You are on page 1of 9

PRESENTASI KASUS

Terapi Oksigen untuk Memperbaiki Saturasi


Oksigen pada Pasien Eklampsi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Anestesiologi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Dokter Pembimbing :
Dr. Mahmud, Sp. An
Disusun Oleh :
Putri Annisa
20154012016
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIOLOGI
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama

: Nn. V

Umur

: 19 Tahun

Alamat

: Bantul

Tanggal Masuk

: 28 Maret 2016

2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesk nafas, kaki bengkak dan pusing.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS PKU Kota dengan keluahan sesak nafas, kaki bengkak dan
pusing setelah post partum 2 minggu yang lalu dengan riwayat PEB. Saat di ruang IMC
pasien kejang 2 kali dan SPO2 pasien 93%
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi pada masa kehamilan (+), riwayat DM (-), riwayat alergi
makanan/ alergi obat/ asma bronkhiale (-), riwayat penyakit jantung (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat alergi makanan/ alergi obat/ asma
bronkhiale (-), riwayat penyakit jantung (-)
2. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a. Keadaan
Umum

: Lemah

Kesadaran

: Somnolen

b. Vital Sign
Tekanan Darah

: 147/99 mmHg

Nadi

: 134x/menit

Respirasi

: 36x/menit

Suhu

: 36,8 o C

GCS

: E3 V3 M3

c. Kepala
Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung

: cuping -/-, epistaksis -/-

Mulut

: gigi goyang (-), massa (-), gigi palsu (-), kawat gigi (-)

Bibir

: sianosis (-), kering (-)

d. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), eritema (-), nyeri tekan (-)
e. Thorax
COR

: S1S2 reguler

Pulmo

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

f. Abdomen
Supel (+), bising usus (-), Nyeri tekan (-), terdapat jejas di punggung kanan
g. Ekskremitas
Akral hangat
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Lengkap
Hb

: 10,7 g/dl

MCV

: 73,1

Leukosit

: 12,9 rb/uL

Trombosit

: 459 rb/uL

GDS

: 154 mg/dl

Ureum

: 15 mg/dl

Kreatinin

: 0,9 mg/dl

SGOT

: 31 u/l

SGPT

: 14 u/l

4. STATUS PASIEN
1. Diagnosis Pasien: Post partum et causa eklampsia
5. LEMBAR OBSERVASI (28-3-2016)
Jam
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30

SPO2(%)
93
93
93
94
95
92
99

11.45
98
12.00
99
Tipe ventilasi: Binasal (nasal kanul)
6. MASALAH YANG DIKAJI
Bagaimana memperbaiki saturasi pasien yang menurun?
7. PEMBAHASAN
1. Eklampsia
Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari preeclampsia yang disertai dengan
keadaan kejang tonik-klonik (grand mal) yang disusul dengan koma. Kejang di sini
bukan akibat kelainanneurologis (saraf) dan dapat muncul sebelum, selama, dan
setelah kehamilan. Namun kejangyang timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama
pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari postpartum.
Gejala Klinis Eklampsia:
1. Tekanan darah sistolik 140 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu
2. Tekanan darah diastolik 90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu
3. Edema pretibia
4. Proteinuria 300 mg/ 24 jam atau +1 dengan menggunakan dipstick
Eklampsia ada munculnya gejala-gejala klinis di atas ditambah dengan adanya kejang.
Kejang ini bersifat tonik klonik.
Stadium eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :
1. Stadium Invasi (tingkat awal atau aura).
Mula-mula gerakan kejang dimulai pada daerah sekitar mulut dan gerakangerakan kecil pada wajah. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak -mata dan
tangan bergetar. Setelah beberapa detik seluruh tubuh menegang dan kepala
berputar ke kanan dan ke kiri. Hal ini berlangsung selama sekitar 30 detik.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, dan
lidah dapat tergigit.Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam tempo
yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, lidah dapat tergigit,
mata melotot, muka kelihatan kongesti,dan sianotik. Kejang klonik ini dapat

demikian hebatnya hingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Setelah
berlangsung selama 1 -2 menit, kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Koma berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam. Secara perlahan-lahan
penderita mulai sadar kembali. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan
baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
Penanganan Kejang pada eklampsia:
Berikan obat anti konvulsan.
Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker oksigen,
oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
Aspirasi mulut dan tenggorokan.
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi risiko
aspirasi.
Berikan oksigen 4-6 liter.
2. Saturasi Oksigen (SO2)
a. Pengertian
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 100 %. Dalam kedokteran
,oksigen saturasi (SO2), untuk mengukur persentase oksigen yang diikat oleh
hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah,
sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian
darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh.
b. Pengukuran Saturasi Oksigen
Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan
oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap
perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak. Adapun cara pengukuran
saturasi oksigen antara lain :

Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2
rendah ditandai dengan sianosis. Oksimetri nadi digunakan dalam banyak
lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan pada area

diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi oksigen selama

prosedur.
Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak mengkonsumsi
oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di bawah 60%, menunjukkan bahwa
tubuh adalah dalam kekurangan oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran
ini sering digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru (Extracorporeal
Sirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak aliran darah

pasien yang diperlukan agar tetap sehat.


Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah
dekat. Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran tentang oksigenasi jaringan

dalam berbagai kondisi.


Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen
yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa.

Pemantauan saturasi O2 yang sering adalah dengan menggunakan oksimetri nadi


yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam pemantauan
klinis. Untuk pemantauan saturasi O2 yang dilakukan di perinatalogi (perawatan
risiko tinggi ). Alat ini merupakan metode langsung yang dapat dilakukan di sisi
tempat tidur, bersifat sederhana dan non invasive untuk mengukur saturasi O2 arterial.
c. Alat yang digunakan dan tempat pengukuran
Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi
cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe,
kedua diode ini mentransmisikan cahaya merah dan inframerah melewati
pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau daun telinga, menuju fotodetektor
pada sisi lain dari probe.
d. Faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi Kozier (2010) menjelaskan beberapa
faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi:
Haemoglobin (Hb)
Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah maka akan
menunjukkan nilai normalnya. Misalnya pada klien dengan anemia

memungkinkan nilai SpO2 dalam batas normal


Sirkulasi
Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang di

bawah sensor mengalami gangguan sirkulasi.


Aktivitas
Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat

menggangu pembacaan SpO2 yang akurat.


3. Terapi Oksigen

a. Pengertian
Terapi oksigen adalah memberikan oksigen melalui saluran pernafasan dengan
alat agar kebutuhan oksigen dalam tubuh terpenuhi yang ditandai dengan
peningkatan saturasi oksigen.
Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan pemberian terapi O2 adalah:
1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
b. Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yang diikuti gangguan
metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia, secara umum pada:
Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun
Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam, bernafas

dengan otot tambahan)


Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)

c. Metode pemberian Oksigen:


1) Kateter Nasal
Oksigen: Aliran 1 -6 liter/ menit menghasilkan oksigen dengan
konsentrasi 24-44% tergantung pola ventilasi pasien. Bahaya : Iritasi
lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan distensi lambung,
epistaksis
2) Kanula Nasal
Oksigen: Aliran 1 -6 liter / menit menghasilkan 02 dengan konsentrasi 24
-44 % tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya: Iritasi hidung,
pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis.
3) Sungkup muka sederhana
Oksigen: Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan 0 2 dengan konsentrasi 40
-60 %. Bahaya: Aspirasi bila muntah, penumpukan C02 pada aliran 02
rendah, Empisema subcutan kedalam jaringan mata pada aliran 02 tinggi
dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
4) Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02
Oksigen: Aliran 8-12 l/menit menghasilkan oksigen dengan konsentrasi 60
-80%. Bahaya: Terjadi aspirasi bila muntah, empisema subkutan kedalam
jaringan matapada aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka
dipasang terlalu ketat.
5) Sungkup muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02
Oksigen: Aliran 8-12 l/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %. Bahaya:
Sama dengan sungkup muka "Rebreathing"

KESIMPULAN
Pada pasien ini terjadi penurunan saturasi oksigen menjadi 93%. Saturasi oksigen
adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen
normal adalah antara 95 100 %. Terapi oksigen adalah memberikan oksigen melalui saluran
pernafasan dengan alat agar kebutuhan oksigen dalam tubuh terpenuhi yang ditandai dengan
peningkatan saturasi oksigen. Pada pasien ini diberikan terapi oksigen dengan binasal (nasal
kanul) dan terjadi peningkatan saturasi oksigen pada pasien menjadi 99%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F. Gary. Pregnancy Hypertension in Williams Obstetric 23rd. USA : Mc
Graw Hill. 2010
2. Gaol, HL., Prayambodho. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat, Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius
3. Pramono, A. 2016. Anestesi, Buku Kuliah. Jakarta: EGC
4. Ross,
MG.
2010.
Eclampsia.
Medscape.
5.

Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/253960-overview [accesed at 14 April 2016]


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-anatriwija-7592-3-babiisa.pdf

You might also like