Professional Documents
Culture Documents
I DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
DI WISMA GIRI SERANGAN
PSTW ABIYOSO
Disusun oleh :
JABFARI
15160030
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan
diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2008 dalam Psychologymania,
2013).
Pada orang lanjut usia terdapat kecenderungan menurunnya kapasitas
fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ sejalan dengan
terjadinya proses menua. Akibatnya mereka cenderung sulit memelihara
homeostasis tubuh. Pada orang usia lanjut cenderung terjadi gangguan kognitif
yang disebabkan oleh penyakit degeneratif ataupun karena proses penuaan
(Anandani, 2009). Penyakit yang diderita oleh lansia pada umumnya adalah
penyakit kronik yang sudah berlangsung menahun. Beberapa dari penyakit
kronik yang kerap diderita oleh lansia merupakan faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus. Pada diabetes melitus terjadi mikro-makro angiopati yang
dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada organ-organ tubuh (Anandani,
2009).
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada
Papyrus Ebers di Mesir 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan
tanda-tanda banyak kencing (Miharja, 2008).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
merupakan
suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes
melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (Budhiarta, et, al, 2006).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,
2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga
Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka
memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007
prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk
usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada
penduduk usia 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki
prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk
Usia 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada
penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi
mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah
dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk
>10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap
hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol
dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus
(DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh
untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif
dari produksi insulin.Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama
baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.
Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini
berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama
meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes
mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi penyakit jantung pada usia lanjut
2. Untuk mengetahui perubahan anatomis yang terjadi pada sistem endokrin
di usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem endokrin
di usia lanjut
4. Untuk mengetahui perubahan patologi anatomis yang terjadi pada sitem
endokrin di usia lanjut
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit sistem endokrin di usia
lanjut
6. Untuk mengetahui jenis penyakitsistem endokrin pada usia lanjut
7. Untuk mengetahui penyakit diabetes mellitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
I.
sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan
apatheic thyrotoxicosis.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat
proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa darah
PROSES MENUA
a. Definisi Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75
tahun (Potter & Perry, 2005). Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase
menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
tahun
Lanjut usia (erderly),ialah kelompok usia 60-70 tahun
Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia 75-90 tahun
Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia lebih dari 90
tahun
c. Teori Penuaan
Teori proses menua menurut Potter dan Perry (2005) yaitu sebagai berikut :
Teori Biologis
1. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang
dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya
radikal bebas akan
kualitas hidup
PENUAAN SISTEM TERKAIT
Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia. Efek dan usia pada sistem
endokrin sedikit lebih sulit untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain.
Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia 40 tahun. Pada
wanita, produksi hormon meningkat dibanding dengan menopause. Dari pria dan
wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relatif terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan
kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :
a) Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan
nodularity.
b) Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme
biasanya sering pada orang dewasa.
c) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin
buruk, fibrotik.
d) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan
menjadi mati/fibrotik.
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga
dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi
fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan
menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator
diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu
sendiri.
1) Diabetes tipe I:
I.
Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri;
tetapi
mewarisi
suatu
predisposisi
atau
Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
III.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta.
2) Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
II.
III.
C.
Obesitas
Riwayat keluarga
Faktor Predisposisi
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi
Urbanisasi
perkapita tinggi
cepat saji
santai
Proses menua
D.
Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung
dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut
metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa
akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan
terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa
yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).
E.
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
< 100
100-200
>200
<80
80-200
>200
<110
110-120
>126
<90
90-110
>110
Plasma vena
Darah kapiler
Plasma vena
Darah kapiler
V.
glukagon
penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis
lemak
protein
ketogenesis
ketonemia
Mual muntah
hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
glycosuria
BUN
Osmotic Diuresis
Nitrogen urine
Dehidrasi
pH
Kekurangan
volume cairan
Hemokonsentrasi
Asidosis
Trombosis
Koma
Kematian
Aterosklerosis
Makrovaskuler
Mikrovaskuler
Retina
Jantung Serebral
Miokard Infark
Stroke
Ginjal
Ekstremitas
Gangren
Retinopati
diabetik
Nefropati
G.
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a) Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%
Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak
hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin
b) Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan
sebelum
latihan
sebaiknya
dilakukan
untuk
stamina
dan
kesejahteraan
emosional,
dan
H.
Latihan
Penggunaan insulin
VI.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Nama perawat
Tanggal pengkajian
Jam pengkajian
Biodata Klien
1. Nama
2. Umur
3. Agama
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Status pernikahan
7. Alamat
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Nama
:
Umur
:
Agama
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Status pernikahan :
Hubungan dengan klien:
kesehatannya
Apa yang dilakukan secara rutin
Apakah klien secara rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan
Bagaimana cara klien mengatasi penyakitnya
Perihal apakah di dalam agama/kepercayaan klien terkait dengan
pemeliharaan kesehatan
7. Apakah klien mengkonsumsi makanan-makanan yang berisiko terhadap
kesehatannya
8. Apakah Klien mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara
kesehatannya
9. Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengambil
10. Apakah lansia pernah mengalami kecelakaan atau injuri pada masa lalu
11. Apakah lansia pernah menjalani atau memiliki riwayat operasi
c. Pola Eliminasi
Subyektif:
1. Bagaimana pola BAB: frekuensi, kontinen/inkotinen, konsistensi, warna,
apakah ada nyeri, karakteristik?
2. Apakah ada kesulitan BAB
3. Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait dengan BAB (laksatives,
supositoria, dan lain-lain)
4. Bagaimana pola BAK: frekuensi, kontinen/inkotinen, warna, oliguri,
anuria, jumlah, dan apakah ada nyeri
5. Apakah mengeluarkan urin atau BAB saat batuk, bersin, atau tertawa
6. Klien mengatakan ia mengeluarkan urin saat BAK
Obyektif:
1. Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adanya nyeri ketuk
2.
3.
4.
5.
ginjal
Jumlah urin yang dikeluarkan
Apakah lansia terlihat memegang perutnya
Bising usus
Hasil pemeriksaan/medik/laboratorium yang dilakukan terkait dengan
eliminasi.
d. Pola Aktivitas Latihan
Subyektif:
1. Bagaimana pola aktivitas/latihan klien: jenis aktivitas, frekuensi, lamanya
2. Apakah teratur dalam melakukan latihan pergerakan sendi
3. Adakah keluhan ketika beraktivitas
4. Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa
hambatan tersebut?
5. Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktifitas, apakah lansia
merasa nyaman dengan alat tersebut?
6. Apakah klien mengalami gangguan keseimbangan?
7. Adakah keluhan sesak, lelah, lemah?
8. Seberapa jauh dapat melakukan aktivitas?
9. Adakah keluhan nyeri dada, batuk?
10. Apakah lansia mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi?
Obyektif:
1. Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk
2.
3.
4.
5.
beraktifitas?
Apakah lingkungan cukup aman bagi klien untuk melakukan aktifitas?
Bagaimana dengan uji kekuatan otot
Adakah tanda-tanda hipotensi orthostatik?
Bagaimana dengan postur dan gaya jalan Klien?
delusi?
10. Adakah riwayat stroke/tanda-tanda infeksi?
11. Adakah ketidaknyamanan/nyeri yang dialami lansia?
Obyektif:
1. Adakah perubahan dosis/jenis obat akhir-akhir ini?
2. Hasil MMSE, pemeriksaan medik, laboratorium.
3. Apakah lansia tampak bingung dan sulit konsentrasi?
4. Bagaimana dengan fungsi penglihatan, pendengaran, pengecapan,
perabaan, penghidu?
C.
D.
E.
masalah
akibat
menopause/andropouse?
5. Masih adakah minat dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan?
Bagaimana dengan frekuensi dan adakah kesulitan?
6. Adakah keluhan dengan prostat atau hernia?
F.
I. Masalah Keperawatan
J.
1.
2.
3.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
2.
lemak.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
K.
No
Diagnosa
Tujuan
Resiko
tinggi
nutrisi
gangguan Kebutuhan
kurang
kebutuhan
berhubungan
anoreksia,
peningkatan
nutrisi
Kriteria Hasil
mual,
metabolisme
Intervensi
Pasien
dapat
indikasi.
atau
penambahan
ke
arah
rentang biasanya
pola
makan
pasien
dan
protein, lemak.
bising
yang
belum
sempat
dan
elektrolit
dengan
keluarga
hipoglikemia
tingkat
seperti
perubahan
kesadaran,
kulit
pengobatan insulin.
Kolaborasi
dengan
ahli diet.
dengan kulit
luka
menunjukkan
Kaji
luka,
perubahan
adanya
warna,
epitelisasi,
edema,
dan
menunjukkan
penyembuhan.
pemberian
antibiotik
sesuai indikasi.
tidak Pasien
penglihatan
dapat
memenuhi
injury
Orientasikan
klien
dengan
ruangan.
Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
Kurangnya pengetahuan
Pasien memperoleh
DM dan gangren.
pengobatan berhubungan
Penyakitnya
ditanya.
diperoleh.
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK
Nama Perawat
: jabfari
Tanggal Pengkajian
: 12 juli 2016
Jam pengkajian
: 09.00 WIB
A. Biodata :
1. Pasien
Nama
: Tn. I
Umur
: 68 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: Strata
Pekerjaan
: Sutradara
Status Pernikahan
: Menikah
Alamat
2. Penanggung Jawab
Nama
: Sdr. R
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: Wiraswata
Status Pernikahan
: Lajang
Alamat
: Yogyakarta
Kluhan utama :
Klien mengatakan mudah lelah saat melakukan aktifitas dan terasa lemes badan nya
Pengkajian 11 pola Gordon
A. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Subjektif
- Klien mengatakan akhir-akhir ini kondisi kesehatannya semakin menurun
-
kegiatannya di wisma
Klien mengatakan aktifitasnya sehari hari yaitu mengikuti kegiatan yang ada di
bpstw
Klien mengatakan secara rutin memeriksakan kesehatan di poli yang telah
dijadwalkan
Klien mengatakan cara klien mengatasi penyakitya dengan sering istirahat dan
menyadari proses penuaan yang terjadi dan klien juga tidak mengonsumsi
Objektif
-
Kebersihan diri klien bersih rambaut tidak kusam dan tidak kotor, kulit tampak
ada bekas luka gatal hitam kehitaman ada tanda lesi atau adanya ruam-ruam,
mulut ditidak ada kandidiasis atau stomatitis, klien tidak menggunakan gigi
pemeriksaan dank lien tidak mengonsumsi obat obatan yang terkait nutrisi klien
Klien mengatakan nafsu makan tidak baik, klien tidak mengalami kesulitan
sampai sekarang
Objektif
- Kondisi rambut klien bersih, kulit tampak kering, konjungtiva an anemis, sclera
-
putih, tidak ada pembesaran getah bening dan status hidrasi klien baik
Hasil pemeriksaan abdomen tidak ada pembengkakan atau acites dan tidak ada
Objektif:
- Kondisi abdomen tidak ada nyeri tekan pada semua kuadran dan tidak adanya
nyeri ketuk pada ginjal
- Klien tampak tidak memegang perutnya
- Bising usus klien 15x/menit
- Jumlah urin yang dikeluarkan kira-kira 1300cc dalam 24 jam
D. Pola aktivitas dan latihan
Subjektif
- Klien mengatakan jenis aktifitasnya setiap hari ada senam
- Klien mengatakan teratur setiap hari melakukan pergerakan sendi dan tidak ada
keluhan saat beraktifitas
- Klien mengatakan hambatan dalam beraktifitas yaitu berkurangnya tenaga
karena semakin bertambahnya usia dak klien tidak menggunakan alat bantu
dalam beraktifitas
- Klien mengatakan tidak mengalami gangguan keseimbangan tidak ada keluhan
sesak,
- Klien mengatakn mudah lelah saat melakukan aktivitas setiap harinya
Objektif
- Klien tidak membutuhkan bantuan orang lain dalam beraktifitas
- Dari pengkajian klien dalam indeks kats A mandiri
- Lingkunagan klien cukuap aman dalam melakukan aktifitas dan hasil uji
kekuatan otot ekstremitas atas, bawah, kanan dan kiri yaitu 5
- Klien tidak ada hipotensi orthostetik dan postur gaya berjalan klien sedikit
berubah dengan melambatnya cara berjalan klien
- Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari harinya klien tampak tidak adanya
sianosis, takikardi, TD 130/90 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu
37C.
- Range of mation klien aktif
- Klien mengatakan tidur berlangsung sebentar dan sering sering terbangun pada
malam hari karena gatal pada bagian kaki
- Klien mengatakn sebelum tidur selalu berdoa, klien juga mengatakan terbangun
saat tidur yaitu ke kamar mandi dank lien tidak mengalami gangguan tidur
Objektif
- Klien terlihat tidak capek, lesu, dan tanda-tanda kurang tidur
- Klien mengonsumsi obat-obatan untuk membantu tidur
F. Pola kognitif perseptual
Subjektif
- Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dengar, klien menggunakan
alat bantu penglihatan, penglihatan klien sudah menurun riwayat soperasi
katarak
- Klien mengatakan tidak adanya perubahan-perubahan dalam memori dan klien
tidak mengalami kesulitan kesulitan dalam mengingat memori jangka lama dan
jangka pendek
- Klien tidak mengalami disorientsi tempat orang dan waktu
- Klien dalam mengambil keputusan secara mandiri dan perilaku klien aktif
- Klien tidak gelisah, kooperarif, tidak mudah marah, dan tidak mengalami
gangguan jiwa
- Klien mengatakan tidak adanya riwayat stroke atau tanda-tanda infeksi dan tidak
ada gangguan nyeri
Objektif
- Hasil MMSE yaitu tidak ada penurunan kognitif klien dapat menjawab
pertanyaan yang sesui
- Klien tidak bingung ataupun sulit dalam berkonsentrasi
- Hasil SPMSQ yaitu fungsi mental utuh
G. Pola persepsi diri konsep diri
Subjektif
- klien mengatakan tidak ada ketakutan dan kekhawatiran, dan dapat
mengidentifikasi sumber-sumber ketakutan dan kekhawatiran dalam dirinya
- klien mengatakan dapat menguasai hidupnya dan klien ada kegagalan dalam
hidup yaitu untuk membuat keluarga kecil klien merasa gagal
- klien mengatakan pernah mangalami kehilangan dan berpindah tempat tetapi
sekarang sudah dapat menerima dan semakin bahagia
- klien mengatakan masih ingin berkarir dalam dunia film apa bila klien dapat
melihat dengan jelas
- penampilan umum klien sangat menerima dalam kehidupannya yang sekarang
- klien tidak pernah berkomentar negative tentang dirinya dan klien tidak pernah
menyendiri
Objektif
- klien tidak adanya gejala stimulasi system syaraf otonom
- klien tampak aktif dalam pergaulan dan aktifitasnya sehari hari
H. Pola peran hubungan
Subjektif
- Klien mengatakan tidak mengikuti organisasi social yang berada di lingkunagn
panti
- Interaksi klien dengan lingkungan wisma sekitar sangat baik klein juga sering
berkunjung ke wisma lain
- Klien mengatakan dengan bertambahnya usia peran klien berkurang dan
kebutuhan klein di penuhi oleh pihak panti
- Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam bicara dan komunikasi dan klien
juga punya ketegangan dengan anggota kelompok
Objektif
- Klien tampak aktif untuk bersosialisasi dengan anggota yang lainnya dan
lingkunagn sekitar
I.
J.
PEMERIKSAAN FISIK
1) keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
GCS
Vital Sign: TD
: 130/90 mmHg
Nadi
: Frekuensi
Irama
: 80 x/mnt
: Reguler
Kekuatan/isi : Kuat
Respirasi
: Frekuensi
Irama
: Reguler
Suhu
: 37.oC
:20 x/mnt
2) Kapala
Kulit
Rambut
Muka
Mata
Konjungtiva
: tidak anemis
Sclera
: tidak ikterik
Bentuk Pupil
Reflek Pupil
Lensa
Visus
3) Hidung:
Pada hidung tidak ada polip hidung, lubang hidung tampak simetris kanan dan kiri
tampak bersih tidak ada kotoran, tidak ada gangguan penghindu.
4) Mulut:
Pada mulut tampak tidak ada stomatitis, mulut tampak bersih
5) Gigi:
Pada gigi tidak ada menggunakan gigi palsu, tampak gigi ompong pada bagian
depan , tidak ada caries gigi
6) Bibir:
Bibir tampak tidak sianosis, bibir tampak lembab, warna bibir merah muda agak
gelap
7) Telinga :
Telinga tampak simetris kanan dan kiri, tampak bersih tidak ada gangguan
pendengaran,
..
8) Leher:
Pada lehher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan pada saat di
periksa
9) Tenggorokan:
Tidak ada nyeri pada saat menelan makanan pada bagian tenggorokan
10) Dada:
Pengemmbangan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi pada bagian dada
a. Pulmo
Pria
b) Perempuan
: .............................................................................
..............................................................................
14) Rectum :
Pada bagian rectum tidak ada pemebesaran hemoroid atau pun benjolan lain nya,
rectum tampak bersih
15) Ektremitas:
a) Atas
b)
Bawah : pada bagian ektremitas bawah kekuatan otot kaki kanan dan
kaki kiri yaitu 5/5, dapat melakukan aktifitas seperti biasa
5 5
Data tambahan :
cek GDS terakhir 200 mg/dl
Nama
Dosis
Obat
Peroral
CTM
Hydrocortis
one
0-0-1
Saat di perlukan
3x1
Metformin
2X500
Vit B6
Analisa Data
Nama
: Bp. I
Umur
: 68 tahun
Wisma
: giri sarangan
PROBLEM
ETIOLOGI
DATA
Dignosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Defisiensi pengetahuan
3. Resiko jatuh
Intervensi keperawatan
Nama
: Bp. I
Umur
: 68 tahun
Diagnosa keperawatan
Kode
Diagnosa
0092
Intoleransi
Kode
0007
Wisma
NOC
Hasil
Tingkat
: giri sarangan
Kode
0180
NIC
Interensi
Manage
aktivitas
Resiko jatuh
00155
1909
kelahan
Perilaku
6610
ment energi
Identifi
pencegahan
jatuh
00126
Defisiensi
1820
pengetahuan
kasi resiko
6490
Pengetahua
n : manajemen
diabetes
5510
Pencega
-
han jatuh
Pendidi
kan
kesehatan
dm
dan
senam kaki
diabetik
Implementasi
Hari 1
Nama
: Bp. I
Umur
: 68 tahun
: giri sarangan
Diagnosa
kepeawatan
intoleransi
aktivitas
Tanggal/
jam
12/07/16
Implementasi
1)
Evaluasi
Memanagement energi
12/07/16
12:00
13:00
S : - pasien mengatan
mudah lelah saat
melakukan aktivitas
-
klien mengatakan
sering tidak nafsu
makan dengan
makanan yang di
berikan
klien mengatakan
tidak mengalami nyeri
O : - klien tampak
kelelahan duduk di
kursi ruang tamu
-
12/07/16
pengetahuan
12:00
P : lanjutkan intervensi
12/07/16
13:00
S : - pasien mengatakan
sudah lama terkena
DM
Klien mengatan
akan mengurangi
makan-makanan dan
minum-minuman
yang manis
Klien mengatakan
selalu mengontrol
glukosa darah saat di
poliklinik
Klien mengatakan
sakit DM adalah
penyakit keturunan
Klien mengatakan
selalu mengikuti
olahraga setiap
paginya
12/07/16
1. mengidentifikasi resiko
P : lanjutkan intervensi
12/07/16
12:00
13:30
S: - pasien mengatakan
penglihatan nya sudah
kabur tidak bisa
melihat dengan jarak
yang jauh
-
pasien mengatakn
klien mengatakan
apa bila jalan pelan
pelan dan
menggunakan tongkat
klien mengatakan
mengerti terkait
maslah yang
dialaminya
klien tampak
mengerti dengan
penjelasan terkait apa
yang di berikan
Implementasi
Hari II
Nama
: Bp. I
Umur
: 68 tahun
Wisma
Diagnosa
kepeawatan
intoleransi
aktivitas
Tanggal/
jam
13/07/16
: giri sarangan
Implementasi
Evaluasi
1. memanagement energi
13/07/16
10:00
13:00
S : - pasien mengatakan
tidur malam hari
masih sering
terbangun
-
klien mengatkan
aktivitas sehari
harinya mengikuti
jadwal yang di
berikan oleh Bpstw
klien mengatakan
mudah lelah saat
melakukan aktivitas .
pasien
mengatankan setelah
mengikuti senam apa
bila capek terasa
pusing
O : - klien tampak
kelelahan duduk di
kursi ruang tamu
-
klien tamak
TD : 130/80 mmhg
N : 85 x/menit
Rr : 20 x/menit
13/07/16
pengetahuan
10:00
1. mengajarkan senam
13/07/16
diabetik
13:00
S : - pasien masih ingat hal
yang di berikan
penjelasan terkait
penyakit DM
-
Klien mengatan
akan mengurangi
makan-makanan dan
minum-minuman
yang manis
Klien mengatakan
pernah di ajari senam
kaki diabetik tapi
sudah lupa
Klien mengatakan
akan melakukan
senam kaki dibetik
tampak kooperative
mengikuti pengajaran
senam kaki diabetik
A : masalah teratasi
P : hentiakn intervensi
resiko jatuh
13/07/16
11:00
1) Memberi
penjelasan
13/07/16
Pencegahan jatuh
13:30
S: - pasien mengatakan
selalu berhati hati saat
berjalan
-
klien mengatakan
apabila jalan ke
tempat sanam
menggunakan alat
bantu tongkat
klien mengatakan
selalu menggunakan
kacamata apa bila
beraktivitas
pasien mengatakn
hal ini karena dulu
pernah melakukan
operasi kataran
klien mengatakan
mengerti terkait
maslah yang
dialaminya
perlahan lahan
-
klien tampak
mengerti dengan
penjelasan terkait apa
yang di berikan
klien tampak
menggunakan kaca
mata
DAFTAR PUSTAKA
%20dan%20Pencegahan%20Diabets%
Susanto, Arief. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai
21,3
Juta
Orang
http://wahyuandre.blogspot.com/2009/11/tahun-2030prevalensi-diabetes-melitus.html diakses tanggal 15 Mei 2012.