You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini perdangangan antar Negara sudah mulai terbuka.Arus barang dan jasa
antar negara semakin mudah yang diperkuat dengan adanya hubungan bilateral dan
multilateral.Hal tersebut membuat persaingan yang ketat antara produk local dan import yang
harganya semakin kompetitif.Selain itu juga masyarakat di era modern ini tidak lagi membeli
suatu komoditas tetapi produk yang mempunyai nilai lebih dengan kualitas yang baik, tidak lagi
hanya pada pemenuhan kuantitas saja.Sehingga selain permintaan pasar akan barang dan jasa
pertanian meningkat seiring perluasan pasar regional juga para petani dihadapkan pada isu
bagaimana pengelolaan yang sesuai dengan standard yang diinginkan para konsumen yang
menitikberatkan pada kualitas suatu produk.
Masalah-masalah tersebut apabila tidak ditangani dengan langkah-langah yang efektif dan efisien
akan menyebabkan permasalahan baru baik pada petani yang tidak dapat bersaing dengan produk
import yang harganya setara bahkan di bawah harga produk local yang sejenis dengan kualitas
yang lebih baik, maupun pada masalah ketahanan pangan nasional.Semua hal tersebut mendorong
pemerintah mengeluarkan kebijakan modernisasi pertanian yang mengarah pada kegiatan
pertanian dengan basis teknologi dan informasi guna menunjang para petani dan pemenuhan
kualitas produk tani.Upaya tersebut telah dimulai sejak tahun 1960 dengan pendekatan yang
bersifat memaksa yang akhirnya menimbulkan dampak psikologis petani yang bergantung pada
suatu cara tanpa mengetahui dasar-dasar pemanfaatannya.Oleh karena itu, solusi moderinisasi
yang pada awalnya untuk meningkatkan produksi petani yang efektif dan efisien malah
mengundang permasalahan yang lebih besar, yaitu timbulnya sifat konsumtif petani yang tidak
lagi memikirkan atau mempertimbangkan dampak terhadap kehidupan social dan lingkungannya
dan juga timbul suatu perbedaan yang jelas mengenai kesejahteraan masyarakat tani.
2.1 Tujuan
Makalah ini disusun dalam upaya menganalisis permasalahan-permasalahn yang timbul akibat
adanya moderinsasi pertanian.Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
mencakup pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
2.1.1 Bagaimana pengaruh modernisasi pertanian bagi kesejahteraan masyarakat tani dalam
tingkatan menengah ke bawah
2.1.2 Bagaimana pengaruh moderinisasi terhadap ketersedian lapangan pekerjaan bagi buruh tani
2.1.3 Bagaimana hubungan antar petani sebagai pengaruh adanya modernisasi pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Modernisasi
Modernisasi dapat diartikan sebagai proses perubahan dari corak kehidupan masyarakat yang
tradisional menjadi modern, terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi sosial.
Teori modernisasi dibangun di atas asumsi dan konsep-konsep evolusi bahwa perubahan sosial
merupakan gerakan searah (linier), progresifdan berlangsung perlahan-lahan, yang membawa
masyarakat dari tahapan yang primitif kepada keadaan yang lebih maju.
Wilbert E Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional
atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi social kearah pola-pola ekonomis dan politis
yang menjadi ciri Negara barat yang stabil.

J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala
aspek-aspeknya.Berdasar pada dua pendapat diatas, secara sederhana modernisasi dapat diartikan
sebagai perubahann masyarakat dari masyaraat tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh
aspeknya. Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang biasa diistilahkan dengan social planning.
Secara historis Teori modernisasi lahir sebagai peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia
Kedua. Pertama, setelah munculnya Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dunia. Pada tahun
1950-an Amerika Serikat menjadi pemimpin dunia sejak pelaksanaan Marshall Plan yang
diperlukan membangun kembali Eropa Barat setelah Perang Dunia Kedua. Kedua, pada saat yang
sama terjadi perluasan komunisme di seantero jagad. Uni Soviet memperluas pengaruh politiknya
sampai di Eropa Timur dan Asia, antara lain di Cina dan Korea. Hal ini mendorong Amerika
Serikat untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya selain Eropa Barat, sebagai salah satu
usaha membendung penyuburan ideologi komunisme. Ketiga,lahirnya negara-negara baru di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan wilayahkoloni negara-negara Eropa dan
Amerika. Negara-negara tersebut mencari model-model pembangunan yang bisa digunakan
sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan mencapai kemerdekaan politiknya.
Secara epistemologis, teori modernisasi adalah campuran antara pemikiran fungsionalisme
struktural dengan pemikiran behaviorisme kultural Parsonian.Para pendukungnya memandang
bahwa masyarakat bakal berubah secara linier, yaitu perubahan yang selaras, serasi dan seimbang
dari unsur masyarakat paling kecil sampai ke perubahan masyarakat keseluruhan;dari tradisisonal
menuju modern. Pandangan teori modernisasi semacam itu diilhami oleh pengalaman sejarah
Revolusi Industri di Inggris yang dianggap sebagai titik awal pertumbuhan ekonomi kapitalis
modern dan Revolusi Perancis sebagai titik awal pertumbuhan sistem politik modern dan
demokratis.
Beberapa teori modernisasi menurut para ahli adalah seabagai berikut:
Harrod-Domar
Pencetus teori ini adalah Evsey Domar dan Roy Harrod.Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh investasi dan modal
Walt.W.Rostow
Dikenal dengan teori Pertumbuhan Tahapan Linear (linear Stages of growth models).Menurut
teori ini pembangunan dikaitkan dengan perubahan masyarakat aglaris dengan budaya tradisional
ke masyarakat yang rasional, industrial dan berfokus pada ekonomi pelayanan.Tahapa linear
menurut Walt.W. Rostow.
3.David McClelland
Teorinya dikenal dnegan need for Achievement (n-Ach), yaitu keinginan atau kebutuhan
berprestasi bukan sekedar untuk mendapatkan imbalan tetapi juga kepuasan
4.AlexInkeles dan David H. Smith
Dalam bukunya yang berjudul Becoming Modern menyebutkan beberapa ciri manusia modern,
yaitu sebagai berikut:
a.Keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru
b.Berorientasi ke massa sekarang dan massa depan
c.Mempunyai kesanggupan merencanakan
d.Percaya bahwa manusia dapat menguasai alam
2.2 Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian tidak dapat begitu saja lepas dari pembangunan pedesaan. Sebagaimana
menurut pandangan umum, bahwa pedesaan hampirselalu diidentikkan dengan pertanian dan
sebaliknya, pertanian diidentikkandengan pedesaan.Hal ini telah dimaklumi bersama karena
sebagian besarpetani di Indonesia hidup di pedesaan, dan sebagian besar penduduk desa
umumnyabermata-pencahariansebagaipetani.Olehkarenaitu, dalam konteks bahasan mengenai
pembangunan pertanian ini penting pula diketahui beberapa aspek sosial berkenaan
denganmasyarakatpetanikhususnyadipedesaan sebagai pusat pengembangan pertanian.
Raharjo (2004) dalam bukunya mengutip pendapat Paul H.Landis yang menyatakan dalam garis
besar ciri-ciri kebudayaan tradisionalmasyarakatdesaadalahsebagaiberikut.Pertama,adaptasi yang
kuat terhadap lingkunganalamnya,sehinggapolakebudayaanmasyarakat desa terikat dan mengikuti
karakteristikkhaslingkungan(alam)nya.Contohnyapertanian
yang
sangat
tergantung
padajenistanah,keadaaniklimdansebagaianyaakan
menentukan
karakteristiksuatudesamenurutjeniskomoditasyangdihasilkan.Kedua,rendahnyatingkatinovasimasy
arakatnya.Ketiga,mengembangkan
filsafat
hidup
yang
organis.
Refleksidarifilsafatiniadalahtebalnya
rasa
kekeluargaan
dan
kolektivitas.
Keempat,
polakebiasaanhidupyanglamban,akibatpengaruhiramaalam
yang
ajeg
dan
lamban.Kelima,kepercayaanterhadaptakhayul.Keenam,hidupbersahaja.Ketujuh,rendahnyakesadara
nmasyarakatnyaakanwaktu.Kedelapan,cenderung
bersifat
praktis,
tidakbegitumengindahkanestetikadanornamen-ornamen,
tidak
berbasa-basi,
sehingga
menumbuhkansifatjujur,terusterangdanbersahabat.Kesembilan,memiliki standar moral yang
kaku.Disadari atau tidak, ciri-ciri masyarakat desa di atas secara
langsung atau tidak langsung telah menciptakan karakter petani pedesaan yangcenderung
subsisten dan stagnan. Ketergantungan pada alam, rendahnya inovasi,sifat praktis, kebiasaan
hidup yang lamban, kepercayaan pada takhayul dan kebersahajaanhidup yang selalu nrimo
itulah yang melahirkan pola pertanian tradisionalyang subsisten. Pertanian subsisten yang
dimaksudkan di sini adalah usaha pertanian yang hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pelaku usahanyasaja dan keluarganya, serta tidak ditujukan untuk mencari keuntungan.
Dalam halini, masyarakat desa cenderung menerima atau merasa cukup dengan apa yang
bisamereka peroleh dari alam, tanpa merasa perlu menambah upaya untuk
meningkatkanpenghasilan.Ciri lainnya, yakni tebalnya rasa kekeluargaan, gotong-royongdan
persahabatan menguatkan ikatan di antara petani pedesaan untuk salingmembantu dalam usaha
tani. Masih banyak pedesaan yang mengembangkan kelompokgotong-royongdalam pengolahan
lahan, yakni dengan bergantian melakukanpengolahanlahandiantara petani-petani anggota.
Dengan demikian masing-masingpetanitidakdibebani biaya pengolahan tanah.
Hal tersebut di atas sejalan dengan pernyataan Mubyarto danSantosa (1993) bahwa pertanian
(agriculture) bukan hanya merupakanaktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi
petani saja. Lebih dariitu, pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau
livehood)bagi sebagian besar petani di Indonesia. Petani di Indonesia pada umumnya
lebihmengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisigotong
royong dalam kegiatan mereka. Jadibertani bukan saja aktivitas ekonomi, melainkansudahmenjadi
budaya hidup yang sarat dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakatlokal.Ciri petani pedesaan
yang subsisten dan tradisional ini kerap dituding sebagai penyebab terhambatnya proses

modernisasi pertanian karenadengan ciri hidup yang bersahaja dan bermotto yang didapat hari ini
untuk hiduphari ini, maka tidak mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di
bidangpertanian yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan mereka.
2.3 Modernisasi Pertanian
Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia di tandai dengan perubahan yang mendasar pada
pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang lebih maju. Perubahanperubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit
unggul, penggunaan pupuk, pengunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu
panen. Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap
kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok Tani, KUD, PPL,
Bank Perkreditan, P3A, dan sebagainya. Selanjutnya ditetapkan pola pengembangan dalam
bentuk, usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi.Selama beberapa pelita, modenisasi
pertanian telah membawa perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan produksi pertanianyang mencapai puncak ketika tercapainya swasembada
pangan.Namun kondisi ini tidak bertahan lama, dan pada akhirnya membawa kembali bidang
pertanian di Indonesia dalam suasana keperhatinan yang ditandai dengan menurunnya tingkat
produksi, sehingga menjadikan Indonesia kembali sebagai pengimpor beras. Sebagai asumsi dasar,
kondisi ini terbentuk melalui berbagai proses yang tidak dapat di lepaskan. Pertama, dari aspek
modernisasi itu sendiri, dan Kedua berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial yang muncul
dari modernisasi yang tidak diantisipasi secara dini.
Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya
mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan telah menghilangkan mata pencaharian
penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai.Kemudian, pemakaian traktor tangan
telah menggantikan tenaga kerbau, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau.
Untuk kasus ini, hasil penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan
cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia. Scott
memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi, kemudian pemilik
tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para
pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah
merubah orientasi para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi
kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202).Penelitian Scott
menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian mempunyai dampak terhadap perubahan
struktur masyarakat, dan akhirnya berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat.
Kondisi ini akan memperluas struktur kemiskinan.Sedangkan tujuan dari pembangunan pertanian
itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bagaimana pengaruh modernisasi pertanian bagi kesejahteraan masyarakat tani dalam
tingkatan menengah ke bawah.
Modernisasi pertanian merupakan suatu upaya dalam menghadapi tantangan jaman yang semakin
kompleks dengan berbagai permasalahan pertanian.Pada awalnya pertanian hanya mengandalkan
keadaan alam saja tanpa melakukan suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas.Namun
sejalan dengan menurunya kemampuan lahan pertanian dalam memenuhi kebutuhan sementara

jumlah penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan pangan pun
meningkat di samping terjadinya penyempitan lahan pertanian dengan adanya alih fungsi
lahan.Oleh karena itu, manusia mulai berfikir formula-formula yang tepat guna dalam upaya
peningkatan produktivitas pertanian.
Pemerintah dalam hal ini pihak yang mempunyai otoritas untuk mengmbil suatu kebijakan tanpa
adanya analisis dampak yang akan terjadi dalam melakukan suatu perubahan system pertanian
yang mengarah pada modernisasi pertanian.Kenyataan di lapangan penggunaan teknologi dan
bibit unggul dapat memberikan dampak positif bagi sebagian petani yang dapat menjangkau
teknologi dan bibit unggul tersebut.Namun di sisi lain dengan adanya teknologi dan bibit unggul
tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan petani terutama pelaku buruh tani yang
mata pencahariannya bergantung pada pihak lain yang membutuhkan jasanya.Tetapi dengan
adanya teknologi tersebut mata pencaharian buruh tani dapat terancam.Misalnya dalam
pengelolaan tanah 1 ha jika dengan buruh tani membutuhkan sekitar 14 orang dengan waktu
beberapa hari tetapi adanya traktor cukup dengan satu orang dan hanya membutuhkan waku
kurang dari satu hari.Sehingga penerapan teknologi bidang pertanian ini di satu sisi
menguntungkan petani di sisi lain dapat mengurangi lapang kerja yang tersedia dan akhirnya
menimbuilkan kesenjangan social yang sangat jauh antara yang kaya dan miskin.
Solusinya penerapan pertanian yang berabasis teknologi yang mengarah pada modernisasi
pertanian perlu dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengelolaan lahan hingga menghasilkan
suatu produk yang siap dipasarkan.Dengan demikian, buruh tani yang perananya digantikan
dengan adanya teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap pengelolaan pasca panen
atau bagian pemasaran sehingga dengan penerapan modernisasi pertanian ini tidak lagi
mengurangi lapangan kerja namun dapat menciptakan lapangan kerja baru yang juga membantu
para petani dalam menyalurkan hasil buminya.Dengan demikian akan tercipta suatu system
produksi yang menghasilkan produk yang berkualitas dengan memperhatikan kesejahteraan petani
dan buruh tani sekitarnya.
3.2Bagaimana pengaruh moderinisasi terhadap ketersedian lapangan pekerjaan bagi buruh tani.
Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis tanpa adanya penanganan yang
seius akan menimbulkan masalah baru yaitu berkurngnya lapangan pekerjaan karena peranan
pekerja tergantikan oleh peralatan dan cara yang berbasis teknologi sehingga dalam pengelolaan
lahan dapat mengurangi jumlah pekerja.Hal ini tentunya menguntungkan bagi pelaku tani dalam
skala besar , tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak dapat menjangkau dalam pembiayaan
peralatan pertanian yang berbasis teknologi tersebut.Dengan demikian penerapan suatu teknologi
dalam upaya efisiensi dan intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang
dihasilkan baik juga harus dikaji ulang mengenai dampak social yang ditimbulkan.Jangan sampai
penggunaan suatu teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang mengakibatkan
kesenjangan social sehingga rentan terhadap konflik social.Oleh karena itu, dalam penerapan
modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana para buruh tani yang peranannya tergantikan
oleh suatu teknologi tepat guna, sepertihalnya solusi permaslahan sebelumnya, maka dalam
penerapan modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya hanya
menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan modernisasi pertanianproses produksi
ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan , sehingga dalam proses tersebut terdapat
perluasan lapangan pekerjaan yang nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan
pekerjaan akibat adanya penerapan teknologi.Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus

juga memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu teknologi dengan
memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan produksi pertanian.Sehingga
terciptanya hubungan yang sinergis antara pemerintah selaku pengambil kebijiakan, petani dan
para buruh tani dalam upaya menghasilkan produk dan jasa yang mempunyai daya saing di era
perdagangan pasar bebas ini.
3.3 Bagaimana hubungan antar petani sebagai pengaruh adanya modernisasi pertanian.
Sebagaimana hasil penelitian Scott yang menyebutkan bahwa hubugan antar petani dan petani lain
dapat renggang akibat suatu penerapan alat mesin pertanaian.Hasil penelitian tersebut di Malaysia
hubungan tuan tani dan buruh tani terputus akibat adanya mesin perontok padi yang menggantikan
peranan buruh tani tersebut.Hal tersebut mungkin juga terjadi atau bahkan sudah terjadi di
Indonesia.Selain itu, antara petani kelas atas yang mampu membeli atau menyewa peralatan
pertanian tingkat kesejahteraannya akan jauh berbeda dengan petani yang hanya mengandalkan
cara tradisional.Selain dampak negative modernisasi pertanian juga dapat memberikan pengaruh
positif bagi para pelaku tani.Salah satunya dapat mempererat hubungan petani yang terhimpun
dalam suatu wadah kelompok tani dikarenakan ketidak mampuan petani secar individu dalam
menyediakan peralatan peratnian sehingga memaksa mereka untuk melakukan swadaya atau
bergotong royong dalam menyediakan peralatan yang dibutuhkan.Sehingga tercipta harmonisasi
antar petani.Dengan demikian suatu penerapan modernisasi dapat memberikan dampak negative
atau positif tergantung bagaimana penanganan atau inisiatif pemerintah yang bekerjasama dengan
para petani dalam menghadapi setiap permaslahan pertanian khususnya dalam penerapan
pertanian berbasis teknologi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat dismpulkan sebagai berikut:
1.Modernisasi pertanian merupakan tuntutan jaman yang tidak biasa dielakan lagi guna
peningkatan produksi pertanian secara kualitas dan kuantitas.
2.Penerapan modernisasi pertanian dapat menghilangkan mata pencaharian buruh tani yang
peranannya tergantikan oleh adanya alat mesin pertanian sehingga kesejahteraannya dapat
berkurang jika tidak ada tindak lanjut pihak pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib
buruh tani tersebut.
3.Pengaruh modernisasi pertanian bagi para petani dapat mengurangi lapangan pekerjaan jika
penerapannya tidak memperhatikan aspek social yang ditimbulkan.
4.Modernisasi pertanian dapat berdampak buruk terhadap hubungan petani dengan buruh tani,
tetapi dapat mempererat hubungan antar petani dengan membuat suatu wadah yang menciptakan
suasana gotong royong dalam penyediaan peralatan pertanian.
4.2 Saran
Sebagai saran dari penulis apabila ingin menganalisi tentang modernisasi pertanian alahkah
baiknya dikaji tentang bagaimana kaitannya penerapan modernisasi pertanian dengan punahnya
produk unggulan local suatu daerah.Penulis masih dalam tahap belajar dalam penulisan
makalahini yang tentunya banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun isi makalah
ini.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat memperbaiki kesalahankesalahan tersebut dalam penulisan makalah di masa yang kan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman Arief.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga.Jakarta:Gramedia


Eko Sutoro. Jurnal Pembangunan Politik, Pemberdayaan Politik dan Transformasi Politik
Leibo, J. Sosiologi Pedesaan: Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa
Berparadigma
Ganda. Yogyakarta: Andi Offset.
Munthe H Marhaeni.Modernisasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam Pembangunan
Pertanaian Suatu Tinjauan Sosiologis.Medan: Sosiologi FISIP USU
Saragih Bungaran.2004.Perkembangan Mutahir Pertanian Indonesia dan Agenda Pembangunan
Ke Depan.Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Suryana Achmad.2005.Rencana Strategi Badan Litbang Pertanian.Jakarta :Badan litbang
Pertanian.

You might also like