Professional Documents
Culture Documents
Dokter Pembimbing :
Dr. Mahmud, Sp. An
Disusun Oleh :
Vivian Resiana
20154012009
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIOLOGI
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
1. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama
: Nn. N
Umur
: 18 Tahun
Alamat
: Notoprajan, Yogyakarta
Tanggal Masuk
: 28 Februari 2016
2. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a. Keadaan
Umum
: Tampak Kesakitan
Kesadaran
: Compos Mentis
b. Vital Sign
Tekanan Darah
: 124/83 mmHg
Nadi
: 59x/menit
Respirasi
: 18x/menit
Suhu
: 36,3 o C
GCS
: E4 V5 M6
c. Kepala
Mata
Hidung
Mulut
: gigi goyang (-), massa (-), gigi palsu (-), kawat gigi (-)
Bibir
d. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), eritema (-), nyeri tekan (-)
e. Thorax
COR
: S1S2 reguler
Pulmo
f. Abdomen
Supel (+), bising usus (-), Nyeri tekan (-), terdapat jejas di punggung kanan
g. Ekskremitas
Nyeri di tangan kanan
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Lengkap
Hb
: 12,2 g/dl
Hematokrit
: 37 %
Leukosit
: 13,6 rb/uL
Eritrosit
: 4,93 juta/uL
Trombosit
: 280 rb/uL
Hitung Jenis
Eosinofil
:0%
Basofil
:1%
Netrofil
: 88 %
Limfosit
:8%
Monosit
:3%
4. STATUS PASIEN
1. Diagnosis Pasien pre Operasi
: ASA 1
3. Nama Operasi
ORIF
(Open
Reduction
Internal
Fixation)
5. TINDAKAN ANESTESI
1. Keadaan Pre Operasi
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 105/70 mmHg
Nadi
:80x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 o C
2. Jenis Anestesi
Teknik
Obat
: Sevofluran
digunakan sekali saja. Bentuk LMA melengkung dan mengikuti anatomi saluran
napas pada manusia. Keuntungan LMA dibanding ET adalah berkurangnya risiko
stridor pasca operasi
Indikasi penggunaan LMA :
1. Sulit menggunakan masker pada pasien
2. Pasien gagal diintubasi dan mengalami kesulitan ventilasi
3. Pasien memerlukan penanganan jalan napas namun tidak ada tenaga medis
yang terlatih untuk intubasi dengan ET
4. Pasien di anestesi dan tidak diberikan muscle relaxant
Kontraindikasi penggunaan LMA :
1. Terdapat obstruksi komplit jalan napas atas
2. Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung
3. Tahanan jalan napas yang besar
4. Kelainan pada oropharynx
5. Ventilasi paru tunggal
Prosedur pemasangan LMA :
1. Oksigenasi pasien dengan sungkup muka, beri jelly pelicin pada ujung
distal LMA.
2. Pegang LMA seperti posisi memegang pulpen. Masukkan LMA kedalam
mulut sampai terasa ada tahanan. Adanya tahanan menunjukkan bahwa ujung distal
LMA sudah sampai di hipofaring.
3. Gembungkan LMA menggunakan spuit. Pengembangan ini akan mendorong
sungkup menutupi lubang trakhea dan menyebabkan udara mengalir lewat pipa masuk
kedalam trakhea.
4. Fiksasi LMA dengan plester
2. ET
ET adalah singkatan dari endotracheal tube. ET merupakan pipa yang
dimasukkan ke dalam trakhea sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah
dibantu atau dikendalikan melalui mulut.
Indikasi pemasangan ET :
1. Ada obstruksi jalan napas atas
2. Pasien memerlukan bantuan napas dengan respirator
3. Pemberian anestesi dengan muscle relaxant
Penggunaan LMA pada pasien ini bisa dianggap tepat karena sudah sesuai
dengan indikasi pemasangan LMA di atas.
9. DAFTAR PUSTAKA
- Pramono, A. 2016. Anestesi, Buku Kuliah. Jakarta: EGC
-Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
-Kong, M, et al. 2016. Laryngeal Mask Airway Without Muscle Relaxant in Femoral
Head Replacement in Elderly Patients. Pubmed. 11(1):65-68
-https://www.nlm.nih.gov/medlineplus?ency/article/003449.htm