Professional Documents
Culture Documents
Empat tahun kemudian, Azka sudah pandai berbicara dengan jelas. Seringkali ia
mengikuti gayabicara tokoh kartun yang sering ditontonya, seperti Hoody Woody,
Teletubies, bahkan terkadang ia menggoda ayahnya dengan gaya pembawa acara
berita sambil membawa Koran langganan ayahnya. Di usia belianya ia sudah pandai
membaca, tak lain karena ibunya dengan gigih setiap hari mengajarinya
membaca,menulis dan mengaji. Ayahnya sangat kagum melihat puterinya yang
pandai.
Pagi itu, ibu seperti biasa membuatkan sarapan untuk Azka dan Ayah. Seperti biasa,
Azka dengan tubuhnya yang kecil dengan cekatan ia berusaha membantu ibunya
menyiapkan sarapan. Meskipun kakinya pernah tersiram air panas, hal itu tidak
membuat Azka jera menuangkan the hangat di atas gelas-gelas kaca. Azka benarbenar mandiri, ibunya tidak pernah melarang Azka membantunya menuangkan teh
panas, mengelap piring dan gelas, menyapu, membuat susu sendiri, mengambil
jemuran pakaian, dan lain sebagainya. Meski Azka terlihat cekatan dan mandiri, Ibu
tetap mengawasinya dari kejauhan.
Setiap malam sebelum tidur, Azka seperti biasa cuci kaki dan sikat gigi terlebih
dahulu, lalu dengan bimbingan ibu ia membaca doa sebelum tidur. Ibu menutup
Azka dengan selimut. Tak lama kemudian Azka tidur. Ibu pun segera mematikan
lampu dan meninggalkan kamarnya. Namun ditengah malam Azka terbangun, ia
baru saja mimpi buruk. Ia ingin mendatangi kamar ibu dan ayahnya. Ingin rasanya
ia membangunkan ibu. Tapi ia merasa tidak berani.
esok hari. Saat itu ia lepas dari pengawasan ibunya yang masih terlelap tidur. For
next time.