu dan tidak
kuasa manusia mengembalikannya atau menggantinya.
Manusia lahir ke dunia tidak memilih ibu dan bapak, tidak
memilih bangsa dan tanah air. Sedang ibu dan bapak, bangsa dan
tanah air merupakan faktor terpenting yang menentukan nasib dan
kehidupan manusia. Dan semuanya itu lepas dari kemampuan
manusia. Setelah lahir maka didalam perkembangannya akan
dialaminya masa kanak-kanak. Dimana kanak-kanak tersebut
pemeliharaan dan pendidikan terserah kepada ibu dan bapak,
kepada orang-orang serumah, sehalaman dan sekampung.
Semuanya bukan pilihan manusia itu sendiri.
Suka atau tidak, manusia harus menurut dan meniru.
Perangai dan karakter manusia tumbuh disitu dengan tanpa
pilihan. Budi bahasa manusia tumbuh sambil meniru contoh yang
pernah dialami dan yang didapatinya dengan tanpa pilihan.
Begitu pula paham dan pikiran serta pengetahuan dan
keyakinan tumbuh dari diri manusia dengan menerima, dengan
meniru dan menurut kepada yang pernah dialami yaitu contoh dan
teladan yang pernah dijumpai didalam masa perkembangan dan
seterusnya manusia dalam pertumbuhnnya sampailah ke masa
dimana manusia tersebut sudah dapat membanding, memilih dan
menetapkan segala tindak dan perbuatan yang dilakukannya serta

mengerti dan sadar akan segala akibat yang dihadapi dari


perbuatan yang dilakukannya; tetapi pada kenyataannya semua
paham, pengetahuan serta kehendaknya semuanya berdasarkan
pada pengalaman dan kejadian yang dialaminya pada saat dimana
manusia tidak bisa menentukan pilihannya. Manusia tidak bisa
melepaskan kesan-kesan yang pernah dialaminya karena kesan itu
sendiri sudah menyatu dan tumbuh bersama dengan pertumbuhan
manusia itu sendiri. Kesan-kesan itu mengalir dan menyusup
kedalam pembuluh-pembuluh darah . Dengan keluar
masuknya nafas serta mendampingi segala aktifitas yang dilakukan
oleh manusia.
Dalam
kehidupannya
manusia
tidak
melepaskan
ketergantungannya pada sekitarnya dan pada individu manusia
yang lain. Pekerjaan yang dilakukan dan yang dijalankan
senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, dengan sesama
manusia, dengan jauh dan dekat. Didapatinya pergaulan yang
teratur, masyarakat tersusun dengan segala hukum dan adat
istiadat. Faham, pengertian, pengetahuan dan pemikiran
senantiasa bertemu dan bercampur dengan yang ada pada individu
yang lainnya. Kadang-kadang bertentangan, kadang-kadnag
bertikaian, kadang-kadang bersesuaian, tetapi tetap selamanya
saling pengaruh mempengaruhi. Manusia dengan ilmu dan
kehendaknya, merasa bahwa ia memiliki segala perbuatan yang
dilakukannya dengan ikhtiarnya. Ia sendiri yang menimbulkan
pekerjaan dengan neraca akalnya. Ia sendiri yang menentukan
pekerjaannya dengan kehendak yang ada padanya. Sesudah itu
semua bagian dinyatakan dengan kemampuan yang ada padanya.
Kadang-kadang manusia bermaksud menyatakan kecintaannya,
tetapi pekerjaan dimaksudkan untuk menyenangkan, kiranya
terjadi sebaliknya; yakni mengamati orang yang dicintainya.
Kadang-kadang ia mencari keselamatan, tapi bukan keselamatan
yang didapatnya tetapi sebaliknya ia terjerumus dalam kancah
bencana. Pada itu ia melihat kembali kepada dirinya, kalau-kalau
dia kurang cermat, kurang teliti dan kurang pikir.

26

Lalu kegagalannya dijadikan sebagai cambuk untuk sukses


dan dijadikan sebagai petunjuk dan pelajaran untuk melaksanakan
pekerjaan itu kedua kalinya. Ia bekerja lagi tapi kadang kala hasil
dan kadang kala gagal. Kalau gagal lagi ia melihat kepada orang
lain, barangkali kegagalannya karena ulah dari orang tersebut. Ia
marah kepada orang yang disangkanya menjadi sebab gagalnya,
karena orang ini melakukan kerja yang sama. Padahal
kegagalannya karena perencanaan yang dibuatnya, berbenturan
dengan kenyataan yang tidak bisa dijangkau perhitungannya. Akan
tetapi kadangkala perencanaannya berjalan dengan lancar tetapi
terjadi kecelakaan, kebakaran, atau kapalnya tertiup angin putting
beliung. Maka dikala itulah ia merasa bahwa di alam ini ada
kekuatan, ada kekuasaan, ada ketentuan yang paling penting, yang
tak dapat diliputi oleh kekuatannya sendiri.
Manusia tidak sanggup untuk memberhentikan perputaran
planet-planet, mengganti musim semi di musim panas, menukar
hujan di musim rontok, membuat gaya tarik menarik bumi tidak
bekerja lagi, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu manusia yang melakukan gerak-geraknya,
pekerjaan-pekerjaannya didalam alam, terbenturlah dia dengan
beberapa perkara yang diluar kemampuannya, yang tidak dalam
genggamannya atau kekuasaannya. Ketentuan yang ada pada alam,
melingkupi manusia dan selainnya. Dengan sebab itu apabila
manusia bergerak, gerakannya itu tentulah dengan ikhtiarnya.
Tetapi dikala bergerak ia dilingkupi oleh beberapa hal yang tidak
dalam ikhtianya. Mengingat hal ini tidaklah sempurna perbuatanperbuatan yang dilakukan manusia kalau tidak bersesuaian dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di alam.
Jadi terdapat ketentuan yang berlaku secara umum, yang
berlaku berdasar sebab dan akibat. Ketentuan-ketentuan ini
membatasi dan melingkupi kemampuan manusia. Ketentuan ini
mengakibatkan adanya Keharusan Universal atau kepastian
umum atau takdir. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam alam
adalah suatu bukti nyata tentang takdir, dengan irodatNya maka

takdir dinyatakan dalam bentuk ketentuan yang meliputi alam.


Maka ketentuan-ketentuan yang ada itu sering juga disebut
Sunnatullah. Ketentuan ALLAH; yang dengan sifat Rahman dan
RahimNya
memberi
tahukan
dan
menyatakan
tentang
kekuasaanNya dengan cara yang dapat terjangkau oleh manusia.
HIKMAH AJARAN TAQDIR
Adapun hikmahnya iman kepada Taqdir itu ialah supaya
kekuatan dan kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada
pengertian untuk menyadari adanya peraturan dan ketentuanketentuan ALLAH, kemudian dilaksanakan untuk membina dan
membangun dengan bersendikan itu, juga untuk mengeluarkan
harta dan benda yang terdapat dalam perbendaraan bumi agar
dapat diambil manfaatnya. Selain itu agar dapat diolah pula segala
kebaikan yang dapat digali dari benda-benda yang terdapat dalam
alam semesta ini.
Dengan demikian maka keimanan kepada Taqdir itu adalah
merupakan suatu kekuatan yang dapat membangkitkan kegiatan
bekerja dan kegairahan sesuatu, malahan dapat merupakan
dorongan yang positif untuk memperoleh kehidupan yang layak dan
pantas di dunia ini. Sebagaimana juga halnya keimanan kepada
Taqdir ini akan menghubungkan manusia dengan ALLAH yang Maha
Menguasai seluruh yang ada. Demikianlah sehingga manusia itu
akan dapat mengangkat dirinya kepada sifat-sifat yang luhur dan
mulia. Akhirnya ia akan menjadi seorang yang enggan diperintah,
tabah menghadapi kesukaran, berani membela yang hak, berhati
baja untuk menyatakan hal-hal yang benar serta menetapi segala
kewajiban yang dipikulkan kepadanya.
Sedangkan orang yang tidak percaya kepada takdir,
kehidupannya tidak akan tenang. Segala sesuatunya diukur dengan
kemampuan rationya, tetapi rationya tidak pernah memberi jawab
yang konstan. Karena tabiat ratio memang demikian. Misalnya,
seorang suami yang kematian istrinya yang tercinta secara

27

mendadak, tentu akan hilang akal dan memukulkan kepalanya ke


dinding sambil meratap meraung panjang, sedih atas istri yang
dikasihinya. Sehari, du hari, sebulan, dua bulan ia akan murung,
pitam, pusing selalu memikirkan kekasihnya itu. Akhirnya keadaan
itu mengakibatkan goncangan batin sehingga terjadi gangguan
kejiwaan pada dirinya. Begitu juga seorang dokter yang pandai,
mempunyai keahlian spesialis anak tetapi suatu ketika anaknya
sakit dan wafat. Ia akan bertanya pada kemampuannya, kenapa
anak saya mati kalau sakit, kenapa anak orang lain tidak, wah
percuma aku ini sebagai dokter. Akhirnya ia tidak percaya pada
kemampuannya; dan karena keahliannya itu adalah berhubungan
dengan dunia yang riil, dunia yang exact, akibatnya ia mengambil
kesimpulan, semua yang ada ini hanyalah dusta belaka. Oleh
karena itu ia membunuh diri.
Tetapi orang yang percaya kepada takdir akan berkata: ini
adalah taqdir dari ALLAH yang Maha Kuasa, semuanya harus
diterima dengan sabar dan tawakal kepada ALLAH yang
menjadikannya.
Dan segi lain orang bisa sombong, angkuh dan takabur
apabila ia kaya melagak kesana kemari, bahwa ia seorang yang
pintar mencari kekayaan, sehingga kaya raya melebihi orang lain.
Adapun orang yang percaya kepada taqdir, kalau mendapat
kekayaan mereka akan berkata: inilah nikmat ALLAH yang
dilimpahkan kepada hambaNya. Orang lain bisa juga mendapat
rahmat serupa ini kalau ALLAH sudah membuka pintu rizkinya,
ALLAH itu pemurah dan penyayang.
Jadi beriman kepada taqdir itu akan memberikan pelajaran
kepada manusia bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam
semesta ini hanyalah berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang
telah digariskan oleh zat yang Maha Tinggi. Oleh sebab itu jikalau
ia tertimpa oleh kemelaratan, ia tidak menyesal, tetapi sebaliknya
jikalau ia dilimpahi pertolongan dan keuntungan ia pun tidak
gembira sampai lupa daratan. Manakala seseorang itu sudah tidak
bersifat kedua hal itu; yakni tidak menyesal, lemah atau lumpuh

karena timbulnya keburukan yang tidak diharapkan, juga tidak


gembira yang melampui batas karena mendapat pertolongan dan
keuntungan, maka itulah seorang manusia yang lurus, terpuji dapat
mencapai arah keluhuran dan ketinggian yang teratas sekali.
Orang yang telah sampai kepada tingkatan yang demikian
itulah yang akan merasakan kemanisan serta kelezatan iman.
Sebagai disabdakan oleh Muhammad SAW:

Dari Ibnu Masud R dan beliau berkata bahwasannya Nabi


Muhammad SAW berkata: Tidak akan merasa seseorang kelezatan
Iman, kecuali kalau ia sudah yakin, bahwa sesuatu yang ditentukan
baginya mesti ia dapat dan sesuatu yang tidak ditentukan baginya
pasti tidak didapatinya.
IMAN KEPADA ALLAH
Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang.
Mengenal Allah adalah pengetahuan yang tertinggi dan
terpokok, menjadi sendi
dasar tempat berdirinya seluruh
kehidupan. Dari mengenal Allah timbullah cabang-cabang
pengertian untuk mengenal kitabullah, para Nabi, Rasul-rasul dari
segala yang bersangkut paut dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu,
seperti persoalan terpeliharanya mereka dari dosa, tugas
kewajiban mereka. Sifat-sifat mereka, betapa perlunya risalah
mereka dan segala yang bersangkut paut dengan kekuatan risalah
itu seperti: mujizat, pembelaan Allah kepemimpinan,
keistimewaan dan timbul pengertian untuk mengenal kitab yang
turun dari langit.

28

Kemudian bercabang kepada mengenal hal-hal yang di luar


alam fisik biasa (tidak dapat dikenal dengan mata, telinga, dan
panca indera lain) seperti persoalan Malaikat, Jin dan Roh.
Selanjutnya ditambah lagi dengan pengertian tentang
ujung dari hidup itu, ke mana, sampai di mana, hidup barzakh
(antara hari kematian sampai hari kiamat), kehidupan di akhirat
nanti seperti persoalan hari berbangkit di alam baru, hari
perhitungan, pahala, surga dan neraka.
ALAM DAN ISINYA MEMBERIKAN KEYAKINAN TENTANG ADANYA ALLAH
Adanya Allah, adalah hakikat (kebenaran) yang tidak perlu
diragukan lagi dan gambling. Seperti pati, jelas dan gamblangnya
matahari di siang cerah. Segala isi alam merupakan bukti yang
nyata meyakinkan bahwa mesti ada Khalik yang mengadakan dan
mengatur pengurusnya.
Alam angkasa luar (langit), tempat beredarnya matahari,
bulan dan bintang yang gemerlapan dan bumi yang didiami
manusia dan berisi binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda
beku dan cair. Itu semuanya merupakan perimbangan ukuran dan
ketelitian yang terjadi dalam penyusunan tempat dan waktu,
sehingga segala-galanya teratur rapi, sistematis dan cermat, tidak
lain merupakan bukti yang nyata tentang pastinya ada ALLAH. Dan
yang menjelaskan bahwa ALLAH sajalah yang mengadakan.
Tidaklah masuk akal, bahwa alam itu menjadi ada tanpa ada yang
mengadakan, sebagaimana tidak masuk akal pula ada mesin tanpa
ada yang membuatnya.
MAHA SUCI ALLAH DENGAN SEGALA SIFAT DAN KEAGUNGANNYA
Dan bukanlah wujud yang mempunyai rupa, bukan pula
unsure yang dibatasi ruang tak serupa dengan semua makhluk yang
diikat ukuran dan takaran. Dia bukanlah unsure dan tidak pula
ditempati unsur bukan pula bentuk dan dimensi atau ditempati

bentuk dan dimensi. Bahkan dia tidak serupa dengan semua yang
ada, dan tidak pula ada sesuatu yang menyerupaiNya.
Dia tidak dibatasi ukuran,tidak dilingkung oleh tepi, tidak
dibatasi arah dan tidak terangkum oleh bumi dan langit. Dia
bersemayam di atas arasy menurut cara yang difirmankanNya dan
arti yang dikehendakiNya akan tetapi persemayamanNya itu maha
sucilah dari bersentuh dan menetap, bertenang dan bertempat,
ataupun berpindah letak. Arasy tidaklah mendukungNya tetapi
arasy dan para Malaikat pendukung Arasylah yang dibawa dengan
kodratNya dan berada di dalam genggamannya.
Bila mengetahui Arasy dari langit, dan mengetahui segala
sesuatu . pada ujung semesta. Mengatas tanpa mendekat ke
Arasy dan langit, pun tanpa menjauh dari bumi dan pusat bumi.
Bahkan meninggi derajatNya dari bumi dan pusat bumi. Dalam
pada itu,- Dia Maha dekat dari segala yang ada, lebih dekat kepada
hambaNya dari urat leher sang hamba sendiri. Dia menyaksikan
segala sesuatu. KehampiranNya tidaklah dengan kehampiran
benda, sebagaimana tidak serupa zatNya denga zat benda. Dia
tidak bertempat pada sesuatu dan tidak ada sesuatu yang
bertempat padaNya.
Maha tinggi Dia dari dilingkungi oleh tempat, sebagai
MahasuciNya dari dibatasi zaman. Bahkan Dia telah ada sebelum
ruang dan waktu itu diciptakanNya. Dia sekarang menurut
wujudnya dahulu juga.
Sekalian sifatnya berlainan dari makhluknya. Tiada unsur
lain
dalam zatNya di dalam yang lain. Maha sucilah Dia dari
segala perubahan dan perpindahan. Dia tidak ditempati oleh segala
peristiwa dan tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat yang mendatang.
Bahkan Dia senantiasa dalam semua sifat kebesaranNya, bersih
dari kehilangan sifat-sifat itu,. Dia selalu dalam segala
kesempurnaan sifatnya, tanpa memerlukan tambahan sifat
kesempurnaan itu.

29

SIFAT-SIFAT ALLAH
Segala puji bagi ALLAH yang telah mengistimewakan para
pengikut Sunnah Nabi dengan nur keyakinan, dan mengutamakan
pendukung kebenaran dengan petunjuk pengokoh sendi Agama.
Mereka dijauhkan dari tiupan kaum penyeleweng dan kebejatan
para Atheis. Diberikannya taufik kepada mereka untuk mengikuti
jejak langkah penghulu segala Rasul, ditunjukiNya mereka supaya
dapat meneladani para sahabat yang mulia dan dimudahkanNya
bagi mereka mengikuti cara hifup Ulama Salaf (ulama yang
terdahulu), sehingga mendapat pegangan yang kuat dikiranya
melalui jalan terang dalam kepercayaan sepanjang hidup para
Ulama itu. Lalu mereka berhasil menyelaraskan buah pikiran ilmiah
dengan hukum syariat dan memastikan bahwa mengucapkan
kalimat pengabdian LA ILAHA ILLA .MUHAMMADARRASULULLAH,
adalah tanpa hasil dan faedah; selama belum dikuasai kandungan
isi dan pokok-pokok KALIMAT SYAHADAT INI.
Mereka dapat meresapkan bahwa KALIMAT SYAHADAT yang
pokok ini mengandung pe.tentang sifat ALLAH dan perbuatanNya
serta kebenaran RasulNya.
Jadi, ALLAH itu AWAL dan ABADI (tidak didahului dan tidak
diakhiri). ALLAH sendiri menerangkan sifatnya ini:

ALLAH itulah yang awal (paling dahulu), yang paling akhir, yang
nyata jelas karena jelas bukti ayat-ayat yang menjelaskan bahwa
Dia ada, dan yang bathin (tidak bisa ditanggapi dengan panca
indera dan tidak sanggup akal mengenal seluruh hakikatNya Yang

Maha Luas dan Yang Maha Tinggi). Dan Allah itu mengetahui segalagalanya.
(Surat Al-Hidayat 3)

Segala yang di langit dan di bumi akan fana, dan yang kekal ialah
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
(Surat Ar-Rahman ayat 26-27)
II. TIDAK SATUPUN YANG MENYAMAINYA
ALLAH itu Maha suci dan sempurna, tiada sesuatupun yang
bisa menyamaiNya dan Dia tidak serupa dengan sesuatu apa jua.
Bila hatimu membayangkan sesuatu tentang ALLAH, maka Dia tidak
sama dengan apa yang engkau bayangkan di hatimu itu. ALLAH
sendiri menerangkan siapa Dia, katanya:
Tidak ada sesuatupun yang menyamaiNya, dan Dia selalu
mendengar lagi melihat segala-galanya. (Surat As-Syura
ayat 11)
Kalau ada pada makhluk sebagian sifat yang sama seperti melihat,
mendengar, berbicara dan sebagainya, maka itu hanya nama sifat
yang sama bukan hakikatnya.
Bila dikatakan orang: Si Anu mengetahui, hidup, wujud,
kuasa, penyayang, bijaksana, maka itu hanya menurut lahirnya
saja.
Apalagi keadaaan ilmu, hidup, wujud, kuasa rahmat dan
bijaksana. ALLAH bersifat sempurna, benar-benar sempurna,
sedangkan wujud sifat pada manusia dan makhluk, amat dangkat

30

dan kurang sekali, kalau dibandingkan dengan sifat-sifat yang


dipunyai ALLAH yang Maha Besar Sempurna.
Dan ALLAH lah yang mempunyai sifat yang Maha Tinggi,
dan Dia Maha Perkasa dan Bijaksana. (Surat An-Nahl ayat 60)
Kejadian manusia lemah, sedang ALLAH Maha Kuasa dan
Perkasa (yang dikehendakiNya jalan terus, tidak terpatahkan).
Manusia selalu memerlukan yang lain, sedangkan ALLAH
Maha Cukup dan Maha Terpuji (tidak memerlukan bantuan).
Manusia menjadi Bapak dan Anak, sedangkan ALLAH tidak
memerlukan anak yang melanjutkan urusanNya dan tidak
memerlukan Bapak untuk mengambil asal kekuatan.
Manusia pelupa sedangkan ALLAH tidak pernah lupa dan
tersesat.
Manusia bersifat kekurangan, sedang ALLAH sempurna
mutlak.
Manusia pasti akan mati, sedangkan ALLAH terus hidup dan
tidak pernah akan mati.
ALLAH menerangkan lagi tentang siapa Dia:

ALLAH itu Tuhan tidak ada Tuhan selain Dia, yang Hidup
lagi menghidupkan, yang berdiri sendiri, Dia lah yang menegakkan
bumi, langit dan seluruh alam. Dia tidak pernah dipengaruhi rasa
kantuk dan lupa, karena hidupNya suci bersi, tidak sama dengan
kehidupan yang lain, yang dipengaruhi oleh kelemahan karena
mengantuk, tidur dan lupa. Dia yang mempunyai/ menguasai seisi
langit dan bumi. Tidak seorangpun yang bisa memberikan syafaat
(bantuan di sisiNya kecuali dengan ijinNya yang dikehendakiNya).
Dia lah yang mengetahui apa yang telah atau sedang mereka

hadapi dan apa yang bakal terjadi. Makhluk-makhluk tidak mungkin


bisa mengetahui seluruh ilmu ALLAH itu. Kecuali sekedar yang
dikehendakiNya menurut kekuatan jangkauan akal dan keperluan
makhluk-makhluk itu. Kursi kekuasaan yang Maha Tiggi dan Maha
Besar (dihormati, disayangi, ditakuti dan dikagumi karena
kesempurnaan ketinggian, kemuliaan, kesucian, kedaulatan, dan
kesanggupanNya yang tidak ada bandingnya).
(Surat Al-Baqarah ayat 255)
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah: Harap jelaskan
kepada kami sifat Tuhanmu! Maka turunlah ayat berikut:

Jelaskanlah hai Muhammad ! Dia itu ALLAH. Dia esa,


tunggal. ALLAH itu yang dituju untuk memajukan
permohonan karena Dialah yang menyediakan segala
keperluan. Dia tidak beranak, karena berdiri sendiri, tidak
memerlukan anak untuk melanjutkan urusanNya. Dia tidak
beranak dari yang lain karena Dia berdiri sendiri tidak ada
yang mendahuluiNya. Dia tidak satupun yang jadi
sekutuNya (yang menyamaiNya) atau sederajat dengan Dia,
ataupun yang diseru bersamaNya).
( Surat AlIkhlas)
Dengan menelaah ayat itu, sampailah kita kepada firman
Tidak ada sesuatu pun yang menyamai ALLAH.
Maka kita mengabdi kepada ALLAH saja, tidak dikurangi
dan ditambah dengan yang lain dantidak dipersamakan dengan
yang lain dan tidak dimasuki subhat yang datang dari luar Islam.
Bagi kita cukup beriman menurut yang dimiliki oleh para sahabat
Rasulullah SAW.

31

III. ALLAH ITU MAHA ESA (TUNGGAL)


ALLAH adalah Esa tanpa sekutu. Sendirian tanpa tara. Dia
sendiri Mencipta dan Mengatur, sesukaNya menandakan dan
membentuk, tak ada kawan yang menyamainya dan tak ada lawan
yang menyaingiNya. Sebagaimana terbukti dalam firmanNya:

Kalau ada Tuhan lain selain ALLAH, di langit dan di bumi,


maka langit dan bumi itu pasti akan binasa.
( Surat Anbiya ayat 22 )
ALLAH
a) Zat ALLAH Esa, berarti zat ALLAH bukan tersusun dari
bagian-bagian dan tidak ada yang menyertaiNya/menjadi
sekutuNya dalam kekuasaanNya:

c) Afal ALLAH satu berarti: tidak ada satu pun selainNya yang
benar-benar melakukan perbuatan, ALLAH lah yang
menjadikan
segala
sesuatu
sesuatu
dan
yang
menyempurnakan bikinan segala sesuatu, ALLAH sendirilah
yang mewujudkan dan yang mengadakan.
IV. KUASA
Dia berkuasa, Maha Perkasa, tidak mengalami kekuarangan
dan kelemahan, tidak merasai kantuk dan tidur, tidak ditangani
kebinasaan dan maut. Dia mempunyai Kekuasaan Keperkasaan,
Kuasa Cipta dan Kuasa Printah. Langit serta isinya dilipat tangan
kananNya dan seluruh makhluk tunduk dalam genggamanNya. Dia
sendirian yang menjadikan dan menciptakan segala sesuatu,
tunggal dalam menjadikan dan men..Dialah yang menciptakan
makhluk dan sekalian perbuatan yang mereka serta menentukan
rezeki dan ajal mereka. Tak ada kejadian yang keluar dari
genggamanNya dan semua pertukaran keadaan tidak lenyap dari
kodratNya. Tak dapat dihitung segala yang dikuasainya dan tidak
berkesudahan segala yang diketahuiNya.
Dan Dia menguasai segala sesuatu
( Surat Al-Maidah ayat 120 )

Maha Suci ALLAH dari segala kekurangan. Dia lah


ALLAH yang Esa menguasai segala-galanya.
( Surat Az-Zumar ayat 4 )
b) Sifat ALLAH itu satu, berarti tidak ada sifat lain yang
menyamai sifat ALLAH.

V. BERKEHENDAK MENENTUKAN SENDIRI (IRADAH)


Dia berkodrat-Iradat terhadap semuanya yang ada,
Mengatur segalanya. Maka sekalian yang berlaku di alam yang
nyata dan yang gaib (alam malaikat) hanyalah dengan kekuatan
dan takdirNya beserta himah, kehendak dan kebijaksanaanNya,
meskipun sedikit atau banyak, besar-kecil, baik jahat, berfaedahberbahaya, iman kafi, mengakui mengingkari, berlaba atau
merugi, bertambah-berkurang, taat-masiat.

32

Apa saja yang dikehendakiNya terjadi, apa yang tidak


dikehendakiNya takkan terjadi. Tak keluar dari kehendakNya satu
kerdipan mata ataupun getaran hati. Bahkan Dia lah yang memulai
kejadian dan mengulangnya serta berbuah sekehendakNya, tak ada
yang dapat menolak perintahNya, tak ada yang bias mengingkari
putusanNya, tak mungkinkah seseorang hamba terhindar dari
mendurhakainya; kecuali dengan Taufiq dan RahmatNya, tak ada
pula daya untuk mentaatiNya hanya dengan kehendak dan
Iradatnya semata.
Kalaulah manusia, jin, malaikat dan syaithan berkumpul
hendak menggerakkan atau menghentikan sebutir debu di alam ini
tanpa Iradah dan kehendakNya, pastilah takkan mungkin mereka
lakukan.
IradatNya berdiri dengan zatNya dalam kumpulan sifat-sifatNya.
Dia senantiasa bersifat dengan IradatNya dala azal itu tanpa
terdahulu atau terkemudian; bahkan semua terjadi sesuai dengan
Ilmu dan IradatNya tanpa pertukaran dan perobahan. Dia lah yang
mengurus segala urusan tanpa urutan fikiran atau memakan waktu.
Oleh karenanya, tak ada satu jua pun yang dapat merintanginya.
Bicara Kami, terhadap sesuatu bila Kami menghendaki
(tentukan) tidak lain dari mengatakan KUN -Jadilah! maka terjadilah sesuatu itu menurut yang kami tentukan!
( Surat An-Nahl ayat 40 )
Tuhanmu menjadikan yang dikehendakiNya dan Dia lah
yang memilih-menentukan. Mereka tidak akan bisa
menentukan. Maha Suci dan Maha jauh ALLAH dari segala
yang mereka perkatakan kepada ALLAH.
( Surat Al-Qashash ayat 68)
VI. MENGETAHUI (AL-ILMU)

Bila
mengetahui segala, meliputi IlmuNya akan semua yang terjadi
sejak dari ( ?..) sampai bumi sempadan puncak, sepadan langit.
Dia Mengetahui, dan tidak luput dari IlmuNya seberat atompun, di
bumi dan di langit. Bahkan diketahuiNya gerak langkah titik hitam
di atas batu hitam dalam malam yang gelap kelam. DiketahuiNya
pula gerak ( ?.) di angkasa; demikian juga semua rahasia yang
tersembunyi. Dia mengetahui detak hati nurani semua gerak dari
lintasan bathin yang tersembunyi. Semua yang terjadi
diketahuiNya dengan ilmu yang qidam serta Azali, senantiasa Dia
bersifat demikian sedari zaman antah-berantah, bukan dorongan
ilmu baru yang terjadi pada zatNya sehingga timbul dan hilang.

Apa engkau tidak melihat bahwa ALLAH mengetahui apa


isi langit dan bumi. Tidak berbisik tiga orang, melainkan
ALLAH yang keempatnya, tidak berlima melainkan Dia lah
yang keenamnya, tidak lebih kurang dan tidak lebih
banyak dari itu melainkan ALLAH bersama mereka, di mana
saja mereka berada, kemudian ALLAH memberitakan apa
yang mereka perbuat itu pada hari kiamat. Sungguh Allah
mengetahui segala-galanya.
( Surat Mujadalah ayat 7 )

Di sisiNyalah kunci hal yang gaib, dan tidak ada yang


mengetahui selain Dia mengetahui yang di darat, di laut,

33

tidak selembar daunpun yang jatuh, melainkan Dia ketahui


juga. Tidak satu biji pun, sekalipun terletak di bumi,
gelap, begitu juga yang basah atau kering melainkan
setiapnya tercatat dalam kitab dengan jelasnya.
( Surat Anam ayat 59 )
VII. MENDENGAR DAN MELIHAT
Dia Mendengar dan Melihat tanpa ada yang luput dari
pendengaranNya suatu apapun meski tersembunyi bagaimanapun,
dan tak ada yang luput dari penglihatannya suatu apa walaupun
betapa halusnya. Pendengarannya tak terhalang karena jauh dan
Penglihatannnya tak tertutup karena gelap. Dia melihat tanpa
indera mata. Mendengar tanpa telinga, bagaimanapun Dia
Mengetahui tanpa alat dan otak, bertindak tanpa anggota dan
Mencipta tanpa alat. Karena segala sifat-sifatNya taklah serupa
dengan sifat-sifat makhluk sebagai mana zatNya pun tak serupa
pula dengan zat makhluk.
ALLAH
mendengar
perkataan
perempuan
yang
membicarakan keadaan suaminya dengan engkau.
Perempuan itu mengadu kepada ALLAH. Dan ALLAH
mendengar buah percakapan itu.
ALLAH itu selalu mendengar dan melihat.
( Surat Mujadalah ayat 1)
Dia mengetahui curian gerak mata dan tersembunyi di
dalam dada.
( Surat Ghafir ayat 19 )
VIII. HIDUP (HAYAT)

Sifat hidup inilah yang membenarkan sifat-sifat Kuasa,


Menentukan, Mengetahui, Mendengar, dan Melihat. Tanpa sifat
Hidup, sifat-sifat tersebut tidak ada sama sekali.
Hidup ALLAH hidup yang sempurna, tidak ada yang lebih sempurna
daripadaNya, betapa besar keadaan dan hakikatnya tidak bisa
dicapai dan diketahui oleh akal manusi, sebab tenaga akal manusia
tidak mampu untuk menjangkau hakikat yang sebenarnya dari sifat
ALLAH.
Hidup ALLAH itu tidak diiringi oleh fana dan mati atau tidak
ada. Dan alam ini tidak mungkin ada tanpa diadakan oleh yang
bersifat hidup.
Dan percayakanlah dirimu kepada urusan Tuhan Yang Hidup yang
tidak akan pernah mati.
( Surat Al Furgon ayat 58 )
X. BERKATA (KALAM)
ALLAH
berfirman, Menyuruh dan Melarang kita,
membujuk dan mengancam kita dengan tutur kata yang Azali,
Qadim, berdiri sendiri, tidak serupa dengan perkataan makhluk.
Bicaranya tanpay suara yang terjadi dari keluarnya udara atau
getaran benda. Juga tanpa huruf yang berhenti oleh menopangnya
bibir atas bergeraknya lidah. Quran, Taurat, Injil, dan Zabur
adalah kitab-kitab Nya yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya
alaihimussalam.
Quran dibaca dengan lidah, dituliskan di mashaf dan
dapat dihafal dalam hati. Dalam pada itu, Ia bersifat qadim,
berdiri pada zat ALLAH, tidak dapat dipisahkan dan diceraikan
disebabkan berpindahnya ke dalam hati dan kertas. Nabi Musa AS
telah pernah mendengar firman ALLAH yang tanpa suara dan huruf
itu sebagaimana orang-orang utama dapat melihat zat ALLAH di
akhirat tanpa unsur dan
Dimensi.

34

Dengan sekalian sifat-sifat ALLAH tersebut, adalah ALLAH


yang hidup dengan kehidupanNya, yang Berilmu dengan
pengetahuanNya, yang Berkuasa dengan QodratNya, yang
Berkehendak dengan IrodatNya, yang Mendengar dengan
PendengaranNya , yang Melihat dengan PenglihatanNya dan yang
Berfirman dengan KalamNya. Jadi bukanlah zat semesta.
ALLAH benar-benar berkata kepada Musa.
( Surat An-Nisa ayat 164 )
Katakanlah! Kalau kiranya lautan dijadikan tinta untuk
menulis Kalimat Tuhanku niscaya habislah air laut itu
sebelum habis Kalimat Terbaku (yang menunjukkan
kebesaran dan kesempurnaan ALLAH) dituliskan, bahkan
walaupun air laut itu ditambah lagi dengan sebanyak yang
ada.
( Surat Al-Kahfi ayat 189)
Dan andaikata semua pohon yang ada di bumi dijadikan
pena dan lautan dijadikan tinta dengan ditambah lagi
sesudah itu tujuh lautan yang lain, maka belum akan
habislah Kalimat-kalimat ALLAH yang akan ditulisNya.

ASPEK IDEOLOGI DARI ISLAM

(Pokok-pokok pikiran ini disampaikan oleh Dahlan Ranuwiharjo,


S.H. kepada pertemuan Diskusi yang diselenggarakan oleh
alumni/KAHMI/HMI Surabaya-Malang-Jember. Tanggal 22-23 Agustus
1981 di Malang.)
I.

Permasalahan
1. Adakah Islam itu suatu ideology? Jika demikian apakah
Islam itu lalu berdiri sama tinggi sejajar dengan ideologideologi di dunia? Bukankah Islam itu Dienullah, agama
wahyu Illahi, sedangkan ideologi-ideologi itu adalah hasil
pemikiran manusia?
2. Apakah Islam itu bukanlah ideologi? Lalu apa peranan Islam
di dalam pertarungan dan percaturan ideologi-ideologi di
dunia dewasa ini dan di masa yang akan datang? Apakah
hanya sekedar menentang sesuatu ideologi yang antiTuhan?
3. Ideologi berfungsi untuk mengatur kehidupan bernegara
dan bermasyarakat; Jika Islam bukanlah ideologi atau tidak
mengandung ajaran-ajaran ideologi, lalu bagaimana Islam
akan mengurus kehidupan bernegara dan bermasyarakat,
karena Islam selain mengurus ibadat, juga mengurus
kehidupan negara dan masyarakat?
4. Benarkah pendapat seorang orientalis bahwa di kalangan
kaum muslimin terdapat kelompok yang mengidealisir
Islam sebagai satu-satunya alternatif terhadap segala
macam isme dan ideology (Abdurrahman Wahid, Majalah
TEMPO, 20 Juni 1981).
5. Menurut hakikat ajaran Islam bukannya menurut
pendapat orientalis bagaimana sebenarnya hubungan

35

antara Islam dan ideologi, bagaimana sikap Islam terhadap


ideologi dan bagaimana kedudukan ideologi terhadap
Islam?
6. Bagaimana kondisi ideologis dari negara-negara yang
rakyatnya beragama Islam dewasa ini?
II. Latar Belakang Permasalahan
1. Sejak bulan-bulan pertama setelah Proklamasi , khususnya
dalam tahun-tahun lima puluhan, Partai-partai Islam di
Indonesia menganut apa yang sering didengungdengungkan sebagai Ideologi Islam tanpa memberikan
perincian yang lengkap dan komprehensif apa isinya
mengenai semua segi kehidupan negara dan masyarakat,
sehingga sampai sekarangpun perumusan isi ideologi itu
belum pernah diberikan. Dapatlah dikatakan bahwa selama
35 tahun, ummat Islam Indonesia hanyut dalam slogan
(Al-Qur-an
S.34:15)
dan
dalam
bahasa
verbalisme :Berlakunya Hukum dan ajaran Islam di dalam
kehidupan orang perseorangan, masyarakat dan negara.
Terhadap gerakan mendirikan NII dari almarhum
Kartosuwiryo, partai-partai Islam tidak menyikapinya dari
sudut ajaran Islam sendiri, melainkan sekadar menyatakan
bahwa berbeda dengan Kartosuwiryo, partai-partai Islam
menempuh jalan yang legal parlementer.
Partai NU-lah yang pada tahun 1953 menyatakan sikap
agamis terhadap gerakan Kartosuwiryo yaitu dengan
mengangkat Soekarno sebagai
(pemegang pemerintahan darurat berkekuasaan penuh),
dengan demikian memberi legitimasi agamis kepada
pemerintah RI untuk menumpas garakan Kartosuwiryo

sebagai telah melakukan


. (pemberontakan);
Kyai Masykur, Tempo, 2 Mei 1981.
Catatan: Kata bughoh tercantum di dalam surat Al Hujurat
(S.49:9).
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, partai-partai Islam
telah melepaskan aspirasi Negara Islam, namun
persoalan ini kadang-kadang muncul di dalam arena politik
di Indonesia , sampai-samapi di kalangan ummat Islam di
Indonesia ada yang merasakan seakan-akan persoalan ini
akan dijadikan semacam hutang abadi yang setiap waktu
dapat saja ditagih kepada generasi-generasi penerus
ummat yang notabene tidak tahu menahu apalagi
bertanggung-jawab atas persoalan tersebut.
Di balik itu dari kalangan Ummat Islam sendiri atau
tepatnya dari kalangan kepemimpinan (politik) Ummat
Islam di Indonesia tidak tampak adanya usaha atau
bimbingan untuk membuat Ummat Islam Indonesia immun
kebal terhadap aspirasi Negara Islam itu, meskipun
disadari bahwa aspirasi ini tidak boleh tidak akan
membentur kepada tembok beton dasar Negara: Pancasila,
terlepas dari persoalan Pancasila-nya sendiri.
Belakangan ini dengan munculnya gerakan Warman dan
Imran, terlepas pula dari soal bonafiditasnya gerakan
kedua orang ini, namun yang terang adalah bahwa ada
kalangan generasi muda Islam yang terpikat dan terbawa
oleh gerakan itu. Kemungkinan selalu ada akan munculnya
gerakan serupa, bagaimana mencegahnya, hal ini terutama
tugas kepemimpinan (politik) Ummat Islam di Indonesia
dan di dalam hal ini kaum intelektual muslim harus pula
memberikan sahamnya.
2. Perkembangan di luar Indonesia menunjukkan bahwa
negara-negara yang (mayoritas) rakyatnya beragama Islam
dan sebagian besar memperoleh kemerdekaan setelah

36

usainya Perang Dunia II, negara-negara luar tersebut tidak


atau belum mengatur kehidupannya menurut ajaran-ajaran
Islam, walaupun negara-negara tersebut secara tidak
tepat sering disebut sebagai Negara Islam.
Di dalam tempo tiga puluh tahun kita menyaksikan
tumbangnya kerajaan-kerajaan Islam (Islamnya antara
tanda kutip) di mulai dengan Kerajaan Mesir pada tahun
1952, disusul dengan kerajaan Irak pada tahun 1958,
Yaman Utara pada tahun 1962, Libya pada tahun 1969,
Afganistan pada tahun 1973 dan Iran pada tahun 1979.
Di dalam tempo sepuluh tahun terakhir kita
menyaksikan republik-republik Islam bergelimpangan
jatuh, yaitu Yaman Selatan pada tahun 1969, Sudan pada
tahun 1969, Irak pada tahun 1969, Syria pada tahun 1970,
Pakistan pada tahun 1971 (dengan munculnya Republik
Bangladesh), dan Afganistan pada tahun 1978 (dengan
digulingkannya Presiden Daud oleh tokoh Marxis Taraki).
Pakistan adalah negara pertama di dunia yang secara
formal dapat disebut Negara/Republik Islam setelah
konstitusinya yang disyahkan pada tahun 1956 disebut
The Constitution of the Islamic Republic of Pakistan, di
mana tercantum di antaranya :
. That Pakistan would be a democratic statis
based on Islamic principles of social justice;
Where in the principles of democracy, freedom,
equality, tolerance and social justice as enunciated
by Islam, should be fully observed;
Where in Muslims of Pakistan should be enabled
individually and collectively to order their lives ini
accordance with the teachings and requirements of
Islam, as set out ini the Holy Quran and Sunnah;
Tetapi di dalam perkembangannya sejak didirikan,
Republik Islam Pakistan itu di dalam praktek politiknya
telah hanyut di dalam demokrasi liberal ala demokrasi

barat dan di dalam ekonominya tenggelam di dalam


oligarchaal kapitalisme, di mana penguasaan ekonomi
Pakistan berada di tangan 21 keluarga muslim (Pakistan
Barat), yang semuanya itu mengakibatkan disintegrasi
Republik Islam Pakistan.
Republik Islam Pakistan ala Jendral Zia ulhaq masih
merupakan tanda tanya besar, karena ungkapan Islamnya
baru pada pelaksanaan hukum cambuk bagi yang
kedapatan mabuk di tempat umum, sedang system politik
negara Islam (Islamnya antara tanda kutip) ini adalah
diktatur militer yang tidak dapat justified dari sudut
ajaran Islam.
3. Kaum Muslimin Iran yang telah berhasil dalam sikap radikal
revolusioner menghadapi persekongkolan kapitalisme dan
neo-feodalisme dengan telah terusirnya begundal-begundal
kapitalis Amerika dan ditumbangkannya rejim otoriter
feodal Syah, rakyat Iran di dalam Republik Islam sekarang
ini berada di dalam dilemma besar antara keharusan
melanjutkan revolusinya dengan memberi isi yang dapat
memenuhi kebutuhan rokhani dan jasmani rakyat dan
kenyataan berlakunya (menurut UUD RII) system
pemerintahan yang bertumpu pada Immah (pasal 2 sub. 5 :
Everlasting leadership of Immah and its role in giving
permanence to the Revolution of Islam ); yang Immah ini
diemban oleh faghih yaitu Ayatullah Khomeini yang jika
berhalangan akan diemban oleh Dewan Kepemimpinan
yang terdiri dari sejumlah faghih yang cakap (pasal 5);
system Immah ini dengan perkembangan revolusi Iran
dewasa ini menjadi diragukan kemampuannya meneruskan
dan menyelesaikan tugas-tugas Revolusi , apalagi setelah
system Immah berubah menjadi diktatur partai Republik
Islam yang di dalam prakteknya menjadi diktatur kaum

37

Mullah, meskipun dalam Introduction dari Konstitusi RII


tercantum dalam bab Method of Government in Islam:
From the view point of Islam, government is net
the product of any class distinction or the
supremacy of one particular group or class in
society..
4. Di dalam pertarungan sengit yang sampai sekarang masih
berkecamuk antara dua ideology dunia yang besar yaitu
liberalisme/kapitalisme/demokrasi dan variasi-variasinya
pada pihak yang satu dan marxisme/sosialisme/komunisme
dan variasi-variasinya pada pihak yang lain, orang menuju
pula pada alamat Islam dan bertanya sejauh mana Islam
dapat menyajikan ideology yang lebih baik dari kedua
ideology tersebut. Tantangan kepada Islam ini tentulah
tidak dapat dijawab hanya dengan keterangan bahwa Islam
adalah sempurna melebihi isme-isme dan ideology-ideologi
lain. Betapapun yakinnya seorang muslim terhadap
kesempurnaan Islam dan seorang muslim memang harus
berkeyakinan demikian namun jawaban serupa itu
tidaklah membuat seorang muslim apalagi yang bukan
muslim lalu memperoleh pegangan yang kongkrit tentang
bagaimana Islam mengatur kehidupan negara dan
masyarakat khususnya yang menyangkut ciri-ciri khas suatu
ideology yang membedakan dengan ideology lain yaitu
tentang bagaimana hubungan warga negara dan penguasa
c.q. hak/kewajiban warga negara vis--vis hak/kewajiban
penguasa, jadi mengenai apa yang lazim dikenal tentang
hak-hak asasi atau hak-hak politik , serta hak/kewajiban
warga negara vis--vis penguasa dalam bidang ekonomi,
jadi mengenai hak berusaha berikut hak pemililikan atas
sumber ekonomi (tanah, kekayaan alam, dan alat-alat
produksi) berikut pembatasan-pembatasannya.

5. Ummat Islam di seluruh dunia berhasrat menjadikan abad


XV H. sebagai abad Kebangkitan Islam, tetapi baik dari
Organisasi-organisasi Internasional maupun nasional c.q.
DPP Partai Persatuan Pembangunan dan MUI Pusat tidak
mau mau atau belum ada rencana bagaimana akan
mencapai Kebangkitan Kembali itu. Dengan kegiatankegiatan tradisional dan rutin saja, walaupun kegiatan
tradisional ini sudah ditambah dengan penyelenggaraan
MTQ setiap dua tahun, Kebangkitan itu tidaklah akan
tercapai.
Propanen
approach
kekuasaan
akan
mengedepankan tentang perlunya lebih dahulu kekuasaan
berada di tangan kembali tanpa menyerang bagaimana
akan memperoleh kekuasaan itu. Kekuasaan politik di
negara-negara yang rakyat (mayoritas) nya beragama Islam
berada di tangan orang-orang Islam, tetapi sebagian
khususnya di Timur Tengah dalam kondisi sekedar
mempertahankan status quo dengan mengadakan reform
kecil-kecilan setidak-tidaknya tidak menyeluruh secara
fundamental. Di Indonesia partai-partai Islam pernah
beberapa kali memegang kekuasaan politik tetapi tidak
lepas tanpa bekas. Apakah dari fakta-fakta ini tidak dapat
ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan Ummat Islam
khususnya di Indonesia belum mempunyai konsep ideology
untuk mengatur kehidupan di negara di dalam segala
seginya, sedangkan ummat lainnya yaitu pihak Barat
(Kapitalis) dan pihak Timur (Komunis) masing-masing sudah
mempunyai being in and ready for use. Dapatkah
Kebangkitan Kembali Islam dicapai tanpa adanya konsep
ideology yang bersumberkan kepada ajaran-ajaran Islam?
Latar belakang permasalahan-permasalahan tersebut
di atas lah yang mendorong tulisan ini mencoba menelaah
aspek ideology dari Islam.

38

III. Pengertian danFungsi Ideologi


1. Ideologi ialah : Seperangkat ajaran-ajaran atau gagasangagasan berdasarkan suatu pandangan
hidup untuk mengatur kehidupan
negara/masyarakat di dalam segiseginya serta yang disusun di dalam
sebuah system berikut aturan-aturan
operasionalnya.
Beberapa implikasi terdapat di dalam pengertian
tersebut:
a.
Penyusunan seperangkat gagasan/ajaran
menjadi sebuah sistem adalah pemikiran manusia,
sedangkan ajaran-ajarannya sendiri dapat berasal
dari Allah bagi yang berdasarkan pandangan hidup
Islam dan berasal dari pemikiran manusia. Dengan
demikian, ideologi itu adalah hasil pemikiran
manusia
b.
Ideologi hanya untuk kehidupan di dunia
c.
Ideologi adalah untuk negara tertentu
(karena belum adanya negara dunia).
d.
Ideologi dapat berubah menurut tempat
dan waktu.
2. Fungsi Ideologi : adalah untuk mengatur kehidupan
negara di dalam segala segi-seginya. Yang mengatur
sebuah segi saja dari kehidupan negara misalnya
mengenai sistem politiknya disebut sub ideologi.
Di dalam negara yang terdiri dari berbagai golongan
rakyat yang masing-masing berideologi sendiri, jika
saling bertentangan dinamakan counter ideologi, jika
tidak bertentangan dinamakan co ideology. (Misalnya
Islam terhadap Pancasila.

IV. Islam dan Ideologi


1. a. Islam adalah wahyu Illahi, bukan hasil pemikiran
manusia.
b. Islam mengatur kehidupan dunia dan akhirat.
c. Islam adalah universal, ajaran-ajarannya berlaku kapan
saja, di mana saja, dan bagi rakyat atau bangsa mana
saja.
Kesimpulan Islam bukanlah ideologi, tetapi lebih tinggi dari
ideologi.
2. Islam mengandung seperangkat ajaran-ajaran atau nilainilai yang jika disusun di dalam satu sistem serta
diproyeksikan ke dalam suatu negara akan dapat
merupakan ideologi bagi negara itu.
Ideologi demikian disebut ideologi yang berdasarkan
ajaran-ajaran Islam, atau yang bersumberkan Islam atau
yang diwarnai oleh Islam.
V. Keharusan Ummat Islam berideologi
Al Anam (S.6) : 165
(Dan Dia lah yang menjadikan kamu manusia penguasa di
bumi.).
An-Nur (S.24): 55

(ALLAH menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal


sholeh di antara kamu, mereka akan menjadi penguasa di
bumi, sebagaimana orang-orang sebelum mereka.)
Al-Maidah(S. 5): 44,45,47

39

..Hasil-hasil yang disimpulkan (oleh Fiqh) tidak akan


naik martabatnya menjadi bagian yang suci dalam syariat.
(hal. 38).
Mengenai fiqh ibadah dan Fiqh muamalat, Qutb berkata
bahwa fiqh ibadah adalah tetap dan stabil karena menyangkut
peribadatan yang tidak akan terpengaruh oleh perubahan
jaman. Sedang fiqh muamalah banyak berubah dan
berkembang., karena lebih banyak terpengaruh oleh keperluan
manusia..(hal. 39).
Menurut Sayid Qutb, kebijaksanaan pemerintah sudah
mengalami penyimpangan dari prinsip Islam sejak berakhirnya
zaman Khulafaurrasidin dan adanya kericuhan kekuasaan di
zaman Muawiyah. Akibatnya ialah membesarnya fiqh ibadah
dan menciutnya fiqh muamalat. (Hal 44).
Mengapa ulama-ulama pada masa raja-raja muslim dulu
tidak menulis tentang soal-soal politik (yang termasuk
muamalat), menurut Prof. Dr. A.Shalaby ialah karena:
Membahas tentang pemerintahan Islam sebetulnya
berarti membatasi kekuasaan khalifah-khalifah itu, dan
memperkecil pengaruh mereka, serta menggariskan syaratsyarat yang tentu saja menjadikan kebanyakan di antara
khalifah-khalifah itu akan kehilangan kekuasaannya, dan tidak
dapat mewariskan kerajaannya itu kepada puteranya. Karena
khawatirnya ulama akan pembalasan yang kejam dari raja-raja
itu diabaikanlah oleh mereka membahas dan mengatur
(muamalah) yang amat penting ini.
(Negara dan pemerintahan dalam Islam, oleh Prof. Dr.
A. Shalaby, terjemahan Prof. Muchtar Jahja, Penerbit Salim
Nabhan, Surabaya, 1957, hal 17).

(Barangsiapa tidak berhukum mengatur dunia dengan apa


yang telah diturunkan oleh ALLAH, mereka adalah kafir atau
dholim atau fasiq).
Hadis Nabi:

(Kutinggalkan kepadamu dua perkara yang jika kalian


berpegang kepada kedua-duanya tidak akan menyesal selamalamanya : Kitab ALLAH dan Sunnah Rasul).
Keharusan berideologi adalah konsekuensi dari pengangkatan
dari manusia menjadi khalifah di muka bumi , karena ideologi
berfungsi untuk mengatur bumi atau dunia yang terdiri dari
negara-negara dan masyarakat-masyarakat. Dan kedudukan
khalifah itu dijanjikan oleh ALLAH kepada manusia yang
beriman dan beramal sholeh, jadi kepada kaum muslimin. Dan
ideologi itu mestilah bersumber kepada Al Qur-an dan Al-Hadis.
VI. Syariat dan Fiqh
Bagaimana kedudukan fiqh terhadap syariat, hal ini
disinggung oleh Sayid Qutb di dalam bukunya Masyarakat
Islam, terjemahan H.A. Muti Nurdin, SH, terbitan yayasan at
Taufiq, PT Al Maarif, Bandung cetakan II, 1978.Sayid Qutb di
antaranya menerangkan :
Syariat adalah ciptaan Allah bersumberkan Quran dan
Sunnah, sedang Fiqh adalah ciptaan manusia yang terbit dari
upaya memahami, menafsirkan dan menerapkan Syariat di
dalam suasana tertentu.

VII.

Usaha Memahami Aspek Ideologi dari Islam


1. Menurut yang lazim diajarkan, Islam adalah terdiri dari
aqidah, syariat dan akhlaq. Sedang syariat terbagi
atas ibadah dan muamalah. Muamalah sebenarnya

40

masih dapat dibagi atas muamalah dalam arti sempit


yaitu yang terbatas kepada hubungan antara orang
perseorangan dan muamalah yang menyangkut
pengaturan
kehidupan
kenegaraan
atau
kemasyarakatan atau ideologi. Dengan demikian, isi
dari Islam dapat dibagi atas :
a. Aqidah;
b. Ibadah;
c. Akhlak;
d. Muamalah;
e. Ideologi.
2. Islam mempunyai satu kaidah yaitu :
.yang mengenai soal ibadah yakni mengenai
hubungan manusia dengan Tuhan semua terlarang
kecuali yang diperintahkan; dan mengenai hidup
keduniaan: semua boleh, kecuali yang terlarang.
Menurut istilah yurisprudensi, kaidah ini dinamakan:
Albaraatul- ashliyah.
(Dikutip dari pidato Muhammad Natsir di sidang
konstituante dimuat dalam buku Tentang Dasar
Negara Republik Indonesia dalam konstituante, Jilid I,
hal. 130)
Bagi keperluan usaha memahami aspek ideologi dari
Islam, yang harus diketahui ialah mana-mana yang
terlarang, karena yang tidak dilarang adalah boleh.
Hanya saja menemukan mana-mana yang terlarang
tidaklah mudah, karena Al Quran mengandung
ketentuan (Nash) yang baru dipahami setelah dipahami
setelah diberikan interpretasi ataupun setelah
dikaitkan dengan Nash lain.
3. Jadi, dalam rangka usaha menemukan aspek ideologi
dari Islam perlu lebih dahulu diusahakan untuk
menemukan metodologi memahami isi Al-Quran
sebagai berikut:

a. Ayat-ayat Al Quran terdiri dari:


- Ayat muhkam;
- Ayat mutasyabih yang tidak dapat ditakwilkan
(diinterpreter);
- Ayat mutasyabih yang dapat ditakwilkan
(Ali Imron, ayat 7, terjemahan Departemen Agama
RI )
Menurut Sayid Qutb (Masyarakat Islam, hal. 41):
perincian dan penerapan syariat yang dibutuhkan
oleh masyarakat untuk menampung keperluankeperluan yang temporer dan selalu berubah itu
tidak keluar dari empat kemungkinan:
Pertama:
Syariat telah menetapkannya denga nash (teks)
yang tegas (uitdrukkkelijk) suatu hukum
tertentu. Dalam hal ini hukum itu mesti
diterapkan menurut hurufnya betul, tanpa
perubahan atau penyimpangan sedikitpun.
Kedua
Syariat tampil dalam bentuk satu nash atau
lebih yang menurut materi dan susunan katanya
dapat ditakwilkan. Dalam hal ini kesempatan untuk
ijtihad terbuka luas untuk tarjih (menguatkan)
atau taufiq (mencocokkan) pelbagai nash yang
berbeda-beda. Kalau nashnya hanya satu, maka
penerapannya dapat disesuaikan dengan keadaan,
seraya mengambil petunjuk praktek penerapan
yang dilakukan pada permulaan islam, - jika ada,
dengan memanfaatkan buah fikiran ahli hukum
dalam perkara-perkara itu. Namun demikian, kita
tidak perlu mengikuti praktek dan pendapat
mereka itu secara dogmatis. Sebab pendapat
mereka pada hakekatnya hanyalah berupa

41

tanggapan yang sepadan dengan tuntutan


keperluan dimasa mereka. (Hal. 42)
Ketiga
Ada kalanya, syariat membawakan suatu
prinsip umum yang menyinggung suatu
masalah yang terkandung dalam prinsip
umum itu. Hukumnya tidak disebutkan
dalam bentuk nash yang tegas. Jika
demikian duduknya, maka hukumnya
termasuk kedalam masalah Ijtihadiyah,
yakni:
mempergunakan
rasio
ketika
menerapkan
prinsip
umum
tadi
menghadapi masalah yang konkrit. (Ibid.
Hal. 43)
Keempat
Bisa juga kita ketemukan masalah yang
tidak disinggung oleh syariat. Dalam hal
ini, keputusan hukumnya semata-mata
bergantung kepada hasil ijtihad dengan
syarat tidak bertabrakan dengan salah satu
prinsip Agama-Islam atau salah satu hukum
pokok syariat. (Ibid. Hal. 43)
b. Ayat-ayat Al Quran yang mengandung nash
(ketentuan = regel) pada umumnya tetap berlaku
sepanjang masa, tetapi ada nash yang sudah
merupakan fakta sejarah yang tidak muncul lagi
(misalnya tentang budak dan tentang cara
memperoleh harta rampasan perang; yang terakhir
tercantum didalam Al Khasr ayat:7).

b. Ada nash yang maknanya dapat dipahami secara tepat


hanya jika dihubungkan dengan nash dalam ayat lain.
c. Mengkaitkan/melengkapi nash-nash Al Quran dengan
Hadis-hadis yang relevan.
d. Melakukan ijtihad dengan mempergunakan kaidah-kaidah
usul fiqh dan rasio asalkan tidak bertentangan dengan
ketentuan Al Quran dan Sunnah Rasul.
4. Di dalam Bab IV dimuka disinggung bahwa Islam mengandung
ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang jika disusun dalam satu
sistim dapat merupakan suatu ideologi.
Ajaran atau nilai itu disebut oleh Sayid Quth prinsip
global, kaidah umum atau pokok dasar; oleh Shalaby disebut
patokan umum; oleh Rodyidi disebut prinsip umum; oleh
Abdurrahman Azzam disebut general principle yang
semuanya ini mempunyai arti sama.
Sayydi Qutb:
Dia (syariat) tampil dalam bentuk prinsip-prinsip yang
global dan kaedah-kaedah umum sehingga di bawah
naungannya dapat memancar puluhan bentuk masyarakat
yang hidup dan aktif bergerak dalam lingkarannya yang
luas, tetapi tetap berpegang kepada pokok dasarnya.
(Ibid. Hal. 37)
Shalaby:
Adapun urusan duniawi, Tuhan telah menggariskan pokokpokok yang penting. Manusia berkewajiban memperluas
memperkembangkannya, agar sesuai dengan kehidupan
mereka dalam segenap tempat dan masa, dalam batasbatas patokan umum yang telah dipancangkan oleh Tuhan,
sesuai dengan sabda Rasul:

a. Nash dapat diangkat dari ayatnya tanpa terikat kepada


sebab turunnya ayat itu, tetapi (tentunya) tanpa
meninggalkan jiwa dari nash itu.

Ideologi dan Pemerintahan dalam Islam, Hal. 18)


Prof. Dr. H.M. Rasyidi:
Oleh karena yang terdapat dalam Quran dan Hadis
kebanyakan mengenai ibadah pribadi, sedangkan yang

42

mengenai kemasyarakatan dan ketata-negaraan pada


umumnya hanya terdapat garis-garis besar serta principeprincipe umum. (Islam dan Sosialisme, Hal. 66)
Abdurrahman Azzam:
Upon perusal of the holy Book and Islamic traditions
(sunnah) and upon examination of Islamic history during
the are of the orthodox caliphs, we find that Islam is
definite and conclusive on all general principle are
implemented, therefore, one can witness the flexibility of
the Shariah and its disposition to independent reasoning.
(The Eternal Message of Muhammad, Hal 105).
Bandingkan pendapat para penulis diatas dengan pendapat
Nurcholis Madjid:
Kecuali nilai-nilai dasar yaitu rasa taqwa yang terbit dari
iman kepada All ah dan ibadat kepada-Nya (didalam Islam)
tidak ada nilai-nilai yang tetap. (Pembaharuan Pemikiran
Islam, Penerbit Islamis Research Centre Jakarta, Hal. 10).
Bandingkan pula dengan pendapat Abdurrahman Wahid
tentang adanya sekelompok Muslim yang mengidealisir Islam
sebagai alternatif satu-satunya terhadap segala macam isme dan
ideologi (TEMPO, 20 Juni 1981). Jadi menurut Abdurrahman
Wahid, Islam itu pada hakekatnya tidak mengandung ajaran
ideologi dan pendapat bahwa Islam adalah mengandung ideologi
hanyalah diidealisir saja, jadi hanya diangan-angan saja. Menurut
Abdurrahman Wahid, Islam difungsikan terutama dalam pergaulan
sosio-kultural.
Karakteristik suatu ideologi yang membedakannya dengan
ideologi lain ialah terutama terletak pada sistem politik dan sistem
ekonomi, sedangkan segi-segi lainnya (budaya, pendidikan, militer
dan lain-lain) adalah refleksi atau penunjang dari kedua sistim ini.
karena itu di dalam paper ini hanya akan dikemukakan beberapa
prinsip umum dalam Al Quran dan Hadis mengenai sistim politik
dan sistim ekonomi saja.

VIII.

Prinsip-prinsip Umum Sistim Politik Menurut Islam


1. Sistim politik dalam islam adalah berdasarkan prinsipprinsip umum yang terdapat di dalam Al Quran dan
Hadits. Orang boleh saja memperbandingkan sistim
politik dalam Islam dengan yang terdapat diluar Islam,
tetapi orang tidak dapat menilai apa-apa yang
terdapat di dalam sistim politik lain. Misalnya
mengenai lembaga kedaulatan rakyat hampir semua
manusia gandrung (rindu dendam) kepada kedaulatan
rakyat, sampai-sampai dikalangan kaum intelektual
Muslim yang dalam berfikir bernafaskan Islam yaitu
bertitik tolak dari dan melakukan pemikiran menurut
garis ajaran-ajaran Islam tentulah tidak akan menilai
jauh dekatnya isme lain dari / dengan Islam, karena
jarak dekat atau jauh sukar diukur, sebab sistim politik
menurut Islam mempunyai dasar dan sistimnya yang
secara fundamental berbeda dengan yang ada di dalam
sistim-sistim lain.
Jika kepada seorang intelektual yang
bernafaskan Barat ditegaskan bahwa sistim politik
dalam Islam tidaklah didasarkan kepada kedaulatan
rakyat, melainkan kepada kedaulatan Tuhan, ia
akan skeptis, apabila jika diingat bahwa Kedaulatan
Tuhan itu yang pernah menjadi dasar sistim politik
dari Abad Pertengahan sudah dicampakkan oleh
negara-negara Barat sejak Revolusi Perancis. Tetapi
yang dicampakkan di Barat itu adalah kedaulatan
Tuhan yang dipraktekkan oleh gereja dalam
kombinasinya
dengan
feodalisme-Nya
Abad
Pertengahan; kombinasi demikian tidak pernah dikenal
dan tidak ada di dalam Islam.
2. Menurut Abul Ala Maududi, sistim politik Islam
berdasarkan atas tiga prinsip, yaitu Taukhid (Ke-Maha
Esa-an Tuhan), Risalah(Ke-Rasulan Muhammad), dan

43

Khilafah. (pokok-pokok pandangan hidup muslim),


terjemahan Prof. Osman Raliby, Penerbit Bulan
Bintang, Jakarta, Cetakan Ketiga, 1979, Hal. 50).
Catatan: Khalifah artinya wakil, khalafah artinya
perwakilan.
Menutur Maududi, sebagai wakil dari Allah
harus dipenuhi empat syarat: pertama, pemilik dari
bumi seluruhnya adalah tetap Tuhan dan bukan wakilNya yang bertugas mengelola; kedua, pengelola itu
akan mengelola milik Allah (bumi) sesuai dengan
instruktsi-instruksiNya; ketiga, pengelola bumi akan
melaksanakan kekuasaannya dalam batas-batas yang
Allah telah tetapkan baginya; keempat, dalam
mengelola itu ia akan melaksanakan kehendak Allah
dan bukan kehendak sendiri. (Ibid, Hal. 52)
Selanjutnya Maududi menegaskan bahwa tidak
ada perorangan manusia atau kelas atau dinasti dapat
menjadi khalifah, dan bahwa kekuasaan khalifah itu
dianugerahkan kepada seluruh golongan rakyat,
kepada masyarakat sebagai satu keseluruhan, yang
memang bersedia memenuhi syarat-syarat perwakilan
atau setelah menyetujui prinsip-prinsip Tauhid dan
Risalah. (Ibid. Hal 53).
Implikasi dari khilafah ialah bahwa setiap apa
yang didalam Al Quran disebut sebagai milik Allah
atau sebagai kekuasaan Allah maka yang mewakiliNya
adalah manusia sebagai satu keseluruhan.
Selanjutnya Maududi berkata:
Setiap orang yang menikmati hak-hak dan
kekuasaan-kekuasaan
dari
perwakilan
ketuhanan itu dan dalam hal ini semua
perorangan adalah sama.

Badan-badan untuk melaksanakan soal-soal


negara dibentuk sesuai dengan kehendakhendaknya dari orang-orang itu..
pendapat
mereka
adalah
menentukan
(decisive) dalam pembentukan pemerintah
yang harus dijalankan sesuai dengan kehendak
mereka.
Barang
siapa
memperoleh
kepercayaan mereka ia akan menjalankan
tugas dan kewajiban-kewajiban daria Khilafah
atas nama mereka; jika ia kehilangan
kepercayaan itu, ia harus berhenti dan tunduk
terhadap kemauan mereka. Dalam hal ini
sistim politik Islam adalah suatu bentuk
Demokrasi yang sempurna.
Mengenai perbedaan antara Demokrasi Barat
dan Demokrasi Islam, Maududi mengatakan:
Dalam
Demokrasi
Barat
rakyat
yang
berdaulat, dalam Demokrasi Islam kedaulatan
berada pada Tuhan dan rakyat adalah Khalifah
atau wakil-Nya. Dalam Demokrasi Barat rakyat
membuat undang-undang sendiri sedang dalam
Demokrasi Islam rakyat harus mentaati undangundang Syariat yang diberikan lewat Rasul-Nya
Nabi Muhammad SAW. (Ibid, Hal. 54)
Mengenai khilafah Shalaby berkata:
Khilafah itu mulai dari pagi-pagi telah
kehilangan corak keagamaannya, yaitu sejak
berdirinya Kerajaan Umawiyah. Islam tidak
mengenal sistim mewarisi kekuasaan (sistim
berputra mahkota). Sejak sistim mewarisi
kekuasaan itu dipakai pada Kerjaan Umawiyah,
jadilah jabatan Khalifah yang diwarisi itu suatu

44

jabatan yang asing dari sistim Islam. (Negara


dan Pemerintahaan dalam Islam, Hal 11).
Di dalam pelajaran Sejarah Islam, kerajaan
serupa itu biasanya dimasukkan kedalam ke-Khalifahan
(didalam Islam) sistim politik monarkhal, sehingga
kerajaan serupa itu tepatnya disebut Pseudo-Islam,
karena menurut Shalaby kerjaan serupa itu adalah
asing dari Islam, atau dengan kata lain telah
menyimpang dari syariat dan tidaklah mencerminkan
Masyarakat Islam. Bagaimana dapat diharapkan dari
masyarakat Preudo Islam seperti itu akan keluar fiqhfiqh yang melaksanakan dan menegakkan syariat. Yang
terang dari padanya tidak akan muncul fiqh muamalat
yang lengkap menyangkut pengaturan kehidupan
kenegaraan/kemasyarakatan. Memang sebagai mana
yang dikatakan oleh Sayid Quth.: .. bukan
masyarakat Islam yang menciptakan syariat, tetapi
syariatlah yang menciptakan masyarakat Islam.
3. Menurut Maududi, tujuan dari Negara menurut syariat
adalah
menegakkan,
memelihara
dan
memperkembangkan
marufat
(virtues)
yang
dikehendaki oleh Allah dan mencegah serta membasmi
mungkarat (vices). Syariat membagi marufat kedalam
tiga kategori: fardhu (wajib), sunat (mandub) dan
Mubah; sedang munkarat dibagi atas haram dan
makruh.
. Yang mubah itu, yakni yang diperbolehkan,
yang permissible, adalah sangat luas, sehingga
terkecuali buat hal-hal yang memang secara
khusus dilarang oleh syariat, segala sesuatu di
bawah matahari adalah mubah buat setiap
Muslim. (Ibid. hal. 32).
Monarkhi adalah bertentangan dengan prinsip
persamaan antara hamba Allah, bertentangan dengan

prinsip musyawarah (untuk memilih Kepala Negara)


dan bertentangan dengan prinsip menyerahkan
pimpinan kepada yang lebih cakap. Karena itu
monarkhi bukanlah mubah, melainkan bertentangan
dengan syariah.
Bagi umat Islam di Indonesia yang di dalam
negara
non
sekuler
Pancasila
berkesempatan
sepenuhnya menghayati dan mengamalkan ajaranajaran Islam, aspirasi Negara Islam adalah amat
tidak relevan, juga melanggar Kesepakatan Bangsa 22
Juni 1945 yang didalam doktrin Islam dikenal sebagai
(Negara kesepakatan).
4. Adapun mengenai hak-hak azasi manusia, di bawah ini
tertera beberapa ayat Al Quran dan Hadis yang saya
kutip dari buku hak-hak Azasi dalam Islam, Hasil
Seminar Riyadh, 22 Maret 1972, terjemahan A.
Rakhman Zainuddin MA, Penerbit Dewan Dawah
Islamiyah Indonesia, 1979, Hal 39-41:
Al Israa (S. 17:70):
(Sesungguhnya telah kami muliakan anak Adam).
Al Khujurat (S. 49:13):
(Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku agar kamu saling mengenal. Yang paling mulia
diantara kamu adalah yang paling taqwa).
Al Mumtahanah (S. 60:8):
(Terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu
dalam masalah agama dan tidak pula mengusir kamu
dari kampung halamanmu, Tuhan tidak melarang kamu

45

berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka, karena


Allah mengasihi orang-orang yang berbuat adil).
Al Baqarah (S. 2:256):
(Kaum wanita adalah saudara kandung kaum lelaki)
(Tidak boleh ada paksaan dalam hal agam).
Yunus (S. 10:99):

Hadits Nabi

(Adakah engkau akan membenci manusia sampai dia


menjadi mukmin?).
An Nur (S. 24:):

(Harta dan darah saudaramu haram bagimu).


Hadits Nabi

(Orang-orang yang didalam harta benda mereka


terdapat hak-hak tertentu: bagi orang yang meminta
dan yang tidak punya).
Al Maidah (S. 5:8):

(Menuntut ilmu adalah wajib bagi seorang muslim dan


muslimat).
Hadits Nabi

(Hai orang-orang yang beriman jadilah orang-orang


yang berdiri tegak karena Allah sebagai saksi atas
keadilan. Janganlah karena benci kepadamu lalu
engkau tidak bersikap adil; karena ini lebih dekat
kepada taqwa. Takutlah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah itu Maha Tahu dengan apa yang kamu lakukan).
Hadits-hadits Nabi:
(Orang Arab tidak mempunyai kelebihan atas orang
Non-Arab. Tidak pula orang putih atas orang hitam
kecuali dengan taqwa).
Hadits Nabi

(Semua makhluk ini adalah anggota keluarga Allah.


Makhluk yang paling dicintai Allah adalah makhluk yang
paling berguna bagi anggota keluarganya).

IX.

Prinsip-prinsip Umum Sistem Ekonomi Menurut Islam.


1. Suatu sistem ekonomi (dari ideologi manapun) mengatur
hubungan antara warga negara dan penguasa/negara
dalam bidang ekonomi: c.q. hak milik warga negara, hak

46

pemilikan warganegara atas sumber-sumber ekonomi


(tanah, kekayaan alam, alat-alat produksi) vis--vis
penguasaan/pemilikan sumber-sumber ekonomi oleh
negara, serta hak berusaha warga negara vis--vis
wewenang negara dengan perusahaan negara.
Kapitalisme dan Marxisme/Socialisme mempunyai
pengaturan-nya masing-masing mengenai persoalanpersoalan tersebut di atas; Islam bagaimana?
2. Menurut Islam, tugas negara di antaranya adalah
membasmi mungkarat dan di dalam sistem ekonomi
termasuk mungkarat adalah setiap bentuk penghisapan
(exploitation), kedholiman dan ketidakadilan (Maududi,
Ibid. Hal. 55). Hal ini dikonkritkan oleh Muhammad
Qutb dalam sikapnya terhadap kapitalisme:
They (orientalists) argue that as Islam permitted
individual ownership it must likewise permit
capitalism. In answer to tis accusition it might
suffice to point out that capitalism can not prosper
or grow without usury and monopoly both of which
were prohibited by Islam about one thousand years
before the existence of capitalism.
(Muhammad Qutb, Islam the Misundestood
Religion, 1964, Hal. 132).
Terhadap laba yang diperoleh si kapitalis berkat kerja si
buruh, Muhammad Qutb berkata:
The Islamic principle which was laid in this
respect entities the warman to share the profit
with their employers. The employer profides yhe
capital and the workman does the work, the two
effort are equal and accordingly they are entitie d
to an equal share in the profit. (Ibid. Hal. 135).

Secara implisit, Muhammad Qutb menerima


pendapat Karl Marx tentang adanya surplus-value, hak
buruh yang dirampas oleh si kapitalis.
3. Mengenai riba yang dilarang oleh Islam (Al-Baqarah : 275
dan Ali Imron : 130), Syafruddin Prawiranegara di dalam
sebuah ceramahnya Hakikat Ekonomi Islam memberi
interpretasi terhadap arti riba. Menurut beliau, riba
tidaklah identik dengan bunga pinjaman uang yang biasa
disebut di dalam dunia bank sebagai interest. Menurut
Syafruddin, riba adalah segala bentuk keuntungan yang
diperoleh dengan:
a. Exploitation de lhomme par lhome (penindasan dan
pemerasan oleh manusia atas manusia), dan
b. Abuse de la nature par l homme (penyalahgunaan
alam oleh manusia).
Jadi, riba adalah segala bentuk kedholiman dalam bidang
ekonomi, di antaranya adalah exessive profit, exessive
interest, pengerukan hasil hutan yang merusak
lingkungan alam, dll.
4. Interpretasi a la Safruddin di atas adalah sesuai dengan
jiwa Syariat, karena dengan melarang segala bentuk
kedholiman c.q. dalam bidang ekonomi, masyarakat atau
kepentingan umum akan terlindungi. Dan tugas syariat di
antaranya ialah melindungi kepentingan umum.
.
. Sebagaimana diterangkan oleh Akhmad Zaki Yamani:
Semua hukum-hukum dalam Al-Quran dan
Hadits, kecuali hukum peribadatan, mesti
didasarkan atas sesuatu kepentingan umum bagi
masyarakat yang dikehendaki Allah. (Syariat
Islam yang Kekal dan Persoalan Masa Kini,
Terjemahan K.M.S. Agustjik, Penerbit yayasan
Bhinneka Tunggal Ika, cetakan II, 1979, Hal. 19).

47

Meninjau hak milik perseorangan yang di dalam Islam


diakui dan dilindungi mestilah juga mengaitkannya dalam
keseimbanganya dengan kepentingan umum. Selanjutnya
Yamani:
jika di luar bidang peribadatan dikatakan
sesuatu hak adalah sebagai hak Allah, yang
dimaksud adalah hak jamaah atau hak umum.
(Ibid. Hal. 44).
Hubungan ini dengan ajaran khilafah yaitu bahwa
yang menjadi wakil (kholifah) Allah di muka bumi,
bukanlah orang seorang, bukan dinasti melainkan
masyarakat Muslim secara keseluruhan (vide bab VIII, Sub
2).
Jadi terhadap hak milik ada pembatasannya yaitu
sepanjang tidak menimbulkan kerugian kepada orang lain,
sehingga keluarlah Hadis Nabi:
..
(Tidak boleh merugikan atau dirugikan)
Ahmad dan Ibnu Majah.
Dari prinsip di atas, Yamani sampai pad teori
Kesewenang-wenangan dalam Penggunaan Hak yang
isinya adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan hak (milik) hanya diperbolehkan untuk
mewujudkan- maksud yang dituju sesuai dengan
adanya hak itu.
b. Penggunaan hak dapat dianggap tidak menurut Syara
bila menimbulkan kerugian yang luar biasa.
c. Penggunaan tidak dibenarkan kecuali untuk mendapat
sesuatu faedah dan bukan merugikan orang lain.
(Ibid. Hal. 48-9).

Pada halaman 51 dari bukunya itu, Yamani mengemukakan


bahwa pemilik hak dianggap telah berlaku sewenangwenang kalau melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Jika tindakannya ditujukan untuk merugikan orang
lain;
- Jika tindakannya itu tidak membawa faedah
kepadanya, tapi malahan merugikan orang lain, dan
- Jika tindakannya itu menimbulkan kerugian bagi
masyarakat umum seperti halnya monopoli.
Menurut Yamani, teori tersebut telah dimuat di dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Turki Usmani.
5.

III.

Dalam prinsip khilafah terletak prinsip kolektivitas dalam


Islam, karena yang menjadi khilafah, adalah ummat hamba
Allah secara keseluruhan.Jadi jika di dalam Al-Quran
disebut bahwa sesuatu itu milik Allah, maka implikasinya
adalah bahwa milik Allah itu diserahkan pengelolaannya
kepada ummat hamba-hamba Allah secara keseluruhan.
Thooha (S.20): 6

(Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di


angkasa, yang ada di bumi, dan di antara
keduanya serta yang ada di bawah tanah).
Mengenai ayat tersebut Yamani mengatakan, bahwa katakata apa dalam ayat Al-Quran tadi memberikan
pengertian bahwa semua yang ada di bumi seluruhnya
diciptakan untuk manusia semuanya.

48

Tidak ada seorangpun yang diistimewakan untuk melebihi


yang lain (Ibid. Hal. 45).
Ayat tersebut dikonkretisir oleh sebuah sebuah
hadits Nabi:

(Manusia memiliki bersama tiga benda,


yaitu air, rumput dan api dalam suatu
riwayat ditambah dan garam).
Mustafa Husni Assibai menunjuk kepada hadits di atas
yang hanya menyebutkan tiga benda itu, bukan sekali-kali
dimaksudkan membatasi (hanya tiga benda itu saja yang
boleh dinasionalisasikan). tetapi dapat dimaksudkan di
dalamnya segala sesuatu yang menjadi kebutuhan bersama
bagi manusia umumnya.
(Sosialisme Islam, Terjemahan M. Abdai Ratomy, Penerbit
CV. Diponegoro, Bandung, Cetakan I, 1969, Hal. 215).
Pada hemat saya, yang dimaksudkan di dalam hadis
tersebut tentulah bukan sekedar air, rumput dan api,
melainkan sumbernya. Dari ayat dan hadis tersebut
terlihat adanya paralellisme dengan pasal 33 UUD 45.
6.

1400 tahun yang lalu di mana masyarakat Arab masih


dalam tahap ekonomi yang dapat dikatakan baru berupa
subsistence-economy- atau stadswirtschaft, belum ada
perdagangan inter-kontinental, industripun belum ada
sama sekali, pada waktu itu boleh dikata belum ada
masalah hubungan perburuhan, namun Al-Quran dan
Hadits telah menggariskan beberapa prinsip umum yang
tampak sekali relevansi untuk masa kini juga untuk masa
depan.
Bertolak dari prinsip
.
(Al-Baqarah: 279).

Dan Hadits
.

.
, hubungan perburuhan

adalah untuk memelihara keseimbangan (keadilan) antara


buruh dan pemilik modal. Beberapa prinsip umum dalam
bidang ini terkandung di dalam sejumlah ayat Al-Quran
dan Hadis di bawah ini yang dikutip dari buku Sosialisme
Islam, AssibaI, Hal: 207-214:
Al-Ahqoof (S.46): 19
(Bagi setiap orang apa yang dikerjakan
mempunyai nilai imbalannya hendaknya
dipenuhi dan jangan ada yang teraniaya).
Al-Imran (S.3): 195

(Sesungguhnya aku tidak mengabaikan


amal dari kamu masing-masing baik lelaki
maupun perempuan).
Al-Araf (S.7): 85

(Dan janganlah kamu mengurangi barangbarang orang).


Al-Qashash (S.28): 5

49

4.

(Dan Kami akan memberi pertolongan


kepada orang-orang yang tertindas di muka
bumi..).

(Bayarlah
upah
si
keringatnya kering).

Hadis-hadis Nabi :
1.

(Kepada buruh yang tidak mempunyai tempat


tinggal berilah tempat tinggal, yang belum kawin
kawinkanlah, yang belum mempunyai kendaraan
sediakanlah kendaraan).
(Imam Ahmad dan
Abu Dawud)

2.

(Bukhari-Muslim)
3.

(Ada tiga orang yang akan menjadi


lawanku di akhirat.seseorang di antara
mereka
itu
adalah
orang
yang
mempekerjakan
buruh
tetapi
tidak
memenuhi upahnya).

sebelum

5.

(Setiap
orang
dari
kamu
adalah
penggembala dan setiap penggembala
bertanggung jawab atas gembalanya).

(Buruh adalah penggembala atas harta


majikannya dan harus bertanggung jawab
atas gembalaannya itu)

buruh

7.

Demikian banyaknya ayat-ayat Al-Quran dan Hadis-hadis


yang menyinggung soal kemiskinan, sehingga timbul
pertanyaanapakah di dalam Islam, kemiskinan itup
merupakan lembaga tersendiri, artinya yang tidak dapat
dihapuskan dan karena itu harus dibantu?
Melihat prinsip-prinsip umum sistem politik dan
sistem ekonomi di dalam Islam yang sebagiannya telah
disinggung di muka, sebenarnya dapat ditarik kesimpulan
bahwa di dalam Islam tidak mungkin terjadi kekayaan
struktural.
Kekayaan
struktural
ialah
kekayaan
yang
dimungkinkan oleh struktur kekuasaan. Feodalisme,
monarki, kapitalisme, fasisme, oligarkhi, dan kombinasikombinasi lain antara struktur kekuasaan dan struktur
ekonomi, masing-masing membawa kekayaan strukturalnya
sendiri. Karena Islam menolak setiap sistem politik/

50

ideologi tersebut. Islam karenanya juga menolak kekayaan


struktural dalam setiap manifestasinya.
Kekayaan struktural menghasilkan kemiskinan
struktural. Karena Islam menolak setiap bentuk kekayaan
struktural, Islam juga tidak mengenal kemiskinan
struktural. Karena itu kemiskinan yang dimaksud di dalam
Al-Quran dan Hadis bukanlah kemiskinan struktural dan
karena itu juga bukan merupakan lembaga.
Kemiskinan yang dimaksud di dalam ayat-ayat AlQuran dan Hadis adalah kemiskinan karena musibah,
karena kecelakaan, karena kemalasan, karena kebodohan,
dan lain-lain yang semuanya dapat dikatagorikan ke dalam
kemiskinan dhoruri.
Kemiskinan struktural harus dan dapat diberantas,
tetapi yang tidak dapat dihapus, setidak-tidaknya yang
selalu saja dapat terjadi adalah kemiskinan dhoruri.
X. Kesimpulan
1. Islam bukanlah ideologi, tetapi mengandung prinsip-prinsip
umum yang universal tentang bagaimana mengatur
kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan.
2. Dari prinsip-prinsip umum tersebut dapat lah diyakini
bahwa Islam adalah menolak feodalisme, monarki,
kapitalisme, fasisme, diktator, totaliterisme, otoriterisme,
oligarkhi, dan setiap bentuk kombinasi antara kekuasaan
politik dan kekuasaan ekonomi. Sudah barang tentu Islam
menolak atheisme dan sekularisme dan setiap sistem
politik yang didasarkan kepada kedua-dua isme tersebut.
3. Prinsip-prinsip umum tersebut yang terdapat di dalam AlQuran dan Hadis jika disusun di dalam satu sistem dapat
merupakan sebuah ideologi yang aplikabel dalam suatu
negara.

4. Prinsip-prinsip umum tersebut jika diproyeksikan ke alam


Indonesia akan menunjukkan adanya paralellisme dengan
prinsip-prinsip Pancasila, Pembukaan, dan Batang Tubuh
UUD 45.
5. Bagi Ummat Islam di Indonesia tidaklah relevan untuk
menyusun
ideologinya
sendiri,
melainkan
dapat
mengusahakan agar pelaksanaan Pancasila, pembukaan dan
pasal-pasal UUD 45 diwarnai oleh prinsip-prinsip umum
yang terdapat di dalam Al-Quran dan Hadis tentang
kehidupan bernegara dan masyarakat; bersama-sama
dengan kaum Pancasila-is lainnya. Ummat Islam Indonesia
lainnya
hendak
memperjuangkan
agar
Pancasila,
Pembukaan dan pasal-pasal UUD 45 terlaksana secara riil
operasional, sehingga Pancasila benar-benar akan menjadi
living ideology.
6. Kegiatan memperdalam pengkajian isi Al-Quran dan Hadis
akan membawa kepada pemahaman prinsip-prinsip umum
yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadis tentang
pengaturan kehidupan negara dan masyarakat (aspek
ideologi) dan peningkatan pemahaman aspek ideologi dari
Islam ini justur dapat menimbulkan dan meningkatkan
harmoni dalam penghayatan ajaran-ajaran muamalah
(Islam) dan penghayatan ajaran-ajaran yang terkandung di
dalam Pancasila, Pembukaan dan batang tubuh UUD 45,
sehingga apa yang di sementara kalangan Islam di
Indonesia terasa sebagai hutang turun-temurun setidaktidaknya apa yang masih merupakan psychological
barrier dapat hapus. Demi ketahanan Nasional, demi
kelestarian Republik Pancasila Indonesia.

51

Literatur:
1. Al Quranul karim.
2. Abul Ala Maudidi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslimin.
3. Abul Ala Maudidi, Dasar-dasar Ekonomi Islam.
4. Sayid Qutb, Masyarakat Islam.
5. Sayid Qutb, Islam the Misunderstood Religion.
6. Dr. A. Shalaby, Negara dan Pemerintahan dalam Islam.
7. Dr. A. Shalaby, Masyarakat Islam
8. Dr. Ahmad Zaki Yamani, Syariat Islam yang Kekal dan
Persoalan Masa Kini.
9. Abdurrahman Azzam, The Eternal Message of Muhammad.
10.
11. +Dr. Mustapha Husni AssibaI, Sosialisme Islam.
12. Dr. H.M. Rasyidi, Islam dan Sosialisme.
13. Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya.
14. Prof. Dr. H. M. Rasyidi, Koreksi terhadap Dr. Harun
Nasution
15. Drs. Nurcholish Madjid, Pembaharuan Pemikiran Islam
16. Prof. Dr.H. M. Rasjidi, Koreksi Terhadap Drs. Nurcholish
Madjid.
17. A. Rahman Zainuddin M.A.(terj.), Hak-hak Asasi dalam
Islam.
18. Drs. Miftah Faridl, Pokok-pokok Ajaran Islam.
19. Abdul Razak Naufal, Al-Quran dan Masyarakat Modern.
20. Syekh Ibnu Taimyah, Pedoman Islam Bernegara
21. H. Zainal Abidin Ahmad, Dasar-dasar Ekonomi Islam.
22. H. Syafruddin Prawiranegara, Hakikat Ekonomi Islam
(paper).
23. Imam Al Ghazali, Ihya ulumuddin, jilid I.
24. PB. HMI., Nilai-nilai Dasar Perjuangan.
25. Sekretariat Konstituante, Tentang Dasar Negara RI dalam
Konstituante, Jilid I.

26. Harsja W. Bachtiar, (peny.). Percakapan dengan Sidney


Hook.
27. Wilfred Cantwell Smith, Islam in Modern History.

----ooOoo----

52

ISLAM VERSUS ISME-ISME


(Penyusun Ahmad Zainal Abidin Urru)
1.

Muqaddimah
Bawalah bukti-bukti (argumentasi)-mu, bila
orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Raml 64).

adalah

Dan jangan kamu ikut sesuatu yang kamu tidak


mempunyai ilmu tentangnya, (karena) sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati tiap-tiap satu
daripadanya

akan
ditanya
(diminta
pertanggungjawabannya) tentang hal itu. (Q.S. Al-Isra :
36).
Allah telah mewahyukan Islam kepada Muhammad
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam untuk segenap Ummat
manusia dan alam semesta.1) Islam yang beresensi ajaran tauhid
yakni mengesakan Allahtelah dipeluk dan ditegakkan oleh para
Nabi dan Rasul terdahulu.2) Sesungguhnya pula, Islam merupakan
al-Din yang benar, sempurna dan satu-satunya Din yang diridhai
Allah.3) Oleh karena itu, siapa jua kapan dan di mana pun berada
sejak kerasulan Muhammadtidak memeluk Islam, maka agama
yang dipeluknya filsafat yang dianutnya, isme-isme apa pun juga
yang dipeganginya, kepercayaan yang diyakininya, adalah bertolak
dan tidak diterima oleh Allahmereka termasuk insan yang rugi. 4)
Hanya Islam saja yang pada hakikatnya yang tumbuh dan
berkembang dalam keadaan terang sejarah , tiada satu dogma
1)

Al-Quran, 34: 28; 21: 107; 4: 79.


Ibid, 2:136.
3)
Ibid, 35: 24; 5: 3; 4: 125; 3: 19.
4)
Ibid, 3:85.

maupun satu takhayul pun mampu menyelinap dalam ajaran Islam.


Seluruh ajaran Islam mempunyai sumber yang jelas, baik dalam
wahyu Allah (Al-Quran) maupun Sunnah Rasul; bahkan Rasulullah
secara prefentif bersabda, Siapa pun yang melakukan amal ibadah
tidak menurut perintah/ Sunnahku, maka tertolak. (Hadits Shahih
riwayat Bukhari). Namun apabila tiada suatu keterangan yang pasti
di dalam Al-Quran maupun Sunnah Rassul, maka seorang muslim
dapat mengambil hukum dengan kemampuan analisisnya berdasar
Quran dan Sunnah. Hal inilah yang disebut sebagai ijtihat. Dengan
sistem (uslub) seperti ini, Islam mempunyai garansi objektif dapat
sesuai dan serasi di semua tempat dan waktu, dan pasti selaras
dengan kebutuhan/kemajuan serta fitrah eksistensi manusia. 5)
Sungguhpun demikian, bahwa Islam benar, sempurna, dan
universal; tetapi banyak di antara manusia tidak mengetahuinya
bahkan tidak mau percaya.6)
Untuk menganalisa/ menelaah isme-isme atau ideologi yang man
made ( buatan manusia) dan relatif mudah rapuh, dapat
kita perhatikan firman Allah Q.S. Al Ghatsiyah: 23, Al-Naml:
64, Al-Isra : 36, Al-Nisa 150-151.
2. Masalah
Umat Islam yang memiliki ajaran yang benar dan sempurna
itu, pada waktu yang sama berhadapan serta hidup berdampingan
dengan masyarakat lainnya yang memiliki faham dan isme-isme
yang menurutnya adalah benar pula. Jadi meskipun umal Islam
menyatakan bahwa agamanyalah yang paling benar, maka pihak
lain juga berpendapat bahwa pendapat serta isme yang
dianutnyalah yang paling benar. Sehingga dengan fakta itu, umat
Islam menjadi paham, mengapa pihak-pihak di luar Islam dengan
segala strategi dan taktiknya berusaha menyeret umat Islam untuk

2)

5)
6)

Al-Quran, 30: 30.


Ibid., 30: 30; 34:28.

53

mengikuti isme mereka.7) Atau setidak-tidaknya ummat Islam


diproses agar kehilangan identitasnya, dan bersikap lemah dan
kalah menghadapi barisan non Islami itu.
Pihak di luar Islam menuduh Islam sebagai agama yang
usang atau out of date. Islam tidak punya konsep ekonomi, Islam
tidak punya konsep budaya, politik, pendidikan, hukuman dan
sebagainya; begitu kecaman mereka. Bahkan lebih dari itu, Islam
dicap sebagai agama yang tidak mampu menghadapi tantangan
zaman; Islam dianggap sebagai sumber fanatisme dan kejumudan
(kebekuan). Islam dianggap agama Impor dari Arab. Islam dituduh
tidak mampu mempersatukan bangsa.8)
Benarkah tuduhan dan anggapan mereka itu? Apa
sebenarnya yang menjadi esensi faham/isme mereka, sehingga
mereka mampu melancarkan tuduhan terhadap Islam semacam itu?
Dalam pada itu, apakah Islam sanggup menjawab tantangantantangan yang dihadapkannya?
5.
Meluruskan Istilah dari Kekacauan Semantik
Akhir-akhir ini ada sebagian masyarakat yang secara
sengaja dan terencana maupun yang ikut-ikutan mempergunakan
istilah secara tidak tepat dan menyimpang dari makna sebenarnya.
Istilah-istilah yang menyesatkan itu misalnya; kata modernisasi
diberi makna melaksanakan pembangunan dengan segala
konsekuensinya termasuk eliminasi aqidah. Hak-hak asasi
bermakna setiap individu bebas melakukan kehendaknya, meskipun
penuh kekejian dan amoral.9) Jihat dicemarkan untuk pengertian
orang-orang Islam yang menegakkan kebenaran dengan teror dan

kebengisan. Manusiawi dipraktekkan sebagai pemenuhan selera


(nafsu bersama). Keluarga Berencana diartikan pembatasan
kelahiran, penghalalan seluruh alat pirantinya, takut beranak
banyak, takut susah dan sedih melaratseakan sudah tahu
sebelumnya secara pasti bahwa anak yang akan lahir pasti
membuat miskin. Ideologi dan falsafah yang benar, adalah rumusan
sang kaisar dan kelompoknya. Keadilan dan kebenaran adalah
untuk baginda yang dipertuan agung, rakyat adalah sumber
keresahan,. Demokrasi adalah suara rakyat yang diatur untuk
mengesahkan tirani. Musyawarah adalah usaha untuk sepakat
(mufakat) meskipun zhalim, dan penuh kontradiksi.10)
Dewasa ini banyak istilah yang jungkir-balik tidak
semestinya. Dengan kekacauan semantik itu terbuka
kemungkinan kepada siapa pun untuk memberi arti semuanya
terhadap suatu konsep. Pada waktu yang sama, bagi mereka yang
tidak peka akan terjerat dengan sematik udang di balik batu.
Kekacauan semantik yang telah membudaya, akan mengakibatkan
meski seseorang tahu arti yang sebenarnya, ia tidak berani dan
enggan mengatakannya, karena akan berhadapan dengan maha
dahsyatnya kekuatan serangan balik. Serangan balik itu biasanya
struktur politik yang didukung oleh kekuatan-kekuatan yang zhalim
pula. Hatta, siapa jua yang menegakkan kebenaran dan
keadilan(dan menentang sang zhalim itu), akan diidentikkan
dengan ekstrim, fanatik, dan subversib, serta dianggap merusak
serta dianggap merusak stabilitas alam semesta!10a)
1

7)
8

Al-Quran, 2: 120
)
Perhatikan misalnya Turki pada pemerintahan Mustafa Kamal
Attaturk dan Iran ketika di bawah rejim Reza Shah Pahlevi; di mana
sekularisme berjalan lancar dan legal.
)
Perhatikan misalnya, kasus Kusni Kasdut (perampok pembunuh)
yang dibela olah beberapa orang di Indonesia agar bebas dari eksekusi
hukuman mati.(1979-1980).

0)

Perhatikan misalnya system pemerintahan di Uni Soviet, RRC dan


negeri-negeri yang semisal dengan itu.
0a)
Apabila kita amati secara seksama, baik masa pemerintahan
Soekarno maupun Soeharto; banyak terlihat para penegak kebenaran
dan keadilan barus berhadapan dengan kekuatan yang sungguh hebat.
Penegak kebenaran harus berhadapan dengan kekuatan yang sungguh
hebat. Penegak kebenaran harus menerima nasib terisolir dari kancah
politik. Seakan-akan yang disebut benar adalah rumusan kelompok

54

Pada lazimnya di negara komunislah kekacauan semantic


disebarluaskan, atau di negara yang yang penguasanya sering
cenderung status quo -mempertahankan kekuasaan- sangat rajin
membuat penjungkirbalikan kata dan kalimat untuk bela diri.
Penguasa atau elite kekuasaan yang sejenis itu, memang benar
mempersilakan rakyat untuk memberi nasihat, tetapi juga penjara
dibuka lebar; kritik diharapkan tetapi juga kekejian dilakukan
untuk pemberi kritik.
Apabila kita melakukan kajian falsafah, pada masa Yunani
disebutlah suatu aliran falsafah Sofistik ( abad ke-5 Sebelum
Masehi). Aliran Sofistik ini beranggapan bahwa kebenaran itu
relatif, menurut keperluannya. Semua dinyatakan benar dan baik
menurut keperluannya dalam konterks dengan manusia. Dan ketika
Sokrates tampil meluruskan kekacauan pikiran masyarakat
Athena secara benar, sistematis, dan penuh kejujuran- justru
dianggap pengacau dan harus menerima hukuman meminum
racun sampai mati!
Dalam hubungan makalah ini, kita perlu memberikan
penafsiran secara tepat terhadap kata isme. Sementara pihak
mengacaukan istilah (sufiks) isme, sebagai ajaran, pendapat atau
faham seseorang atau kelompok termasuk ajaran agama. Dari
kerancuan istilah ini, maka pihak orientalist menyebut Islam
sebagai Mohammadanisme (H.A.R.Gibb, a Mentor Book, 1955).
Kelanjutan dari istilah itu, maka orang dapat secara semaunya pula
menyebut Islamisme. Istilah itu tidak tepat , perlu kita luruskan.
Isme berarti doktrin/ajaran, teori atau sesembahan.
Misalnya Budhisme, Calvinisme, Platonisme. Isme berarti juga
kesetiaan kepada suatu prinsip-prinsip. Misalnya Realisme,

Stoikisme, Sosialisme.11) Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa


dalam penyebutan isme menunjuk pada pengertian yang khusus,
yakni teori, prinsip ajaran yang dirumuskan oleh hasil pemikiran
manusia. Dengan pengertian ini kita dapat menyebut Zionisme,
Komunisme,
Kapitalisme,
Pragmatisme,
Sekularisme
dan
sebagainya.
Apabila kata isme menunjuk kepada pengertian hasil
akal budi manusia semata-mata, tanpa ada dasarnya dengan Kitab
Suci yang shahih dan otentik; maka Islam sebagai Din-Allah (yang
diwahyukan oleh Allah) tidaklah tepat disebut Islamisme atau
Muhammadinisme. Dengan memberikan imbuhan isme kepada
Islam berarti telah membawa Islam kepada pengertian yang kabur
seakan-akan Islam sebagai ajaran buah piker manusia atau doktrin
Muhammad.
Dari pengistilahan di atas, seakan-akan Islam telah sama
saja dengan Kristen maupun Yahudi, Hindu, Budha dan sebagainya.
Sementara sejarah telah membuka mata ummat manusia dewasa
ini, bahwa agama-agama termaksud lebih banyak dipengaruhi oleh
ajaran pimpinannya sehingga kehilangan esensi dan orisinalitasnya.
Para ahli telah memberikan kesaksian yang cukup valid tentang itu,
misalnya Maurice Bucaille (Paris, 1976), Roger Garaudy (Paris,
1981). Muhammad Rasyid Ridha memberikan keterangan yang
cukup terperinci dalam bukunya Al-wahyu al-Muhammady. 12)
Islam sebagai Din-Allah berarti wahyu Allah kepada
Muhammad untuk rahmat ummat manusia dan seluruh alam
semesta. (Al-Nisa : 79; Al-Anbiya: 107; Saba: 28). Muhammad
Rasulullah menjelaskan arti Islam sebagai penyerahan diri mutlak
1

yang paling besar. Perhatikan ketika Soekarno memaksakan


NASAKOM, dan perhatikan pula ketika Soeharto memproses Aliran
Kepercayaan melalui voting Sidang MPR 1978; maupun pengesahan
asas tunggal Pancasila.

1)

Philip Babcock Gove, Ph.D. (ed.). Websters Third New


International Dictionary, G & C Meriam Company, Massachussets,
USA, 1971, hal. 1198.
2)
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh
Josef C.D. berjudul Wahyu Ilahi Kepada Muhammad, Pustaka Jaya,
1983.

55

dalam kesaksian iman bahwa Tidak Tuhan-Tak Tuhan- kecuali Allah


dan pengakuan kesaksian bahwa Muhammad adalah Utusan Allah,
menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan shiam (puasa)
Ramadhan, dan mengerjakan ibadah Hajji ke Bait-Allah (Mekkah)
apabila mampu. (Hadits shahih riwayat Muslim).
Seluruh syariat ajaran Islam terjaga penuh, tidak akan
seseorang atau sekelompok mampu menyelipkan suatu tatacara
ibadah baru di dalam Islam, karena usaha penambahan atau
pengurangan syariat yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya berarti batal atau tidak sah. Rasulullah menegaskan Siapa
yang mengada-adakan sesuatu (ibadah) yang baru dalam urusan
kami (Rasul), yang tidak kami perintahkan, maka hal itu, ditolak
(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Mengaku Muslim tidak cukup
sekadar ingat kepada Allah, tetapi harus bertanggung-jawab untuk
menunaikan syariatnya; karena Nabi pun juga melakukan seluruh
syariat Islam (shalat, puasa, zakat, hajji dan sebagainya secara
lengkap). Tiada khilafiyah (perbedaan) ajaran dalam Islam. Syariat
Islam tetap satu dan utuh serta terjaga keasliannya. Apabila
terjadi perbedaan (khilafiyah) hanya pemeluknyalah yang berbeda
cara menafsirkan dan (mungkin) belum mendapatkan bukti otentik
sumber rujukan utamanya yakni Al-Quran dan Sunnah Rassul.
Apabila telah nyata tuntunan menurut Al-Quran dan Sunnah
Rassul, maka pelaksanaan syariat itu pun satu bentuk. Syariat
Islam yang utuh ini terjaga sampai akhir zaman. (Al-Maidah:3).
Dengan demikian, Islam benar-benar memiliki garansi
keaslian ajaran dan keotentikan wahyu. (Al-Hajr: 9). Islam
bukanlah isme atau ajaran pemikiran manusia. Sampai kini dan
akan datang, hanya Islamlah yang merupakan Din-Allah yang
lengkap dan sempurna serta sah. (Ali Imran: 19; 85; Al-Maidah: 3;
Al-Anam:115). Selain Islam telah tenggelam menjadi faham serta
ajaran pemimpin-pemimpinnya.
6.

Isme-isme di Hadapan Islam

Islam sebagai agama wahyu, di mana seluruh ajarannya


dapat dibuktikan otentisitasnya melalui Al-Quran dan Sunnah
Rassul; dan siapa jua yang melakukan studi ilmiah secara objektif
terhadap Islam akan berkesimpulan serupa. Perhatian kita dapat
tertegun tentunya, ketika para orientalis yang membenarkan
Islam, misalnya A. J. Toynbee, Harry G. Dorman, J.W. Von Goethe,
bahkan tokoh semisal Mahatma Gandhi dan Napoleon Bonaparte
juga menyatakan kepositifannya terhadap Islam. Meski mereka
tiada sampai memeluk Islam.
Namun juga, fakta menunjukkan bahwa di kalangan
masyarakat dunia banyak terdapat faham-faham lain. Isme-isme
lain itu bukan saja berbeda isi dan prinsipnya dengan Islam, tetapi
juga diametral bertentangan dan bahkan pada waktu-waktu
tertentu justru menghancurkan sendi-sendi Islami. Contoh konkrit
isme-isme yang melemahkan masyarakat Islam dan sekaligus
menhancurkan Islam itu misalnya Zionisme Yahudi ketika
mencaplok Palestina, Komunisme ketika ditegakkan di Rusia (di
mana masyarakatnya banyak yang Islam), Kapitalisme/Kolonialisme
ketika mengembangkan sayapnya baik baik di Afrika maupun di
kawasan Asia. Kita banyak menyibak ulang sejarah Kolonial Belanda
di Indonesia yang kita kenal bukan saja sebagai penjajah fisik
lebih dari itu telah meracuni bangsa Indonesia dengan Sekulerisme
dan berbagai kehancuran moral warisan Belanda lainnya.
Bandingkan dengan Islam ketika diminta masyarakat
Kristen Koptik di Mesir untuk terlepas dari imperiun Heraklius. Dan
ketika Mesir di bawah kekuasaan Islam, maka kehidupan Kristen
tetap aman dan damai. Semisal juga tatkala Islam diminta bantuan
oleh masyarakat Andalusia (Graaf Yulian dan putera Witiza) untuk
melepaskan diri dari genggaman Roderik. Musa bin Nushair sebagai
Gubernur Jenderal Afrika Utara di zaman khalifah Walid bin Abdul
Malik, memenuhi permohonan Graaf tersebut. Arkian, Andalusia
dalam kekuasaan Islam, tetapi sejarah pun secara terang mencatat
bahwa kehidupan beragama non Islam terjamin dan tidak

56

diganggu.12) Justru ummat Kristen dan Yahudi mendapat kemajuan


pesat dari sinar kebudayaan Islam, serta mendapat posisi yang
bagus dalam pemerintahan Islam itu.
Namun, pada waktu kaum Kristen menyerang balik tahun
1507 M ke Spanyol, maka Kardinal Francisco Ximenes de Cisneros
secara vandalisme membakar punah buku-buku Ilmiah dalam
perpustakaan Islam di Spanyol itu.13) Demikian pula, tentara
Kristen di bawah Panglima Amalrik tatkala memasuki Mesir tahun
1168 M dan menyerang kota Bilbis yang secara kejam menyerang
kota Bilbis yang secara kejam melakukan penyembelihan
terhadap masyarakat setempat.14) Kejujuran sejarah tidak dapat
dipungkiri (meskipun orang dapat saja memalsu sejarah), betapa
sepanjang kawasan Afrika, Asia, bahkan kaum Indian di di Amerika
yang mendapat perlakuan biadap dari Kapitalis-Kolonialis SpanyolPortugis, Inggris, Perancis dan Belanda.
Di bawah ini kita berikhtiar mengenal isme-isme yang
berkembang dewasa ini:
1) Zionisme. Kata Zionisme diangkat dari nama sebuah
gunung Zion, yang dianggap histories oleh kaum Yahudi.
Dasar pijakannya adalah Kitab Talmud, namun telah diubah
sedemikian rupa sehingga hilang dari keasliannya. Pihak
Zionis menolak anggapan bahwa dirinya biadab, maka
semboyannya berbunyi: kemerdekaan, keadilan dan
persamaan. Organisasi ini didirikan 37 M oleh 9 tokoh
Yahudi. Dan badan ini tidak dapat dipisahkan dengan
gerakan Mashaniyah (Free Masonry). Tujuan pokoknya
adalah mengembalikan keagungan Yahudi pada Haikal

Sulaiman. Organisasi ini menguasai pelbagai lapangan


kehidupan (persenjataan, ekonomi dan pemerintahan).
Pusatnya sulit sekali dikenali, hanya saja banyak berada
khususnya di wilayah Commonwealth Inggris dan Amerika
serta Perancis. Organisasi ini memakai satelit-satelit badan
operasional, dengan aktifitas social, misalnya Bhay Birth,
Rotary Club, Saksi Yahova, Freedoom Association, Lion
Serves Lions.15)
Zionisme termasuk Free Masonry dalam gerak
operasionalnya mempunyai tujuan kejayaanYahudi dan
sekaligus bermaksud menghancurkan Islam dan Masehi.
Banyak para pengusaha, pejabat pemerintahan, tokohtokoh masyarakat yang terjebak dalam perangkap Zionisme
itu. Servis Zionis terhadap orang yang dijebaknya adalah
membuat seseorang popular (exist), jaminan keuangan, dan
kelestarian jabatan. Dengan teknik itu, maka pejabat maupun
tokoh masyarakat tersebut tidak akan mampu menyampaikan
misi yang sebenarnya harus ditegakkan. Sepanjang sejarah
kemanusiaan, Zionisme menghalalkan segala cara, demi
kepentingan Yahudi.
Dalam Al-Quran banyak sekali tanda-tanda aktivitas
Yahudi, cenderung kepada kebatilan (Maidah: 64), memusuhi
Islam dan merusak masyarakat (Al-Nur:19); perbankan dengan
system riba (Al-Nisa: 160-162), melegalisasi maksiat, haram
(Al-Maidah:62); melakukan serangkaian strategi makar (bathil)
(Ibrahim: 46); penghasung fitnah, perusak sistem ekonomi (AlTaubah: 8, 9, 34); sering merobek perjanjian (Al-Anfal: 55-56).
Oleh sebab sifat-sifat Yahudi yang tidak lagi taat
kepada Allah dan Rasul Allah, maka Allah memperingatkan
kepada segenap ummat beriman (Islam) agar siap

12)

A. Latif Osman, Ringkasan Sejarah Islam II, Penerbit Wijaya Jakarta,


cet. ke-16, 1981, halaman 8 11.
13)

Edwin R.A. Seligmen (ed.), Encyclopedia of Social Sciences, vol. XV,


New York, 1957, hal. 510.
14)
A. Latif Osman, Op.cit., hal. 101 103.

15)

Dr. Muhammad al-Zaby, Free Masonry (Organisasi Rahasia Yahudi),


terjemah LPPA Muhammadiyah, Penerbit Yayasan Nurul Islam, Jakarta,
1978(?).

57

menghadapinya dengan segenap kekuatan (strategi dan


operasinya (Al-Anfal: 60-61).
Yang Perlu adalah Kewaspadaan
Zionisme tampil ke percaturan internasional dengan
segala bentuk organisasi. Orang yang terperangkap di
dalamnya, pada umumnya tidak menyadari- atau sadar tanpa
tahu akibat dibelakangnya, yang akan merenggut martabat
kemanusiaannya. Itu sebabnya, bagi setiap Muslim perlu
meningkatkan kewaspadaan bila menjalin hubungan bisnis,
pengembangan karier ataupun kerangka pengembangan
lainnya. Apabila salah langkah tidak ayal dan serba mungkin
akan terjebak jaring Zionisme.
Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kerja sama
dengan semua bentuk organisasi Zionis adalah kemustahilan.
Artinya, hasil akhir dari kerja sama itu, tidak lain kehancuran
Muslim itu sendiri. Sejarah mencatat tentang ini. Zionisme
adalah kecongkakan dan keserakahan.

2) Komunisme
Filsafat komunisme bersendi pada tiga unsur, yaitu:
(1)
Unsur ilmiah, di mana sains memegang peranan
tertinggi dari sistem komunisme. Itu sebabnya di
dalam dunia mereka ada istilah Utopian Comunism
and Scientific Comunism).
Unsur sainstisme ini sebenarnya pengaruh dari ajaran
Positivisme August Comte (1798-1857). Positivisme
meletakkan fakta sebagai acuan dasar bagi
pengetahuan manusia. Dengan demikian, metafisika
harus ditepikan. Dari paham ini muncul ketegasan
bahwa Tuhan itu khayali karena tidak faktual secara
ilmiah melalui laboratoris.
(2)
Unsur Materialisme

(3)

Unsur ini dikenalkan oleh Marx (1818-1883) dan


Friedrich Engels (1820-1895). Dua sekawan inilah
yang menulis konsepsi Komunis. Marx menulis Das
Capital (1867) dan Engels menerbitkannya jilid kedua
dan ketiganya (1885-1894). Dari sini muncul istilah
materialisme dialektis dan materialisme histories.
Marx dan Engels memang kagum dengan metode
dialektik CWF Hegel (1770-1831). Hanya saja Marx
menyempurnakannya untuk kepentingan praktik.
Bagi Marx, sebagai bapak Materialisme histories
beranggapan bahwa akhir suatu sejarah adalah
bahwa manusia menuju pada keadaan ekonomis
tertentu yaitu komunisme (sirnanya hak pribadi
menjadi hak bersama) dengan cara ini maka suatu
bangsa baru dapat bahagia. Kemudian Engels sebagai
Bapak materialisme dialektis menekankan titik tekan
kehidupan manusia adalah materi. Dari paham ini
(materialisme) akan mengarah pada kehidupan yang
determinisme.
Unsur dialektik, pada paham ini dijelaskan oleh
Marx dan Lenin bahwa dengan kemenangan materi,
maka jiwa (mind) timbul di dalam materi tanpa
proses supernatural creation.
Bagi Leninisme, perputaran atau pun
perjalanan alam semesta tidak lain dari proses
dialektik, di mana terjadi suatu gerakan dari tesis
menjadi antitesis, yang kemudian berujung pada
sintesis. Dari paham ini mempunyai maksud, bahwa
jiwa adalah terbatas aktivitasnya karena hanya
reaksi dari motivasi materi belaka. Dengan demikia,
bagi komunisme determinisme sejarah adalah suatu
hal yang berlangsung secara independen. Namun
perlu dipahami lebih jauh, baik Marx maupun Lenin
hanya menerima dialektika materialisme dan paham

58

mereka menolak mekanistik materialisme. Hal ini


dapat kita pahami, karena paham komunis justru
bertumpu pada ketiga unsur di atas.
Lebih dari itu, bahwa paham komunis juga
menolak eksistensi Tuhan dan sekaligus menyebut
agama sebagai candu masyarakat.
Bagi orang yang tidak memiliki pemahaman
agama, maka komunisme memang sangat realistik
untuk
dijadikan pijakan dalam kehidupannya;
karena secara nyata materi merupakan kebutuhan
manusia yang vital. Namun juga, meskipun seseorang
yang beragama tetapi memiliki pemahaman bahwa
materi
merupakan
esensi
kehidupan,
maka
sebenarnya juga seseorang itu telah komunis. Suatu
bangsa atau negara yang meletakkan dasar pijakan
pembangunannya pada titik tekan ekonomi saja,
pada hakikatnya membenarkan prinsip-prinsip
komunis. Pada umumnya kebijakan ekonomi akan
berkaitan dengan kebijakan politik, dan untuk
melancarkannya akan dibarengi dengan mengikis
kehidupan beragama.
Sikap Islam
Di dalam Al-Quran, ummat Islam mendapat
peringatan akan identitas komunis. Ayat-ayat itu
misalnya: ingkar kepada Allah dan Rasul Allah (AlMaidah: 86); ingkar dimensi akhirat dan perusak
kehidupan beragama (Al-Araf: 44-45); menyesatkan
ummat manusia (31: 6).
Untuk menghadapi kaum yang hanya
mempercayai dimensi duniawi, Islam mengajarkan
agar mengingatkannya dengan Al-Quran (Al-Anam:
70). Tentu saja harus disertai strategi dan taktiknya,
misalnya dengan dialog yang sistematik (Al-Naml:
125) dengan menunjukkan bukti-bukti bahwa ISLAM

itu benar. (Al-Isra: 36; Al-Naml: 64), dengan


pembangunan yang nyata pula (Al-Qashash: 77).
Dengan kata lain, menyelesaikan persoalan
komunisme, tidak cukup dengan diskusi atau seminar
atau pembangunan fisik, tetapi harus penyelesaian
yang terpadu baik duniawi maupun ukhrawi (AlQashash: 77).
3) Kristianisme
Kristianisme timbul sejak tahun 325 M, ketika Konsili
Nicea mengesahkan konsep Trinitas dalam dunia Kristen.
Sebenarnya pula dengan konsep itu, pihak Nasrani telah
memalsukan konsep Tuhannya. Itulah sebabnya, karena
Nasrani (yang mengajarkan keesaan Tuhan) telah diubah
oleh pemeluknya, maka hilanglah validitas tauhidnya
barulah menjadi musyrik. Dengan demikian kemurnian
Nasrani telah diubah menjadi Kristianisme sekaligus
menunjuk pada pengertian bahwa Kristen adalah konsep
manusia. Kristen adalah isme (Kristianisme).
Kegiatan Kristen di Indonesia adalah seiring dengan
kaum kolonialis Portugis dan Belanda datang di Indonesia.
Kehadiran Belanda di Indonesia sekaligus menancapkan
pondasi
kolonialisme,
imperialisme,
materialisme,
kapitalisme, dan sekulerisme serta individualisme. Ismeisme itu pada prakteknya dibarengi dengan missi maupun
zending Kristianisme. Kegiatan Kristianisme itu sendiri
merupakan doktrin yang berkembang di Eropa, yakni
orientalisme.
Kehadiran kolonialis Belanda di Indonesia tidak dapat
dipisahkan sejarahnya dengan Kristianisme di Indonesia.
Pada faktanya ummat Islam merupakan sasaran utama dari
aktivitas itu. Semboyan yang dicanangkan masa itu,
Cucius regio illius et religio (Rakyat harus sama
agamanya dengan Penguasa Negara. Tidak mengherankan

59

bahwa Pastur Van Lith tahun 1897 menekankan konsep


Politik devide et impera politik pecah belah terhadap
umat Islam. Van Lith sendir menetapkan pusat Yesuit di
Jawa (Muntilan, Jawa Tengah), dan markas besar itu
disebut Betlehem Jawa.
Orientalisme itu pun bergerak pada lapangan yang
sama, yakni perdagangan (kapitalisme), penjajahan
(kolonialisme), penyebaran agama Kristen (Kristianisme),
politik dan ilmu pengetahuan (sekularisme). Tampak luar
dari orientalisme adalah sarjana barat yang studi tentang
bahasa maupun agama orang-orang timur, atau disebut
juga ahli ketimuran. Namun semua itu adalah sekadar
pandangan sekilas. Di Indonesia kita kenal Christian Snouck
Hurgronje
(1857-1936),
seorang
orientalist
yang
mengabdikan ilmunya untuk kepentingan politik kolonialis
Belanda.
Baik
Portugis
maupun
Belanda,
keduanya
meninggalkan jejak Kristianisme. Portugis membawa
Katolik dan Belanda mengembangkan Protestan. Meskipun
keduanya berbeda prinsip ajaran tentang Yesus, tetapi
berakibat sama untuk ummat Islam, yakni pengikisan
ummat Islam (deislamisasi).
Strategi Kristianisme
Program kerja Kristenisasi adalah tiga bidang
garapan, yaitu: pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan
sosial. Ketiga praktek ini tampak pada badan-badan
pendidikan Kristen, rumah sakit maupun bentuk-bentuk
bantuan sosial untuk masyarakat ekonomi lemah.
Kasus tentang sistem pendidikan pada lembagalembaga Kristen untuk melakukan proses deislamisasi
(melarang shalat, puasa dan memaksa berdoa secara

Kristen) adalah hal yang umum terjadi di Indonesia. 16)


Demikian pula praktek rumah sakit Kristen yang membabtis
pasien Muslim, maupun pemberian bantuan uang dan
materi lainnya dengan imbalan agar kaum Muslim menukar
agamanya, fakta yang otentik.
Strategi tersebut diikuti dengan serangkaian proses
penguasaan pelbagai badan pemerintahan dan militer.17)
Kristenisasi di Indonesia bukan saja persoalan ajaran
keimanan, tetapi lebih dari itu adalah kekuasaan/politik,
ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan militer.
Akhir-akhir ini bidang penerbitan Kristen (Arnoldus
Ende Flores, Kanisius Yogyakarta, Gramedia Jakarta),
cukup gencar melakukan serangan terhadap Islam. Bukubuku tulisan JMW Bakker SJ ALIAS Rahmat Subagya, Dr. K.
Bertens, Dr. Verkuyl, buku-buku keluaran Katekis
Surakarta, tidak perlu menutup lagi serangannya terhadap
Islam. Belum lagi pernyataan-pernyataan politis dari T.B.
Simatupang, Fridolin Ukur yang sering dimuat pada Surat
Kabar harian Sinar Harapan maupun Kompas.
Tema Kristianisme
Guna mempermudah operasi Kritenisasi terhadap
ummat Islam di Indonesia, pihak missi maupun zending
mempergunakan tema-tema sebagai berikut:
1)
Mempergunakan
istilah
yang
sama
(untuk
mengaburkan): iman, imam, bait Allah, Jemaat
Jumat, Rasul, dan sebagainya.
16)

Wawancara dengan murid-murid di SMA BOPKRI dan SMA Colese de


Brito di Yogyakarta, 1982.
17)
Tentang ini, perhatikanlah jumlah komposisi pejabat tinggi di Indonesia
pada Departemen, badan-badan maupun organ militer. Bandingkan antara
jumlah pemeluk Kristen dan jumlah mereka yang menduduki jabatan
penting. Lihat misalnya komposisi anggota DPR/MPR.

60

2)
3)
4)
5)

18)

Tiap agama adalah fajar iman (JMW Bakker SJ).


Merebut kelupaan Masa Silam (Stb. N.I. 1895: Bakker
SJ).
Melakukan dialog tematis dan dialog kerja. Hal ini
untuk mencapai tingkat toleransi, yang ujungnya
hanyalah mencari legalisasi Kristenisasi.
Ajaran Alkitab, yakni perintah Kristus:
Jadikanlah semua orang itu muridku (Matius
28: 18; Markus 16 :16).18)
Segalanya halal. (Titus 1: 15; Korintus 6:12;
Filipus 4: 8)
Segala sesuatu suci untuk orang suci (Titus 1:
15)
Jaminan dan kebenaran Injil (1 Korintus 15: 1415)
Persekutuan orang Kristen, adalah dengan
Bapa dan Anaknya (1 Yoh 1: 3; Segala makhluk
sorgawi (Ibr 12: 22-24); sesama manusia (1
Yoh: 3, 7). Dianjurkan oleh Paulus (Ef 4: 1- 3)
Dipererat dalam: doa (2Kor 1: 11; Ef 6: 18);
Perjamuan Kudus (1 Kor 10: 16-17);
Perhimpunan bersama (Mzm 34: 4; 55: 15; Kis
1: 14; Ibr 10: 25).
Saling: mengajar dan menasihati (Kol 3: 16,
Ibr 10: 25)
menghibur dan membangun ( 1Tes 4:
18, 5: 11)

Bandingkan dengan Matius 15: 24 Maka jawab Yesus, katanya: tiadalah


aku disuruhkan kepada yang lai, hanya kepada segala domba yang sesat
dari antara Bani Israil. Jelas kepada kita bahwa Kristen hanya untuk Bani
Israil, bukan seluruh ummat manusia.

menanggung dan mengampuni (Rm


12: 15; Er 4: 32).19)
Mereka mengasihi sesama manusia (1 Yoh 3:
14, 23; 4:7, 11-12).
Sikap Islam
Dalam Al-Quran disebut bahwa sebenarbenar kafir adalah anggapan bahwa Allah ialah AlMasih putera Maryam, Allah adalah salah satu dari
yang tiga (Al-Maidah : 72-73). Baik Nasrani maupun
Yahudi saling bertelingkah menyatakan dirinya
benar, padahal mereka salah (Al-Baqarah: 113),
bahkan Nasrani, Yahudi itu adalah musyrik (AlBaqarah: 113). Mereka menyangka telah menyalib
Isa, padahal tidak benar (Al-Nisa: 156-158).
Nashrani memalsu ayat-ayat Allah (Ali Imran: 98).
Menghalangi orang beriman untuk berjalan lurus
kepada Allah, dibelokkannya (sesat) (Ali Imran :
99). Baik Nashrani maupun Yahudi berkehendak
agar orang Islam mengikuti ajarannya. (Al-Baqarah:
120).20)
Menghadapi kaum Nashrani, tidak lain
haruslah tetap teguh dan tidak meniru cara kerja
(modus operandi) keimanan mereka, karena
dengan itu ummat Islam akan tersesat. (Ali Imran:
19)

Lihat selanjutnya D.M. Miller (ed.), Topical Concordance of Vital


Doctrines (Mini Konkordansi Ajaran-ajaran Pokok dalam Alkitab,
Terjemah Ny. M.Th. Sidjabat dan Nn. L. Humes, BMK Gunung Mulia,
Jakarta, 1980.
20)
Dapat dianalisis selanjutnya pada klasifikasi ayat-ayat Al-Quran tentang
Nashrani. Lihat Jules La Beaume, Le Koran Analyse (Tafsil Ayat AlQuran Al-Hakim) terjemah dari bahasa Perancis ke bahasa Arab oleh
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dari al-kitab al-Araby, Beirut-Libanon,
1969, halaman 108-117).

61

100). Nashrani atau disebut juga Ahli Kitab, di


antara mereka untuk menyesatkan ummat
manusia, mengingkari ayat Allah, mencampuraduk
yang hak dan yang batil, menyembunyikan
kebenaran padahal mengetahuinya (Ali Imran:
69:71). Taktik mereka untuk memurtadkan ummat
Islam, dengan berpura-pura iman
yang sama
sebagai muslihat agar orang Islam dapat kafir (Ali
Imran: 72).
Allah memberi garansi kepada ummat
Islam, bahwa argumentasi kaum Muslimin tidak
akan kalah menghadapi pihak ahli kitab. (Ali
Imran: 73). Namun tentunya harus dibarengi
dengan kualifikasi ummat Islam itu sendiri secara
konsisten dan konsekuen melaksanakan petunjuk
Allah dan Sunnah Rasul dan Islam secara totalitas
(Al-Anam: 153; Al-Baqarah 208; Al-Hasyr: 7).
4) Sekularisme
Menentukan pengertian sekularisme tidak dapat
dipisahkan
dari
etimologik
kata
itu
dan
sejarah
pertumbuhannya. Istilah tersebut dari bahasa Grako-Latin
saeculum yang berarti kehidupan duniawi, kemateriilan
dunia, masa sejarah, seabad, kekafiran. Kemudian
seocularisatio berarti hal yang menjadikan profan/kafir. 21)
Dari makna leksikal ini dapat dipahami bahwa secular
menunjuk pada pengertian yang khusus masa dan tempat,
yakni tempat di dunia dan waktu yang terbatas masa kini di
dunia ini.22)
21)

Dr. Th. Verhoeven, Kamus Latin Indonesia , Nusa Indah, Ende, Flores,
1969, hal.1108.
22)
Lihat juga Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Islam dan Secularism,
Muslim Youth Movement of Malaysia (ABIM), Kuala Lumpur, 1978.

Esensi sekular ditekankan pada konotasi ruang dan


waktu yang terbatas dalam hubungan keduniawian. Dari ini
dapat ditelusuri lebih jauh, bahwa sekular memutuskan
hubungan manusia dengan Tuhannya memisahkan nilai agama
dan ihwal supranatural. Paham secular (sekularisme) muncul di
kawasan Eropa ketika perkembangan sains dipasung oleh
gereja. Gereja memiliki otoritas kebenaran ilmu, siapa yang
menentangnya harus menerima hukuman (kasus Galileo, G.
Bruno dsb.). Itu sebabnya sains harus otonom dan terpisah dari
lingkungan agama. Sebenarnya pula paham selular adalah lahir
dari perkawinan silang antara kebiasaan masyarakat cendekia
Crako-Roma dan kebiasaan Yudeokristiani (Yahudi-Kristen).
Untuk kehidupan sains maupun filsafat Yunani menunjuk pada
situasi yang tidak integral dalam memahami realitas Tuhan,
alam dan manusia. Filsafat Yunani mengidentifikasi diri secara
parsial. Adapun penurunan konsep Yudeokristiani secara
tampak luar agak aneh, satu sisi terdapat prinsip Yahudi dan di
pihak lain terdapat prinsip kristiani. Tentang peleburan
Yudeokristiani, bermula dari ajaran Paul (Saul, Paulus) sebagai
orang Yahudi penganut filsafat Hellenistik dan Stoik yang dalam
banyak hal berperan terhadap ajaran-ajaran Kristen dewasa
ini. Konsep Trinitas pada dasarnya adalah buah karya Paul yang
secara historis dikukuhkan dalam konsili Nicea tahun 325
Miladiyyah. Baik Yahudi maupun Kristen yang kemudian
perkembangannya mampu menyentuh dunia Eropa, adalah
ajaran-ajaran yang penuh cemar noda (diskonsenkrasi)
khususnya pencemaran konsep tentang Tuhan termasuk
ajaran-ajarannya yang telah ditambah dan dikurangi oleh
tokoh-tokohnya. Maurice Bucaille dalam penelitiannya sampai
pada suatu pembahasan-pembahasan yang cukup jelas, betapa
Bibel mengandung banyak kontradiksi dan penyimpangan,
impafait (tidak sempurna) dan caduc (lemah). Kekuasaan
gereja yang sedemikian otoriter di satu pihak, dan munculnya
gerakan ilmu pengetahuan modern Eropa (renaissance),

62

merupakan dua kutub yang saling bertentangan dan menjadi


awal kelahiran sekularisme. Kehidupan Kristiani abad
pertengahan mengalami kehancuran di pelbagai sendi-sendi
ajarannya (termasuk institusinya). Relasi antara gereja dan
masyarakat ibarat raja dan rakyat dan sering berubah menjadi
situasi hubungan antara majikan dan buruh. Bukan kesadaran
yang diajarkan, tetapi ketaatan tanpa kritis sedikitpun. Bibel
pun hanya boleh dibaca oleh kalangan pendeta, itu sebabnya
muncul Reformasi Martin Luther untuk menjebol tembok
kebekuan gereja. Reformasi membawa dampak perkembangan
Kristen Protestan, Rennaisance membawa benih-benih
sekularisme.
Kristen Barat menarik garis pembeda antara
sekularisme
dan sekularisasi. Kristen Barat menolak
Sekularisme yang dianggap sebagai ideology antikrist, tetapi
mereka menerima sekularisasi. Sekularisasi dimaksudkan
sebagai suatu proses evolusi kesadaran manusia dari keadaan
terbelakang ke arah kemajuan, melenyapkan sikap
ketergantungan dalam makna melepaskan pilar-pilar agama
dan metafisika serta meletakkan eksistensi manusia pada
dirinya sendiri. Dengan ini Barat menafsirkan sekularisasi
sebagai metode (batin) manusia melakukan evolusi kesadaran
berpikir. Bagi Barat, sekularisme adalah ancaman sekularisasi.
Mereka menganggap bahwa sekularisasi justru mempunyai
basis pada Injil (Alkitab). Pernyataan tersebut tentu tidak
mempunyai bukti-bukti sejarah, karena Alkitab penuh
kontradiksi dengan sains modern.
Naquib
Al-Attas
menegaskan,
bahwa
paham
sekularisasi bukanlah didasarkan atas pemahaman Kristen
Barat terhadap Injil, tetapi terhadap tafsiran atas kepercayaan
terhadap Injil dan hasil dari sengketa filsosofis Barat dan
teologi Kristen yang dibarengi dengan munculnya paham sains

Barat yang rasionalistis.24) Dalam Injil memang tidak memang


tidak terdapat prinsip-prinsip pengembangan sains yang
memuaskan dan telah mencemarkan teks-teksnya. Bagi Kristen
Barat,
sekularisasi
diperlukan
karena
faktor
ketidaksempurnaan Injil itu dan karena otoritas gereja.
Sikap Islam
Bila Kristen Barat menolak dogma gereja dan totalitas
Alkitabnya, maka mereka praktis menerima sekularisasi. Hal
itu mereka perlukan karena memang Alkitabnya tidak orisinil
dan penuh kontradiksi.
Paham bahwa perlu sekularisasi itu sering terbawabawa pula di kalangan ummat Islam yang terpukau dengan
kemajuan Barat dalam hal sains dan teknologinya. Apabila
terdapat ummat Islam yang berpandangan perlu sekularisasi,
nasibnya dapat sedikit banyak mirip atau mungkin persis
dengan dunia Kristen Barat itu, yakni ketiadaaan pemahaman
terhadap agamanya dan tergelincir pikirannya dalam filsafat
(yang belum mampu dicernanya) terburu-buru berkiblat ke
Barat: Perlu Sekularisasi dalam Islam. Padahal Barat sendiri
saat ini telah meninggalkan sekularisasi itu. Perhatikan
misalnya karya-karya besar dari Dr. Maurice Bucaille (Bible,
Quran dan Sains Modern). Dr. Marcel A. Boisard (Humanisme
dalam Islam), Dr. Roger Garaudy (Promeses De L-Islam Janjijanji Islam), dan banyak tokoh-tokoh lainnya yang
membuktikan kebobrokan Barat karena sekularnya itu.

24)

Syed Muhammad Al Naquib Al Attas, op.cit., khususnya Bab I. Paham


rasionalis yang dibawa Rene Descartes (1596-1650), yang dikembangkan
lebih lanjut oleh Nicolas Palebranche, B.De Spinoza, Leibniz, Blaise
Pascal, adalah tantangan langsung terhadap dogma gereja. Lebih dari itu,
paham empirisme Thomas Hobbes (1588-1679) yang memuncak pada
masa David Hume (171101776) dengan paham skeptisisme, telah
mengaburkan esensi dan ekosistem tentang makna kebenaran.

63

Islam secara total menolak sekular, sekularisasi, dan


sekularisme. Penolakan Islam didasarkan pada histories dan isi
dari sekuler itu sendiri. Sekularisasi bermakna menerima Islam
sebagian dan menolak Islam sebagian, yang secara tegas hal ini
adalah profan (kafir sebenarnya) (Al-Nisa: 150-151). Sekular
bermakna juga mendewa-dewakan akal menolak eksistensi
Islam secara totalitas yang berarti juga menyesatkan ummat
Islam (Luqman: 6,20). Sekular, sekularisasi dan sekularisme
pada dasarnya adalah hawa nafsu, keangkuhan akal (Yunus:
3236; Al-Hajj: 3,8; Al-Rum: 29, 30; Al-Jatsiyah: 18; Al Qashash:
50). Sekular, sekularisasi dan sekularisme adalah prinsipprinsip sistem yang menyesatkan ummat Islam bahkan
menyesatkan ummat manusia untuk mengingkari Allah (AlMaidah: 44,45,47,50: Al-Araf:3; Al-Nur: 21). Kaca sekularis
adalah jahiliyah modern yang menyesatkan ummat manusia
dan mereka juga tidak akan bertanggung-jawab bila dunia
hancur terputus hubungan antara manusia, alam dan Allahnya. Sekularis persis syaitan, yang mengajak dan
menjerumuskan umat manusia sesat dari jalan Allah yang
integral, meninggalkan petunjuk Allah (Al-Anam: 112; AlJatsiyah: 18-19).
Bagi muslim, kehidupan adalah integral antara
hubungan manusia, alam dan Allah. Itu sebabnya seorang
muslim wajib mengikuti petunjuk Allah agar tidak tersesat (AlAnam: 153), dan Islam secara totalitas (Al-Baqarah: 208).
Konsep apapun dapat diterima oleh Islam, asal tidak
bertentangan dengan ajaran Islami.
Sejarah menjadi fakta, bahwa ummat Islam mampu
membuktikan dirinya membangun sains dan teknologi tanpa
sekular, sekularisasi dan sekularisme. Islam serta ummat Islam
telah tampil ke gelanggang meletakkan perkembangan sains
dan teknologi berdasar Al-Quran dan Sunnah Rasul. Pihak
sarjana Barat pun membenarkan fakta ini, lihat misalnya

tulisan Robert Briffault, The Making of Humanity, George


Sarton, Introduction to the History of Science.
Prestasi ummat Islam yang gemilang dan telah
membangunkan Eropa dari tidurnya, adalah fakta sejarah.
Mengenai ini perhatikan misalnya tulisan Roger Garaudy
(Promesses De LIslam), M.M. Syarif (Muslim Thought, Its Origin
and Achievement); M.M. Sharif (ed.). (A History of Muslim
Philosophy vol I, II, Otto Marrassowitz, Wiesbaden, Germany,
1966).
5) Scientism Positive
Istilah ini menunjuk pada pengertian serta sikap hidup
mengagung-agungkan sains secara berlebihan, melewati
proporsi, status dwi fungsi sains yang sebenarnya bagi manusia.
Sains bukan lagi berkedudukan sebagai alat, tetapi telah
dijadikan tujuan. Ilmu adalah segala-galanya untuk mengukur
kemajuan dan kebenaran. Inilah ciri pertumbuhan dan
perkembangan ilmu di Barat, yang tumbuh dan berkembang di
atas asas logical positivism, yakni bahwa sains harus dibangun
di atas empiris (bukti-bukti nyata), sehingga konsepsi
mengenai Tuhan yang immanent dan transcendent maupun
mengenai hari akhirat tidak dapat diterima oleh penganutnya.
Aliran ini kemudian menganggap, bahwa agama tidak lain dan
tidak lebih dari suatu fenomena social belaka sejenis
kebudayaan maupun adat dalam masyarakat. Agama dianggap
sebagai hal yang relatif. Menurutnya, manusia dengan segala
potensinya adalah mutlak dalam kancah kehidupannya.
Paham seperti ini tidak lain adalah warisan filsafat
Yunani yang dikemukakan oleh Sokrates (470-399 Sb.M),
Aristoteles(384-322
Sb.M)
hingga
rasionalisme
yang
dikembangkan Rene Descartes (1596-1650) dan J.P. Sartre.
Demikian ihwalnya, bahwa positivisme bermula dari pemikiran
ulang Auguste Comte (1798-1857, yang mengajarkan bahwa
sains harus dibangun atas empiris dan menolak metafisis.

64

Paham-paham yang seiring, dapat disebut misalnya:


pragmatisme yang dikembangkan oleh Charles S. Pierce (18391914), William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952)
dan George Herbert Mead (1863-1931). Kemudian yang justru
menjadi juru bicaranya, adalah empirisme yang secara radikal
dikembangkan oleh David Hume (1711-1776), di mana ia tidak
menerima substansi dan hanya menerima kesan-kesan (bukti)
yang nyata benar-benar ada.25)
Aliran-aliran di atas sama wujud hadirnya, yakni
menafikan hubungan manusia (makhluk) dan Tuhannya
(Khalik). Kehancuran dunia Barat dewasa ini, tidak lain
disebabkan ketiadaan kemampun dirinya dalam merumuskan
sains secara terpadu dan mulia, yakni sains yang disusun secara
tepat di mana kemajuan ilmu adalah justru untuk menambah
dedikasi dan ketaatan kepada Al-Khalik (Tuhan) tetapi di
Barat perkembangan ilmu justru mengarah dan membentuk
manusia yang angkuh penuh kesombongan dengan akalnya. 26)
Scientism positivive pada hakikatnya adalah saudara
kembar dari sekularisme, di mana tumbuhnya dilatarbelakangi
oleh suasana kekuasaan gereja yang otoriter, sehingga para
ilmuwan Barat menjebol dinding gereja itu mencari alternasi
dan modifikasi baru terhadap perkembangan sains.
Barat pula esensinya adalah kegelapan dan
mendapat kecerahan justru dari khasanah sains Islami. Bukti
tentang ini bertumpuk-tumpuk, tetapi Barat tetap berdiri pada
keangkuhannya.
Sikap Muslim
25)

Lebih lengkap dapat ditelaah, Harold H.Titus (et.all)., Living Issues in


Philosophy, 7 th edition, D.Van Kostrand Company, New York, 1979,
khususnya halaman 307-309.
26)
Mengenai ini dapat lebih luas dibaca pada karya Roger Garaudy
(Promesses De LIslam (Janji-janji Islam), terjemah Prof. Dr. H.M. Rasyidi,
Bulan Bintang Jakarta, 1982.

Islam memberikan kesempatan pemeluknya untuk


mempergunakan akalnya seluas-luasnya. Namun dengan itu
bukanlah
berarti
kebebasan
tanpa
batas,
karena
ketakterbatasan akan berakibat anarki, kehancuran dan
melanggar kebebasan pihak lainnya. Setiap muslim meyakini
bahwa hidupnya- tiada lain adalah karena pemberian atau
rahmat Allah. Islam sajalah yang memiliki toleransi yang besar
dalam pemberian kebebasan itu. Perhatikan misalnya tentang
sikap Islam terhadap kebebasan beragama Al-Baqarah: 256; AlKahfi: 29); kebebasan berpikir, menyatakan pendapat,
kebebasan hak milik dan pencarian harta yang halal,
kebebasan ketenteraman atas diri dan harta benda, kebebasan
umum lainnya. Islam memberikan kebebasan individu itu dalam
rangka kemahaslatan umum serta mengajak individu
bersangkutan untuk menghormati kebebasan pihak lain. (Lihat
karya Prof. Dr. Omar El-Tomy El Syuibany, Konsep Kebebasan
dalam Islam, dalam Beberapa Pikiran tentang Pendidikan Islam,
Prof. Dr. Hasan Langgulung (ed.) Al-Maarif, Bandung, 1979:
60).
Mengenai anjuran berpikir sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya di dalam Islam, dapat dilihat dari firman Allah
sebagai berikut. Gunakan secara maksimal akal, hati, mata,
dan telinga agar berfungsi dan tidakbuta. (Al-Haj: 46). Insan
yang berakal itulah yang cendekia (Al-Zumar: 9). Allah
meninggikan derajat insane yang berilmu pengetahuan (AlMujadallah: 11). Para malaikat dan ahli ilmu mengakui
keesaaan Allah. (Ali Imran: 18).
Namun demikian, Islam secara tegas menolak
kebebasan berpikir yang mengarah kepada mempertuhankan
akal. (Al-Jatsiyah: 23; Luqman: 6,7, 20; Yunus: 32; Al-Hajj: 3;
Al-Qashas: 50; Al-Rum: 29). Sikap mendewa-dewakan akal,
adalah juga mengingkari fakta bahwa akal manusia dan
manusia itu sendiri adalah ciptaan (makhluk) Allah. Islam
mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kurnia atau

65

petunjuk Allah. (Al-Baqarah: 31; Al-Alaq: 5; Al-Rahman: 4) 27)


Jadi yang dimaksud dengan hikmah adalah menunjuk kepada
pengertian bahwa ilmu pengetahuan merupakan kurnia Allah.
28)
Dengan kebijaksanaan (al-hikmah) itulah manusia mampu
memilih antar yang benar (al-haq) dan yang salah (al-bathil).
Karena sesungguhnya pula Allah sajalah yang Maha Mengetahui,
Maha Berilmu, sedangkan manusia sedikit saja.
Inilah sikap muslim, yang menempatkan akal sesuai
proporsinya, dan melihat manusia sebagai manusia makhluk
Allah. Sehingga tidak terjadi penghilangan makna hakikat dan
status manusia sebagai ciptaan Allah, seperti dikemukakan di
muka, Yunani maupun Barat, telah gagal dalam memahami
hakikat manusia, karena menganggap manusia otonom dalam
semua gerak hidupnya. Manusia Muslim, dalam setiap gerak
hidupnya diasaskan kepada Tauhid, dikembalikan kepada ALQuran dan Al-Sunnah. Dengan cara ini maka sikap hidup
Muslim menjadi terjamin, terbimbing untuk senantiasa dalam
ayoman rahmat, taufiq dan hidayah-Nya.

percaya juga kepada Adhi Budha sebagai Tuhannya; ini


kepercayaan sinkretis.
Dalam kenyataan social di Indonesia, kita dapatkan
orang yang mengaku memeluk Islam, tetapi juga ia
mengerjakan amalan hidup sehari-harinya meninggalkan
syariat Islam dan digantinya dengan semadhi, eling (Jawaingat); selamatan kematian (7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000
hari) yang dikombinasi dengan bacaan tahlil, yasinan dan doadoa. Inilah sinkretis (penganut sinkretisme). Aliran-aliran
kebatinan atau kepercayaan di Indonesia (atau apa pun nama
mereka), menunjuk pada fakta sinkretisme itu. Penganut
kepercayaan beranggapan bahwa segala pengabdian hamba
(manusia) tanpa memandang agama, suku, adat, ras, pengkat
maupun golongan pasti diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. 29)
Paham atau ajaran seperti itulah disebut sinkretisme.
Para penganut sinkretisme pada mulanya beranggapan
bahwa sikap hidup yang benar adalah netral tidak memihak
(bersifat akomodatif). Dari sikap ini melangkah lebih maju
dengan meninggalkan keyakinannya semula, sehingga seluruh
ajaran agama, falsafah, adat dilebur menjadi fahamnya.

6) Sinkretisme
Sinkretisme merupakan suatu paham atau ajaran
keyakinan terhadap pandangan hidup secara menyatakan aliran
atau pelbagai ajaran menjadi keyakinannya. Misalnya, seorang
yang mengaku melakukan shalat, tetapi juga mengerjakan
kebaktian di gereja, dan semadhi di kuil. Seseorang yang
mempercayai Yesus anak Allah, mempercayai Brahma dan

Sikap Muslim
Sinkretisme yang mencampuradukkan pelbagai ajaran
dalam diri seseorang, di dalam Islam secara tegas tidak
dibenarkan. (Al-Baqarah: 42; Hud: 16; Al-Hajj: 62; Luqman 30;
Al-Anam: 115-117). Mencampur Islam yang benar dengan
pelbagai ajaran lainnya dan merusak hakikat kesucian Islam
berarti membatalkan seluruh amal seseorang. (Al-Nur: 39).
Seseorang yang muslim, kemudian dalam hidupnya bersikap
menerima Islam sebagian dan menolak/menggantikannya

27)

Hasanain M. Makhluf, Al-Qur-an al-Karim wa Maahu Shafwat alBayab li Maaniy al-Quran, Juz I dan II, Dar al-Kitab al-Arabiy, Mesir,
1377/1957.
28)
Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, The Concept of Education in
Islam of Frame Islamic Philosophy of Education, ABIM, Kuala Lumpur,
Malaysia 1980: 20 - 21.

29)

Ahmad Zainal Abidin Urra, Kerancuan Semantik Berakibat Sekularisasi


Bahasa, dalam Bulettin Gema Ramadhan. Masjid Arief Rahman Hakim
Universitas Indonesia, Jakarta: 1403: 3.

66

dengan menerima ajaran lain (yang bertentangan dengan


Islam), maka sikap atau pandangan hidup seperti itu Allah
menetapkannya sebagai kafir yang sebenar-benarnya. (AlNisa: 150-151).
Seorang muslim hendaklah menerima dan masuk Islam
secara utuh-bulat (kaffah) dan tidak mengikuti metodologi
(hidup) syaitan (bathin), (Al-Baqarah: 208). Seluruh hidup
muslim diasaskan kepada Allah dan Rasulnya, dan manakala
ada pertikaian haruslah kembali kepada Al-Quran dan AlSunnah Rassul (Al-Nisa: 59). Islam itulah jalan tengah yang
adil dan lurus, dengan menempuh cara ini umat Islam akan
mencapai taqwa dan tidak akan pecah belah (Al-Baqarah: 143;
Al-Anam: 153). Ummat Islam justru wajib menjadi juri
(ummatan wasatha) dengan mengomando yang haq dan
mendiskomando yang batil; dengan ini akan tercapai
kemenangan. (Al-Baqarah: 143; Ali Imran; 104, 110).
7.

Pandangan Hidup Muslim


Seorang muslim dalam menetapkan pilihan Pandangan
Hidupnya, tentulah dilihar dari esensi dari keyakinan yang
dianutnya. Islam sebagai Din-Allah yang benar dan sempurna dan
merupakan petunjuk untuk seluruh alam semesta telah cukup
menjadi Pandangan Hidup Muslim.30) Oleh sebab itu, perlulah
kaum Muslimin menyibak kembali sejarah isme-isme yang ada di
dalam masyarakat. Kita telah maklum, bahwa falsafah idealisme
telah mendorong tumbuhnya liberalisme, yang kemudian
mengesahkan faham individualisme, yang membangkitkan
kapitalisme
dan
melahirkan
kolonialisme
dengan
ciri
MENGHALALKAN SEMUA CARA. Adapun masyarakat yang menganut
materialisme, adalah mereka yang berfalsafah sosialisme, yang
30)

Lihat Al-Quran, 5: 3; 35: 24; 4: 125; 3: 19; 21: 107; 4: 79; 34: 28. Lihat
pula karya Muhammad Qutb, Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat yang
Keliru tentang Al-Islam (Terjemah Alwi: AS) Diponegoro, Bandung, 1981)

kemudian mengukuhkan komunisme dengan ciri MENGHALALKAN


SEMUA CARA. Hatta, jelaslah kepada kaum muslimin bahwa segala
isme yang ada saat ini tiada lai telah kehilangan esensi, kehilangan
kepribadian yang suci, telah mengubur sendiri harga diri,
kemuliaan, keteguhan dan kesuciannya masing-masing dengan
pelbagai pengotorann ajarannya sehingga terpatahkannya makna
Tuhan, kaburnya hakikat manusia dan sia-sianya hakikat alam.
Masing-masing isme telah gagal menampilkan dirinya untuk mampu
membawa manusia mencapai derajat kemuliaan di dunia dan di
akhirat sekaligus. Mereka hanya mampu tampil secara parsial
(sebagian) saja, dan mereka hancur ke lembah kekaburan dan
kontradiktif serta kehilangan alternatif yang utuh.
Segenap faham-faham, falsafah dan ajaran yang kini hidup
di seputar masyarakat pemeluk Islam hakikatnya telah
menyatakan dirinya secara gambling bahwa dirinya sekadar daya
kreasi manusia yang relatif dan fana. Dimensi ukhrawi tiada
terjangkau karena mereka telah dengan sendirinya melumuri
ajarannya dengan segala manipulasi syariat. (Al-Maidah: 72, 73;
Al-Baqarah 113; 135; Al-Nisa: 156-158; Ali Imran: 98). Seorang
muslim tidak dibenarkan mengikuti cara beriman dan pandangan
hidup isme-isme Zionisme maupun Kristianisme (Al-Baqarah:
120; Ali Imran 100); karena hal itu akan menyesatkan dan
mengkufurkan kaum muslimin. Demikian pula terhadap isme-isme
lainnya dikukuhkan suatu isyarat, agar kaum muslimin
menghindarinya. (Luqman, 6, 7, 20; Al-Anam: 115-117).
Sebenarnya pula, bagi muslimin dapat menerima ajaran
atau faham serta falsafah apapun dalam hidupnya, dengan syarat
tidak bertentangan dengan asas Islami. Namun juga apalah artinya
mengambil suatu falsafah atau ideology lain, padahal di dalam
Islam telah mencukupinya. (Al-Anam: 115-117). Kurang apakah di
dalam Islam ini? Kalau ada dugaan bahwa Islam kurang memenuhi
hati seseorang, perlulah hati seseorang itu lebih arif mendalami AlQuran dan Al-Sunnah Rasul (yang terjamin shahih); sehingga akan

67

mendapatkan hakikat Islam secara utuh. (Al-Baqarah: 2-5, AlAnam: 153, Al-Maidah: 3).
Seorang muslim wajib menerima Islam secara utuh (AlBaqarah: 208) dan wajib pula mengikuti seluruh titah Allah; dan
teladan Rasulullah (Al-Nisa: 59). Dengan cara mengikuti petunjuk
Allah secara totalitas inilah, kaum muslimin akan mendapat
kejayaan dan derajat taqwa. (Al-Anam: 153). Konsekuensi hidup
muslim memang diukur dari tingkat iman dan tiada ragu sedikitpun
jua untuk menegakkan Al-Islam dengan berjuang; sungguh-sungguh
(al-jihad) dengan harta benda maupun jiwa di jalan Allah. Inilah
cara hidup yang benar. (A-Hujurat: 15). Cara hidup yang benar
adalah melaksanakan iman kepada Allah itu penuh konsekuen
dalam bentuk-bentuk amal shalih tugas kerja kemanusiaan dalam
ayoman ridha-nya. (Al-Baqarah: 177). Kesalahan fatal isme-isme
lain, adalah melihat dunia ini final, sementara bagi kaum muslimin
akhiratlah yang lebih utama (Al-Ala: 16,17). Dan ketika muslim itu
menata hidupnya, maka dimensi duniawi dan ukhrawi adalah utuh
serta harmonis (Al-Qashash: 77); namun dimensi ukhrawi lebih
utama karena sifatnya kehidupan yang kekal.
Pandangan hidup muslim diasaskan kepada kalimah
penyerahan diri total kepada Allah dalam semua aspek kehidupan,
perjuangan, ibadah bahkan kematian (Al-Anam: 162). Al-Fajr: 2730. Dengan ini mempunyai konsekuensi logis, bahwa hidup muslim
adalah mengikuti seluruh petunjuk Allah dan Rasulnya; sehingga AlQuran dan Al-Sunnah merupakan Pedoman Hidup Muslim (AlBaqarah: 2-5; Al-Nisa: 59; Al-Maidah: 132; Al-Araf: 158; Saba:
28).
Arkian, status dan fungsi muslim sebagai hamba Allah
khalifah fil Ardh dan sebagai pengemban risalah Al-Islam
merupakan jawaban langsung atas kesalahpahaman pihak di luar
Islam. Tuduhan bahwa Islam atau ummatnya hanya memikirkan
dirinya adalah tuduhan yang tidak beralasan. Karena justru Islam
mewajibkan ummatnya untuk hidup secara muttaqin. Muttaqin
artinya mengemban semua petunjuk Allah dan Rasulnya,

menghilangkan segala larangan-Nya dengan penuh tanggung-jawab


terhadap dirinya atar menjadi insan pengabdian (Al-Baqarah: 207,
265, Al-Anam: 162-163; Al-Qariah: 6,7, Al-Dzariyat: 56; AlBayyinah: 5). Tanggung jawab pada diri itu dikembangkan menjadi
tanggung jawab terhadap keluarga agar tercipta keluarga
pengabdian (Al-Tahrim: 6; Al-Rum: 21), dengan bertanggung jawab
kepada
ekosistem/lingkungan
(Al-Araf:
96).
Kemudian
pertanggungjawaban itu diikatkan kepada bangsa dan negaranya
(Saba: 15; kepada segenap ummat manusia (Al-Baqarah: 201, AlQashash : 77; Al Araf: 156) serta kepada/untuk kesejahteraan
alam semesta (Al-Anbiya: 107). Seluruh tanggung jawab
kemanusiaan dan alam itu, dibaktikan, diabdikan semata-mata
mencari ridha Allah, karena ridha Allah itulah tujuan hidup muslim
yang hakiki. (Al-Baqarah: 207; Al-Anam 162-163).
Agama manakah, falsafah apakah, ajaran siapakah yang
memiliki kelengkapan dimensi pengabdian seutuh Al-Islam ini? Itu
sebabnya pihak-pihak yang berprasangka bahwa kaum muslimin
tidak toleran, tidak berpartisipasi, dan segala tuduhan negatif
lainnya adalah tidak memiliki dasar kebenaran, kaum muslimin di
belahan bumi manapun mempunyai tanggung-jawab yang utuh ituk
tanpa dipisah-pisahkan, karena hal itu merupakan ibadah dan
kemuliaan kaum muslimin. Apabila dalam kehidupan kaum
muslimin terdapat bukti-bukti tidak wujudnya dimensi taqwa itu,
maka yang khilaf atau salah adalah kaum muslimin itu sendiri. AlIslam tetap benar, sempurna dan kekal sepanjang masa, dalam
kuasa-Nya.
8.

Khatimah
Bagi kaum muslimin, sampailah pada suatu prinsip (almabda:
. ), bahwa sumber dari segala
sumber hukum kebenaran adalah dari Allah; selain itu adalah
cenderung palsu dan batal. (Al-Maidah: 60; Luqman: 30; Al-Syura:
117). Asas maupun pandangan hidup Muslim berpedoman kepada
Al-Quran dan Al-Sunnah Rasul itulah kaum muslimin menjelaskan

68

samudera kehidupan menjawab tantangan zaman. Manakala di


dalam keduanya tidak ditemukan pedoman yang eksplisit, maka
kaum muslimin melakukan ijtihat (pengambilan keputusan
bersumber serta berasas Al-Quran dan Sunnah). Hadits tentang
kasus Muadz bin Jabal, diriwayatkan oleh Bukhari).
Prinsip yang kukuh itu ternyata penuh keluwesan, sehingga
kaum muslimin akan selalu mampu memberi alternatif terhadap
tantangan yang dihadapkannya. Untuk itu maka kaum muslimin
mempergunakan metode (al-manhaj:
. ), bahwa Al-Quran
dan Sunnah Rasul senantiasa dijadikan dasar metoda dalam seluruh
aspek kehidupan (Al-Anam: 153; Al-Nisa: 58 s/d70; Al-Baqarah:
208; Yunus: 108-109). Metoda jahili termasuk profan-kafir,
sekular, sekularisasi, sekularisme, logical positivisme wajib
ditolak, karena akan menghancurkan serta merusak kesucian
ibadah, bahkan membatalkan seluruh bentuk aktivitas. (Al-Nisa
150-151, Al-Nur: 39; Al-Kahfi: 103-106, Luqman: 6-7, 20;
Muhammad: 8-9; Al-Syura: 15-16). Dengan itu berarti, bagi muslim
akan mubazir apabila beramal tanpa manhaj/metoda Islami
(Luqman: 6 s/d 30; Muhammad: 8-9; Al-Mina: 150-151). Bahkan
Muhammad Rasullullah bersabda, Tidak sempurna iman seseorang
dari kamu sehingga hawa nafsunya tunduk (sesuai) dengan apa
yang telah aku sampaikan. (Hadits Arbain Nawawiy No. 41). Oleh
sebab itu, kaum muslimin berkewajiban membangun metodologi
Islami dalam segenap aspek kehidupan. (Ali Inran: 100-101; 103-10;
Al-Anam: 153). Manusia, akalnya, hatinya dan anggota badannya
tidaklah otonom. Semua persoalan kemanusiaan dan alam semesta
akan kembali dan ada dalam kuasa Allah (Ali Imron: 109).
Pola hidup muslim yang telah dibangun atas asas Islam di
atas, mempunyai tujuan (Al-ghayah:
..
), bahwa seiring
dengan Risalah Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya iman
kebenaran. (Al-Thalaq: 11-12). Dengan metoda Islami, seorang
muslim dibimbing untuk terbina menjadi insan muttaqin (AlBaqarah: 177; Al-Hujurat: 13; Al-Anam: 153) sehingga menjadi

insan akademik yang rasional-objektif, kritis-kreatif, logiksistematik (Al-Isra: 36; Al-Naml: 64); berpandangan luas (AlZumar: 17;18), Istiqamah, konsisten dan konsekuen (Al-Ahqaf: 1314; Fushshilat: 30-31) serta senantiasa cenderung mencari
kebenaran hakiki (Rum: 30; Ali Imran: 60), sehingga dengan
metoda Islami itu akan gembira insan muslim daya-daya pencarian
ingin tahu (curiosity), daya cipta (creativity), daya innovatif, daya
konstruktif maupun pengembangan untuk kemajuan. (Al-Radu: 11;
Yunus: 101; Fathir: 28). Pola hidup dengan prinsip (al-mabda),
metoda (al-manhaj) dan tujuan (al-ghayah) secara Islami inilah
akan membuahkan ibadah yang benar dan di sinilah tujuan
pengabdian hidup yang benar. (Al-Hasyr: 18 24).
Ya Allah Alamu bi al-Shawabi.

69

MARAJI/REFERENSI
Abduh, Al-Syaikh, Muhammad, Tafsir Al-Quran al-Hakim: Tafsir alFanar (talif). Sayd Muhammad Rasyid Ridha, II, Beirut,
Libanon, tt.

Saligman, Edwin R.A. Encyclopedia of Social Sciences, The


Mcmillan Company, New York, 1957.
Titus, Harold, H., Living Yesus in Philosophy, 7th edition, New York,
1979.

Abdalat, Mahmudah: Islam in Focus, Muslim Youth Assembly, 4th.


Printing, Singapura, 1980.
Ibrahim, Muhammad Ismail; Mujam al- Fazhi wa al-Alami AlQuraniyah, Bar al-Fikri al-Arabi, Kairo, 1388M/1968M.
Cadhar, Altaf (ed), The Challenged Islam, Islamic Council of
Europe, London, 1970.
Naquib Al-Attas, Syed Muhammad A.; Islam dan Secularism, Muslim
Youth Movement of Malaysia (ABIM), Kuala Lumpur, 1978.
Magge, Bryan; Man of Ideas, The Viking Press, Madison Avenue,
New York. 1979.
Mahmud, Mustafa, Dr. Dialog Muslim dan Atheis (Hiwar Maa
Shadiqi al Mulhid). Terjemah Abdullah Said, Al-Ikhlas,
Surabaya. 1982.
Qutb, Sayyid, Islam the Religion of the Future, HPSD, Damascus,
tt.
Garaudy, Roger. Promesses De LIslam (Janji-janji Islam), terjemah
Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Bulan Bintang, Jakarta: 1982.
Rasyidi, Prof. Dr.H.M. Filsafat Agama, Bulan Bintang , Jakarta, cet.
3, 1975

70

LIBERALISME / KAPITALISME
(uraian singkat untuk keperluan Kelompok Diskusi)
1. Pengertian Liberalisme
a. Liberalisme adalah sikap menjunjung tinggi nilai-nilai
kebebasan perorangan (individual liberty) terhadap
campur tangan penguasa atas kehidupan pribadi orang
seorang.
Dari paham liberalisme ini muncul doktrin kontrak sosial,
hasil pemikiran Jean Jacques dalam tulisannya Contract
Social ou Principes du droit politique (The Social Contract
or Principles of Political Right) yang ditulis pada tahun
1762.
Doktrin ini mengandung sebuah postulat yaitu bahwa
kekuasaan yang berada di tangan penguasa adalah
berdasarkan perjanjian kemasyarakatan (kontrak sosial)
antara rakyat dan penguasa; pada pihak yang satu rakyat
menyerahkan sebagian dari hak-hak perorangannya
masing-masing kepada penguasa, pada pihak yang lain
haruslah dipergunakan kekuasaannya itu demi kepentingan
dan demi melindungi hak-hak perorangan rakyat; jika
penguasa tidak menunaikan kewajibannya itu, ia
melanggar perjanjian dan karenanya harus turun
panggung.
b. Doktrin kontrak sosial adalah merupakan lawan terhadap
doktrin absolutisme kekuasaan raja pada abad
pertengahan yang mengandung postulat bahwa raja
mempunyai hak-tuhani (divine right) dan merasa
memperoleh kekuasaan berdasarkan hak yang diberikan
oleh Tuhan. Menjelang dan setelah Revolusi Perancis,
liberalisme di Perancis adalah sinonim dengan sikap anti
gereja Katolik, karena Katolikisme dengan peristiwaperistiwa inkwisisinya adalah identik dengan feodalisme
dengan penghisapan, eksploitasi dan penindasan-nYa.

c.

Di Jerman, liberalisme adalah identik dengan sikap


menentang Prussianisme yang dengan Junkertumnya
merupakan perpaduan antara kekuasaan absolut raja dan
aristokrasi Prussia (Jungkertum). Setelah usianya Perang
Dunia ke-II, atas kesepakatan Amerika dan Sovyet Uni demi
mencegah bangkit-kembalinya Jerman, Prussianisme itu
dibasmi konon seakar-akarnya, diantaranya dengan
memecah-mecah daerah Prussia dan dengan mengkikishabis aristokrasi Prussia.
d. Liberalisme mengandung asumsi bahwa manusia lahir
dalam kebebasan (man is born free) dan bahwa setiap bayi
yang baru lahir adalah bagaikan secarik kertas yang bersih
(tabula rasa).
- Dalam bidang politik, liberalisme mengumandangkan
hak-hak asasi rakyat;
- Dalam bidang ekonomi, liberalisme adalah identik
dengan free enterprice, free competition sampaisampai kepada free exploitation dengan semboyannya:
laisse faire laisse passe (biarkanlah orang mengerjakan
apa yang ia sukai dan sanggupi..)
- Dalam bidang sosial budaya, liberalisme yang antigereja itu mengumandangkan freedom of religion yang
saking liberalnya lalu berkembang menjadi free from
religion (securalisme) sedang dalam bidang budaya,
liberalisme menghendaki freedom of culture dengan
semboyan lart pour lart; freedom of culture itu lalu
berkembang menjadi free love dan free-sex-nya
- Dalam bidang intelektualisme, liberalisme itu pararel
dengan sikap free from religion menghendaki free
thingking (berpikir bebas) artinya tidak terikat oleh
akidah iman.
2. Pengkaitan liberalisme dengan kapitalisme
a. Mengapa liberalisme dikaitkan dengan kapitalisme ialah
karena kapitalisme adalah hasil terbesar dari liberalisme

71

(dalam bidang ekonomi) serta yang amat memberi warna


tebal kepada sejarah dunia dan manusia.
b. Kapitalisme tidaklah selalu inheren dengan liberalisme
atau demokrasi; kapitalisme memang berkembang dalam
negara-negara demokrasi, tetapi kapitalisme juga
berkembang dan bertahan dalam alam fasisme/
militerisme serta dalam alam neo-kolonialisme.
c. Fasisme yang selalu inheren dengan militerisme adalah
kapitalisme nya negara-negara kapitalis yang tidak
mempunyai jajahan (the have nots) yang dikepung oleh
negara-negara kapitalis yang mempunyai jajahan (the
haves). Sebagai besieged capitalism, fasisme tidaklah
mungkin hidup kecuali militerisme.
d. Neo-kolonialisme yang sinonim dengan imperialisme
ekonomi adalah kapitalisme yang merajalela dalam
negara-negara yang baru merdeka yang biasanya disebut
negara-negara berkembang.
3. Mengapa menjadi isme, menjadi sistim
a. Mengapa kegiatan dalam bidang ekonomi itu sampai
menjadi isme, menjadi sebuah sistem, bahkan sebuah
pandangan hidup; kapitalisme, ialah karena nafsu mencari
untung dengan mempergunakan modal (capital) telah
menimbulkan keuntungan yang besar dan menumpuk
menjadi modal baru yang selanjutnya membawa
keuntungan yang besar dan menumpuk lagi menjadi modal
baru dan demikian seterusnya; dan cara mencari untung
sedemikian itu hanyalah dapat berjalan dan bertahan jika
dipadukan dengan dengan kekuatan-kekuatan politik dan
militer dalam sebuah sistim yaitu kapitalisme.
b. Merkantilisme yang merupakan pra-kapitalisme, karena
masih terbatas dalam bidang industri pertanian dan
perdagangannya, merkantilisme itupun hanya dapat
berjalan dengan dukungan politik dan militer. Ingat perang
rempah-rempah antara sesama imperialis: Spanyol,

Portugal, Inggris dan Belanda; perang salib sebenarnya


hanya dalih bagi Inggris untuk menguasai jalur daratan
menuju sumber rempah-rempah disebelah Timur, jadi apa
yang dikenal sebagai perang salib itu sebenarnya
termasuk perang rempah-rempah bagi si-Inggris, tetapi
merupakan perang-suci bagi Ummat Islam Palestina.
4. Unsur-unsur kapitalisme
a. Unsur-unsur kapitalisme adalah:
a. 1. Modal
a. 2. Eksploitasi
a. 3. Political power
b. Bentuk modal adalah:
c. Bentuk eksploitasi:

b.
b.
b.
c.

1. Uang
2. Pemilikan tehnologi
3.
Managerial skill
1. Nilai-nilai dari tenaga siburuh yang terampil dalam
proses produksi
c. 2. Nilai-nilai dari tanah siorang-kecil yang disewapaksa atau dijual-paksa
(digusur tanpa melewati
undang-undang).
c. 3. Kekayaan alam milik
negara yang disediakan
bagi si-investor dengan
imbalan
yang
tidak
seimbang.

5. Definisi kapitalisme
a. Bung Karno memberi definisi mengenai kapitalisme sebagai
sistim pergaulan hidup yang memisahkan kaum buruh dari
alat-alat produksi (Indonesia menggugat hal. 14).
Definisi tersebut pada hemat saya masih terlalu sempit
karena terbetas pada lapangan produksi (pabrik) dan tidak

72

menonjolkan usnur eksploitasi yang didukung oleh


kekuasaan politik.
Dengan definisi Bung Karno, koperasi tani yang adalah
koperasi produksi tidaklah merupakan sebuah mata-rantai
kapitalisme, karena para petani yang mengerjakan
sawahnya adalah juga pemilih sawah, jadi tidak terpisah
dari alat produksinya. Tetapi dalam mekanisme-nya
ekonomi-kapitalis-internasional,
desa
adalah
hanya
merupakan enclave dan koperasi-tani didesa adalah obyek
penghisapan dari kapitalisme. Dan penghisapan atas
koperasi-koperasi tani tidaklah dapat berjalan tanpa
dukungan atau partisipasinya birokrasi.
b. Karena itu, saya mencoba membuat definisi tentang
kapitalisme sebagai berikut:
sebuah sistim (politik) yang memberi peluang berikut
dukungan kepada usaha ekonomi dengan keuntungan
melimpah-limpah yang bersifat eksploitatif
kekayaan yang ditimbulkan oleh usaha ekonomi demikian
itu dinamakan kekayaan struktural, dan kemiskinan yang
diakibatkannya dinamakan kemiskinan struktural.
6. Karakteristik Koonialisme dan Neo-Kolonialisme
b. Sebagai hasil dari kapitalisme, kolonialsime (modern)
mempunyai ciri-ciri (karakteristik) sebagai berikut:
a.1 Daerah jajahan merupakan sumber bahan mentah bagi
industri negara kapitalis;
a.2 Idem daerah pemasaran bagi barang-barang hasil
industri negara kapitalis;
a.3 Idem sumber tenaga kerja murah.
Dalam masa pasca kapitalisme, hubungan ekonomi
antara negara yang baru merdeka (negara berkembang)
dengan negara kapitalis masih menunjukkan karakteristik
tersebut dengan segala akibatnya; eksploitasi negara
berkembang oleh dan dependensinya kepada negara

industrialis-kapitalis; kondisi demikian menunjukkan


adanya imperialisme ekonomi atau neo-kolonialisme.
c. Lenin dalam bukunya Impelialism as the last stage of
capitalism (1917) meramalkan bahwa dengan hapusnya
imperialisme (kolonialisme), kapitalisme akan menurun
menuju saat keruntuhannya. Ternyata ramalan Lenin itu
meleset, karena neo-kolonialisme yang merupakan wajah
dari sebagian besar negara berkembang malahan
merupakan kolonialisme baru dalam skala yang jauh lebih
besar dari pada dalam masa kolonialisme.
7. Perubahan cara berproduksi dalam era non-kolonialisme
Dalam era neo-kolonialisme dewasa ini telah muncul cara-cara
baru berproduksi yang tidak terdapat dalam era kolonialisme
dulu, seperti:
a. Internasionalisasi proses produksi lewat perakitan barangjadi dinegara berkembang dengan tenaga buruhnya yang
murah;
b. Idem lewat free tade zone (di Indonesia: bonded
wharehouse);
c. Memproduksi barang atas pembayaran lisensi kepada
negara industrialis
8. Variasi dan jalur-jalur kapitalisme
e. Variasi-variasi kapitalisme adalah pragmatisme, welfarestate, sosialisme demokrasi.
f. Jalur-jalur kepitalisme yang berbentuk non-ekonomis
adalah Rotary-club Lions club, pandangan kosmopolitisme,
humanisme universal, sedang sikap-sikap hidup penunjang
kapitalisme adalah hedonisme dan konsumerisme.
Kepustakaan:
1. Ir. Soekarno: Indonesia Menggugat
2. Ir. Sukarno: Camkan Pancasila (kumpulan ceramah)
3. Richard J. Barnet: Intervention and Revolution
4. Louis L. Snyder: The Imperialism Reader

73

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

John M. Swomley Jr: American Empire


Raymond Vernon: Sovereignty at Bay
Noam Chomsky: For Reasons of State
Teresa Hayter: Aid as Imperialism
Jan Halliday-Gavan Mc Cormack: Japanese Imperialism
Today. Co-Prosperity in Greater East Asia.
Neil Sheehan: The Pentagon Papers
Daniel Ellsberg: Pepers on the War
Robert E. Osgood c.s.: Retreat from Empire?
Francis A. East: Alliances, Latent War Communities in the
Contemporary World
Richard B. Morris: Basic Documents in American History
A. Dahlan Ranuwihardjo: Bacaan tentang Neo-kolonialisme
(seri lima tulisan dalam harian Jurnal Ekuin Maret-Mei
1982).

74

SYAHADAH

GENERATIO SPONTANEA
Evolusi secara kimia organik

Sebelum terjadinya manusia


71:1 --------------- tidak dikenal
71:14+17 --------- Evolusi diciptakan melalui beberapa tingkatan
55:14 ------------- Shal-shal = zat pembakar (oksigen)
15:28 ------------- Hama-in = zat lemas (nitrogen)
nb:
15:29 --------------- ALLAH menyempurnakan kejadiannya
4:1 ------------- Hawa diciptakan oleh ALLAH setelah Adam
2:35:39 -------Kehidupan Adam & Hawa di Syurga hingga diperintahkan oleh ALLAH
keluar dari Syurga karena melanggar larangannya
Terjadinya manusia setelah Adam
23:12, 13 jo 86:7 ------ Sari pati tanah (sperma + ovum)
23:14 -------------------- Proses terjadinya di dalam rahim
32:9 --------------------- Dilengkapi dengan roh (penyempurnaan)
3:6 ----------------------- ALLAH yang membentuk manusia dalam rahim
16:78 --------------------Manusia lahir dari perut ibunya dalam keadaan tak mengetahui sesuatupun
32:8 --------------------- Proses kelanjutan keturunan
76:2 ---------------------Manusia dicipta ALLAH hanya untuk diuji dengan perintah dan

ALLAH

larangan
MANUSIA

ALAM

NB:
Jika GHAIB
ragu terhadap proses terjadinya manusia seperti yang diterangkan
dimuka 23:12 jo 86:6,7 56:58, 59.
Jika pertanyaan tersebut (56:58:59) tidak bisa dijawab maka lihatlah
jawabnya pada surat 75:37:-40 jo 22:5

75

PANDANGAN ISLAM TENTANG STRUKTUR MANUSIA


Menurut pandangan Islam
A. Ciptaan Tuhan yang mulia
B. Khalifah ALLAH di bumi fungsi Islam menjalankan
amanah
Kewenangan 92:4
Tanggung jawab 17:21 jo
24:6
14:48 jo 24:24
99:7-8
2:30 jo 6:165 jo 24:55
Dalam diri manusia
A. Hanif -----B.
C.
D.
E.

kecenderungan 7:172 kepada


kebenaran 30:30
Fitrah ----- 90:8-10 jo 3:14
Freewiil--- 2:256 jo 33:72 jo 10:99 tanggung jawab
Pengabdian kepada ALLAH, tugas hidup 6:162-163 jo
51:56
Individu yang berkomunal 49:13

Ciri-ciri Ego
+ negatif
17:11 ------- tergesa-gesa
18:54 ------- suka membantah
100:6 ------- ingkat dan tidak berterima
kasih
Perjalanan akhir
10:12 ------- melampaui batas
hidup manusia
70:19-21--- keluh kesah dan kikir
90:4 -------- susah payah
+
positif (untuk
mengatasi
semua)
Existence
Ego 70:19-21
jo itu
21:37
alam
70:22,
24,
23,
27,
29
jo
30,
32,
33,
34
bawah sadar
2:2,4 ------ Iman
13:28 ----- Ingat ALLAH
23:1-5 jo 6, 8, 9 ------ kesempurnaan
Iman
65:2-5 ----- Hadiah untuk orang taqwa
89:27-30--- Penghargaan ALLAH
terhadap iman

Untuk memenuhi syarat (18:10 jo 98:7,8


maka ia layak di Syurga /hidup dengan
penuh kesenangan/keseimbangan
Dalam perjalanan hidupnya bagi se-orang
muslim:
1. Meng-Imani Islam (4:136;2:147,123,
24,28; 18:35; 3:8)
2. Meng-Ilmui Islam (6:125; 38:22; 9:122)
3. Mengamalkan Islam (9:108; 2:296)
4. Mendawahkan Islam/memperjuangkan
Islam (5:67; 3:110; 3:104 jo 3:142 jo
9:13, 14, 24, 38, 41, 111)
5. Sabar dalam ber-Islam (29:2,3, 2:155157,214; 3:200

Seluruh manusia pasti berjumpa


dengan ALLAH 84:6
Untuk yang tidak memenuhi syarat masuk
neraka/ jauh dari keseimbangan (98:6)
Dalam perjalanan hidupnya menempuh
dengan pola kemusyrikan
Kafir (5:44; 45:24); zhalim (5:45)
Fasik (5:47)
Munafiq (9:45, 49, 58, 62, 64, 67, 75, 65,
77, 81, 86)
Musyrik (45: 23; 25:43, 44; 2:165)
Tidak ada ampun (4:116)
Dengan pola hidup kemusyrikan ini, ia jauh
dari keseimbangan jiwa (kontradiksi)
sehingga ia selalu dalam kondisi gelisah dan
tidak menentu tanpa tujuan hidup

76

Jadi dengan konsep hidup tauhid, maka tujuan hidup


yang hakiki, tidak lain hanyalah untuk mencapai ridho
ALLAH SWT dan dengan dasar Ikhlas (2:262; 4:125).
Ikhlas
dalam
arti
bersih/murni
dan
tidak
mencampuradukkan nilai tauhid dengan adanya Riya
(2:265), Subah (2:263) serta takabur (49:17) karena
dengan hidup ikhlas, maka ia sampai pada taraf jiwa
tenang (mutmainah) atau penuh keseimbangan/
harmonis, hidup dan sadar

Jadi upaya jalan keluarnya, hanya satu jalan yaitu


Taubat (11:90 jo 7:153) taubat dalam arti yang
sebenarnya (4:17, 18 jo: 146) oleh karena itu dalam
pola hidup ia hanya berlandaskan Tauhid, sehingga
mempunyai konsekuensi sebagai berikut: menolak
semua sumber nilai, budaya, politik, ekonomi, hukum
dan segala macam sistem yang bertentang dengan
ajaran Islam (2:177 jo 4:58, 59 jo 9:71, 73 jo 3:159 jo
42:38)
Menyatakan kebulatan tekad setia kepada ALLAH
SWTa, dalam arti selalu menghadapi segala masalah
(berpihak pada ALLAH / ajaranNya) (4:103 jo 22:62 jo
9:23, 24)
Berusaha memaksimalkan mungkin melaksanakan
norma-norma ajaran Islam baik berguna bagi dirinya
sendiri
maupun
berguna
untuk
masyarakat
sekelilingnya (64:16 jo 22:78)

77

You might also like