You are on page 1of 24

BAB I

GRANULOMETRI
1.1. Maksud Dan Tujuan
1.1.1. Maksud
Maksud dari praktikum sedimentologi ini adalah untuk mengetahui ukuran
butir dari material sedimen, mengetahui cara pergerakan butiran material
sedimen, untuk mengetahui arus yang bekerja pada saat material sedimen
tersebut diendapkandanuntukmengetahuilingkunganpengendapansedimen.
1.1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengerti dan
memahami cara pemisahan fragmen butiran dalam ukuran-ukuran tertentu, serta
dapat menentukan kuartil, median, standar deviasi, skewness, dan kurtosis,
sehingga sampai ke sistem penamaan batuan dalam geologi. Dan dapat
mengetahui proses mekanisme arus yang bekerja pada saat pengendapan
berlangsung.
1.2. Landasan Teori
Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah
salah satu dari sekian banyak metode yang sering dipakai untuk menganalisa
batuan sedimen klastik.Dalam granulometri ini lebih mengutamakan bagaimana
sebaran butiran batuan sedimen klastik tersebut. Metoda-metoda perhitungan
secara statistik sering pula banyak dipakai, hal ini sebernarnya hanya untuk
mengetahui apakah dengan metoda statistik tersebut kita dapat melihat adanya
bentuk kurva yang sangat khas atau proses tertentu.
Analisis granulometri merupakan suatu analisis tentang ukuran butir sedimen.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen
terhadap

proses-proses

eksogenik

seperti

pelapukan

erosi

dan

abrasi

dari provenance, serta proses transportasi dan deposisinya. Hal-hal tersebut


merupakan variabel penting dalam melakukan suatu interpretasi.
Tingkat resistensi suatu batuan dapat dilihat dari ukuran butirnya. Prosesproses eksogenik akan mengubah bentuk dan ukuran suatu partikel sedimen. Pada
awalnya material sedimen runcing-runcing, atau ukuran butirnya masih besar-

besar, lama kelamaan dan seiring waktu akan berubah karena proses eksogenik
itu. Sedangkan proses transportasi dan deposisi memperlihatkan proses bagaimana
agen utama seperti air menggerakkan dan mengendapkan butiran sedimen.
Sedimen klastik dalam hal ini butiran yang berukuran pasir sampai lempung,
ada beberapa pendapat dari beberapa ahli secara teoritis yang erat hubungannya
dengan analisa granulometri. Mekanisme sedimentasi yang mengontrol pada suatu
cekungan dimana batuan sediment diendapkan tidak hanya satu proses yang
bertanggung jawab, itulah maka fasies bukan berarti lingkungan pengendapan dan
bukan pula unit genetik. Dalam satu sekuen pengendapan mulai dari bawah ke
atas penyebaran butiran sudah barang tentu akan bervariasi.
Menurut Meddleton, 1976 mengatakan hasil analisa besar butir dan dapat
dipakai untuk membedakan sedimen-sedimen yang diendapkan pada lingkungan
dan fasies yang berbeda-beda dan memberikan informasi tentang proses
pengendapan pada alirannya.Friedman (1979), mengatakan analisa besar butir
dapat dipakai untuk mengetahui prosesproses selama sedimentasi dan dapat
dipakai untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan dan bahkan analisa
besar butir sama pentingnya dengan metodemetode yang lain.
Menurut Boggs (1987), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan
sedimen, yaitu variasi ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi
pengendapan. Data-data hasil analisis ukuran butir sedimen tersebut digunakan
untuk mengetahui 3 faktor tersebut secara jelas.
Banyak para ahli yang melakukan hal granulometri ini, seperti Rich (1951),
Inman (1952), Folk (1962), Gees (1965), Friedman (1961, 1965, 1967) hasilnya
dapat dikatakan kurang meyakinkan. Mungkin kita akan lebih dapat menerima
bila pada saat pengambilan contoh batuan dengan cara sistematis vertikal,
sehingga perubahan-perubahan parameter secara vertikal lebih mempunyai arti
terhadap lingkungan pengendapan (Allen, 1970 dan Visher, 1965).
Material-material sedimen yang terdapat di permukaaan bumi memiliki
ukuran yang sangat bervariasi. Udden (1898) membuat skala ukuran butiran
sedimen, yang kemudian skala tersebut dimodifikasi oleh Wenworth pada tahun
1922 dan dikenal dengan skala ukuran butir Udden-Wenworth (1922). Ukuran

butiran sedimen yang ditetapkan adalah mulai dari <1/256 hingga >256mm dan
terbagi menjadi 4 kelompok besar, yaituclay, silt, sand, dan gravel.
Setelah skala Udden-Wenworth banyak digunakan, kemudian Krumbein
(1934) membuat suatu transformasi logaritmik dari skala tersebut yang kemudian
dikenal dengan skala phi = log2 d, dengan d adalah ukuran butir dalam mm.
Skala phi akan menghasilkan nilai positif dan nilai negatif. Semakin besar ukuran
butir dalam mm, maka nilai phi akan semakin negatif. Sebaliknya, semakin kecil
ukuran butir dalam mm, maka nilai phi akan semakin positif. Krumbein memilih
logaritma negatif dari ukuran butir (mm) karena ukuran pasir dan butiran halus
lebih sering dijumpai pada batuan sedimen.
Analisis distribusi ukuran sedimen dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran langsung terhadap material sedimen berukuran gravel, dan
pengayakan kering pada material sedimen berukuran pasir dan lempung. Untuk
mendapatkan sampel yang mampu mewakili semua sampel itu sendiri, maka
dilakukan splitting. Metode splitting yang

digunakan

dalam

praktikum

adalah quartering. Quartering dilakukan dengan cara menuangkan sampel melalui


suatu corong di atas karton yang disilangkan saling tegak lurus sehingga sampel
akan terbagi dalam 4 kuadran. Proses ini diulang-ulang hinggai diperoleh berat
sampel yang diinginkan.
Ada beberapa metode atau cara yang dilakukan untuk menganalisis distribusi
ukuran butir, yaitu cara grafis dan cara matematis. Analisis yang dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan beberapa parameter. Parameter nilai pada
pengukuran butir sedimen antara lain ukuran butir rata-rata (mean), keseragaman
butir (sorting), skewness, dan kurtosis. Parameter tersebut dapat ditentukan
nilainya berdasarkan perhitungan secara grafis maupun secara matematis.
Perhitungan secara grafis menggunakan persamaan yang berdasarkan nilai phi
pada sumbu horizontal kurva prosentase frekuensi kumulatif. Sedangkan
perhitungan matematis menggunakan rumus umum momen pertama dengan
asumsi bahwa kurva distribusi frekuensinya bersifat normal (Gaussian).
Metode untuk analisa granulometri telah berkembang dengan pesat.
Beberapa metode yang umum dipakai adalah metode pengayakan butir wire
mess. Metode pengayakan ini mengukur dimensi intermediate antara partikel,

Sebab ukuran partikel intermediate dapat atau tidak nya suatu partikel melewati
ukuran mess tertentu. Metode lain adalah dengan analisa pipet yang digunakan
dalam menghitung percepatan pengendapan partikel. Dalam metode ini, butir
akan mengendap melalui suatu kolam air dalamtemperatur tertentu dalam suatu
tabung, dan waktu yang diperlukan prtikel mengendap kita ukur. Dalam metode
ini, pengendapan partikel dipengaruhi oleh bentuk partikel.
Sedimen secara alami diuraikan oleh proses pelapukan dan erosi dan
kemudian diangkut oleh tindakan cairan seperti angin, air, atau esatau oleh gaya
gravitasi yang bekerja pada partikel itu sendiri. Batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk dari akumulsi material hasil rombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan pada
cekungan sedimentasi yang kemudian mengalami pembatuan.
1.2.1. Cara Grafis
Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil pengayakan dan
penimbangan yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk mengetahui parameterparameter statistiknya. Kurva kumulatif dibedakan menjadi dua, yaitu kurva
kumulatif

aritmetik (arithmetic

ordinate) dan

kurva

kumulatif

probabilitas (probability ordinate).


Kurva kumulatif aritmetik digambarkan secara smooth melewati semua
data (kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic dapat terbaca.
Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk mengetahui
probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan untuk membaca
parameter statistic lebih akurat karena mengurangi interpolasi dan ekstrapolasi
dalam penggambaran. Tetapi yang sering digunakan adalah kurva kumulatif
aritmetik karena lebih mencerminkan distribusi ukuran butirnya. Kurva
kumulatif dibuat dengan absis ukuran butir dalam millimeter ( untuk kertas
semilog) atau unit phi dan ordinat prosentase berat (skala 1 100%).Rumusrumus yang digunakan dalam cara grafis adalah:
1. Median
Median adalah ukuran butir partikel tepat pada tengah-tengah populasi, yang
berarti separuh dari berat keseluruhan partikel adalah lebih halus sedangkan
separuh lainnya lebih kasar dari ukuran butir tersebut. Median dapat dilihat

secara langsung dari kurva komulatif, yaitu nilai phi pada titik dimana kurva
komulatif memotong nilai 50%.
2. Mode
Mode merupakan ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling sering
(paling banyak). Nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva
frekuensi.
3. Mean
Mean adalah nilai rata-rata ukuran butir. Pada umumnya ukuran butir ini
dinyatakan dalam phi ataupun dalam satuan mm.
Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan hasilnya dapat disajikan
dalam bentuk tabel. Dan untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dapat dibuat
histogram. Harga-harga median diameter, koefisien sortasi, skewness dan
kurtosis diturunkan dari kurva kumulatif dan dihitung dengan rumus-rumus
berikut :
1. Koefisien Sortasi (So)
Sortasiadalahtingkatkeseragamansuatubutir.Sortasidapatmenunjukkanbatasuk
uranbutirataukeanekaragamanukuranbutir,
tipedankarakteristiksertalamanyawaktusedimentasidarisuatupopulasisedimen(
Folk,

1968).MenurutFriedman

danSanders

(1978),

sortasiataupemilahanadalahpenyebaranukuranbutirterhadapukuranbutir

rata-

rata.Sortasidikatakanbaikjikabatuansedimenmempunyaipenyebaranukuranbuti
rterhadapukuranbutir

rata-rata

pendek.Sebaliknyaapabilasedimenmempunyaipenyebaranukuranbutirterhadap
rata-rata ukuranbutirpanjangdisebutsortasijelek.
Ada
hubunganantaraukuranbutirdansortasidalambatuansedimen.Hubunganiniteruta
materjadipadabatuansedimenberupapasirkasarsampaipasirsangathalus.Pasirda
riberbagaimacamlingkungan

air

menunjukanbahwapasirhalusmempunyaisortasi

yang

lebihbaikdaripadapasirsangathalus.Sedangkanpasir

yang

diendapkanolehanginsortasiterbaikterjadipadaukuranpasirsangathalus( Blatt,d
kkdalamKoesumadinata, 1980).

Sortasi = 84 - 16/4 + 95 16/ 6,6


Berdasarkan hasil perhitungan, Folk membatasi nilai sortasi menurut besaran:
1.
2.
3.
4.
5.

So = <0,35 terpilah sangat baik


So = 0,35 0, 50 terpilah baik
So = 0,50 1,00 terpilah sedang
So = 1,00 2,00 terpilah buruk
So = 2,00 4,00 terpilah sangat buruk

6. So = >4,00 terpilahsangatburuksekali

Gambar:1.1. Karakteristikdarijenis-jenissortasi.

Menurut Trask So = Q3/Q1, dengan ukuran dalam mm, sehingga jika :


So < 2,5

: Sortasi baik

So 2,5 4 : Sortasi normal (sedang)


So > 4

: Sortasi jelek

Rumus yang lain; So Q1/Q3 atau jika dinyatakan dalam kuartil adalah :
Kedua pengukuran tersebut selanjutnya jarang digunakan karena kurang teliti.
Folk menetukan koefisien sortasi sebagai defiasi standar grafis:
G = 84 25
2
Kemudian disempurnakan sebagai deviasi standar grafis inklusif dengan rumus :
1 = 84 16 + 95 5
4

6,6

Tabel : 1.1. Harga sortasimenurut Folk dan Ward(1957).

< 0.35
0.35 0.50
0.50 0.71
0.71 1.00
1.00 2.00
2.00 4.00
> 4.00

Very well sorted


Well sorted
Moderetely well sorted
Moderetely sorted
Poorly sorted
Very poorly sorted
Extremely poorly sorted

2. Skewness (Sk)
Kepencengan

(skewness)

adalahpenyimpangandistribusiukuranbutirterhadapdistribusi
normal.Distribusi

normal

adalahsuatudistribusiukuranbutirdimanapadabagiantengahdarisampelmempun
yaijumlahbutiran

paling

banyak.Butiran

yang

lebihkasarsertalebihhalustersebardisisikanandankiridalamjumlah yang sama.


Apabiladalamsuatudistribusiukuranbutirberlebihanpartikelkasar,
makakepencengannyabernilainegatif(Folk,

1974).MenurutFolk

(1962),

jikaskewnessmemilikinilainegatifataunolmakabatuan sediment ituterendapkan


di

daerahpantai,

namunapabilaskewnessbernilaipositifmakabatuansedimentersebutmerupakane
ndapan di daerahsungai.
Skewness memiliki rumusan sebagai berikut:
Sk = (16+84-250)/2(84-16) + (5+95-250)/2(95-5)
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga
positif maka sediment yang bersangkutan mempunyai jumlah butir halus
lebih banyak dari jumlah butir yang kasar dan sebaliknya jika berharga
negatif maka sediment tersebut mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak
dari jumlah butir yang halus.
Dan bila dinyatakan secara grafis maka :
Skq = (Q1+Q3-2(Md)) (dalam phi)
2
Tabel : 1.2. Harga skewnessmenurut Folk dan Ward (1957) :

Nilai Skewness
+1.0 sd +0,3
+0,3 sd +0,1
+0,1 sd -0,1
-0,1 sd -0,3
-0,3 sd -1,0

Klasifikasi
Very fine skewness
Fine skewness
Near symmetrical
Coarse skewness
Very coarse skewness

3. Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah
terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan
rumus yang diajukan oleh Folk (1968), yaitu :
K = __ 95 - 5___
2, 44(75-25

Tabel : 1.3. Harga kurtosismenurut Folk dan Ward (1957)

Nilai Kurtosis
<0,67
0,67 0,90
0,90 1,11

Klasifikasi
Very platycurtic
Platycurtic
Mesokurtic

1,11 1,50
1,50 3,00
>3,00

Leptokurtic
Very leptokurtic
Extremely leptokurtic

1.2.2. Cara matematis


Cara matematis dalam analisis ukuran butir akan memberikan gambaran
yang lebih baik daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga
ukuran butir dalam klas interval diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan
cara matematis ini adalah ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Untuk
memahami cara matematis ini adalah dengan memahami distribusi normal dari
suatu kurva distribusi frekuensi yaitu kurva hasil pengeplotan ukuran butir
(dalam skala phi) dengan frekuensi yang disajikan dalam beberapa klas interval.
Perhitungan tersebut adalah perhitungan statistic. Ukuran butir diplot pada absis
dan frekuensinya pada ordinat. Kurva normal akan berbentuk simetri.
Dalam statistik distribusi normal ini disebut moment. Istilah moment
dalam mekanika yaitu jarak dikalikan massanya. Jadi mome suatu benda
terhadap suatu titik adalah besar massa tersebut dikalikan jarak terhadap titik
tersebut. Dalam statistikmassa digantikan dengan frekuensi suatu klas interval
ukuran butir dan jarak yang dipakai adalah jarak terhadap titik tertentu (arbitrary
point) yaitu suatu titik awal dari suatu kurva atau dapat juga titik rata-rata ukuran
butir tersebut.
Tiap kelas interval dicari momenya, kemudian setelah momen masingmasing klas sudah dicari dijumlahkan dan dibagi total jumlah sample ( jika
frekuensi dalam % maka jumlahnya 100, hal ini memberikan harga momen per
unit 1% frekuensi ).
P2 = f . m2
100
Momen pertama ini identik dengan harga rata-rata ukuran butir (mean).
Frekuensi (f) dalam prosen dan m adalah mid point tiap interval kelas dalam unit
phi setelah diketahui harga x maka dapat dijadikan titik tumpu dimana jarak
disebelah titik kanannya positif dan sebelah kirinya negatif. Distribusi dikatakan
normal jika selisih jumlah kedua kelompok tersebut nol.

Harga momen yang lebih besar dicari dengan titik tumpu menggunakan X
atau jarak m, jadi jaraknya (m-X).
P2 = f .(m2 - X)2
100
Momen pertama = nilai mean, frekuensi (f) dalam persen dan m adalah
nilai mid poin tiap kelas interval dalam unit phi.
Momen kedua ini merupakan kuadrat dari standar deviasi. Standar deviasi
ini menunjukkan besar kecilnya selisih dari harga x dan ini merupakan konsep
sortasi, sehingga sortasi adalah :
P2 = f .(m2 - X)3
100
Karena harga (m-X) positif disebelah kanan x dan negatif disebelah
kirinya harga momen ketiga yang normal adalah nol. Harga skewness dihitung
dengan membagi momen ketiga dengan pangkat tiga dari standar deviasi.
P2 = f .(m2 - X)4
100
Skewness ini mencerminkan deviasi dari keestriman dari suatu kurva dan
peka terhadap yang kasar atau halus dalam suatu populasi ukuran butir sedimen.
Sehingga dapat digunakan untuk interpretasi pengendapan dari sedimen tersebut.
Momen keempat digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya puncak
suatu kurva distribusi (peakkedness) atau kurtosis. Kurtosis dicari dengan
membagi momen keempat dengan pangkat empat dari standar deviasi.
Setelah semua data-data tersebut didapat maka dapat dibuat suatu diagram
histogram. Bila dalam diagram histogram tersebut terdapat satu puncak disebut
unimodal dan bila terdapat dua puncak disebut bimodal. Pada daerah endapan
pantai, endapan sungai yang halus, serta endapan gurun, pada umunya
mempunya grafik histogram yang unimodal. Selain itu kita pun harus membuat
kurva kumulatif yang merupakan hubungan antara % kumulatif dengan diameter
(phi).
1.2.3. Klasifikasi Ukuran Butiran

Sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir atau komposisi.


Ukuran sedimen diukur pada log basis 2 skala, yang disebut Phi skala, yang
mengklasifikasikan partikel berdasarkan ukuran dari koloid ke batu.
Pembagian berdasarkan ukuran butir digunakan sebagai awal untuk
mengklasifikasikan dan menamakan sedimen dan batuan sedimen klastik
terrigenous ; kerikil dan konglomerat tersusun oleh klastik berdiameter lebih
dari 2 mm, butir berukuran pasir antara 2 mm sampai 1/16 mm (63 m) ; lumpur
(termasuk lempung dan lanau) terdiri dari partikel berdiameter kurang dari 63
m.
Ada beberapa jenis skema dan pembagian kategori, tetapi sedimentologist
cenderung menggunakan Skala Wentworth untuk menentukan dan menamakan
endapan klastik terrigenous. Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth,
skema ini digunakan untuk klasifikasi materi partikel aggregate ( Udden 1914,
Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat berdasarkan faktor 2 ; contoh butiran
pasir sedang berdiameter 0,25 mm 0,5 mm, pasir sangat kasar 1 mm 2 mm,
dan seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan
distribusi alami partikel sedimen ; sederhananya, blok besar hancur menjadi dua
bagian, dan seterusnya.
Tabel : 1.4. Skala ukuran butir menurut Wentworth (1974)

Skala phi adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf Yunani
(phi) sering digunakan sebagai satuan skala ini. Dengan menggunakan
logaritma 2, ukuran butir dapat ditunjukkan pada skala phi sebagai berikut :
= log 2 (diameter butir dalam mm)
Tanda negatif digunakan karena biasa digunakan untuk mewakili ukuran
butir pada grafik, bahwa ukuran butir semakin menurun dari kanan ke kiri.
Dengan menggunakan rumus ini, butir yang berdiameter 1 mm adalah 0; 2mm
adalah -1, 4 mm adalah -2, dan seterusnya; ukuran butir yang semakin
menurun, 0,5 mm adalah +1, 0,25 mm adalah 2, dan seterusnya.
1.2.4. Mekanisme Transportasi Sedimen
Sedimen mengalami transportasi oleh sungai melalui tiga cara, yaitu
dengan mekanisme bed load, mekanisme suspended load dan mekanisme
dissolved load(Plummer dkk, 2003:231-232). Mekanisme bed load Partikel
partikel sedimen terangkut pada dasar sungai. Partikel-partikel tersebut
umumnya berukuran butir gravel sand. Pada mekanisme bed load ada
beberapa macam cara partikel-partikel tertransportasikan :
1.

Traksi,yaitu pengangkutan dengan cara terseret pada dasar sungai.

2.

Rolling,

partikel partikel tersebut tertransportasikan dengan cara

menggelinding di dasar sungai.


3.

Saltasi, partikel partikel tertransportasikan dengan cara melompat lompat


pada dasar sungai.

4.

Mekanisme suspended load, material material sedimen tertransportasikan


oleh sungai dengan cara melayang layang di atas dasar sungai oleh turbulensi
air. Material yang terangkut dengan cara ini umumnya berukuran butir lanau
sampai lempung.

5.

Mekanisme dissolved load, umumnya material yang tertransportasikan


dengan cara ini merupakan larutan hasil pelapukan kimia, misalnya ion ion
bikarbonat, kalsium, potassium, sodium, klorit, dan sulfat.

1.2.5. Proses Deposisi Pada Sungai

Proses

deposisi

berlangsung

apabila

sungai

tidak

dapat

lagi

mentrasportasikan material-material yang dibawanya. Menurut Thornbury


(1964, hal. 164165), hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain :

Penurunan kecepatan aliran sungai.

Adanya hambatan disepanjang channel, misalnya akibat adanya aliran lava


atau gerakan massa.

Penambahan material material yang ditransportasikan sungai.

Berkurangan debit aliran akibat perubahan iklim.

Proses deposisi yang berlangsung secara terus menerus dapat


membentuk dataran banjir, braided streams, endapan gosong, alluvial fan, dan
delta. Di samping air, angin juga merupakan pelaku dalam proses erosi. Erosi
oleh angin dibagi menjadi dua macam yaitu deflasi dan abrasi. Deflasi adalah
proses perpindahan materi permukaan bumi yang lepas-lepas disebabkan oleh
tiupan angin. Abrasi adalah pengikisan materi permukaan bumi oleh angin
dan butir-butir materi yang terangkut.

Hasil pengendapan oleh angin yang tebal dan luas dan terdiri dari
butir-butir kuarts, feldspar, mika dan kalsit berukuran butir lempung, lanau
dan pasir.

Gerakan Massa, yaitu proses berpindahnya tanah atau batuan disebabkan


oleh gaya gravitasi bumi.

Gerakan massa ada beberapa macam yaitu :

Creeping (rayapan tanah) yaitu gerakan massa tanah sepanjang bidang


batas dengan batuan induknya. Gerakannya sangat lambat, tidak dapat diikuti
dengan pengamatan mata langsung. Baru diketahui setelah nampak adanya
pohon atau tiang listrik/telpon yang miring.

Mudflow (aliran lumpur) yaitu gerakan massa yang relatif cair dan
gerakannya relatif cepat. Sebagai contohya adalah aliran lahar

Debrisflow(aliran bahan rombakan) yaitu gerakan massa bahan rombakan


yang kering dan bersifat lepas. Gerakannya relatif cepat

Rockfall(jatuhan batuan) dan debrisfall (jatuhan bahan rombakan) yaitu


gerakan massa batuan atau bahan rombakan yang jatuh bebas karena adanya
tebing terjal menggantung. Gerakannya cepat.

Debris slide dan Rock slide (Geseran bahan rombakan dan geseran batuan)
yaitu gerakan massa batuan atau bahan rombakan yang menggeser sepanjang
bidang rata dan miring, misalnya di sepanjang permukaan bidang lapisan
batuan.

Slump adalah geseran melalui bidang lengkung

Subsidence (Amblesan) adalah gerakan massa tanah atau batuan yang


relatif vertikal secara perlahan-lahan.

1.3. Alat, Bahan dan Prosedur Kerja


1.3.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan Analisis granulometri
ini adalah :
Timbangan Elektrik
Kegunaan dari timbangan elektrik ini adalah untuk mengukur berat sampel
dan cawan yang digunakan.

Gambar : 1.2. Timbangan elektrik.

Ayakan (mesh)
Kegunaan dari ayakan (mesh) adalah untuk memilah besar butir dari yang
paling halus hingga yang paling kasar. Ayakan yang digunakan berukuran 8,
16, 30, 50, 100, 200 dan Pan.

Gambar : 1.3. Ayakan (mesh).

Mesin ayak(sieve)
Kegunaan dari mesin ayak (sieve) adalah untuk mengayak mesh yang
digunakan agar masing-masing butir terlepas dari butiran lainnya sehingga
setiap butiran dapat terpilah dengan baik sesuai denggan ukuan mesh..

Gambar : 1.4. Mesin

ayak (sieve).

Cawan
Kegunaan dari cawan adalah sebagai wadah sampel sewaktu penimbangan.

Gambar : 1.5. Cawan.

Corong
Kegunaan dari corong adalah untuk kuartering sampel yang sudah digiling.

Gambar : 1.6. Corong.

Mortar
Kegunaan dari mortar adalah untuk menghaluskan dan memisahkan tiap butir
dari butiran lainnya.

Gambar : 1.7. Mortar.

Kuas
Kegunaan dari kuas adalah untuk membersihkan fragmen-fragmen lain yang
menempel pada ayakan.

Gambar : 1.8. Kuas.

1.3.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Sampel Pasir
Sampel pasir berfungsi sebagai bahan yang digunakan untuk analisa granulometri.
1.3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur-prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini


adalah :
1. Splitting (pemisahan)
Sampel terlebih dahulu dipisahkan dengan membuat sebuah sekat sebanyak 4
kolom. Kemudian lakukan kuartering pasir dengan menggunakan kertas
corong dan kertas pembatas tersebut, dengan tujuan untuk mendapatkan
sampel pasir dengan ukuran yang relatif beragam.
2. Penumbukan
Setelah dilakukan kuartering sampel pasir ditumbuk terlebih dahulu dengan
menggunakan mortar agar tiap-tiap butiran terlepas dari butiran lainnya, yang
bertujuan untuk memudahkan mesin ayak untuk memilah semua butir dengan
baik.

3. Penghitungan Berat Sampel


Setelah itu menghitung berat cawan dan sampel yang sudah di kuartering tadi.
Pada tahap ini berat sampel harus sebesar 100 gr.
4. Pengayakan
Sebelum mengayak sampel alat pengayak harus sudah dibersihkan terlebih
dahulu dengan menggunakan kuas agar tidak ada fragmen-framen lain yang
mengotori sampel. Kemudian, melakukan proses pengayakan dengan
menggunakan mesh yang berukuran 8, 16, 30, 50, 100, 200. Sampel harus
diayak selama lima menit dengan menggunakan mesin ayak (sieve).
5. Penyusunan Butir dan Penimbangan
Setelah sampel diayak selama 5 menit selanjutnya ambil butiran mulai yang
dari berukuran kasar sampai bottom pan, letakkan butiran tersebut diatas
kertas sesuai dengan ukurannya atau nomor urut dari ayakan lalu timbang
masing-masing butiran tersebut.
6. Pencatatan dan Pembuatan Grafik
Setelah sampel dipisahkan timbang sampel hasil ayakan yang sudah
dipisahkan. Hasil penimbangan kemudian dicatat pada lembar kolom yang
telah disediakan yang berisikan nomor urut, nomor mesh ayakan, diameter
ayakan, ukuran butir yang tertampung (pHi), berat masing-masing sampel,

persentase berat masing-masing terhadap berat sampel, persen frekuensi


kumulatif yaitu frekuensi yang diperoleh dengan cara menambahkan terus
menerus frekuensi yang kasar hingga kehalus.
7. Penentuan Harga Sortasi, Skewness, dan Kurtosis
Penentuan harga sortasi, skewness, dan kurtosisdapat dilakukan dengan cara
grafis atau dengan perhitungan.
1.4. Hasil dan Pembahasan
Dari kegiatan yang telah dilakukan dilaboratorium sedimentologi Institut
Teknologi Medan, tentang analisa granulometri maka dapat diketahui berat
sampel pasir awal sebanyak 100 gram, namun setelah dilakukan proses
pengayakan berat sampel sebelumnya berkurang menjadi 99,78 gram. Pengayakan
ini dilakukan selama 5 menit dengan menggunakan pengayak (shaker). Sampel
hasil pengayakan dibagi kedalam semua ukuran mesh dari mesh berukuran 8, 16,
30, 50, 100, 200 sampai Pan. Sebelumnya dilakukan juga penimbangan berat
cawan yaitu sebesar 43,69 gram, dan pada saat sampel yang belum diayak
ditimbang menggunakan cawan menjadi 143,69 gram.
Berikutadalahhasilpenimbanganberatsampel yang terbagidalamsetiapukuran
mesh yang digunakandalampengayakansampel.
Tabel:1.5.BeratSampel (dalam gram) HasilPengayakan.
No. Mesh

Berat Sampel

0,51 gram

16

2,59 gram

30

14,55 gram

50

52,65 gram

100

15,96 gram

200

12,44 gram

Pan

1,12 gram

TotaL

99,78 gram

Kemudiandarihasilpenimbanganberatsampeltersebut,
dilakukandalamperhitunganpersentasedanpersentasekumulatifberatsampelpadama
sing-masing mesh termasuk pan sertapenentuankelas interval dannilaitengahnya.

Dalam pengolahan data pada analisa granulometri, dapat digunakan beberapa


metode. Pada laboratorium Sedimentologi digunakan metode statistik.
Perhitungan data ini dilakukan untuk menentukan nilai Mean (x), Standar
Deviasi (), Skewness () dan Kurtosis ().
Mean size(x) adalah harga rata-rata statistik yang mewakili seluruh data yang
didapatkan (representatif).
Standar deviasi () merupakan suatu nilai statistik sampai sejauh mana besar
butir suatu populasi menyimpang dari nilai rata-rata. Nilai deviasi kecil
menunjukkan bahwa sortasinya semakin baik.
Skewness () merupakan ukuran tingkat simetrinya penyebaran besar butir
atau arah condongnya penyebaran besar butir. Skewness positif apabila
mempunyai kecenderungan ke arah kasar. Skewness negatif apabila mempunyai
kecenderungan ke arah halus.
Kurtosis() merupakan derajat kemencengan terhadap suatu penyebaran normal.
Semakin tinggi harga kurtosisnya, maka grafiknya akan semakin mancung dan hal
ini menunjukkan bahwa sortasinya semakin baik.
Tablel : 1.6.Data HasilPerhitunganBeratSampel
No. Mesh

Berat Sampel

0,92 gram

16

9,70 gram

30

47,21 gram

50

29,27 gram

100

Nilai Tengah

(FM)

(M-X)

-1,75

-1,61

-2,37

-0,75

-7,27

-1,37

0,25

11,80

-0,37

(0,75) ~ (1,75)

1,25

36,58

0,62

7,10 gram

(1,75) ~ (2,75)

2,25

15,97

1,62

200

1,26 gram

(2,75) ~ (3,75)

3,25

4,09

2,62

Pan

0,60 gram

(3,75) ~ (4,75)

4,25

2,55

3,62

Total

96,06 gram

62,12

4,41

Metode Perhitungan Data :


Mean (x)

Kelas Interval
(-2,25) ~ (1,25)
(-1,25) ~ (0,25)
(-0,25) ~
(0,75)

x=

F (m)
100

Standar Deviasi ()
=

F ( mx ) 2
F

Skewness ()
=

F ( mx ) 3
3. F

Kurtosis ()
=

F ( mx ) 4
4. F

Berdasarkan data hasil analisa pengolahan data, maka akan didapatkan nilai
nilai dariStandar Deviasi(), Skewness () dan Kurtosis () dari sampel yang di
analisa.
Standar deviasi () adalah suatu nilai statistik sampai sejauh mana besar butir
suatu populasi menyimpang dari harga rata-rata.yang bernilai 0,88, dari nilai
0,88 kita dapat mengetahui bahwa sampel pasir yang dianalisa memiliki tingkat
sortasi atau pemilahan besar butir yang sedang, karena semakin besar nilai
Standar deviasinya maka sortasi semakin buruk begitupun sebaliknya jika nilai
standar deviasinya semakin kecil maka sortasinya akan baik.
Tabel : 1.7. Nilai sortasi menurut Folk dan Ward(1957).
Standar Deviasi
< 0.35
0.35 0.50
0.50 0.71
0.71 1.00
1.00 2.00
2.00 4.00
> 4.00

Sortasi
Very well sorted
Well sorted
Moderetely well sorted
Moderetely sorted
Poorly sorted
Very poorly sorted
Extremely poorly sorted

( ) = 0,79 = 0,88

Skewness ()merupakan ukuran tingkat simetrinya penyebaran besar butir atau


arah condongnya penyebaran besar butir. Skewness positif apabila mempunyai
kecenderungan kearah kasar, dan Skewness negatif apabila mempunyai
kecenderungan kearah halus. Dan hasil didapat pada laboratorium bernilai0,74,

artinya tingkat kecenderungan simetri penyebaran besar butir cenderung kasar,


dan dengan demikian dapat diperkirakan endapannya terjadi dilaut.
Tabel : 1.8. Nilai skewness menurut Folk dan Ward(1957).
Nilai Skewness
+1.0 sd +0,3
+0,3 sd +0,1
+0,1 sd -0,1
-0,1 sd -0,3
-0,3 sd -1,0

Klasifikasi
Very fine skewness
Fine skewness
Near symmetrical
Coarse skewness
Very coarse skewness

( ) = 0,74

Kurtosis ()merupakan kemencengan terhadap suatu penyebaran normal. Dan


hasil yang didapat dilaboratorium bernilai 4,85, artinya grafik kurtosisakan
semakin mancung dan sampel memiliki sortasi yang baik.

Tabel : 1.9. Nilai kurtosis menurut Folk dan Ward(1957).


Nilai Kurtosis
<0,67
0,67 0,90
0,90 1,11
1,11 1,50
1,50 3,00
>3,00

Klasifikasi
Very platycurtic
Platycurtic
Mesokurtic
Leptokurtic
Very leptokurtic
Extremely leptokurtic

( ) = 4,85

60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%

Berat Persen

0.00%
-1,25

-0,75

0,75

1,75

2,75

3,75

>3,75

Diameter Phi
Gambar 1.9. Kurva frekuensi kurtosis berat persen vs diameter phi.
120.00%

Persen Kumulatif

Zone of Mixing
100.00%
80.00%
60.00%

Swash - Backwash

Traksi

40.00%

Saltation 1

20.00%
0.00%
-1,25

-0,75

0,75

1,75
2,75
Diameter
Phi

3,75

>3,75

Gambar 1.10. Kurva probabilitas persen kumulatif vs diameter phi

Endapan sungai terdiri dari dua populasi yaitu endapan traksi dan suspensi.
Endapan pantai ternyata lebih kompleks, hal ini disebabkan pada lingkungan

pengendapan ini terdapat backwash, populasi endapannya dapat berupa saltasi,


rolling, traksi maupun suspensi. Pada endapan estuari ataupun delta akan
menunjukkan populasi yang lebih kompleks, karena dipengaruhi berbagai macam
arus seperti arus pasang-surut, arus sungai, gelombang laut yang arahnya bolakbalik, sehingga menimbulkan proses pengendapan yang lebih kompleks lagi.
Berdasarkan dari interpretasi kurva kumulatif menurut (Fisher,1969) setelah
dikorelasikan dengan hasil kurva yg dianalisa dapat diinterpretasikan lingkungan
pengendapan sedimen ini adalah pada lingkungan pantai yang dipengaruhi oleh
proses sedimentasi saltasi, traksi, rolling maupun suspensi. Pada lingkungan ini
arus yang bekerja adalah arus pasang-surut, gelombang yang arahnya bolak-balik
dan arus traksi pantai.

You might also like