You are on page 1of 5

Journal Reading

Human papillomavirus (HPV) screening and


cervical cancer burden. A Brazilian perspective
Adriana T. Lorenzi , Kari J. Syrjnen and Adhemar Longatto-Filho
BMC

Oleh
Brian Umbu Rezi Depamede
H1A 212 013

BAGIAN ILMU OBGYN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2016
DATA JURNAL
Nama Penulis : Adriana T. Lorenzi , Kari J. Syrjnen and Adhemar Longatto-Filho
1

Judul Tulisan : Human papillomavirus (HPV) screening and cervical cancer burden. A
Brazilian perspective
Jurnal Asal

: BioMed Central (BMC)

Jenis Artikel : Studi pustaka


1. Alasan Pemilihan Journal
HPV masalah yang cukup serius bagi kaum perempuan, salah satu pencetus
kanker leher rahim (cervical cancer, CC). Journal ini membahas cukup lengkap
tentang upaya menskrining HPV pada kaum perempuan dalam upaya mencegah
kanker leher rahim (CC) di negara sedang berkembang (Brazil), yang mirip dengan
Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai studi banding upaya pencegahan CC.
2. Gambaran Umum HPV
HPV atau human papillomavirus merupakan virus DNA sirkuler untai ganda,
telanjang (tanpa amplop) berukuran kecil (800 bp, pasangan basa) yang menunjukkan
tropisme spesifik pada sel-sel epitel manusia (pada kulit maupun membran mukosa).
Sejak tahun 1970, tedapat bukti-bukti ilmiah HPV berkaitan erat dengan lesi-lesi
neoplastik pada manusia.
Siklus Hidup human papillomavirus, terdiri atas 3 fase. Awalnya virion
infeksius masuk kedalam lapisan basal melalui lesi-lesi mikro, membentuk suatu
penampungan tempat genom virus (episom) dilestarikan. Genom virus bereplikasi
dengan memanfaatkan replikasi DNA sel inang yang terinfeksi, yang menetap pada
lapisan basal/prabasal, atau yang berpindah melalui proses differensiasi. Ekpresi gen
Late (L) diaktifkan, sehingga terjadi replikasi vegetatif virus HPV yang menyebabkan
sintesis copy/salinan virus dalam jumlah besar.
Hingga kini ada 200 jenis HPV yang sudah dikarakterisasi, terdiri atas HPV
cutaneous yang menyebabkan papilloma (jinak) dan HPV mucosal yang
menyebabkan papilloma jinak berkembang menjadi kanker neoplastic intraepitelial
dan invasive, di bagian mukosa mulai dari anogenital, respiratory, dan saluran
pencernaan atas. Dari jenis-jenis kanker yang ditimbulkan HPV, kanker leher rahim
(cervical cancer, CC) adalah yang paling penting karena sebagai penyebab mobiditas
dan mortalitas yang paling signifikan.
3. Proses Infeksi HPV Menimbulkan CC
2

Infeksi HPV sangat mudah ditularkan melalui hubungan seksual. Risiko


tertinggi ada pada wanita yang melakukan hubungan seksual usia dini karena
pemaparan virus yang lebih tinggi dan juga pada individu dengan gangguan sistem
imun. Infeksi HPV berkaitan dengan dua penyakit serius yang berkaitan dengan
timbulnya kanker ganas yaitu Cervical intraepithelial neoplastic (CIN) dan Cervical
cancer (CC).
HPV menginfeksi sel-sel basal, khususnya pada cervical transformation zone
(TZ), tempat pertemuan eptiel skuamos dengan epitel glandular dari saluran
endoserviks. Di tempat ini HPV merangsang transformasi sel dengan perantaraan
oncoprotein E6 dan E7 dari HPV yang mempengaruhi pengaturan siklus hidup sel-sel
host. Oncoprotein E6 mendegradasi protein p53, dan E 7 menghambat protein pRb.
Protein p53 dan pRb dibutuhkan sel normal agar sel normal tidak membelah secara
liar. Sel normal yang terinfeksi HPV akan dikendalikan oleh sistem virus HPV, mulai
dari lapisan basal kemudian secara bertahap menyebar hingga terbentuk penebalan
epitel. Begitu infeksi HPV mapan, genom HPV muncul sebagai episom di dalam inti,
dan kandungan genom HPV meningkat hingga 50-100 copy/sel.
Sebagian besar pria dan wanita dengan riwayat seksual aktif pernah terinfeksi
HPV paling tidak satu kali selama hidupnya beresiko untuk terkena CC. Secara umum
90% HPV menghilang secara spontan akibat respon imun, tanpa gejala klinis; Hanya
10% yang persisten. HPV pada individu yang mengalami lesi ringan umumnya
mengalami degradasi oleh sistem imun.
Sekitar 50% infeksi baru, tidak akan terdeteksi hingga 6-12 bulan; tetapi
kemudian dapat menghilang dalam waktu 24 bulan. Pada kondisi genom virus akan
persisten, menjadi laten, dan akan muncul kembali jika ada peluang seperti pada
gangguan sistem imun dan perubahan hormonal. Pengidap infeksi HPV persisten
yang tidak diobati secara memadai selama beberapa tahun memiliki risiko lesi
berkembang menjadi CIN3 dan CC.

4. Kejadian CC di Dunia
Pada tahun 2012 diperkirakan ada > 528.000 kasus HPV, dimana
menyebabkan sekitar 226.000 kematian. 87% kematian terjadi di negara berkembang,
akibat akses kesehatan yang kurang. Di Brazil sendiri, angka kematian akibat CC
yaitu 11.000 kasus/tahun atau 17:100.000 perempuan.
3

5. Pencegahan CC di Brazil
Brazil belum menerapkan program screening CC berdasarkan populasi yang
terorganisir bahkan belum menerapkan system universal agar kaum perempuan
melakukan screening. Tetapi pemerintah sudah mendesign suatu program untuk
mengidentifikasi dan mengontrol secara sitopatologi yang berkaitan dengan CC.
Pemeriksaan pertama menggunakan pemeriksaan pap smear. Targetnya adalah
kaum perempuan produktif umur 25-64 tahun dan diulang setiap 3 tahun bagi
perempuan yang pap smearnya (-). Berdasarkan petunjuk nasional maupun
internasional, pap smear tidak dianjurkan pada perempuan dibawah 25 tahun karena
lesi-lesi tersebut hilang secara spontan. Pap smear merupakan strategi penting untuk
pencegahan kemungkinan terjadinya CC secara dini, tetapi masih dibutuhkan tes HPV
yang lebih sensitive. Saat ini teknik-teknik molekuler diakui lebih baik daripada
pemeriksaan sitology berkaitan sensitifitas dan akurasi dalam mendeteksi CIN 1 dan
CIN 2. Perlakuan yang tepat terhadap temuan hasil-hasil lesi atau prekusor CC dapat
menghindari terjadinya CC invasif sekitar 60-70%.
Di Brazil, penggunaan screening molekuler secara sistematis masih dibatasi,
sementara system molekuler tersebut sudah digunakan secara luas di negara-negara
maju. Hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam mengkonfirmasi diagnosa untuk
melakukan tindakan pasca terdeteksinya lesi-lesi serviks.
Beberapa tahun terakhir ini, banyak dikembangkan metode-metode screening
terhadap hr-HPV DNA. Tes ini merupakan tes pendamping untuk tes screening
sitologi pada wanita diatas 30 tahun. Kelebihan dari HPV DNA test, pasien dapat
menyiapkan spesimen vagina secara individu. Namun metode ini belum dilakukan
secara rutin di Brazil.

6. Pemilihan Metode Skrining


Metode Pap smear merupakan gold standard untuk melakukan program
screening CC selama hampir 60 tahun, tetapi metode ini membutuhkan tenaga terlatih
serta infrastruktur laboratorium dengan standar dan pengawasan yang baik. Catatan
riwayat terinfeksi HPV bagi seorang pasien merupakan hal yang paling penting untuk
pencegahan CC dikaitkan dengan hasil uji HPV.
4

Hasil penelitian Ronco et al. (2008), menyimpulkan bahwa wanita berumur


25-34 tahun dengan hasil screening HPV DNA (+) tidak perlu dilakukan tindakan
colposcopy karena kemungkinan besar lesi-lesi CIN 2 pada kelompok umur tersebut
mengalami degradasi. Kombinasi uji sitology dan HPV DNA test akan lebih menekan
hasil-hasil false (+), dengan demikian akan mengurangi tindakan colposcopy referral.
7. Paradigma Vaksinasi
Vaksinasi merupakan paradigma upaya pencegahan CC. Vaksinasi HPV pada
remaja dan perempuan muda menunjukan efektifitas pencegahan di beberapa negara.
Akan tetapi aplikasinya secara massal masih menghadapi beberapa kendala
khususnya pada negara-negara berkembang masih dibutuhkan kajian efisiensi secara
ekonomi.
Menurut WHO, vaksin HPV tipe 16 dan 18 yang paling penting karena kedua
tipe HPV tersebut penyebab 70% kasus CC di dunia. Di Brazil, populasi perempuan
diatas 15 tahun dengan resiko CIN dan CC >64 juta orang. Mereka inilah yang
membutuhkan vaksin HPV. Di Brazil system kesehatan nasionalnya, mengadopsi
vaksin quadrivalen HPV untuk program vaksinasi Brazil 2014.
Di Brazil, vaksinasi disediakan untuk anak remaja perempuan umur 11-13
tahun. Cakupan usia kemudian diperluas lagi untuk anak perempuan umur 9-10 tahun
dan juga mencakup lebih dari 33.000 perempuan (+) HIV umur 9-26 tahun. Dengan
semakin meluasnya vaksinasi HPV akan meyebabkan lesi-lesi yang berkaitan degan
infeksi HPV akan menurun dengan sendirinya. Penurunan tersebut kemungkinan
dapat

meningkatkan

false

(-)

pada

screening

sitologi

selain

mengurangi

spesifisitasnya. Untuk mencegah wanita terserang CC, diperlukan kombinasi


vaksinasi HPV dan uji HPV dan uji sitologi.

You might also like