Professional Documents
Culture Documents
I1032141005
I1032141008
I1032141011
I1032141014
I1032141015
I1032141020
I1032141026
I1032141029
I1032141039
I32112037
I321112006
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial
yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi II
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Suhaimi Fauzan, M.Kep selaku dosen mata kuliah Sistem Respirasi II
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa
maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna
untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.
Latar Belakang....................................................................................................1
2.
Rumusan Masalah...............................................................................................1
3.
Tujuan.................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan Penunjang......................................................................................6
7.
BAB III........................................................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................10
1.
Pengkajian.........................................................................................................10
2.
Diagnosa Keperawatan......................................................................................11
3.
Intervensi Keperawatan.....................................................................................11
PATHWAY ASHMABRONKIAL 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asma Bronkial merupakan penyakit saluran nafas dengan
karakteristik berupa peningkatan reaktifitas (hipereaktivitas) trakhea dan
bronkus terdapat berbagai rangsangan dengan manifestasi klinik berupa
penyempitan saluran nafas yang menyeluruh (Enterprise, 2006). Asma
bronchial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak
maupun dewasa di Negara berkembang maupun Negara maju. Sejak dua
decade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma bronchial meningkat
pada anak maupun dewasa. Prevalensi total asma bronkial di dunia
diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Prevalensi tersebut sangat bervariasi pada tiap Negara dan bahkan
perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu negara. Prevalensi asma
bronkial di berbagai Negara sulit dibandingkan,tidak jelas apakah
perbedaan angka tersebut timbul karena adanya perbedaankritertia
diagnosis atau karena benar-benar terdapat perbedaan (IDAI, 2010). Di
Indonesia, diperkirakan sekitar 10% penduduk mengidap asma dalam
berbagai variannya. Penyakit asma di Indonesia masuk dalam sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun
2002 sebanyak 12.500.000. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005
mencatat 225.000 orang meninggal karena asma. Meningkatnya tingkat
kejadian asma di Indonesia dan hampir seluruh dunia ini diduga
berhubungan dengan meningkatnya industri yang mengakibatkan tingkat
polusi semakin tinggi, serta makin banyaknya kendaraan bermotor. Asma
banyak diderita oleh masyarakat, terutama pada anak-anak, penyakit ini
berkaitan dengan faktor keturunan (Pratyahara, 2011)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari
10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik
dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema
sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun
3
nasional
untuk
penyakit
asma
sebesar
4,0%
2. Rumusan Masalah
2.1.
Apa Definisi Ashma Bronkial ?
2.2.
Bagaimana Etiologi Dari Ashma Bronkial ?
2.3.
Bagaimana Klasifikasi Dari Ashma Bronkial ?
2.4.
Bagaimana Patofisiologi Dari Ashma Bronkial ?
2.5.
Bagaimana Manifestasi Klinis Dari Ashma Bronkial ?
2.6.
Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Pada Ashma Bronkial
2.7.
Bagaimana Penatalaksanaan Pada Ashma Bronkial ?
2.8.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ashma Bronkial?
3. Tujuan
3.1.
Mengetahui Definisi Ashma Bronkial
3.2.
Mengetahui Etiologi Dari Ahma Bronchial
3.3.
Mengetahui Klasifikasi Dari Ashma Bronkial
3.4.
Mengetahui Patofisiologi Dari Ashma Bronchial
3.5.
Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Ashma Bronchial
3.6.
Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Pada Ashma Bronchial
3.7.
Mengetahui Penatalaksanaan Pada Ashma Bronchial
3.8.
Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Ashma Bronkial
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Ashma Bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada
percabangan trakeobronkhial yang dapat di akibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi (Somantri, 2009). Asma
adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas
dan derajatnya dapat berubah ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (Muttaqin, 2008). Menurut Davey (2008), asma merupakan keadaan
inflamasi kronis yang menyebabkan obstruksi saluran pernapasan reversible dan gejala
berupa batuk, mengi atau wheezing, dada terasa terikat dan sesak napas.
bronkhial
jika
terpapar
dengan
foktor
pencetus.Selain
itu
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, spora jamur, bulu kucing,
-
adanyasuatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktorfaktorpencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
3.2.
seranganasma ekstrinsik.
Asma Bronkial Tipe Non-Atopik (Intinsik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas, olahraga atau kegiatan jasmani
yang berat, dan tekanan jiwa atau stress psikologis. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3.3.
Asma Campuran (Mixed Asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarekteristikan dengan
bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau non-alergi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
6.1 Spirometer : Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan
diagnosis juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
6.2 Peak Flow Meter/PFM. Peak flow meter : Merupakan alat pengukur faal
paru sederhana, alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara
yang berasal dari paru. Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal,
dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan obyektif
(spirometer/FEV1 atau PFM). Spirometer lebih diutamakan dibanding PFM
oleh karena; PFM tidak begitu sensitif dibanding FEV. untuk diagnosis
obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas besar, PFM
dibuat untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat digunakan
dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan
FEV1.
6.3 Pemeriksaan Laboratorium
- Analisa Gas Darah (AGD/Astrup), hanya dilakukan pada serangan asma berat
-
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic
Sel eosinofil, pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 10001500/mm3 baik asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
6.4.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2008) :
1.1.
Anamnesis
Anamnesis meliputi nama, umur, jenis kelamin perlu dilakukan pada klien
dengan asma. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat
mungkin terdapat status atopik. Serangan pada usia dewasa dimungknkan adanya
faktor non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien
berada. Berdasarkan alamat tersebut dapat diketahui pula faktor pencetus serangan
asma. Status perkawinan dan gangguan dalam keluarga merupakan pencetus
serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk mengetahui
adanya pemaparan bahan allergen. Hal lain yang perlu dikaji adalah tanggal masuk
rumah sakit, nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan diagnosis medis. Keluhan
utama meliputi sesak nafas, bernafas berat pada dada, dan adanya keluhan susah
bernafas.
1.2.
Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan
keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejalagejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, kelelahan, gangguan
kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dibagi menjadi 3 stadium :
- Stadium Pertama, ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini
terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini
-
kulit membiru.
Stadium Ketiga, ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karena
aliran udara kecil , tidak ada batuk, pernafasan dangkal dan tidak teratur, irama
pernafasan meningkat. Kaji pula obat-obatan yang biasa diminum klien dan
memeriksa kembali setiap jenis obat untuk di gunakan kembali.
7
1.3.
serangan asma
Pola Hubungan Dan Peran, gejala asma sangat mebatasi klien untuk menjalani
kehidupannya secara normal. Klien perlu menyusaikan kondisinya dengan
hubungan dan peran klien, baik di linkungan umah tangga, masyarakat ataupun
lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi setelah klien mengalami
serangan asma
Pola Persepsi Dan Konsep Diri, perlu dikaji persepsi klien terhadap
penyakitnya. Persepsi yang salah dapat menghambat respon keoperatif pada diri
klien. Cara memandang diri yang salah juga akan menadi stress pada kehidupan
klien. Semakin banyak stressor emakin meningkat kemungkinan serangan asma
berulang.
Pola Penanggulangan Stress, stress dan ketegangan emosional merupakan
faktor instrinsik pencetus serangan asma. Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab
terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh stress terhadap kehidupan klien serta
dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang pun akan
-
semakin tinggi.
Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan, kedekatan klien pada sesuatu yang
diyakininya di dunia dipercaya dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien.
Keyakinan klien terhadap Tuhan dan medekatkan diri kepada-Nya merupakan
normal.
Perkusi : pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor,
2.1.3.
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi. Halhal tersebut dapat merangsang serangan asma. Kaji tentang status nutrisi klien
meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.
2.1.7.
B6 (Bone)
Kaji adanya edema ekstremitas, tremor, tanda-tanda infeksi pada
eksremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu
dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pikmen, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, gruritus, eksim, dan
dermatitis. Pada rambut kaji warna rambut, kelembapan, dan pusang. Kaji pula
tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi lama klien tidur dan
2.2.
2.2.1.
3.3.
3.4.
jantung
3.5.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (hipoksia) kelemahan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
3.6.
makan.
3.7.
Ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita.
10
4. Intervensi Keperawatan
4.1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkokonstriksi, bronkospasme, edema
mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mucus yang kental
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
-
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas.
Intervensi :
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Monitor respirasi dan status O2
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
4.2.Risiko tinggi ketidakefektifan pola napas yang b.d peningkatan kerja pernapasan,
hipoksemia dan ancaman gagal napas.
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
-
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
Intervensi :
a. Airway Management
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Monitor respirasi dan status O2
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
b. Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
11
Intervensi :
a. Airway Management
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbanagn
- Monitor respirasi dan status O2
b. Respiratory Monitoring
- Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
-
stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
12
Intervensi :
a. Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabillitasi Medik dalam merencanakan
-
beraktifitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual
4.6.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
a. Nutrition management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
14
konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan untuk mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
b. Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar algumin, total protein, Hb, dan kadar HP
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intek nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papilla lidah, dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4.7.Ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita
Kriteria Hasil :
- Klien mampu mengidentivikasi gejala cemas
- Megidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol
-
cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkt aktivits menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi :
a. Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelasa harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami prospektif kondisi pasien terhadap stress
- Temani pasien untuk menemani keamanan
- Dorong keluarga untuk menemani anak
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatin
15
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay, Ramzi S.Cotran dan Stanley L.Robbins. 2004. Buku Ajar Patologi Robbins
Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Kumar, R. 2013. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
16
Binarupa Aksara
Publisher
Esther, John D. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media
Brunner dan Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyaki. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 1. Edisi 8.Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Khamdan, Muhammad. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T Dengan Masalah Utama
Sistem Pernapasan: Asma Pada Ny.T Di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas
Kartasura Sukoharjo. http:// eprints.ums.ac.id
PATHWAY
Faktor Pencetus :
-Allergen
-Stress
- Cuaca
Mengeluarkan
mediator : histamine,
platelet, bradikimin dll.
Permeabilitas kapiler
meningkat
Konsentrasi O2
Mk: Penurunan
dalam darah menurun
curah jantungMk:
b.d Intoleransi aktivitas b.d
17
perubahan ketidakseimbangan
antara
Mk : Ansietas b.d
kontraktibilitas
suplai
dan
kebutuhan
oksigen
Hipoksemia
Hiperkapnea
Gelisah
keadaan penyakit Asidosis
Suplai
O2 kejalan
Kebutuhan
Tekanan
Kelemahan
darah
Suplai
O2 ke
Perfusi
Jaringan
Asidosis
Suplai
darah
dan
O2
danO2
volume
(hipoksia) kelemahan
Penyempitan
Penurunan
Cardiac
yang
diderita
nafsuotak
makan
jaringan
menurun
menurun
respiratorik
menurun
perifermetabolik
keoutput
jantung
berkurang
sekuncup
jantung Hiperventilasi
Retensi
O2dan keletihan
pernapasan Koma meningkat
Mk:
Ketidakefektifan
bersihan
b.d
jalan
nafas
bronkokonstriksi,
bronkospasme,
mukosa
dan
edema
dinding
Mk:
ketidakefektifan
Ketidakseimbangan
pola
napas
b.d
peningkatan
yang
kebutuhan
kerja pernapasan,
b.d
hipoksemia
nafsu makan.
ancaman
dan
gagal
napas.
18
tubuh
penurunan
LAMPIRAN : EVIDENCE
BASED
19