You are on page 1of 13

1.1.

Ergonomi

1.1.1.1 Definisi 3
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja,
nomos yang berarti peraturan/hukum. Jadi secara harfiah ergonomi diartikan
sebagai Ilmu aturan tentang Kerja. Pada mulanya di beberapa negara digunakan
istilah yang berbeda, seperti :

Arbeitswissenschaft (ilmu pengetahuan tentang kerja) di Jerman

Biotecgnology dari negara-negara Skandinavia

Human factor engineering atau Personal Research di Amerika Utara


Hasil lokakarya tentang penyusunan norma-norma Ergonomi di tempat

kerja pada tahun 1978 merumuskan ergonomi sebagai berikut :


Ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal mungkin.
Didalam ergonomi terkandung makna penyerasian jenis pekerjaan dan
lingkungan kerja terhadap tenaga kerja atau sebaliknya. Hal ini terkait dengan
penggunaan teknologi yang tepat sesuai dengan jenis pekerjaan serta didukung
lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat sehingga tercapai eisiensi
efektifitas dan produktivitas maksimal.

1.1.1.2 Aspek Ergonomi


Terdiri dari dua aspek :
1

Faktor Manusia
Manusia dalam suatu sistem kerja menjadi pelaku atau pengguna sebagai titik
sentral, sehingga perancangan berpusat pada manusia. Sebagai titik sentral
maka unsur keterbatasan manusia menjadi patokan dalam penataan produk
yang ergonomi. Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor pembatas
yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan
sehat :
1. Faktor dari dalam
Yang termasuk faktor dalam berasal dari manusia seperti : umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan lainnya.
2. Faktor dari luar
Faktor luar berasal dari luar manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan
kerja, sosial ekonomi, adat istiadat dan lain sebagainya.
-

Sarana Kerja
Sarana kerja dibuat sesuai dengan penggunanya sehingga pekerja atau

pengguna menjadi nyaman, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi kerja yang
optimal, sehingga menghindari kelelahan kerja dan kecelakaan kerja.

1.1.1.3 Anthropometri 1,2


Antropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis terhadap
tubuh manusia, terutama mengenai dimensional ukuran dan bentuk tubuh
manusia. Antropometri digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu
sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna. Antropometri digunakan

untuk mendapatkan suatu bentuk rancang bangun yang ergonomi dimana manusia
sebagai titik sentralnya. Ukuran alat kerja erat dengan tubuh pengguna, jika alat
kerja tersebut tidak sesuai dengan ukuran tubuh tenaga kerja, maka tenaga kerja
tersebut akan tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja, sehingga timbul
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot akibat melakukan pekerjaan dengan cara
yang tidak alamiah.

Gambar 1.1 Contoh Antropometri di Meja Kerja

1.1.1.4 Sikap Tubuh dalam Bekerja 4


Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana
kerja, akan menentukan efisiensi, efektifitas dan produktifitas kerja, selain SOP
(standard operating procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau
barang yang melebihi jangkauan tangan, harus dihindari.

Apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus diupayakan agar beban
statiknya diperkecil. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang
yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu
tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Tanpa disadari,
tenaga kerja tersebut akan sedikit membungkuk saat melakukan pekerjaanya. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan lokal di daerah pinggang dan bahu,
yang pada akhirnya akan menimbulkan nyeri pinggang dan nyeri bahu, namun
karena penderitanya tidak mencolok maka biasanya keluhan tersenbut dianggap
bukan masalah, tetapi kerugian yang ditimbulkanya bias berwujud hilangnya
jam kerja, terhambatnya produksi dan lainnya. Pada waktu bekerja diusahakan
agar bersikap secara alamiah dan bergerak optimal.

Gambar 1.2 Sikap Tubuh yang Baik dan Tidak Baik

Dalam sistem kerja angkat dan angkut, sering dijumpai nyeri pinggang
sebagai akibat kesalahan dalam mengangkat maupun mengangkut, baik itu
mengenai teknik maupun berat / ukuran beban. Nyeri pinggang dapat pula terjadi
sebagai sikap paksa yang disebabkan karena penggunaan sarana kerja yang tidak
sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya
keserasian antara ukuran tubuh pekerja dengan bentuk dan ukuran sarana kerja,
sehingga terjadi pembebanan setempat yang berlebihan di daerah pinggang dan
inilah yang menyebabkan nyeri pinggang akibat kerja.

Gambar 1.3 Pekerjaan Angkat dan Angkut


Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang
diperkenankan, agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja, sesuai dengan
peraturan menteri tenaga kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.Per. 01/MEN/1978
tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam Penebangan dan Pengangkutan
kayu.

Gambar 1.4 Beban Maksimun dalam pekerjaan Angkat-angkut


Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomis adalah yang
memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja yang dapat
dilakukan antara lain dengan cara:
a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam bekerja.
b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya.
c. Perlu dibuat dan ditentukan criteria ukuran baku tentang peralatan kerja
yang sesuai dengan ukuran antopomentri tenaga kerja penggunanya.
d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara
bergantian.

1.1.1.5 Manusia Mesin 4


Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan
suatu hubungan timbale balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai
sarana kejanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat
sehingga merupakan satu kesatuan. Secara ergonomis, hubungan antara manusia
dengan mesin haruslah merupakan suatu hubungan yang selaras, serasi dan sesuai.
Fungsi manusia dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian
produksi ini adalah sebagai pengarah atau pengendali jalanya mesin tersebut.
Manusia menerima informasi dari mesin melalui indera mata untuk membuat
keputusan untuk menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui kendali yang
ada pada mesin itu. Pada umumnya setiap mesin sudah mempunyai prosedur
standar pengoperasiannya. Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk

kemudian untuk menjalankan tugasnya. Desain alat kendali yang baik pada mesin
merupakan salah satu faktor yang penting yang akan mempengaruhi manusia
sebagai operator.

1.1.1.6 Pengorganisasian Kerja 5


Pengorganisasian kerja menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja
lembur dan lainnya yang menentukan kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.
Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik. Jam kerja
tidak lebih dari 8 jam per hari, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan
grup kerja baru atau kerja shif.
Kerja lembur sebaiknya ditiadakan karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktifitas kerja dan meningkatkan angka kecelakaan kerja dan sakit.

1.1.1.7 Pengendalian Lingkungan Kerja 5


Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi merupakan factor pendorong
bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang buruk
(melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan), yang melebihi toleransi
manusia untuk menghadapinya, tidak hanya akan menurunkan produktifitas kerja
tetapi juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja,
pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaanya
tidak

mendapat

rasa

aman,

nyaman,

sehat

dan

selamat.

terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap

kesehatan, keselamatan dan efisiensi serta produktifitas kerja, yaitu faktor fisik
seperti: pengaruh kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran; faktor kimia
seperti pengaruh bahan kimia, gas, uap, debu; faktor fisiologis seperti: sikap dan
cara kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur; factor
psikologis seperti: suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan factor
biologis seperti: infeksi karena bakteri, jamur, virus dan cacing.
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan / cara, yaitu pengendalian secara teknik, pengendalian secara
administratife dan pengendalian dengan pemberian alat pelindung diri (APD).
Banyak dijumpai adanya tenaga kerja

yang enggan mengguanakan APD,

meskipun di tempat kerjanya terjadi pencemaran bahan kimia di udara tempat


kerja.

1.1.1.8 Kelelahan Kerja 1


Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana,
dan lingkungan kerja merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak
ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah sebagai
penyebab timbulnya kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat diakibatkan oleh
pembebanan kerja yang berlebihan antara lain irama kerja yang tidak serasi,
pekerjaan monoton, dan kondisi tempat kerja yang tidak menggairahkan.
Kelelahan (fatigue) merupakan kondisi melamahnya tenaga untuk
melakukan suatu kegiatan. Kelelahan dibagi menjadi 2 macam:

1. Kelelahan otot (muscular fatigue)


2. Kelelahan umum (general fatigue)
Kelelahan otot ditandai dengan nyeri, seperti ketegangan otot, dan sakit di
sekitar sendi. Kelelahan umum ditandai dengan kaluhan perasaan lamban dan
keengganan beraktivitas. Menurut para ahli, terdapat keterkaitan antara kelelahan
dengan tingkat stress. Hal ini dapat ditunjukkan melalui reaksi tubuh terhadap
jenis stress yang berbeda-beda.

Gambar 2.5 Pengaruh Faktor Lingkungan Kerja ditempat Kerja


DAFTAR PUSTAKA

1. Budiono Sugeng, Jusuf, Pusparini Adriana. 2009. Semarang: Bunga


Rampai.
2. Sumamur PK. PK. 2000. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta:
CV Haji Masagung
3. Permenakertrans. Per. 13/Men/X/2011.
4. Tarwaka, Solichul, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Kesehatan Kerja Dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers

5. Hiperkes [online]. 2015 (cited 16 Maret 2015). Available from :


http://kesmasy.wordpress.com/2010/02/03/hiperkes-higiene-perusahaanergonomi-dan-kesehatan
6. Profil Perusahaan PT. Primarindo: 2015

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ergonomi

menurut

Badan

Buruh

Internasional

(International

Labor

Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum agar
bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan kerjasama

antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik), serta mesin
perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi
adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan produktivitas dan kepuasan
kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,
informal, maupun tradisional.

2.2 Ergonomi
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien,
selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam penerapannya harus memperhatikan
beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan proses kerja. Adapun tujuan penerapan
ergonomi adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,
dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat
kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja; (2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan
jalan meningkatkan kualitas kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik
dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja; dan (3) berkontribusi di
dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi, dan
budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusiamesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang,
stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa
aman karena bebas dari gangguan cidera, kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi: (1) tekhnik;
(2) fisik; (3) pengalaman psikis; (4) anatomi, utamanya yang berhubungan dengan
kekuatan dan gerakan otot dan persendian; (5) anthropometri; (6) sosiologi; (7) fisiologi,
terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take dan aktivitas otot; (8)
disain; dan sebagainya.

2.2.1

Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja


a. Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki
tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

b. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.

c. Tata letak tempat kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.

d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan.

2.2.2

Supervisi Tenaga Kerja


Semua pekerja secara kontinyu mendapat supervisi medis teratur. Supervisi

medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:


a. Pemeriksaan sebelum kerja bertujuan untuk menyesuaikan pekerja baru terhadap beban
kerjanya.
b. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
dan mendeteksi bila ada kelainan.
c. Nasihat harus diberikan tentang higiene dan kesehatan

You might also like