You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistemhematologitersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuksumsum
tulang dan noduslimfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan.(Brunner &suddarth, 2001)
Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersupensi dalam plasma darah. Sel darah
dibagi menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5.000 per mm3 darah) dan lekosit (sel
darah putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm 3 darah). Terdapat sekitar 500 sampai
1000

eritrosittiap satu lekosit. Lekosit dapat berada dalam beberapa bentuk: eosinofil,

basofil, monosit, netrofil dan limfosit. Selain itu dalam suspensi plasma, ada juga framenfragmen sel takberinti yang disebut trombosit (normalnya 15.000 sampai 450.000 trombosit
per mm3 darah). Komponen seluler darah ini normalnyamenyusun 40% sampai 45% volume
darah. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah terlihat sebagai
cairan merah, opak dan kental. Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung
dalam sel darah merah.

Pembentukan darah terjadi di sumsum tulang. Dalam hal ini

sumsumtulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga tulang
panjang.Ganguan pada sumsum tulang dapat berakibat fatal karena sumsum tulang adalah
Penghasil utama darah, sehingga jika Sumsum tulang mengalami gangguan maka dapat
berpengaruh pada system sirkulasi. Diantara gangguan tersebut adalah anemia, leukemia,
talasemia, dan lain lain.
Kelainan sistem hematologi yang sering terjadi adalah adanya penurunan sirkulasi jumlah
sel darah merah. Kondisi ini dinamakan anemia, dapat terjadi akibat produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang berkurang atau tingginya penghancuran sel darah merah dalam
sirkulasi, berkurangnya sel darah merah disebabkan okeh kekurangan kofaktor untuk
eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12 dan besi. Produksi sel darah merah juga dapat
turun apabila sumsum tulang tertekan (oleh tumor atau obat) atau rangsangan tidak memadai
karena kekurangan eritropoetin, seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis.
1

Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis akan menentukan
apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah
(anemia hipoproliferatifa) atau oleh destruksi sel darah merah (anemia hemolitika).Anemia
aplalstik disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sumsum tulang dan penggantian
sumsum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara kongenital maupun didapat. Dapat juga
idiopatik (dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas), dan merupakan penyebab utama.
Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya; atau dapat pula disebabkan
oleh obat, bahkan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia
sumsum tulang meliputi benzene dan turunan benzene (mis,. Perekat pesawat terbang);obat
anti tumor seperti nitrogen mustard; antimetabolit, termasuk metotrexate dan 6merkaptopurin; dan berbagai bahan toksik, seperti arsen anorganik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sumsum tulang ?
2. Apa pengertian pungsi sumsum tulang ?
3. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pungsi sumsum tulang ?
4. Bagaimana prosedur pelaksanaan pungsi sumsum tulang ?
5. Apa saja diagnostik yang muncul ?
6. Apa saja penatalaksanaan pra dan pasca pungsi sumsum tulang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sumsum tulang ?
2. Untuk mengetahui pengertian pungsi sumsum tulang ?
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi pungsi sumsum tulang ?
4. Untuk mengetahui Bagaimana prosedur pelaksanaan pungsi sumsum tulang ?
5. Untuk mengetahui diagnostik yang muncul ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pra dan pasca pungsi sumsum tulang?
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa calon perawat lebih memahami tentang prosedur pungsi sumsum tulang,
serta bagaimana penatalaksanaan pra dan pasca pungsi sumsum tulang

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SUMSUM TULANG
2.1.1 Pengertian sumsum Tulang
Sumsum tulang adalah jaringan spons lembut yang terletak di dalam rongga
interior tulang panjang. Pada orang dewasa, sumsum dalam tulang besar menghasilkan
sel-sel darah baru. Sumsum tulang membentuk sekitar 4% dari berat tubuh total (sekitar
2,6 kg di dewasayang sehat)
2.1.2 Jenis Sumsum Tulang
Ada dua jenis sumsum tulang:
1) sumsum merah yang bertanggung jawab untuk memproduksi sel darah merah, putih
sel darah merah dan trombosit
2) sumsum kuning yang terdiri terutama dari sel-sel lemak
3

Ada sejumlah pembuluh darah dan pembuluh darah kapiler melintasi melalui
sumsum menjadikannya sebuah organ yang sangat vaskular.
Pada saat lahir dan anak usia dini sebagian dari sumsum merah. Sebagai orang usia
lebih dan lebih dari itu adalah menjadi sumsum kuning. Sekitar setengah dari dewasa
sumsum tulang sumsum merah.
2.1.3 Fungsi Sumsum Tulang
1) Sel darah merah (eritrosit) membawa oksigen ke jaringan.
2) Platelet atau thrombocytes (berasal dari megakaryocytes) membantu mencegah
pendarahan dan membantu pembekuan darah.
3) Granulosit (neutrofil, basofil dan eosinofil) dan makrofaga (secara kolektif dikenal
sebagai myeloid sel.) melawan infeksi dari bakteri, fungi dan parasit lain. Mereka
juga menghapus sel-sel mati dan merombak jaringan dan tulang.
4) Limfosit B memproduksi antibodi, sedangkan T-limfosit langsung dapat membunuh
atau mengisolasi menyerang sel.
5) RBC hidup untuk sekitar 170 hari dan istirahat pendek tinggal dan perlu diisi ulang
terus menerus. Manusia rata-rata memerlukan sekitar seratus miliar hematopoietik sel
baru setiap hari. Ini dilakukan oleh Hematopoietic Stem Cells (HSCs).
2.2 PUNGSI SUMSUM TULANG
2.2.1Pengertian Pungsi/aspirasi sumsum tulang
Aspirasi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang.
2.2.2 Tujuan Pungsi sumsum Tulang
Tujuan dari pungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut:
1. Penilaian terhadap simpanan zat besi.
2. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi).
3. Diagnosis sitomorfology/evaluasi produk pematangan sel asal darah
2.2.3 Macam-Macam Pungsi Sumsum Tulang
1) PUNKSI SUMSUM TULANG TANPA ANTICOAGULANT
1. Jika dianggap perlu kepada orang sakit boleh diberikan obat penenang,
umpamanya diazepam.

2. Tempat punksi harus bersih, kalau perlu cucilah dulu dengan air dan sabun.
3. Desinfeksikanlah tempat itu dengan tct. Iodii 5% atau desinfektans lain dan
kemudian dengan alkohol 70%. Biarkan kering lagi.
4. Lakukanlan anestesi setempat memakai larutan procain, lidocain, dsb 1% atau
2% dengan juga menginfiltrasi periost.
5. Jarum sumsum dengan mandrennya terpasang ditusukkan ke dalam kulit sampai
tertumbuk tulang. Teruskanlah pemasukan jarum itu dengan mengadakan tekanan
sambil menggerakkan jarum seperti membor sampai ujung jarum masuk rongga
sumsum.
6. Angkatlah mandren dan pasanglah semprit 10 atau 20 ml.
7. Isaplah sumsum dengan cepat menarik pengisap semprit itu. Kalau diperoleh
aspirat (sumsum bercampur darah dari sinus) sebanyak 0.3 ml berhentilah.
8. Cabutlah jarum bersama semprit dan kenakanlah tekanan dengan gumpalan
kassa steril pada luka, tekanlah selama beberapa menit.
9. Tutuplah luka dengan kassa steril dan plester.
2) PUNKSI SUMSUM TULANG MEMAMKAI ANTICOAGULANT
Semua tindakan sama seperti tertulis diatas. Perbedaannya : semprit diisi
terlebih dahulu dengan sejumlah kecil anticoagulant steril dalam larutan heparin
atau EDTA 10%. Jumlah bahan yang dihisap boleh ;ebih banyak, yaitu 4-5 ml.
Campurlah baik-baik dalam semprit seterlah aspirat didapat supaya tidak
membeku.
CATATAN :

Dari jarum sumsum dikenal beberapa bentuk, yang mana juga dipakai
hendaknya pucuknya pendek, tajam, da lurus. Manden harus tepat mengisi lumen
jarum itu yang diameternya 1-2 mm.
Segala tindakan pada punksi harus dilakukan dengan mengingat syarat-syarat
aseptis. Berhati-hatilah melakukan punksi pada seseorang yang menderita diatesis
hemoragik dengan masa perdarahan yang memanjang.
Kebanyakan penderita lebih suka diambil sumsum tulangnya dari crista iliaca
atau dari vertebrata daripada dari sternum. Pada waktu mengisap sumsum tulang
penderita berasa nyeri, lebih banyak diisap, lebih nyeri. Dipihak lain, menghisap
lebih banyak sumsum dengan memakai anticoagulant memberi kesempatan pada
pemeriksa untuk mempelajari aspirat dengan cara makroskopik, ia dapat menilai
banyaknya partikel sumsum dalam aspirat dibandingkan dengan seluruh volume
aspirat, ia dapat memperhatikan besarnya partikel-partikel dan ia dapat membuat
sediaan dengan hanya memakai partikel saja sehingga tidak terlalu diganggu oleh
adanya unsur-unsur darah tepi.
2.2. 3 Indikasi pengambilan dan pemeriksaan sumsum tulang adalah:
1. Kelainan hematologik: anemia, neutropenia, trombositopenia, pansitopenia, dugaan
leukemia, polisitemia, dugaan mieloma.
2. Kelainan yang disertai: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali, kelainan
radiologik tulang, demam yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Evaluasi terhadap cadangan besi dalam sumsum tulang dan adanya kelainan besi
dalam precursor eritroid pada penderita dengan penyakit kronik dan anemia
sideroblastik.
4. Penyakit metabolik: Lipid storage disease,hemosiderosis.
5. Metastasis tumor ganas.
6. Infeksi sistemik: TBC, lepra, demam tifoid.
6

Secara keseluruhan dapat disimpulkan tujuan pengambilan sumsum tulang adalah,

1. Untuk diagnosis dan konfirmasi suatu penyakit atau menyingkirkan suatu penyakit
2. Untuk evaluasi hasil pengobatan
3. Untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.
2.2.4 Kontraindikasi
Keadaan umum yang buruk.

2.2.5 Tempat aspirasi


1. Spina illiaka posterior superior (SIPS).
2. Krista illiaka.
3. Spina illiaka anterior superior (SIAS).
4. Sternum diantara iga ke-2 dan ke-3 mid sterna atau sedikit di kanannya (jangan lebih
dari 1 cm).
5. Spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.

2.2.6 Persiapan alat dan bahan


1. Bahan tindakan antiseptic.
2. Providone iodine.
3. Kapas lidi steril dan kapas steril.
4. Prokain/lidokain 3% dan spuit 5cc, 20cc, serta jarum hipodermik 23-25 gaus.
5. Sarung tangan steril dan duk berlubang steril.
6. Jarum aspirasi sumsum tulang (14-16) yang sesuai dengan tempat yang akan
dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang.
7. Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk preparat.
8. Antikoagulan (heparin atau EDTA).
7

9. Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan anafilaksis (adrenalin,


atropine, sulfat, dan set infus).
2.2.7 Prosedur
1. Klien diminta untuk membuang air kecil/besar sebelum tindakan.
2. Periksa kelengkapan serta kelayakan bahan dan alat tindakan.
3. Cuci tangan yang bersih kemudian keringkan.
4. Gunakan sarung tangan steril.
5. Periksa kelengkapan serta kesesuaian jarum aspirasi dan spuit untuk aspirasi tersebut
dengan sedikit antikoagulan.
6. Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic daerah tindakan serta prosedur terjaga
aseptic.
7. Tentukan titik tidakan.
8. Lakukan anastesi local tegak lurus permukaan, mulai dari subkutis sampai periosteal.
9. Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar dari kiri ke kanan secara
lembut menembus kulit hingga membentur tulang/periostenum, kemudian perhatikan
tingginya jarum selanjutnya cabut mendrein dan pasang spuit 20 cc yang sudah dibilas
antikoagulan kemudian lakukan aspirasi perlahan tapi mantap, cabut spuit, biarkan saja
jarumnya.
10. Teteskan aspirat secukupnya kegelas objek, diratakan di atas kaca objek, kemudian
akan terlihat partikel-partikel sumsum tulang.
11. Sisanya masukkan kedalam botol.
12. Setelah selesai, jarum aspirasi dicabut pelan-pelan tetapi mantap dengan cara diputar
seperti memasukkan tadi.
13. Pada daerah perlukaan dilakukan penutupan luka dengan kasa yang telah diberikan
antiseptic.
14. Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari dan penutup luka dibuka setelah 3
hari.

2.2.8 Komplikasi
Pneumomediastinum jika dilakukan pada sternum akan mengakibatkan terjadinya
perdarahan.
2.2.9 Diagnostik
Pemeriksaan sumsum tulang adalah metode pemeriksaan yang sangat diperlukan
untuk mendiagnosis berbagai kelainan hematologik dan kadang-kadang merupakan satusatunya pemeriksaan yang dapat memastikan suatu diagnosis.
2.2.1O Setelah post pungsi sumsum tulang
1. Sebelum pungsi sumsum tulang
Katakan kepada dokter Anda jika Anda secara teratur mengambil obat anti - inflamasi
nonsteroid ( seperti aspirin , ibuprofen , naproxen , piroksikam , sulindac atau fetoprofen )
atau antikoagulan warfarin ( Coumadin ) atau heparin . Anda akan diminta untuk
menghentikan mereka untuk beberapa waktu sebelum ujian . Juga menyebutkan obat lain ,
herbal , atau suplemen yang Anda ambil .
Obat anestesi akan digunakan untuk mencegah rasa sakit selama prosedur .
Sampel darah akan diperoleh dan studi koagulasi akan dilakukan untuk memastikan Anda
adalah calon yang tepat untuk prosedur ini .
Anda dapat meminta untuk diberikan obat penenang sekitar 1 jam sebelum prosedur .
2. Apa yang Anda Alami selama Pungsi Sumsum Tulang
pungsi sumsum tulang , jarum tipis dimasukkan dan diputar sampai menembus lapisan luar
tulang . Sebuah jarum suntik melekat jarum dan digunakan untuk menarik sejumlah kecil
sumsum . Slide sumsum siap segera; jika spesimen yang memadai belum diperoleh , jarum
posisinya sedikit dan prosedur diulang .

prosedur ini biasanya memakan waktu sekitar 10 menit . Risiko dan Komplikasi pungsi
sumsum tulang. Komplikasi kecil termasuk perdarahan dan ketidaknyamanan di situs
tusukan . Jarang namun serius komplikasi termasuk infeksi di lokasi pungsi dan tusukan
struktur atau di sekitarnya pembuluh darah utama .Dalam beberapa kasus , prosedur tidak
mendapatkan spesimen sumsum memadai .
Setelah pungsi sumsum tulang ,Tekanan ditempatkan di situs tusukan jarum
sampai pendarahan berhenti . Situs ini dibersihkan lagi dan ditutup dengan perban steril .
Kecuali Anda diberi obat penenang , Anda dapat meninggalkan segera setelah prosedur .
Mengatur seseorang untuk mengantarmu pulang. Anda mungkin mengalami rasa sakit atau
nyeri di tempat pungsi , tetapi Anda dapat melanjutkan aktivitas yang biasa Anda segera .

10

BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
1. Sumsum tulang adalah jaringan spons lembut yang terletak di dalam rongga interior
tulang panjang. Pada orang dewasa, sumsum dalam tulang besar menghasilkan sel-sel
darah baru. Sumsum tulang membentuk sekitar 4% dari berat tubuh total (sekitar 2,6 kg
di dewasayang sehat)
2. Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang.
3. Tujuan dari pungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut:
1. Penilaian terhadap simpanan zat besi.
2. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi).
3. Diagnosis sitomorfology/evaluasi produk pematangan sel asal darah
4. Macam pungsi sumsum tulang :
1. Pungsi sumsum tulang tanpa anticoagulant
2. Pungsi sumsum tulang memakai anticoagulant
1.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa calon perawat, kita harus menguasai bagaimana prosedur pungsi
sumsum tulang, dan kita harus melaksanakan semua tindakan sesui dengan prosedur
keperawatan yang ada.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://stemcells.nih.gov/staticresources/info/scireport/PDFs/D.%20Chapter%202.pdf
http://fbae.org/2009/FBAE/website/Images/PDF%20files/Stem%20cells/Bone%20Marrow
%20Cells.pdf
http://www.dako.com/00164_11jun09_guide_to_bone_marrow_diagnosis_chapter_1.pdf
http://www.MDS-Foundation.org/wp-content/uploads/2011/10/BoneMarrowBook.pdf
Betz, Cecily L. & Sowden. 2002. Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK
UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 1998,
Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC. Read more:

12

You might also like