You are on page 1of 36

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS (TBC)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 22

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB
JOMBANG
2016

A PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam
tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar
limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI,
1998).
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Basil Tahan Asam (BTA).
Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh, namun kuman ini paling sering
menyerang organ paru (www.kompas.com). Menurut Smeltzer (2001) Tuberkulasis (TB)
adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat
pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus
limfe.
B.KLASIFIKASI
Menurut Depkes (2007), klasifikasi penyakit TB paru dan tipe pasien digolongkan
menjadi :
1.

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena


a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB Paru


a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negative


Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan atau dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses
far advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kemih dan alat kelamin.
4. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus Kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Kasus setelah dating (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e. Kasus pindahan (transfer in)


Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lainnya
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman lain yang dapat
menyebabkan

TBC

adalah

Mycobacterium

Bovis

dan

M.

Africanus

(www.tempointeraktif.com). Kuman Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk


batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar ultraviolet (Smeltzer, 2001:584)
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membentuk
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini teradi karena kuman berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi
(Bahar,1999:715).
Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada daerah apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa, dan bersin) dan melepaskan
droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam keadaan gelap (www.tempointeraktif.com).

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak ada dahak. Batuk

terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Selain gejala batuk disertai dengan gejala dan tanda lain seperti tersebut di
bawah ini :
1

Demam. Terjadi lebih dari sebulan, biasanya pada pagi hari.

Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.

Keringat malam hari tanpa kegiatan.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah berlanjut, dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru.

Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Gejala ii jarang ditemukan.

Kelelahan.

Batuk darah atau dahak bercampur darah (Bahar,1999:719)

E. PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul
dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru
paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis
melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini

mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia.


Infeksi awal biasanya terjadi dua sampai sepuluh minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa.
Bagian sentral dari masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan
makropag) menjadi nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat
mengalami kalsifikasi, membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa
perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif

dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri kemudian
menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel
yang memecah, membentuk jaringan parut. Paru paru yang terinfeksi lebih
membengkak mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika
penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui.
Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif

penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan

darah) : Positif untuk basil asam-cepat.


Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan

oleh mikobakterium yang berbeda.


Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan

serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.


Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara

residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan
lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

G. PENATALAKSANAAN
1

Pengobatan TBC paru


Tujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk
menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan (www.kompas.kom). Obat
yang sekarang digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini merupakan
obat

baru

yang

memiliki

kandungan

sama

dengan

obat

lama

yaitu;

Rivampisin,Isoniazid (INH), Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan adanya obat FDC


4 ini penderita hanya cukup satu butir saja. Menurut Endang Nuraini (2002), dengan
model pengobatan lama, yaitu dengan banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat
kegagalan penyembuhan sangat tinggi. Sebab, banyak obat yang dikonsumsi
menimbulkan beberapa efek samping yaitu; mual, pusing, diare. Akibatnya, banyak
penderita yang menghentikan konsumsi obat. Prinsip di dalam penyembuhan penyakit
TBC adalah kerajinan minum obat (www.depkes.com).
Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
a

Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bualan, dilakukan dua tahap


yaitu:
Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3 bulan
tergantung berat ringannya penyakit.
Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4 atau 5
bulan tergantung berat ringannya penyakit.

Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan pertama


yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :

Obat diminum setiap hari selama 3 bulan


Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan (Depkes RI, 2001).
Untuk keberhasilan pengobatan, oleh badan kesehatan dunia (WHO) dilakukan
strategi DOTS (Dyrecly Observed Treatment Shortcourse). Strategi ini merupakan
yang

paling

efektif

untuk

mengontrol

pengobatan

tuberkulosis

(www.sinarharapan.com).
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang
disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh
Pengawas Minum Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.
2

Perawatan bagi penderita TBC


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah :
Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
penderita yaitu keluarga.
Mengetahui adanya gejala samping obat dan rujuk bila diperlukan.
Mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang penderita.
Istirahat teratur minimal 8 jam perhari.
Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima, dan
keenam.
Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik
(Pepkes RI,1998)

Pencegahan penularan TBC


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Menutup mulut bila batuk.
Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol.
Makan makanan bergizi.
Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita.
Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.

Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998).


H. Komplikasi
TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkankomplikasi.Komplikasikomplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Komplikasi dini
pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
adalah:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syokhipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

ASUHAN KEPERAWATAN TBC SECARA TEORITIS


1. Pengkajian

a. Data / identitas klien


Nama, Jenis kelamin (laki-laki lebih banyak menderita TB dari pada wanita), Usia
(banyak di temukan pada laki-laki usia 60 tahun, wanita usia 40-60 tahun, pada bayi
dan anak menderita tuberkulosis miliar), Suku atau Bangsa, Alamat, Agama,
Pendidikan, Status perekonomian (perumahan yang padat dan jelek atau lingkungan
yang jelek mempermudah infeksi TB), Ras (pada orang eskimo dan indian amerika
memiliki pertahanan tubuh yang jelek ), perkawinan.
b. Keluhan Utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
Kebanyakan kasus yang dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3
minggu. disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan
tubuh.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan
saat ini. Adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat.
d. Riwayat Penyakit Dahulu.
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif.
e. Riwayat PenyakitKeluarga
Membahas tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga
atauadanya keluarga yang menderita penyakit TB.
f. 11 Pola Gordon
1) Pola persepsi dan kesehatan
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal di daerah yang berdesak-desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang
bersuasana sesak.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
3) Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
Adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas serta latihan
dalam kehidupan sehari-hari
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan isolasi atau antisosial karena
penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
apakah terdapat gangguan ataupun tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan.
10) Pola mekanisme koping-stress
Adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktivitas
ibadah klien.
-

Dada tampak cembung, ruang antar iga datar, kurang bergerak sat
pernafasan/tertinggal.

Getaran nafas saat perabaan menurun

Fokal fremitus melemah, suara ketuk yang redup

Berat badan menurun

Hasil laboratorium menunjukkan adanya peningkatan leukosit

g. Pemeriksaan fisik.

1) Keadaan Umum

: lemah

2) TTV:
Tekanan Darah

: menurun atau tinggi (Normal : 120/80mmHg)

Pernafasan (RR) : abnormal <20 x / menit (Normal : 16-20x/menit)


Denyut nadi (HR): takikardi < 100 x/menit (Normal : 60-100x/menit)
Suhu tubuh
3) Kesadaran

: kadang normal atau tinggi (Normal: 36 C)


: Compos Mentis GCS 456

4) Pemeriksaan fisik per system


Berdasarkan sistem sistem tubuh :
a. Sistem Integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b. Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi

: Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
c. Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d. Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi S2yang mengeras.
e. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
f. Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari hari yang kurang meyenangkan.

g. Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456
h. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)


1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental
atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan,
Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan
kemampuan finansial
Intervensi Keperawatan
Diagnosa

Keperawatan/ Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil
Bersihan Jalan Nafas tidak NOC:
efektif berhubungan dengan: Respiratory
-

Infeksi,

status

disfungsi Ventilation

neuromuskular,

hiperplasia Respiratory

suctioning.
status

: Berikan O2 l/mnt, metode


Anjurkan pasien untuk istirahat dan

dinding bronkus, alergi jalan Airway patency


nafas, asma, trauma

: Pastikan kebutuhan oral / tracheal

Aspiration Control

napas dalam

Obstruksi jalan nafas : Setelah dilakukan tindakan Posisikan


spasme jalan nafas, sekresi keperawatan

pasien

untuk

selama memaksimalkan ventilasi

tertahan, banyaknya mukus, ..pasien

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

adanya jalan nafas buatan, menunjukkan keefektifan Keluarkan sekret dengan batuk atau
sekresi

bronkus,

adanya jalan

nafas

dibuktikan suction

eksudat di alveolus, adanya dengan kriteria hasil :

Auskultasi suara nafas, catat adanya

benda asing di jalan nafas. Mendemonstrasikan batuk suara tambahan


DS:
-

Dispneu
DO:

efektif dan suara nafas Berikan bronkodilator :


yang bersih, tidak ada -

sianosis

dyspneu -

mengeluarkan -

dan

Penurunan suara nafas

(mampu

Orthopneu

sputum, bernafas dengan Monitor status hemodinamik

Cyanosis

mudah, tidak ada pursed Berikan pelembab udara Kassa basah

Kelainan suara nafas (rales, lips)


wheezing)

Menunjukkan jalan nafas Berikan antibiotik :

Kesulitan berbicara

Batuk, tidak efekotif atau merasa


tidak ada

NaCl Lembab

yang

paten (klien

tidak .

tercekik,

irama .

frekuensi Atur

nafas,

intake

untuk

Produksi sputum

pernafasan dalam rentang mengoptimalkan keseimbangan.

Gelisah

normal, tidak ada suara Monitor respirasi dan status O2

Perubahan frekuensi dan nafas abnormal)


irama nafas

Pertahankan hidrasi yang adekuat

Mampu

untuk mengencerkan sekret

mengidentifikasikan
mencegah

faktor

dan Jelaskan pada pasien dan keluarga


yang tentang

penyebab.

penggunaan

Suction, Inhalasi.

Saturasi O2 dalam batas


normal
Foto thorak dalam batas
normal

Diagnosa

Keperawatan/ Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

cairan

peralatan :

O2,

Gangguan Pertukaran gas


Berhubungan dengan :
ketidakseimbangan

NOC:

NIC :

Respiratory Status : Gas Posisikan


exchange

pasien

untuk

memaksimalkan ventilasi

Keseimbangan asam Basa, Pasang mayo bila perlu

perfusi ventilasi
perubahan

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

membran Elektrolit
Respiratory

kapiler-alveolar
DS:

Status

ventilation

: Keluarkan sekret dengan batuk atau


suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya

sakit kepala ketika bangun Vital Sign Status


Dyspnoe

Setelah dilakukan tindakan suara tambahan

Gangguan penglihatan

keperawatan

DO:

.Gangguan

Penurunan CO2

pasien

Takikardi

kriteria hasi:

Hiperkapnia

selama Berikan bronkodilator ;


pertukaran -.

teratasi

dengan -.
Barikan pelembab udara

Mendemonstrasikan

Atur

intake

untuk

cairan

Keletihan

peningkatan ventilasi dan mengoptimalkan keseimbangan.

Iritabilitas

oksigenasi yang adekuat

Hypoxia

Memelihara

Monitor respirasi dan status O2

kebersihan Catat

pergerakan

kebingungan

paru paru dan bebas dari kesimetrisan,

sianosis

tanda

tanda

dada,amati

penggunaan

otot

distress tambahan, retraksi otot supraclavicular

warna kulit abnormal (pucat, pernafasan

dan intercostal

Mendemonstrasikan batuk Monitor suara nafas, seperti dengkur

kehitaman)
Hipoksemia

efektif dan suara nafas Monitor pola nafas : bradipena,

hiperkarbia

yang bersih, tidak ada takipenia,

AGD abnormal

sianosis

pH arteri abnormal

(mampu

frekuensi

dan

nafas abnormal

dan

kussmaul,

hiperventilasi,

dyspneu cheyne stokes, biot

mengeluarkan Auskultasi suara nafas, catat area

kedalaman sputum, mampu bernafas penurunan / tidak adanya ventilasi dan


dengan mudah, tidak ada suara tambahan
pursed lips)

Monitor TTV, AGD, elektrolit dan

Tanda tanda vital dalam ststus mental


rentang normal
AGD dalam batas normal

Observasi

sianosis

khususnya

membran mukosa

Status neurologis dalam Jelaskan pada pasien dan keluarga


batas normal

tentang persiapan tindakan dan tujuan

penggunaan

alat

tambahan

(O2,

Suction, Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung

Diagnosa

Keperawatan/ Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil
Masalah Kolaborasi
Intoleransi aktivitas
NOC :
Self Care : ADLs

Berhubungan dengan :

Tirah

Observasi adanya pembatasan klien

atau
Toleransi aktivitas

Baring

dalam melakukan aktivitas

Konservasi eneergi

imobilisasi

Intervensi
NIC :

Kaji adanya faktor yang menyebabkan

Kelemahan menyeluruh

Setelah dilakukan tindakan kelelahan

Ketidakseimbangan

keperawatan

antara

suplei

dengan kebutuhan
Gaya

hidup

dipertahankan.
DS:

terhadap

bertoleransi yang adekuat


aktivitas
Monitor pasien akan adanya kelelahan

yang denganKriteria Hasil :


Berpartisipasi

fisik dan emosi secara berlebihan

dalam
Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas fisik tanpa disertai aktivitas (takikardi, disritmia, sesak

Melaporkan
verbal

adanya

atau kelemahan.

oksigen . Pasien

selama
Monitor nutrisi dan sumber energi

secara peningkatan tekanan darah, nafas, diaporesis, pucat, perubahan


kelelahan nadi dan RR

hemodinamik)

Mampu melakukan aktivitas


Monitor

pola

tidur

dan

lamanya

Adanya dyspneu atau sehari hari (ADLs) secara tidur/istirahat pasien


ketidaknyamanan

saat mandiri

Kolaborasikan

dengan

Tenaga

Keseimbangan aktivitas dan Rehabilitasi

beraktivitas.
DO :

istirahat

Medik

dalam

merencanakan progran terapi yang


tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi

Respon abnormal dari


tekanan darah atau nadi

aktivitas yang mampu dilakukan


Bantu

terhadap aktifitas

Perubahan

ECG

untuk

konsisten

aritmia, iskemia

memilih

yang

aktivitas

sesuai

dengan

kemampuan fisik, psikologi dan sosial


Bantu

untuk

mengidentifikasi

dan

mendapatkan sumber yang diperlukan


untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu

pasien/keluarga

mengidentifikasi

kekurangan

untuk
dalam

beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Diagnosa

Keperawatan/ Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

Kaji adanya alergi makanan

Ketidakseimbangan nutrisi NOC:


kurang

dari

kebutuhana.

tubuh

status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

Nutritional

Adequacy of nutrient

Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan

b.

Nutritional Status : food yang dibutuhkan pasien


Weight Control

nutrisi oleh karena faktor Setelah


biologis,

psikologis

Yakinkan

untuk and Fluid Intake

memasukkan atau mencernac.

menentukan jumlah kalori dan nutrisi


diet

mengandung

yang

tinggi

dimakan

serat

untuk

dilakukan mencegah konstipasi


keperawatan Ajarkan pasien bagaimana membuat

atau tindakan

ekonomi.

selama.nutrisi

kurang catatan makanan harian.

DS:

teratasi dengan indikator: Monitor adanya penurunan BB dan

Nyeri abdomen

Albumin serum

Muntah

Pre albumin serum

Monitor lingkungan selama makan

Kejang perut

Hematokrit

Jadwalkan pengobatan dan tindakan

Rasa penuh tiba-tiba setelah


Hemoglobin
Total

makan
DO:
-

Diare

Rontok

iron

capacity
Jumlah limfosit
rambut

berlebih

yang

gula darah

tidak selama jam makan


binding Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor

pucat,

kemerahan,

dan

Kurang nafsu makan

kekeringan jaringan konjungtiva

Bising usus berlebih

Monitor intake nuntrisi

Konjungtiva pucat

Informasikan pada klien dan keluarga

Denyut nadi lemah

tentang manfaat nutrisi


Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat

adanya

edema,

hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas oval

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddart.
Alih Bahasa Agung Waluyo. Ed.8. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (1998).Buku Pedoman Kader Kesehatan Paru. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI
Corwin, Elizabeth.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm.U.Pendit. Jakarta :
EGC.
Danusantoso, Halim.(2000). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta : Hipokrates.

BAB I
KONSEP KELUARGA
1.1 PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing masing yang
merupakan bagian dari keluarga ( Friedman 1998 dikutip Suprajitno,2004)
Menurut Salvicion G.Bailon dan Aradies maglaya ( 1989) keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga,berinteraksi satu sama
lain dan memiliki peran masing masing,menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
tertentu( Mubarak,Wahid Iqbal,2006: 285)

Keluarga ( BKKBN,1999) adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah,mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak.
Bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan maasyarakat serta lingkungannya
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih karena ikatan perkawinan yang sah,memiliki hubungan darah
dan atau adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah saling berinteraksi satu sama lain
dalam lingkungan dan menjalankan perannnya masing masing.
1.2 CIRI- CIRI KELUARGA
Keluarga memiliki ciri ciri sebagai berikut;
1. Organisasi
Saling berhubungan ,saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsinya dan tugasnya masing masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota kelurga mempunyai peranan dan fungsinya masing masing. ( Effendy
Nasrul,1998:33)

1.3 TIPE KELUARGA


Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokannya. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua yaitu :
1. Keluarga Inti ( Nuclear Familly) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar ( Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (Kakek-nenek,paman- bibi)
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme
pengelompokan tipe keluarga berkembang menjadi :
1. Keluarga bentukan kembali ( Dyadic Family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang tua tunggal ( Single Parrent Family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( The Unmaried teenage mother)
4. Orang dewasa ( laki laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah( The single adult living alone)

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya( The nonmaterial heterosexual


cohabiting family)
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama ( gay and lesbian
family) . ( Suprajitno,2004: 2 3 )

1.4 TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan pada tahap tahap itu. Menurut Duvall ( 1985) daur
atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai
tugas dan resiko tertentu pada setiap tahap perkembangannya :
1. Tahap 1 pasangan baru menikah (keluarga baru).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan
yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat,
dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan)
2. Tahap 2 menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi
berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam keluarga) memberi waktu untuk
individu, pasangan dan keluarga.
3. Tahap 3 keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua, 2,5 tahun sampai dengan 6
tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan
masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan,
mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.
4. Tahap 4 keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak
termasuk membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan
kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5. Tahap 5 keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20 tahun.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membagi kebebasan remaja dengan
tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orangtua
dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota
keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali

hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya


masalah-masalah kesehatan.
7. Tahap 7 keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mempertahankan kontak antara anak dan cucu; memperkuat hubungan
perkawinan, dan meningkatkan usaha promisi kesehatan.
8. Tahap 8 keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap-tahap ini
adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan
dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan,
menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat serta
melakukan review masa lalu dan beradaptasi dengan perubahan kekuatan fisik
( Suprajitno,2004 : 4 6).

1.5 FUNGSI KELUARGA


Fungsi keluarga menurut Freidman ( 1998) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi afektif ( The Affective Function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi ( Socialization and social Placement
function)
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi Reproduksi ( The Reproductive Function)
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi ( The Economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan ( The Health Care Function)
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga
dibidang kesehatan. ( Suprajitno,2004: 13 )
1.6 STRUKTUR KELUARGA

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi


keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan ( 1965) yang diadopsi oleh Friedman
mengatakan ada 4 ( empat ) struktur keluarga yaitu :
1. Struktur peran Keluarga
menggambarkan peran masing masing anggota keluarga dalam keluarga dan perannya
di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,khususnya
yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu ( orang tua),orang tua
dengan anak,anak dengan anak,dan anggota keluarga lain( pada keluarga besar) dengan
keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah keluarga yang mendukung kesehatan.( Suprajitno, 2004: 7)

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.

Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. (Nursalam. 2001:17).
Pada pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan:
Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan
asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi
terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap
sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. (Suprajitno.
2004:39)
Yang termasuk dalam tahap pengkajian yakni, pengumpulan data dari keluarga dapat
dilakukan dengan metode :
Wawancara
Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.

Pengamatan
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan karena sudah dianggap cukup
melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
Studi dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS), Kartu Keluarga dan catatan-catatan lainnya.
Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan,
berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda
penyakit. (Effendy, Narsul. 1998:47).
Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
Data umum
1)

Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,

komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan kk, umur,
pendidikan dan status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga serta genogram.
2)

Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga.
3)

Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
4)

Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
5)

Status Sosial Ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
6)

Aktifitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktifitas rekreasi.
Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga

1)

Tahap perkembangan keluarga saat ini

Dimana ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.


2)

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendalanya
3)

Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota dan sumber pelayanan yang digunakan
keluarga.
Pengkajian lingkungan
1)

Karakteristik rumah

Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaat ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
2)

Karakteristik tetangga

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi


kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya dan
mempengaruhi kesehatan.
3)

Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4)

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu

yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
5)

Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
Struktur keluarga
1)

Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota kelurga.


2)

Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk


mengubah perilaku.
3)

Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.

4)

Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
Fungsi keluarga
1)

Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2)

Fungsi sosialisasi

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
3)

Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan terhadap anggota
yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga yakni : mengenal masalah kesehatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat,
menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
4)

Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5)

Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
Stres dan koping keluarga
1)

Stresor jangka pendek

Yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaiaan dalam waktu 6 bulan
dan jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2)

Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.

3)

Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.


4)

Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:287-290)
2.

Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga atau masyarakat
yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya.
(Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:290)
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian komponen diagnosis keperawatan meliputi :
Problem atau masalah (P)
Etiologi atau penyebab (E)
Sign atau tanda (S)
Tipologi dari diagnosis keperawatan terdiri dari ;
Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai gejala dari gangguan kesehatan dimana
masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani
dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 kategori meliputi :
Patofisiologi (biologi dan psikologi)
Tindakan yang berhubungan
Situasional (lingkungan, personal)
Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi diagnosis keperawatan keluarga
adalah adanya : ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi),
ketidaktahuan (sikap dan motivasi), dan ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap

suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, sistem
pendukung, lingkungan fisik dan psikologis)
Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.
Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau Wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:290-291).
Setelah data dianalisa kemungkinan perawat kesehatan masyarakat dalam satu keluarga
dapat menemukan lebih dari satu masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang mana
masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaliguss mengingat kondisi dan sumber daya yang
dimiliki oleh keluarga atau petugas kesehatan. Mengingat situasi tersebut maka perawat
kesehatan masyarakat atau perawat keluarga dapat menyusun masalah kesehatan keluarga
sesuai dengan prioritasnya. Proses skoring yang biasa digunakan menggunakan skala yang
dirumuskan oleh Baylon dan Maglaya (1979)
Kriteria Prioritas Masalah :
No
1

Kriteria
Sifat masalah
Tidak / kurang sehat

Skor

Ancaman kesehatan

Krisis atau keadaan sejahtera


Kemungkinan masalah dapat diubah
Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat
Potensi masalah dapat diubah
Tinggi

Cukup

Rendah
Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus ditangani

2
2

1
3

1
2

Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1


ditangani
Masalah tidak dirasakan

Bobot
1

Tabel 7. Kriteria prioritas masalah


Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh bobot.
(Mubarak, Wahid Iqbal.2006:292-293)
Ada 4 kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan
bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan
(intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah :
1)

Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani

masalah.
2)

Sumber-sumber dari keperawatan misalnya : dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan

dan waktu.
3)

Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga.

4)

Sumber-sumber dimasyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi

masyarakat, dukungan sosial masyarakat.


Potensi masalah bila dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa
dicegah adalah :
1)

Kepelikan dari masalah yang berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah.

2)

Lamanya masalah yang berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut

3)

Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan.

Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor
pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat
masalah. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:293-294)
3.

Penyusunan Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan


oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:294).
Rencana Keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan
serta penyelesaian masalah.
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan :
Menentukan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama keluarga.
Apabila keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah ditentukan diharapkan mereka
dapat berpartisipasi secara aktif dalam mencapai sasaran tersebut.
Menentukan tujuan atau objective
Objective merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objective yang
baik adalah spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistik dan batas waktu.
Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung pada sifat masalah dan sumbersumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga
tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan
sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan.
Menentukan kriteria dan standar kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedangkan standar menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan

bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Pernyataan tujuan
yang tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi, sebagai berikut :
1)

Tujuan

Sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah, keluarga akan


memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
2)

Kriteria

Kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.


3)

Standart

Ibu memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau


Poliklinik, keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas. (Mubarak, Wahid
Iqbal. 2006:296-297)
4.

Implementasi

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:297).
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
(Effendy, Nasrul. 1998:100). Dalam kondisi untuk membangkitkan minat keluarga dalam
berperilaku hidup sehat, maka harus memahami teknik-teknik motivasi tindakan keperawatan
keluarga yang mencakup hal-hal yang terdiri dari :
a)

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan

kesehatan dengan cara :


1)

Memberikan informasi

2)

Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3)

Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b)

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :

1)

Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2)

Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3)

Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c)

Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan

cara :
1)

Mendemonstrasikan cara perawatan

2)

Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

3)

Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d)

Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi

sehat dengan cara :


1)

Merumuskan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2)

Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e)

Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang dengan cara :

1)

Mengenal fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.

2)

Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. (Mubarak, Wahid

Iqbal. 2006:297)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan meliputi :
Keterlibatan petugas kesehatan non keperawatan, kader, tokoh masyarakat, dalam rangka
alih peran.
Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan kesehatan
Keterpaduan (tenaga, biaya, waktu, lokasi, sarana dan prasarana)
Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat. (Effendy, Narsul. 1998:100101)
5.

Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan


kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan (Suprajitno. 2004:57)
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan baik kepada
individu maupun keluarga meliputi :
1)

Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga

mengatasi masalah tersebut.


2)

Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.

3)

Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.

4)

Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang

diperlukan.
5)

Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk

evaluasi.
6)

Identifikasi penyebab atau masalah penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan

yang kurang memuaskan.


7)

Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin

tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.

Macam-macam evaluasi yaitu : evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif


1)

Evaluasi kuantitatif

Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang
telah dikerjakan.
2)

Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
(3) dimensi yang saling terkait yaitu :
Struktur atau sumber
Struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan.
Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah
nutrisi.
Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:298-299).

You might also like