You are on page 1of 4

Asuransi Komersial dan BPJS

Bersinergi Lewat COB


Peserta BPJS Kesehatan bisa mendapat manfaat tambahan lewat
koordinasi manfaat.
ADY
Dibaca: 18212 Tanggapan: 1

Tidak selamanya asuransi sosial seperti BPJS 'berlawanan' dengan asuransi


komersial yang selama ini dikelola swasta. Menurut staf ahli Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN), Mahlil Ruby, ada perbedaan antara asuransi sosial
dan komersial. Misalnya, asuransi sosial seperti BPJS sifat kepesertaannya
wajib untuk seluruh penduduk. Paket jaminan dan iuran ditetapkan dalam
Undang-Undang. Dalam asuransi sosial berlaku subsidi silang yang luas:
masyarakat golongan mampu membantu yang miskin dan peserta sehat
membantu
yang
sakit.
Sebaliknya dalam asuransi komersial, kepesertaannya bersifat sukarela. Lalu,
paket jaminan dirancang oleh asuransi yang bersangkutan dan besaran iuran
sesuai paket yang diambil peserta. Walau ada subsidi silang antar peserta,
tapi terbatas yaitu peserta sehat membantu yang sakit. Walau begitu antar
dua jenis asuransi itu dapat saling bersinergi dalam pelaksanaan BPJS
Kesehatan lewat mekanisme koordinasi manfaat ataucoordination of
benefit (COB).
Mahlil menjelaskan lewat COB, peserta menggunakan dua jenis asuransi
yaitu sosial dan komersial. Untuk mencegah duplikasi pembayaran atas klaim
peserta maka kedua lembaga asuransi itu melakukan COB. Misalnya, BPJS
Kesehatan sebagai pembayar klaim utama, sedangkan asuransi komersial
sebagai sekunder atau penunjang. Sehingga ketika ada sebuah klaim dari
peserta, BPJS Kesehatan membayar klaim itu dengan besaran tertentu dan
sisanya
ditanggung
asuransi
komersial.

Namun Mahlil mengingatkan besaran yang ditanggung asuransi komersial


harus disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit (RS) yang bersangkutan. Jika
RS yang melayani peserta adalah swasta maka besaran biaya yang dibayar
paling tidak tiga kali dari tarif INA-CBGs. Sebab, RS swasta biasanya tidak
mendapat subsidi dari pemerintah sehingga harus mencari biaya sendiri untuk
memenuhi kebutuhan operasionalnya. Untuk itu cukup wajar jika ada besaran
yang digunakan sebagai patokan untuk membayar klaim terhadap RS swasta
yang melayani peserta BPJS Kesehatan dengan mekanisme COB.
Dalam COB, asuransi komersial mengajak RS atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya untuk bernegosiasi atas besaran biaya klaim tersebut.
Misalnya, asuransi komersial bernegosiasi agar besaran klaim tidak tiga kali
tarif INA-CBGs, tapi dua kalinya. Dengan mekanisme COB itu asuransi
komersial dapat menurunkan biaya yang ditawarkan kepada peserta. Sebab,
sebagian klaim ditanggung BPJS Kesehatan. "Besaran iuran asuransi
komersial harus dipotong karena pelayanan primer ditanggung asuransi
sosial,"
katanya
dalam
diskusi
di
Jakarta,
Selasa
(28/1).
Peraturan pelaksana BPJS Kesehatan terkait COB menurut Mahlil tercantum
dalam Perpres No.111 Tahun 2013. Dalam regulasi itu BPJS melakukan COB
dengan jaminan sosial kecelakaan kerja dan lalu lintas. Kemudian, kepada
fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka
penjaminannya disepakati secara bersama. Selain itu tata cara COB diatur
dalam perjanjian kerjasama antara BPJS dan lembaga asuransi sosial dan
tambahan
(komersial)
lainnya.
Namun penyelenggaraan COB dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan menurut
Mahlil mendapat tantangan. Misalnya, jika banyak peserta yang
menggunakan mekanisme COB apakah RS pemerintah dan swasta mampu
menyediakan ruang perawatan yang dibutuhkan. Sebab, mekanisme COB
yang akan digunakan hanya fokus pada naiknya kelas perawatan peserta dari
kelas I menjadi VIP. Ketika ruang perawatan VIP itu penuh maka peserta COB
tidak bisa memperoleh manfaat tambahan yang diharapkan dan berpotensi

pada

pelayanan

kesehatan

yang

diberikan.

Tantangan lainnya, dikatakan Mahlil, apakah setiap RS mengerti mekanisme


pembayaran INA-CBGs. Selama ini RS swasta biasanya menggunakan
mekanisme pembayaran untuk setiap tindakan atau fee for service. Oleh
karenanya butuh acuan yang tepat agar RS dapat menghitung besaran biaya
COB
dalam
penyelenggaraan
BPJS
Kesehatan.
InHealth
Koordinator advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar, mengatakan sejak awal
serikat pekerja yang tergabung dalam KAJS mendesak agar PT
InHealth (anak perusahaan PT Askes) tidak dijual. Selama ini InHealth
berkecimpung dalam bisnis asuransi komersil sehingga bisa berfungsi untuk
mengelola COB dalam penyelenggaraan BPJS Kesehatan. Sayangnya,
Kementerian BUMN menjual anak perusahaan Askes itu dan BPJS Kesehatan
hanya memiliki 20 persen sahamnya. "Harusnya PT InHealth digunakan untuk
mengurusi
COB,"
ujarnya.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan InHealth, Wahyu Handoko, pembelian
saham InHealth baru pada tahap kesepakatan. Sampai saat ini InHealth
masih menjadi anak perusahaan Askes yang sekarang beralih menjadi BPJS
Kesehatan. Proses penjualan InHealth itu ditargetkan selesai pada April 2014.
Setelah itu BPJS Kesehatan hanya memiliki 20 persen saham InHealth dan
sisanya punya beberapa BUMN seperti Mandiri dan Jasindo.
Soal COB, Wahyu menjelaskan saat ini peraturan operasionalnya masih
dibahas BPJS Kesehatan dengan melibatkan para pemangku kepentingan,
termasuk InHealth. InHealth dan BPJS Kesehatan masih membahas
perjanjian kerjasama terkait penyelenggaraan COB. COB ditujukan agar
masyarakat yang selama ini mendapat manfaat pelayanan kesehatan
tergolong lebih baik dari BPJS Kesehatan bisa tetap bertahan. Mereka tidak
perlu khawatir ketika menjadi peserta BPJS Kesehatan kualitas pelayanan
menurun. "Bagi perusahaan yang selama ini sudah memberikan manfaat

yang baik di atas BPJS Kesehatan, maka tidak perlu khawatir," urai Wahyu.
Di era BPJS Kesehatan, jelas Wahyu, ada tiga pilihan bagi perusahaan atau
pemberi
kerja
dalam
mengelola
jaminan
kesehatan
untuk
pekerjanya. Pertama, hanya menjadi peserta BPJS Kesehatan. Kedua,
menjadi peserta BPJS Kesehatan dan asuransi sosial. Ketiga, sebagai
peserta BPJS Kesehatan dan membeli program COB asuransi komersial.
Wahyu menyebut InHealth sudah memiliki skema untuk melaksanakan COB.

You might also like