You are on page 1of 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Oleh :
LUSIA PRIHATINI EKASARI
125070200111024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Satuan Acara Pengajaran


Mata Kuliah

: Sistem Kardiovaskuler

Pokok Bahasan

: Hipertensi

Sasaran

: Klien & Keluarga

Tempat

: Jl. Raya Sigura gura V

Hari/ Tanggal
Alokasi Waktu

: Jumat, 09 mei 2014


: 50 menit

Pertemuan ke

: Pertama

Pengajar

: Lusia Prihatini Ekasari

A. Tujuan Instruksional
- Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta mengerti dan memahami tentang
penyakit hipertensi
- Tujuan Khusus :
1) klien dan keluarga memahami tentang pengertian Hipertensi
2) klien dan keluarga mengerti penyebab Hipertensi
3) klien dan keluarga mengerti serta memahami penatalaksanaan Hipertensi secara
non farmakologis dan farmakologis
B. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Penatalaksanaan Hipertensi
C. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap
kegiatan
Pembuka
-an

Waktu
(5 menit)

Kegiatan perawat

Kegiatan perserta

1.

1.

Salam pembukaan
2.

salam
2.
Mendengarka

Memperkenalkan

n keterangan

diri
3.

penyaji

Menjelaskan maksud

Menjawab

Metode

Media

Ceramah

& alat
Microphone

dan tujuan

Penyaji-

( 40

Menyampaikan

Memperhatikan dan

Ceramah

an

menit)

materi

mendengarkan

Diskusi

Poster

keterangan penyaji

Penutup

(5menit)

1.

Mendengarkan

Ceramah

Melakukan Tanya

dan bertanya

, diskusi,

jawab
2.

serta menjawab

Tanya

pertanyaan

Jawab

Poster

Menutup pertemuan
3.
Menyampaikan
kesimpulan
D. Evaluasi
1. Evaluasi Proses :
a. perserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan baik
b. perserta terlibat aktif dalam pembelajaran
c. perserta aktif bertanya
2. Evaluasi hasil
:
a. perserta mampu memahami tentang penyakit Hipertensi
b. perserta mampu memahami penatalaksanaan Hipertensi
c. perserta mampu menjawab pertanyaan penyaji
E. Materi (Terlampir)
F. Daftar Pustaka
1. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.
2. Price,Sylvia A.2005. Patofisiologi (Konsep Klinis & Proses-proses Penyakit) Edisi 6.
Jakarta : EGC

Materi
1. Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya di atas 160 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001).
Hipertensi bisa dikatakan sebagai hipertrofi ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari
peningkatan bertahap tahanan pembuluh perifer dan beban akhir ventrikel kiri (Mansjoer,
2001)
2. Penyebab / Etiologi Hipertensi
Menurut Sustranim (2004), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan
menjadi dua golongan besar yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder :
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
Kurang lebih 90% dari penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer. Menurut Smith (2001) faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi primer adalah:
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita. Juga, angka angka statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi
pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
kulit putih.
c) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi, kegemukan atau makan yang berlebihan, stress dan pengaruh
lain.
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Konsumsi garam yang tinggi
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh
suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia
kedokteran telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik
akan menurunkan tekanan darah.

2)

Kegemukan atau makan yang berlebihan


Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa ada
hubungan antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Meskipun mekanisme
bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti
penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
3) Stres atau ketegangan jiwa
Sudah lama diketahui bahwa stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin yang memacu jantung berdenyut lebih cepat
dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama,
tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis
atau perubahan patologis, gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.
4) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai
berikut : merokok, karena dapat merangsang sistem adregenik dan meningkatkan
tekanan darah, minum alkohol, minum obat-obatan, missal ephedrine,
prednisone, epinefrin.

2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Penyakipenyakit yang dapat menyebabkan hipertensi adalah: koarktasio aorta; kelenjar
adrenal : pheochromocytoma, tumor cathecolamin yang terus menerus mengeluarkan
lendir, penyakit chusing; penyakit ginjal, glomeuronefritis kronis (penyebab yang
paling lazim diketahui); toxemia kehamilan; kenaikan tekanan intracranial oleh tumor
atau trauma; penyakit kolagen; pengaruh sekunder dari obat tertentu, seperti obat
kontrasepsi oral.

3. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap program
penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah

di bawah 140/90 mmHg. Menurut Kurniawan (2006), penatalaksanaan pasien hipertensi


dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis :
1) Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada penderia
hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok :
a) Terapi diet
1. Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur
perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi. Misalnya
telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan
natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu menghilangkan
retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan
diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi,
baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut
Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu
diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam rendah III :
(a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan / atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
(b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan /
atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet
garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan sdt
garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
(c) Diet garam rendah III (1000 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam
dapur.
2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan
jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan

mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja


jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Diet ini bertujuan
untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi
penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut :
(a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama
makanan yang digoreng dengan minyak
(b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa, dan santan
(c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
(d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu
3. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175
mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian
kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari
rendahnya natrium.
b) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-hari atau
berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa dapat
menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung,
gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.
c) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah alkohol
yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian antihipertensi.
Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi dengan efek
samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya
hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat mempertahankan
tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas
dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan

dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko


penyakit koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
a) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran garam
(NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga
dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium. Obat yang
banyak beredar adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
b) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker
adalah Prazosin dan Terazosin.
c) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga kerjanya
berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah Propanolol,
Atenolol, Pindolol dan sebagainya.
d) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktivitas saraf adrenergik perifir dan turunnya tekanan darah.
Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang
termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
e) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole sehingga daya
tahan perifir berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis
ini adalah
Hidralazine dan Ecarazine.
f) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam
sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.
Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan

Verapamil.
g) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis
penghambat ACE yang popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.

You might also like