You are on page 1of 4

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu masalah kesehatan

masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa dengankema
tian yang besar.
1
Di Indonesia nyamuk penular (vector) penyakit DBD yang penting adalah
Aedes aegypti, Aedes albopictus,
dan
Aedes scutellaris,
tetapi sampai saat ini yang menjadi vector utama dari penyakit DBD adalah
Aedes aegypti.
1
Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang di tularkan melalui tusukannyamuk
Aedes aegypty
. Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7
hari, ptekie dan adanya manifestasi perdarahan, dengan ciri demam tinggi mendadak disertaimanifestasi
perdarahan bertendensi menimbulkan rejatan (syok) dan kematian.Kejadian Luar Biasa DBD terbesar
terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence rate(IR)=35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada
tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun pada tahun berikutnya IR cenderung meningakat
yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66(tahun 2001); 19,24 (tahun 2002) dan 23,87 (tahun 2003).Jumlah kasus
DBD di Indonesia sebagai berikut, 44.548 orang (1996), dengan jumlahkematian sebanyak 1.234 orang,
tahun 1998 sejumlah 72.133 orang, denan jumlah kematiansebanyak 1.414 orang. Tahun 1999 jumlah
kasus 21.134 orang, tahun 200 jumlaj kasus 33.443orang, tahun 2001 jumlah kasus 45.904 orang, tahun
2002 jumlah kasus 26.015 orang,
dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang dan tahun 2005 jumlah kasus 38.635 orangm dengan jumlah
kematain sebanyak 539 orang.Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit
disebabkan karenasemakin baiknya sarana transporatasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya
perilakumasyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk hampir pada
diseluruh pelosok tahan air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.Penyakit
DBD sampai saat ini mesih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatyang utama di Indonesia.
Sampai sekarang penyakit DBD belum di temukan obat maupunvaksinnya, sehingga satu-satunya cara
untuk mencegah penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu
dengan pengendalian vector. Vector utama penyakit DBD di Indonesia adalnya
nyamuk
aedes aegypti.
Tempat yang disukai sebagai tempat perindukannya adalah genangan air yang terdapat dalam wadah
(container) tempat penampungan air artificial misalnya drum, bak mandi, gentong, ember dan sebagainya;
tempat penampungan air alamiah misalnya
lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu; ataupun bukan tempat penampungan air mi
salnya vas bunga, ban bekas, botol keras, tempat minum burung dan sebagainya.Salah satu caranya
adalah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan kita dengan cara 3M,yaitu menguras tempat
penampungan air dengan menyikat bagian dalam dan harus
dikuras paling sedikit seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan menimbundala
m tanah barang-barang bekas ataupun sampah yang dapat menampung air hujan.Insiden penyebaran
penyakit DBD di pengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, adannya
container buatan maupun alami di tempat pembuanganakhir akhir sampah (TPA) ataupun di tempat
sampah lainnya, penyuluhan dan perilakumasyarakat, antara lain: pengetahuan, sikap, kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN),foffing, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup dan
mengubur).Selain itu, pemerintah melalui puskesmas memberikan bantuan berupa pengasapan
sarangnyamuk (fogging) dan memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk bagi daerahyang
memiliki penderita DBD (Depkes, 2004). Penyakit DBD mudah berkembang oleh karena:antara rumah

jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedesaegypti 40-100 meter.
Aedes aegypty betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitumenggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat.Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan
disebabkan oleh beberapa factor diantaranya: perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk;
karena pengaruh musim hujan, puncak gigitan terjadi pada pagi dan sore hari, perubahan musimmempeng
aruhi manusia sendiri dalam bersikapnya, misalnya dengan lebih banyak berdiamdirumah selama musim
hujan. Jumlah penderita dan luas daerah penyebaran semakin bertambahdengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk.
1.2. Tujuan
o
Untuk mengetahui upaya manajemen program puskesmas dalam
melakukan pemberantasan DHF melalui tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, serta protekti
f.

Epidemiologi Demam Berdarah Dengue


Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatIndonesia
yang jumlah penderitnya cendrung meningkat dan penyebarannya semakin luas.Infeksi virus dengue telah
ada di Indonesia sejak abad ke -18. Pada masa itu infeksi virus denguedi Asia Tenggara hanya merupakan
penyakit ringan yang tidak menimbulkan kematian. Tetapisejak tahun 1952 infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat,yaitu DBD yang ditemukan di Manila, Filipina.
Kemudian ini menyebar ke Negara lain seperti,Thailand, Vietnam, Malasya dan Indonesia. Tahun
1968 penyakit DBD dilaporkan di Surabayadan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.
1

Frekuensi
. Di negara-negara di wilayah tropis, demam berdarah dengue umumnya meningkat pada
musim penghujan di mana banyak terdapat genangan air bersih yang menjadi tempat berkembang biaknya
muk Aedes aegypty. Di daerah perkotaan, umumnya wabah demam berdarah kembalimeningkat
menjelang awal musim kemarau. Daerah yang terjangkit demam berdarah dengue pada umumnya adalah
kota/wilayah yang padat penduduk. Rumah-rumah yang saling berdekatanmemudahkan penularan
penyakit ini, mengingat nyamuk Aedes aegypti jarak terbangnyamaksimal 100 meter. Hubungan
transportasi yang baik antar daerah memudahkan
penyebaran penyakit ini ke daerah lain. Mengingat bahwa di Indonesia daerah yang padat penduduknyam
akin bertambah dan transportasi semakin baik serta perilaku masyarakat dalam penampunganair sangat
rawan berkembangnya Jentik nyamuk Aedes aegypti dan virus dengue, maka masalah penyakit
demam berdarah dengue akan semakin besar bila tidak dilakukan upaya pemberantasansecara intensif.
Pencegahan berkembangnya nyamuk Aedes aegypti sebagai penular demam berdarah dengue menjadi
mutlak dilakukan.

1,2
1.1
Insiden
Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit selama
suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu populasi selamasuatu
periode waktu tertentu:


Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada insiden beartiterdapat
suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik terjadi fliktuasi secaraalami maupun
kemungkinan adnya penerapan suatu program pencegahn yang efektif. Angkainsiden digunakan untuk
membuat pernyataan tntang probabilitas atau risiko penyakit. InsidenDBD meningkat dari 0,005 per
100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara
6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi oleh beberapa fac
tor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk, transmisi virusdengue, keganasan
(virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat. Sampai saat ini DBD
4|
P

telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan adnya kejadian luar biasa(KLB).
3
1.2
Case Fatality Rate


Ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis. CFRuntuk
penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda karenakeseimbangan antara
agen, pejamu dan lingkungan.
3
CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFRtahun
1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan tahun 1999 diatas 2%. Jumlah
kasus demam berdarah dengue di Indonesia sejak januari sampai mei 2004mencapai 64.000. Insiden rate
29,7 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 724 orang,case fatality rate 1,1 %.
4

Prevention
1.
Pencegahan Primer (

Primary Prevention
)Sasaran pencegahan primer dapat ditujukan pada faktor penyebab terjadinya DBD,lingkungan serta
faktor pejamu. Pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh seorang perawatkomunitas adalah dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang pencegahan penyakit DBD. Tujuan dari pencegahan primer adalah agar tidak terjadi penyakitDB
D di masyarakat.
4
2.
Pencegahan Sekunder (
Secondary Prevention
)Peran perawat komunitas dalam pencegahan sekunder adalah melakukan diagnosis
dini pada penderita DBD dan memberikan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit
atau untuk mencegah timbulnya wabah DBD dan agar tidak timbul komplikasi pada penderita yang
ditimbulkan oleh penyebab DBD.
4
3.
Pencegahan Tersier (
Tertiary Prevention
)Peran perawat komunitas dalam pencegahan tersier adalah mencegah
bertambah parahnya suatu penyakit, dan mencegah penderita DBD mengalami komplikasi yang dapatmen
yebabkan kematian. Perawat juga berperan dalam proses rehabilitasi untuk mencegahterjadinya efek
samping dari proses penyembuhan penyakit DBD.
4

You might also like