Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 22
A PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam
tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar
limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI,
1998).
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Basil Tahan Asam (BTA).
Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh, namun kuman ini paling sering
menyerang organ paru (www.kompas.com). Menurut Smeltzer (2001) Tuberkulasis (TB)
adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat
pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus
limfe.
B.KLASIFIKASI
Menurut Depkes (2007), klasifikasi penyakit TB paru dan tipe pasien digolongkan
menjadi :
1.
TBC
adalah
Mycobacterium
Bovis
dan
M.
Africanus
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak ada dahak. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Selain gejala batuk disertai dengan gejala dan tanda lain seperti tersebut di
bawah ini :
1
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah berlanjut, dimana infiltrasinya
sudah setengah bagian paru.
Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Gejala ii jarang ditemukan.
Kelelahan.
E. PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul
dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru
paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis
melisis
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri kemudian
menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel
yang memecah, membentuk jaringan parut. Paru paru yang terinfeksi lebih
membengkak mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika
penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui.
Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara
residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan
lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
G. PENATALAKSANAAN
1
baru
yang
memiliki
kandungan
sama
dengan
obat
lama
yaitu;
paling
efektif
untuk
mengontrol
pengobatan
tuberkulosis
(www.sinarharapan.com).
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang
disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh
Pengawas Minum Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.
2
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
Adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas serta latihan
dalam kehidupan sehari-hari
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan isolasi atau antisosial karena
penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
apakah terdapat gangguan ataupun tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan.
10) Pola mekanisme koping-stress
Adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktivitas
ibadah klien.
-
Dada tampak cembung, ruang antar iga datar, kurang bergerak sat
pernafasan/tertinggal.
g. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan Umum
: lemah
2) TTV:
Tekanan Darah
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
c. Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d. Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi S2yang mengeras.
e. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
f. Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari hari yang kurang meyenangkan.
g. Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456
h. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
Infeksi,
status
disfungsi Ventilation
neuromuskular,
hiperplasia Respiratory
suctioning.
status
Aspiration Control
napas dalam
pasien
untuk
adanya jalan nafas buatan, menunjukkan keefektifan Keluarkan sekret dengan batuk atau
sekresi
bronkus,
adanya jalan
nafas
dibuktikan suction
Dispneu
DO:
sianosis
dyspneu -
mengeluarkan -
dan
(mampu
Orthopneu
Cyanosis
Kesulitan berbicara
NaCl Lembab
yang
paten (klien
tidak .
tercekik,
irama .
frekuensi Atur
nafas,
intake
untuk
Produksi sputum
Gelisah
Mampu
mengidentifikasikan
mencegah
faktor
penyebab.
penggunaan
Suction, Inhalasi.
Diagnosa
cairan
peralatan :
O2,
NOC:
NIC :
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
perfusi ventilasi
perubahan
membran Elektrolit
Respiratory
kapiler-alveolar
DS:
Status
ventilation
Gangguan penglihatan
keperawatan
DO:
.Gangguan
Penurunan CO2
pasien
Takikardi
kriteria hasi:
Hiperkapnia
teratasi
dengan -.
Barikan pelembab udara
Mendemonstrasikan
Atur
intake
untuk
cairan
Keletihan
Iritabilitas
Hypoxia
Memelihara
kebersihan Catat
pergerakan
kebingungan
sianosis
tanda
tanda
dada,amati
penggunaan
otot
dan intercostal
kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
AGD abnormal
sianosis
pH arteri abnormal
(mampu
frekuensi
dan
nafas abnormal
dan
kussmaul,
hiperventilasi,
Observasi
sianosis
khususnya
membran mukosa
penggunaan
alat
tambahan
(O2,
Suction, Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung
Diagnosa
Berhubungan dengan :
Tirah
atau
Toleransi aktivitas
Baring
Konservasi eneergi
imobilisasi
Intervensi
NIC :
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan
keperawatan
antara
suplei
dengan kebutuhan
Gaya
hidup
dipertahankan.
DS:
terhadap
dalam
Monitor respon kardivaskuler terhadap
Melaporkan
verbal
adanya
atau kelemahan.
oksigen . Pasien
selama
Monitor nutrisi dan sumber energi
hemodinamik)
pola
tidur
dan
lamanya
saat mandiri
Kolaborasikan
dengan
Tenaga
beraktivitas.
DO :
istirahat
Medik
dalam
terhadap aktifitas
Perubahan
ECG
untuk
konsisten
aritmia, iskemia
memilih
yang
aktivitas
sesuai
dengan
untuk
mengidentifikasi
dan
pasien/keluarga
mengidentifikasi
kekurangan
untuk
dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Diagnosa
dari
kebutuhana.
tubuh
Nutritional
Adequacy of nutrient
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan
b.
psikologis
Yakinkan
mengandung
yang
tinggi
dimakan
serat
untuk
atau tindakan
ekonomi.
selama.nutrisi
DS:
Nyeri abdomen
Albumin serum
Muntah
Kejang perut
Hematokrit
makan
DO:
-
Diare
Rontok
iron
capacity
Jumlah limfosit
rambut
berlebih
yang
gula darah
pucat,
kemerahan,
dan
Konjungtiva pucat
adanya
edema,
hiperemik,
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddart.
Alih Bahasa Agung Waluyo. Ed.8. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (1998).Buku Pedoman Kader Kesehatan Paru. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI
Corwin, Elizabeth.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm.U.Pendit. Jakarta :
EGC.
Danusantoso, Halim.(2000). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta : Hipokrates.
BAB I
KONSEP KELUARGA
1.1 PENGERTIAN KELUARGA
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing masing yang
merupakan bagian dari keluarga ( Friedman 1998 dikutip Suprajitno,2004)
Menurut Salvicion G.Bailon dan Aradies maglaya ( 1989) keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga,berinteraksi satu sama
lain dan memiliki peran masing masing,menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
tertentu( Mubarak,Wahid Iqbal,2006: 285)
Keluarga ( BKKBN,1999) adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah,mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak.
Bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan maasyarakat serta lingkungannya
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih karena ikatan perkawinan yang sah,memiliki hubungan darah
dan atau adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah saling berinteraksi satu sama lain
dalam lingkungan dan menjalankan perannnya masing masing.
1.2 CIRI- CIRI KELUARGA
Keluarga memiliki ciri ciri sebagai berikut;
1. Organisasi
Saling berhubungan ,saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsinya dan tugasnya masing masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota kelurga mempunyai peranan dan fungsinya masing masing. ( Effendy
Nasrul,1998:33)
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. (Nursalam. 2001:17).
Pada pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan:
Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat klien (keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan
asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi
terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap
sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. (Suprajitno.
2004:39)
Yang termasuk dalam tahap pengkajian yakni, pengumpulan data dari keluarga dapat
dilakukan dengan metode :
Wawancara
Berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.
Pengamatan
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan karena sudah dianggap cukup
melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
Studi dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS), Kartu Keluarga dan catatan-catatan lainnya.
Pemeriksaan fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan,
berkaitan dengan keadaan fisik, misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda
penyakit. (Effendy, Narsul. 1998:47).
Dalam pengumpulan data yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
Data umum
1)
Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan kk, umur,
pendidikan dan status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga serta genogram.
2)
Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga.
3)
Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.
4)
Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
5)
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
6)
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktifitas rekreasi.
Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga
1)
Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendalanya
3)
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota dan sumber pelayanan yang digunakan
keluarga.
Pengkajian lingkungan
1)
Karakteristik rumah
Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela,
pemanfaat ruangan, peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
2)
Karakteristik tetangga
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4)
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
5)
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat.
Struktur keluarga
1)
Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
4)
Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
Fungsi keluarga
1)
Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2)
Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
3)
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan terhadap anggota
yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga yakni : mengenal masalah kesehatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat,
menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat.
4)
Fungsi reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5)
Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
Stres dan koping keluarga
1)
Yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaiaan dalam waktu 6 bulan
dan jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2)
3)
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga atau masyarakat
yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya.
(Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:290)
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian komponen diagnosis keperawatan meliputi :
Problem atau masalah (P)
Etiologi atau penyebab (E)
Sign atau tanda (S)
Tipologi dari diagnosis keperawatan terdiri dari ;
Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai gejala dari gangguan kesehatan dimana
masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani
dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 kategori meliputi :
Patofisiologi (biologi dan psikologi)
Tindakan yang berhubungan
Situasional (lingkungan, personal)
Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi diagnosis keperawatan keluarga
adalah adanya : ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi),
ketidaktahuan (sikap dan motivasi), dan ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap
suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, sistem
pendukung, lingkungan fisik dan psikologis)
Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.
Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau Wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:290-291).
Setelah data dianalisa kemungkinan perawat kesehatan masyarakat dalam satu keluarga
dapat menemukan lebih dari satu masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang mana
masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaliguss mengingat kondisi dan sumber daya yang
dimiliki oleh keluarga atau petugas kesehatan. Mengingat situasi tersebut maka perawat
kesehatan masyarakat atau perawat keluarga dapat menyusun masalah kesehatan keluarga
sesuai dengan prioritasnya. Proses skoring yang biasa digunakan menggunakan skala yang
dirumuskan oleh Baylon dan Maglaya (1979)
Kriteria Prioritas Masalah :
No
1
Kriteria
Sifat masalah
Tidak / kurang sehat
Skor
Ancaman kesehatan
Hanya sebagian
Tidak dapat
Potensi masalah dapat diubah
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus ditangani
2
2
1
3
1
2
Bobot
1
Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan seluruh bobot.
(Mubarak, Wahid Iqbal.2006:292-293)
Ada 4 kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat diberikan
bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
Kemungkinan masalah dapat diubah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan
(intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah :
1)
Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
masalah.
2)
dan waktu.
3)
Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga.
4)
Kepelikan dari masalah yang berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah.
2)
Lamanya masalah yang berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut
3)
Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan.
Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor
pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat
masalah. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:293-294)
3.
Penyusunan Perencanaan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Pernyataan tujuan
yang tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi, sebagai berikut :
1)
Tujuan
Kriteria
Standart
Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:297).
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
(Effendy, Nasrul. 1998:100). Dalam kondisi untuk membangkitkan minat keluarga dalam
berperilaku hidup sehat, maka harus memahami teknik-teknik motivasi tindakan keperawatan
keluarga yang mencakup hal-hal yang terdiri dari :
a)
Memberikan informasi
2)
3)
b)
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
1)
2)
3)
c)
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara :
1)
2)
3)
d)
2)
e)
1)
2)
Iqbal. 2006:297)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan keperawatan meliputi :
Keterlibatan petugas kesehatan non keperawatan, kader, tokoh masyarakat, dalam rangka
alih peran.
Terselenggaranya rujukan medis dan rujukan kesehatan
Keterpaduan (tenaga, biaya, waktu, lokasi, sarana dan prasarana)
Setiap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat. (Effendy, Narsul. 1998:100101)
5.
Evaluasi
Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga
3)
4)
Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diperlukan.
5)
Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk
evaluasi.
6)
Identifikasi penyebab atau masalah penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan
Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin
tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi.
Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang
telah dikerjakan.
2)
Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
(3) dimensi yang saling terkait yaitu :
Struktur atau sumber
Struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan.
Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah
nutrisi.
Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan. (Mubarak, Wahid Iqbal. 2006:298-299).