You are on page 1of 7

PRESENTASI KASUS

PENGGUNAAN LMA PADA GENERAL


ANESTESI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan
Klinik di Bagian Anestesiologi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Dokter Pembimbing :
Dr. Mahmud, Sp. An
Disusun Oleh :
Vivian Resiana
20154012009
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIOLOGI
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama

: Nn. N

Umur

: 18 Tahun

Alamat

: Notoprajan, Yogyakarta

Tanggal Masuk

: 28 Februari 2016

Tanggal Operasi : 29 Februari 2016


2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri di lengan bawah kanan setelah kecelakaan lalu lintas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah rujukan dari RS PKU Bantul dengan keluhan nyeri di lengan
bawah kanan setelah kecelakaan lalu lintas. Demam (-), mual (-), muntah (-), pusing
(-), pingsan (+)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat alergi makanan/ alergi obat/
asma bronkhiale (-), riwayat penyakit jantung (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat alergi makanan/ alergi obat/
asma bronkhiale (-), riwayat penyakit jantung (-)

2. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a. Keadaan
Umum

: Tampak Kesakitan

Kesadaran

: Compos Mentis

b. Vital Sign
Tekanan Darah

: 124/83 mmHg

Nadi

: 59x/menit

Respirasi

: 18x/menit

Suhu

: 36,3 o C

GCS

: E4 V5 M6

c. Kepala
Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung

: cuping -/-, epistaksis -/-

Mulut

: gigi goyang (-), massa (-), gigi palsu (-), kawat gigi (-)

Bibir

: sianosis (-), kering (-)

d. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), eritema (-), nyeri tekan (-)
e. Thorax
COR

: S1S2 reguler

Pulmo

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

f. Abdomen
Supel (+), bising usus (-), Nyeri tekan (-), terdapat jejas di punggung kanan
g. Ekskremitas
Nyeri di tangan kanan

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Lengkap
Hb

: 12,2 g/dl

Hematokrit

: 37 %

Leukosit

: 13,6 rb/uL

Eritrosit

: 4,93 juta/uL

Trombosit

: 280 rb/uL

Hitung Jenis
Eosinofil

:0%

Basofil

:1%

Netrofil

: 88 %

Limfosit

:8%

Monosit

:3%

4. STATUS PASIEN
1. Diagnosis Pasien pre Operasi

: Close Fraktur Complete Radius Ulna

Dextra 1/3 Proximal


2. Status Operasi

: ASA 1

3. Nama Operasi

ORIF

(Open

Reduction

Internal

Fixation)
5. TINDAKAN ANESTESI
1. Keadaan Pre Operasi
Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 105/70 mmHg

Nadi

:80x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,5 o C
2. Jenis Anestesi

Teknik

: General Anestesi dengan penggunaan LMA

Obat

: Sevofluran

Pemeliharaan : O2 dan N2O


6. MASALAH YANG DIKAJI
Mengapa pada pasien ini diberi penggunaan LMA dan bukan ET?
7. PEMBAHASAN
1. LMA
LMA adalah singkatan dari laryngeal mask airway. LMA merupakan alat yang
digunakan untuk manajemen saluran napas yang dimasukkan ke dalam hipofaring.
Penggunaan LMA pada general anestesi dapat mengurangi risiko aspirasi dan
regurgitasi. Terdapat bermacam-macam jenis LMA, ada yang terbuat dari karet dan
bisa digunakan berulang kali dan ada juga yang terbuat dari plastik yang hanya bisa

digunakan sekali saja. Bentuk LMA melengkung dan mengikuti anatomi saluran
napas pada manusia. Keuntungan LMA dibanding ET adalah berkurangnya risiko
stridor pasca operasi
Indikasi penggunaan LMA :
1. Sulit menggunakan masker pada pasien
2. Pasien gagal diintubasi dan mengalami kesulitan ventilasi
3. Pasien memerlukan penanganan jalan napas namun tidak ada tenaga medis
yang terlatih untuk intubasi dengan ET
4. Pasien di anestesi dan tidak diberikan muscle relaxant
Kontraindikasi penggunaan LMA :
1. Terdapat obstruksi komplit jalan napas atas
2. Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung
3. Tahanan jalan napas yang besar
4. Kelainan pada oropharynx
5. Ventilasi paru tunggal
Prosedur pemasangan LMA :
1. Oksigenasi pasien dengan sungkup muka, beri jelly pelicin pada ujung
distal LMA.
2. Pegang LMA seperti posisi memegang pulpen. Masukkan LMA kedalam
mulut sampai terasa ada tahanan. Adanya tahanan menunjukkan bahwa ujung distal
LMA sudah sampai di hipofaring.
3. Gembungkan LMA menggunakan spuit. Pengembangan ini akan mendorong
sungkup menutupi lubang trakhea dan menyebabkan udara mengalir lewat pipa masuk
kedalam trakhea.
4. Fiksasi LMA dengan plester
2. ET
ET adalah singkatan dari endotracheal tube. ET merupakan pipa yang
dimasukkan ke dalam trakhea sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah
dibantu atau dikendalikan melalui mulut.
Indikasi pemasangan ET :
1. Ada obstruksi jalan napas atas
2. Pasien memerlukan bantuan napas dengan respirator
3. Pemberian anestesi dengan muscle relaxant

4. Terdapat banyak sputum dan pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri.


5. Pasien memerlukan bantuan ventilasi dalam waktu panjang
6. Pasien tidak bisa mempertahankan jalan napasnya sendiri karena hilangnya
refleks, misalnya pada pasien dengan GCS < 8
Kontraindikasi pemasangan ET :
Tidak ada kontraindikasi yang absolut, namun edema jalan napas bagian atas
yang buruk atau fraktur wajah dan leher dapat menjadi kontraindikasi pemasangan
ET.
1. Ekstensi kepala dan chin lift
2. Berikan peroksigenasi dengan oksigen 100%
3. Kembangkan balon pada pipa ET untuk memastikan bahwa balon tidak bocor
4. Pasang laringoskop dengan tangan kiri lalu masukkan laringoskop pada
bagian kanan mulut pasien dan geser lidah ke sebelah kiri
5. Identifikasi epiglotis dan plica vocalis
6. Masukkan ET kedalam trakea tanpa menekan gigi dan jaringan mulut
7. Kembangkan ET menggunakan spuit, sambungkan ET ke bag-pompa lalu
pompa untuk melihat pengembangan paru
8. Auskultasi dada kiri dan kanan untuk memeriksa apakah bunyi napas simetris.
Auskultasi abdomen untuk memeriksa apakah pipa masuk kedalam lambung.
9. Fiksasi ET dengan plester
3. Apakah pada Pasien ini Sudah Tepat?
Pasien ini dianestesi dengan teknik general anestesi dan penggunaan LMA.
Penggunaan LMA pada pasien ini sesuai dengan indikasi LMA yaitu operasi dengan
tanpa diberikan muscle relaxant, GCS pasien juga >8. Pasien tidak menggunakan ET
karena pada pembedahan yang dilakukan kepada pasien tidak menggunakan muscle
relaxant dan hal tersebut akan berpotensi menimbulkan komplikasi setelah
pemasangan ET pada pasien.
8. KESIMPULAN
LMA merupakan alat yang digunakan untuk manajemen saluran napas yang
dimasukkan ke dalam hipofaring. ET merupakan pipa yang dimasukkan ke dalam
trakhea sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah dibantu atau
dikendalikan melalui mulut.

Penggunaan LMA pada pasien ini bisa dianggap tepat karena sudah sesuai
dengan indikasi pemasangan LMA di atas.
9. DAFTAR PUSTAKA
- Pramono, A. 2016. Anestesi, Buku Kuliah. Jakarta: EGC
-Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
-Kong, M, et al. 2016. Laryngeal Mask Airway Without Muscle Relaxant in Femoral
Head Replacement in Elderly Patients. Pubmed. 11(1):65-68
-https://www.nlm.nih.gov/medlineplus?ency/article/003449.htm

You might also like