You are on page 1of 55

618.

920 1
Ind
m

MANAJEMEN ASFIKSIA
BAYI BARU LAHIR
UNTUK BIDAN

ACUAN

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak


Kementerian Kesehatan RI
2011
i

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI


618.920 1
Ind
m

Indonesia. Departemen Kesehatan RI


Manajemen asfiksia bayi baru lahir untuk bidan :
buku panduan. - - Jakarta : Departemen Kesehatan, 2005.
I. Judul

1. ASPHYXIA NEONATORUM

KATA PENGANTAR
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000
kelahiran hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu
masa neonatal. Target MDGs tahun 2015 untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup memerlukan
rangkaian upaya dan strategi khususnya peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan pada masa neonatal.
Penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah asfiksia bayi baru
lahir,prematurita/bayi berat lahir rendah dan infeksi. Data SDKI 2007
menunjukkan 52,7% persalinan terjadi di rumah, dan bidan sebagai penolong
persalinan di lini terdepan akan sering menjumpai kasus asfiksia atau
masalah bayi baru lahir lainnya. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai tentang resusitasi bayi baru lahir dan
penanganan neonates sakit, yang sangat penting dalam upaya penurunan
Angka Kematian Bayi.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2005 Kementerian Kesehatan RI dan
Unit Kerja Koordinasi Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK
Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi telah
mengembangkan pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, dan modul
pelatihan ini telah mengalami beberapa kali revisi sesuai perkembangan ilmu.
Kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan dan revisi buku ini,
kami ucapkan terima kasih. Harapan kami buku ini dapat digunakan dan
dimanfaatkan tidak hanya sebagai pedoman atau bahan belajar bagi
fasilitator dan peserta selama penyelenggaraan pelatihan, tetapi juga sebagai
bahan rujukan/kepustakaan ketika bertugas memberikan pelayanan
kesehatan terhadap bayi baru lahir.
Jakarta, Mei 2010
Direktur Bina Kesehatan Anak

Dr. Hj. Fatni Sulani, DTM&H, MSi

BUKU INI DISUSUN OLEH :

Penanggung Jawab

: dr. Sri Hermiyanti, MSc , Direktur Kesehatan Keluarga,


Ditjen Bina Kesmas Depkes RI

Tim Penyusun
Ketua

: dr. M. Sholeh Kosim, SpA(K)

Anggota

: Prof. DR. dr. Anna Alisyahbana, SpA(K)


dr. Fatimah Indarso, SpA(K)
dr. Nani D. Walandouw, SpA
dr. Ekawati Luthfia Haksari, SpA(K)
dr. Ferdy Harahap, SpA
dr. Rudi Firmansyah, SpA

Tim Editor
Ketua

: dr. Ina Hernawati, MPH

Anggota

: dr. Aris Primadi, SpA


dr. Eddy Fadlyana, SpA(K), MKes
dr. Betty Bursjah, SpA
dr. Wawan Hermawan S, SpA
dr. Kirana Pritasari, MQIH
dr. Nida Rohmawati
dr. Triyani Yudawinata
dr. Gayatri Suryaningsih, MPH
Mardayetti, SKM
Hasnerita, S.SiT, MKes

Tim Revisi 2007


Koordinator

: dr. Aris Primadi,SpA(K)

Anggota

: dr. Fatimah Indarso,SpA(K)


dr. Nani D Walandouw,SpA(K)
dr. Sri Rahayu

Editor

: Depkes RI

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR PENYUSUN ................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
1. Pendahuluan .........................................................................................................
2. Asfiksia Bayi Baru Lahir ......................................................................................
2.1. Penyebab Asfiksia ......................................................................................
2.2. Gawat Janin................................................................................................
3. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir ...............................................................
3.1. Persiapan Keluarga ....................................................................................
3.2. Persiapan Tempat Resusitasi....................................................................
3.3. Persiapan Alat Resusitasi...........................................................................
3.4. Persiapan Diri .............................................................................................
4. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir ..............................................................
5. Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru Lahir ....................................................
5.1. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir (Bagan Alur B) .................................
5.2. Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium.............
6. Asuhan Pasca Resusitasi ...................................................................................
6.1. Resusitasi Berhasil ...................................................................................
6.2. Bayi Perlu Rujukan .....................................................................................
6.3. Resusitasi Tidak Berhasil ...........................................................................
7. Asuhan Pasca Lahir .............................................................................................
8. Pencegahan Infeksi ..............................................................................................
8.1. Cuci Tangan ...............................................................................................
8.2. Pencegahan Infeksi untuk Alat dan Bahan Habis Pakai.............................
Lampiran 1: Asuhan Pasca Lahir ...........................................................................
1.1 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir .........................................................
1.2 Menyusui ............................................................................................
1.3 Menjaga Bayi Tetap Hangat .............................................................
1.4 Melindungi Bayi Dari Infeksi................................................................
Lampiran 2: Pencegahan Infeksi ...........................................................................
2.1 Cuci Tangan ......................................................................................
2.1 Pencegahan infeksi untuk alat dan bahan .........................................

iii

i
ii
iii
1
2
2
3
4
4
4
4
7
8
12
15
17
19
19
23
26
28
30
30
30
35
35
36
37
38
39
39
41

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

1.

PENDAHULUAN.

Menurut WHO, setiap tahunnya, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38 % meninggal pada masa BBL
(IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas
(32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO,
2007).
Upaya-upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional. Untuk
menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada
BBL. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
Buku acuan ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi,
tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi dan pencegahan infeksi. Langkahlangkah dalam Manajemen Asfiksia pada buku acuan ini ditujukan untuk bidan yang
pada umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Tujuan Umum:
Peserta mampu melakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir pada model.
Tujuan khusus:
1.

Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin.

2.

Demonstrasi menyiapkan resusitasi bayi baru lahir.

3.

Menilai dan memutuskan resusitasi bayi baru lahir.

4.

Demonstrasi resusitasi bayi baru lahir pada model.

5.

Menjelaskan asuhan bayi pasca resusitasi, demonstrasi konseling kepada


keluarga dan membuat pencatatan.

6.

Menjelaskan asuhan tindak lanjut bayi baru lahir pasca resusitasi pada kunjungan
neonatal.

7.

Menjelaskan langkah pencegahan infeksi pada resusitasi bayi baru lahir.

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

2. ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR


Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.

2.1. Penyebab Asfiksia.


Beberapa keadaan pada Ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta
berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin.
Hal ini dapat menyebabkan asfiksia BBL.

KEADAAN IBU
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Post Matur (sesudah 42 minggu kehamilan)

Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke
bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:

KEADAAN TALI PUSAT


Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat

Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului
tanda gawat janin:
KEADAAN BAYI

Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar,


distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep)
Kelainan kongenital
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Pada pertolongan persalinan, Bidan perlu mengetahui sebelum dan sesudah bayi lahir:
apakah bayi ini mempunyai risiko asfiksia? Pada keadaan tersebut, bicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan diperlukan tindakan resusitasi. Akan tetapi,
pada keadaan tanpa faktor risiko pun beberapa bayi dapat mengalami asfiksia.

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Oleh karena itu bidan harus siap melakukan resusitasi bayi SETIAP menolong
persalinan.

2. 2. Gawat Janin
Banyak penyebab kenapa bayi mungkin tidak bernapas saat lahir. Sering kali hal ini
terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat gawat janin bayi tidak
menerima oksigen yang cukup.
GAWAT JANIN
APAKAH
JANIN?

GAWAT

BAGAIMANA
MENGETAHUI
GAWAT JANIN?

Reaksi ketika janin TIDAK memperoleh oksigen yang cukup.


Gawat janin dapat diketahui dengan :
Frekuensi bunyi jantung janin kurang 100 atau lebih
180 X / menit
Berkurangnya gerakan janin. (Janin normal bergerak
lebih dari 10 X / hari).
Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna
kehijauan (jika bayi keluar dengan letak kepala).

BAGAIMANA
MENCEGAH GAWAT
JANIN?

Gunakan partograf untuk memantau persalinan.


Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama
persalinan, ibu hamil yang berbaring terlentang dapat
mengurangi aliran darah ke rahimnya.

BAGAIMANA
MENGIDENTIFIKASI
JANIN
GAWAT
DALAM
PERSALINAN?

Periksa frekuensi bunyi jantung janin setiap 30 menit


pada Kala I dan setiap 15 menit sesudah pembukaan
lengkap.
Periksa ada / tidaknya air ketuban bercampur mekonium
(warna kehijauan)

BAGAIMANA
MENANGANI
GAWAT JANIN?

Jika terdapat tanda gawat janin :


Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara berikut:
o Mintalah si ibu merubah posisi tidurnya *
o Berikan cairan kepada ibu secara oral dan atau IV
o Berikan oksigen (bila tersedia)
Periksa kembali denyut jantung janin setelah 10-15 menit
tindakan di atas
Jika frekuensi bunyi jantung masih tidak normal:
RUJUK.
Bila merujuk tidak mungkin, siaplah untuk menolong BBL
dengan asfiksia.

*Catatan:
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring ke sisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen ke
janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke
janin. Bila posisi miring ke kiri tidak membantu, coba posisi yang lain (miring ke kanan, posisi
sujud). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati gawat janin.

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

3. PERSIAPAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR


Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada SETIAP menolong
persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga.
Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat menderita
kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan
keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan).

3.1. Persiapan Keluarga


Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinankemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan.

3.2. Persiapan Tempat Resusitasi


Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :
Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat
misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar
panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).
Keterangan:
 Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
 Tempat resusitasi yang datar dan rata diperlukan untuk kemudahan
pengaturan posisi kepala bayi.
 Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu
petromak dengan jarak 60 cm dari meja resusitasi. Nyalakan lampu
menjelang persalinan.

3.3. Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus
disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi.
Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi.
Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi.
Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
Alat ventilasi
Tabung dan Sungkup atau Balon dan Sungkup.
Jika mungkin sungkup dengan bantalan udara untuk bayi cukup bulan dan
prematur.
Kotak Alat Resusitasi.
Sarung Tangan.
Jam atau pencatat waktu.
Keterangan:
Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap
cairan misalnya handuk, kain flanel dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang
atau sarung.
Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos,
selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk
mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Gambar:
Alat Pengisap Lendir DeLee

Bola Karet Pengisap

Tabung dan Sungkup

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Balon dan Sungkup

Bagian-bagian balon dan sungkup:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pintu masuk udara & tempat memasang reservoar O2


Pintu masuk O2
Katup pelepas tekanan (pop-off valve)
Susunan katup
Pintu keluar O2
Reservoar O2

Keterangan :




Alat pengisap lendir De Lee adalah alat yang digunakan untuk mengisap lendir
khusus untuk BBL.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan
steril/DTT.
Alat pengisap lendir DeLee dan sungkup dalam keadaan steril/DTT disimpan dalam
kotak alat resusitasi.

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Cara Menyiapkan:
Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir yang basah oleh
air ketuban segera setelah lahir.
Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut
ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.

Kain ke-2:
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat.
Kain ke-2 digelar di atas tempat resusitasi. Saat memulai resusitasi, bayi yang
diselimuti kain ke-1 akan diletakkan di tempat resusitasi, di atas gelaran kain ke-2.

Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3
cm dan dapat disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit ekstensi
(posisi menghidu). Kain ini diletakkan di bawah kain ke-2 pada sisi dekat penolong.

Alat Resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lendir De Lee atau bola karet dan
alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi.
Maksudnya agar sewaktu-waktu mudah diambil saat dilakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir.

Sarung tangan.

Jam atau pencatat waktu.

3.4. Persiapan diri


Pastikan penolong sudah menggunakan alat pelindung diri untuk melindungi dari
kemungkinan infeksi:

memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker, penutup
kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol
dan gliserin.
Keringkan dengan kain / tisu bersih.
Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

4. KEPUTUSAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR


Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna
menentukan tindakan resusitasi.
Sebelum bayi lahir:
 Apakah kehamilan cukup bulan ?
 Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
(warna kehijauan) ?
PENILAIAN
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):
 Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megapmegap ?
 Menilai apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?

KEPUTUSAN

Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:


 Bayi tidak cukup bulan dan atau
 Air ketuban bercampur mekonium dan atau
 Bayi megap-megap/tidak bernapas dan atau
 Tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas

TINDAKAN

Mulai lakukan resusitasi jika:


 Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak
bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik/bayi lemas
(lihat bagan alur)
 Air ketuban tercampur mekonium:
(lihat bagan alur)

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah
lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum,
lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar
keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi
Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan
penilaian APGAR; tetapi cara APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi
BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.
Dalam Manajemen Asfiksia, proses penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan
bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu kali. Setiap tahapan manajemen
asfiksia, senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat keputusan, tindakan apa yang
yang tepat dilakukan.
Dalam Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir dapat dilihat alur penatalaksanaan bayi
baru lahir mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan apa
yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru lahir. Untuk bayi baru lahir yang
langsung menangis atau bernapas spontan dan teratur dilakukan asuhan neonatal
normal (lihat Buku APN Bab IV).

Buku Acuan

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

BAGAN ALUR:
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
PERSIAPAN

PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

Segera setelah bayi lahir:


3. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
4. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?

 Bayi cukup bulan


 Ketuban jernih
 Bayi menangis atau
bernapas
 Tonus otot bayi baik/
bayi bergerak aktif

A
Manajemen
Bayi Baru
Lahir
Normal

Buku Acuan

 Bayi tidak cukup bulan dan atau


 Air ketuban bercampur mekonium
dan atau
 Bayi megap-megap atau tidak
bernapas dan atau
 Tonus otot bayi tidak baik/ bayi
lemas

B
Manajemen
Bayi Baru
Lahir
Dengan Asfiksia

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

DASAR ASUHAN BBL:


Dalam setiap persalinan, penataksanaan bayi baru lahir menganut beberapa prinsip
yang penting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir diantaranya:
Kering, bersih dan hangat:
Sangat penting bagi semua bayi baru lahir untuk dijaga agar tetap kering, bersih
dan hangat untuk mencegah bayi kedinginan (hipotermi) yang membahayakan.
Prinsip ini tetap dianut dalam penatalaksanaan resusitasi Bayi Baru Lahir dan
terlebih lagi bayi Asfiksia sangat rentan terhadap hipotermi.
Bebaskan dan Bersihkan Jalan Napas BBL:
Bersihkan jalan napas bayi dengan cara mengusap mukanya dengan kain atau
kasa yang bersih dari darah dan lendir segera setelah kepala bayi lahir (masih di
perineum ibu).
Apabila bayi baru lahir segera dapat bernapas secara spontan atau segera
menangis, jangan lakukan pengisapan secara rutin pada jalan napasnya.
Apabila bayi baru lahir tidak bernapas atau bernapas megap-megap, maka
penghisapan lendir amat penting sebagai bagian mutlak dari langkah awal
resusitasi.
Apabila terdapat air ketuban bercampur mekonium, begitu bayi lahir tidak
bernapas atau bernapas megap-megap maka penghisapan lendir sangat
penting dilakukan segera sebelum melakukan pemotongan tali pusat dan
kemudian dilakukan langkah awal
Posisi kepala bayi baru lahir juga amat penting untuk kelancaran jalan napas
sehingga dapat membantu pernapasan bayi. Pada pola persalinan normal, setelah
lahir bayi diletakkan di atas perut ibu yang telah dilapisi kain dan diusahakan agar
letak kepala setengah tengadah lebih (sedikit ekstensi). Pengaturan posisi sangat
penting pada resusitasi BBL.
Rangsangan Taktil:
Mengeringkan tubuh bayi pada dasarnya adalah tindakan rangsangan. Untuk bayi
yang sehat, prosedur tersebut sudah cukup guna merangsang upaya napas. Akan
tetapi untuk bayi dengan Asfiksia, mungkin belum cukup sehingga perlu dilakukan
rangsangan taktil untuk merangsang pernapasan. Ada beberapa tindakan yang
membahayakan bayi dan perlu dihindari, misalnya menekuk lutut kearah perut,
menepuk bokong, meremas dan mengangkat dada, dilatasi spingter ani,
mengguyur air dingin dan hangat bergantian.
ASI:
Penting sekali untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah bayi
lahir. Bila bayi sudah bernapas normal, lakukan kontak kulit bayi dan kulit ibu
dengan cara meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi bayi tengkurap, kepala bayi
menghadap dada ibu, kepala bayi di tengah antara kedua payudara ibu, lalu
selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan. Ibu dianjurkan bersabar selama
sekitar 1 jam mengusap/membelai bayi sambil menunggu bayinya meraih puting
susu secara mandiri. Biasanya bayi berhasil menyusu pada menit ke 30-60.

Buku Acuan

10

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

BAGAN ALUR A :
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
4. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?

Asuhan Bayi Baru Lahir

1.
2.
3.
4.
5.

Jaga bayi tetap hangat


Isap lendir dari mulut dan hidung (bila perlu)
Keringkan
Pemantauan tanda bahaya
Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira-kira 2 menit* setelah lahir.
6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha
kiri anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini
8. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata.
9. Pemeriksaan
10. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di
paha kanan anteroleteral, kira-kira 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1
* Pemotongan dan pengikatan tali pusat sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit setelah lahir (atau setelah bidan
menyuntikkan oksitosin kepada ibu), untuk memberi waktu tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga
zat besi) kepada bayi.

Buku Acuan

11

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

5. PENATALAKSANAAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR


Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan
harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Pemotongan
tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.
Pemotongan Tali Pusat:
a) Pola di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di
perut ibu dengan posisi kepala sedikit ekstensi, lalu selimuti dengan kain, tetapi
bagian dada dan perut tetap terbuka, kemudian klem dan potong tali pusat. Tali
pusat tidak usah diikat dulu, tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.
b) Pola dekat perineum ibu
Jika tali pusat sangat pendek sehingga cara a) tidak memungkinkan, setelah BBL
dinilai, letakkan bayi di atas kain yang ada di dekat perineum ibu. Kemudian
segera klem dan potong tali pusat tanpa diikat dulu, tidak dibubuhi apapun dan
tidak dibungkus.

5.1. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir (Bagan Alur B)


Bila Bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan
atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai melakukan langkah awal:
Beritahukan ibu dan keluarga, bayi mengalami kesulitan bernafas dan bahwa Anda
akan menolongnya.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi Ibu untuk memberi dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

TAHAP I:
LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu <30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan
teratur. Langkah tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat:
Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada diatas perut ibu atau sekitar 45 cm dari
perineum.
Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong
tali pusat.
Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah
digelar di tempat resusitasi
Jaga bayi tetap diselimuti dengan wajah dan dada terbuka dan di bawah
pemancar panas

Buku Acuan

12

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

2) Atur posisi bayi


Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit ekstensi
dengan mengganjal bahu.
Benar

Posisi kepala yang benar


dengan sedikit ekstensi.

Salah

Terlalu ekstensi

Kurang ekstensi

3) Isap lendir
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara sbb :
Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan bola karet pengisap lakukan dengan cara sbb :
Tekan bola di luar mulut dan hidung
Masukkan ujung pengisap ke mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir
akan terisap)
Untuk hidung, masukkan ke dalam lubang hidung sampai cuping hidung dan
lepaskan
4) Keringkan dan rangsang taktil
Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang bayi baru lahir
mulai bernapas.
Rangsang taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai
bernafas.
Menepuk/ menyentil telapak kaki ATAU
Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering di bawahnya.
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada
agar bisa memantau pernapasan bayi.

Buku Acuan

13

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

5)

Atur kembali posisi kepala bayi


Atur kembali posisi kepala bayi menjadi posisi menghidu

Lakukan penilaian bayi.


Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megapmegap.
Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
TAHAP II: VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume
udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi
bisa bernapas spontan dan teratur.
Langkah langkah:
1)

Pasang sungkup:
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

Salah
Sungkup terlalu besar, tidak
menutup rapat mulut
dan hidung bayi, mungkin
udara bocor.

2)

Benar

Salah
Sungkup
mulut saja.

menutup

Sungkup menutup mulut,


hidung
dan
dagu,
kemungkinan udara tidak
bocor.

Ventilasi 2 kali:
Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung dan sungkup atau remasan awal balon dan sungkup
penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi
mengembang,
Bila tidak mengembang:
 Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
 Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
 Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
 Lakukan tiupan 2 kali atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air,
bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.

Buku Acuan

14

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

3)

Ventilasi 20 kali dalam 30 detik:


Tiup tabung atau remas balon resusitasi sebanyak 20 kali, dalam 30 detik,
dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernapas spontan atau
menangis.
Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau peremasan, setelah 30
detik lakukan penilaian ulang napas.
 Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,

hentikan ventilasi bertahap.


 Lihat dada bawah apakah ada retraksi
 Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
 Jangan ventilasi lagi
 Letakkan bayi dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu pada dada ibu dan
lanjutkan asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
Jangan tinggalkan bayi sendiri
Lakukan asuhan pasca resusitasi.
 Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi
4)

Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang napas:


Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang bayi
apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:
Jika bayi mulai bernapas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,
hentikan ventilasi bertahap, kemudian lakukan asuhan pasca resusitasi.
 Jika bayi megap-megap/ tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
detik, kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5)

Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit


resusitasi:
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan

6)

Lanjutkan ventilasi, nilai ulang napas dan nilai denyut jantung.


Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air).
Setiap 30 detik, hentikan ventilasi, kemudian nilai ulang napas dan nilai
denyut jantung

Buku Acuan

15

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, lanjutkan ventilasi selama 10
menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan
kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCA RESUSITASI


Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan
perawatan intensif selama 2 jam pertama. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil
resusitasi yaitu:

Jika Resusitasi Berhasil.


Jika Perlu Rujukan.
JIka Resusitasi Tidak Berhasil.
(lihat 6.5 Asuhan Pasca Resusitasi)

Buku Acuan

16

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

BAGAN ALUR B:
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
BAYI LAHIR
PENILAIAN

Sebelum bayi lahir:


1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
4. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
Jika air ketuban tercampur mekonium

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak


bernapas atau megap-megap dan atau lemas

NILAI NAPAS

Potong Tali Pusat

1.
2.
3.
4.
5.

Jika bayi menangis


atau bernapas normal

LANGKAH AWAL
Jaga bayi tetap hangat
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan dan rangsang taktil
Reposisi

Jika bayi tidak bernapas


atau megap-megap
Buka mulut lebar, usap
dan isap lendir di mulut

Potong Tali Pusat

NILAI NAPAS

Jika bayi bernapas normal


ASUHAN PASCA RESUSITASI
1.
Pemantauan tanda bahaya
2.
Perawatan tali pusat
3.
Inisiasi menyusu dini
4.
Pencegahan hipotermi
5.
Pemberian vitamin K1
6.
Pemberian salep/tetes mata
7.
Pemeriksaan fisis
8.
Pencatatan & Pelaporan

Jika bayi mulai bernapas normal


1. Hentikan Ventilasi
2. ASUHAN PASCA RESUSITASI

Jika bayi tidak bernapas / bernapas megap-megap


VENTILASI
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 X dengan tekanan 30 cm air
3. Jika dada mengembang lakukan ventilasi 20 X dengan
tekanan 20 cm air selama 30 detik
NILAI NAPAS

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap


1. Ulangi ventilasi sebanyak 20 X selama 30 detik
2. Hentikan ventilasi & nilai kembali napas tiap 30 detik
3. Jika bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi, siapkan rujukan, nilai denyut jantung

Jika bayi dirujuk


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Konseling
Lanjutkan Resusitasi
Pemantauan tanda bahaya
Perawatan tali pusat
Pencegahan hipotermi
Pemberian vitamin K1 *
Pemberian salep/tetes mata*
Pencatatan & Pelaporan

Jika bayi tidak dirujuk dan atau tidak berhasil


1. Sesudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan
dan tidak terdengar denyut jantung
pertimbangkan menghentikan resusitasi
2. Konseling
3. Pencatatan & Pelaporan

* Jika saat dirujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1 dan salep/tetes
mata antibiotika. Jika tidak ada kontra indikasi, susui bayi.

Buku Acuan

17

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

5.2. Tindakan Resusitasi


Mekonium

BBL

Jika

Air

Ketuban

Bercampur

Apakah mekonium itu?


Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau
kehitaman.
Kapan mekonium dikeluarkan?

Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24


jam pertama).
Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur
dengan air ketuban. Hal ini menyebabkan cairan ketuban berwarna kehijauan.
Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah
terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan
seksama karena ini merupakan tanda bahaya.

Apa yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan?


Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang
janin tidak memperoleh oksigen yang cukup (gawat janin). Kekurangan oksigen dapat
meningkatkan gerakan usus dan membuat relaksasi otot anus sehingga janin
mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan resiko lebih tinggi untuk gawat janin
memiliki lebih sering pewarnaan air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
lebih sering, misalnya bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau bayi post matur.
Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan?
Mekonium yang dikeluarkan dan bercampur air ketuban dapat masuk ke dalam paruparu janin di dalam rahim, atau sewaktu bayi mulai bernapas saat lahir. Tersedak
mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) ?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi dengan air ketuban bercampur mekonium.
Langkah-langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur
mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium
hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: lakukan penilaian apakah bayi menangis /
bernapas normal / megap-megap / tidak bernapas?.
Jika Menangis / Bernapas Normal, klem dan potong tali pusat dengan cepat,
tidak diikat dahulu dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah
Awal.
Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, usap dan isap
lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dahulu &
tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal.
Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila
ada air ketuban bercampur mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak (aspirasi).

Buku Acuan

18

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

6. ASUHAN PASCA RESUSITASI


Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi, yang
diberikan baik kepada bayi baru lahir ataupun ibu dan keluarga.
Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi baru lahir setelah
menerima tindakan resusitasi dan dilakukan pada keadaan :
Resusitasi Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal
atau sesudah ventilasi.
Resusitasi Belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2
menit belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan
kondisinya memburuk.
Resusitasi Tidak Berhasil: sesudah resusitasi dilanjutkan 10 menit dari bayi tidak
bernapas dan tidak terdengar detak jantung.

6.1. Resusitasi Berhasil


Ajari ibu dan atau keluarga untuk membantu bidan menilai keadaan bayi.
Jelaskan mengenai pemantauan bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh
pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.
Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi.
 Mengamati adanya napas megap-megap
 Mengamati apakah bayi merintih
 Mengamati adanya tarikan dinding dada
 Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
 Mengamati apakah bayi teraba dingin/demam
 Menghitung frekwensi napas, apakah <40X /menit atau > 60X /menit
 Menghitung frekwensi jantung, apakah <120X /menit atau > 160X /menit
 Mengamati apakah tubuh bayi pucat
 Mengamati apakah tubuh bayi kuning
 Mengamati apakah bayi lemas
 Mengamati apakah bayi kejang
Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum dirujuk
lakukan tindakan pra rujukan.
Pemantauan dan perawatan tali pusat
 Memantau perdarahan tali pusat, jika ikatan lepas betulkan oleh bidan
 Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu dan atau keluarga
Bila napas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
 Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya
 Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
 Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang

Buku Acuan

19

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Pencegahan hipotermi
 Membaringkan bayi dalam ruangan > 250C bersama ibunya
 Mendekap bayi (kontak kulit bayi ke kulit ibu) sesering mungkin
 Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam dan bayi stabil.
 Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut.
 Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagiansebagian
Pemberian vitamin K1 (Phytomenadione)
 Memberikan suntikan vitamin K1 di paha kiri anterolateral 1 mg intramuskular, untuk
mencegah perdarahan bayi baru lahir.
Pencegahan infeksi
 Memberikan salep mata antibiotika
 Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular di paha kanan, 1 jam
setelah pemberian vitamin K1
 Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.
Pemeriksaan fisik
 Melihat dan meraba kepala bayi.
 Melihat mata bayi.
 Melihat mulut dan bibir bayi.
 Melihat dan meraba tulang punggung bayi.
 Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit, menghitung jumlah jari.
 Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
 Memastikan adakah lubang anus & uretra, adakah kelainan.
 Memastikan adakah buang air besar & buang air kecil.
Pemeriksaan fisis bayi pasca resusitasi harus lebih hati-hati. Pemeriksaan awal
diutamakan pada pemeriksaan pernapasan dan jantung dilanjutkan dengan monitoring
tanda bahaya. Pemeriksaan lengkap sebaiknya dilakukan dalam 24 jam dan setelah
bayi stabil.
Pencatatan dan pelaporan
 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
Sebagaimana pada setiap persalinan, isilah partograf secara lengkap yang
mencakup identitas ibu, riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi
janin dan kondisi Bayi Baru Lahir. Penting sekali dicatat denyut jantung janin, oleh
karena seringkali Asfiksia bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan.
Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan. Saat ketuban pecah
perlu dicatat pada partograf dan berikan penjelasan apakah air ketuban bercampur
mekonium ?
Kondisi Bayi Baru Lahir diisi pula pada partograf. Bila Bayi mengalami Asfiksia
selain dicatat pada partograf perlu dibuat catatan khusus di formulir bayi baru lahir/
Buku Harian / Buku Catatan, cukup ditulis tangan.
Usahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas:
Nama Ibu, tempat , tanggal melahirkan dan waktunya.
Kondisi Janin / Bayi:
 Apakah ada gawat janin sebelumnya ?
 Apakah bayi cukup bulan
 Apakah air ketuban bercampur mekonium ?

Buku Acuan

20

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

 Apakah bayi menangis spontan, atau bernapas ?


 Apakah tonus otot baik ?
Waktu mulai resusitasi.
Langkah Resusitasi yang dilakukan.
Hasil Resusitasi.
Jika persalinan di rumah, sebaiknya Bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk
memantau bayi minimal dua jam pertama pasca lahir.
Pencatatan juga dilakukan pada Buku KIA sebagai sumber informasi bagi keluarga.
Contoh Pencatatan :
RESUSITASI
BERHASIL.
Nama Ibu: Ny Siti Maryam, 23 tahun.
Melahirkan dirumah tanggal 21 Maret 2004 pukul 05.15 WIB.
Ketuban pecah jam 05.00 tidak bercampur mekonium, tidak ada tanda gawat janin
sebelumnya.
Keadaan bayi waktu lahir: bayi megap-megap.
Waktu mulai tindakan resusitasi: pukul 05.15 WIB.
Langkah resusitasi yang telah dilakukan :
Setelah memotong tali pusat dan menjelaskan kepada ibu dilakukan langkah awal
selama 30 detik, napas bayi masih megap-megap. Kemudian dilakukan ventilasi 2
kali dan dinilai, dada bayi mengembang. Dilanjutkan ventilasi 20 kali selama 30
detik, bayi mulai bernapas spontan, ventilasi dihentikan bertahap. Waktu bayi
bernapas spontan: pukul 05.16 WIB
Hasil resusitasi: resusitasi berhasil.
Asuhan pasca resusitasi:
Memantau selama 2 jam. Frekuensi pernapasan 4048 kali/menit, tidak ada tarikan
dinding dada bawah, frekuensi jantung 130-140 kali/menit, warna kulit kemerahan,
suhu tubuh 36,5-36,9 oC.
Bayi diserahkan kepada ibu dan dilakukan IMD, berhasil dalam 45 menit,
dilanjutkan menyusu sekitar 10 menit.
Dilakukan pemberian suntikan vitamin K1 di paha kiri 1 mg intramuskular, lalu
pemberian tetrasiklin salep mata pada kedua mata.
Dilakukan pemeriksaaan bayi dihadapan ibu & ayahnya. Bayi tampak normal.
Diberikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan 0,5 mL intramuskular, sekitar 11/2
jam setelah pemberian vitamin K1
Selama 2 jam pertama bayi menetek 2 kali sekitar 10 menit, payudara kanan dan
kiri bergantian.
Konseling:
Menasihati ibu dan keluarga cara menilai bayi, pemantauan setelah resusitasi,
bagaimana mendapatkan pertolongan bila ada masalah, pencegahan hipotermi,
pencegahan infeksi, cara memberikan ASI yang baik dan benar.
Desa Sukasari Kecamatan Sukamandi
Kabupaten Cirebon
21 Maret 2004 pukul 07.30
Bidan Titi Sumarni
Buku Acuan

21

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

6.2. Bayi Perlu Rujukan




Konseling:
o Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
o Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.
 Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang keadaan
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja melahirkan.
 Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama rujukan.

Melanjutkan resusitasi bila diperlukan

Memantau tanda bahaya

Memantau dan merawat tali pusat

Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup kepala bayi dan bila
mungkin lakukan perawatan bayi lekat.

Memberikan vitamin K1 jka keadaan bayi membaik, tidak diresusitasi

Mencegah Infeksi yaitu memberikan salep mata antibiotika, jika tidak diresusitasi

Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali
pada keadaan gangguan napas dan kontraindikasi lainnya

Membuat surat rujukan

 Melakukan pencatatan pada formulir bayi baru lahir, dan buku KIA dan pelaporan
kasus

Buku Acuan

23

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Contoh Pencatatan:
RESUSITASI, PERLU RUJUKAN
Ny Khodijah, 42 tahun.
Melahirkan tanggal 7 Mei 2004 pukul 20.15 WIB di rumah.
Bayi laki-laki.
Ketuban pecah pukul 20.05, tidak bercampur mekonium.
Keadaan bayi waktu lahir
: tidak menangis, tidak bernapas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : pukul 20.15 WIB.
Setelah tali pusat dipotong dan diberikan penjelasan kepada ibu, dilakukan
langkah awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 2 kali,
dinilai dan ternyata dada tidak mengembang. Setelah diperiksa dan dibetulkan
posisi kepala dan lendir diisap lagi, diulangi ventilasi 2 kali. Dinilai, dada bayi
mengembang. Dilakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Bayi belum bernapas,
diulangi lagi ventilasi 20 kali dalam 30 detik lalu dihentikan dan dinilai, bayi mulai
bernapas megap-megap. Ventilasi dilanjutkan 30 detik kemudian nilai ulang
napas. Bayi mulai bernapas spontan dan makin teratur.
Waktu bayi bernapas spontan: pukul 20.17 WIB
Asuhan pasca resusitasi:
Pemantauan selama 5 menit, frekuensi pernapasan 4250 kali/menit, warna kulit
pucat dan suhu tubuh bayi 36,9oC. Bayi belum bisa menetek. Setelah 25 menit
frekuensi pernapasan 6270 kali/menit, ada tarikan dinding dada, warna kulit
kebiruan, suhu tubuh 36,4 oC dan tonus otot kurang.
Konseling: Dijelaskan bahwa bayi perlu dirujuk ke rumah sakit
Hasil Resusitasi: Bayi Perlu Rujukan.
Desa Sumbersari Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon pukul 21.05
Bidan Endah Lestari

Buku Acuan

24

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

SURAT RUJUKAN

Kepada Yth.
Bagian Anak.
RS. Arjawinangun.
Bersama ini kami rujuk bayi Ny Khodijah lahir tanggal 7 Mei 2004 pukul
20.15 WIB di rumah, laki-laki.
Keadaan bayi waktu lahir: tidak menangis, tidak bernapas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : pukul 20.15 WIB.
Langkah Resusitasi yang dilakukan:
Setelah tali pusat dipotong dan dijelaskan kepada ibu, dilakukan langkah
awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 2 kali,
dinilai dada tidak berkembang. Setelah diperiksa letak sungkup dan
dibetulkan posisi kepala dan lendir diisap lagi, diulangi ventilasi 2 kali. Dinilai,
dada bayi mengembang. Dilakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Bayi
belum bernapas, diulangi lagi ventilasi 20 kali dalam 30 detik lalu dihentikan
dan dinilai, bayi mulai bernapas megap-megap. Ventilasi dilanjutkan 30 detik
kemudian nilai ulang napas. Bayi mulai bernapas spontan dan makin teratur.
Waktu bayi bernapas spontan: pukul 20.17 WIB
Asuhan perawatan lanjutan:
Pemantauan selama 5 menit, frekuensi pernapasan 4250 kali/menit, warna
kulit pucat dan suhu tubuh bayi 36,9oC. Bayi belum bisa menetek. Setelah 25
menit frekuensi pernapasan 6270 kali/menit, ada tarikan dinding dada,
warna kulit kebiruan, suhu tubuh 36,4 oC dan tonus otot kurang.
Mohon bantuan penanganan selanjutnya. Terima kasih
Desa Sumbersari Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon pukul 20.30.
Bidan Endah Lestari

Buku Acuan

25

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

6.3. Resusitasi Tidak Berhasil


Bila bayi tidak bernapas setelah resusitasi dilanjutkan selama 10 menit dari denyut
jantung 0, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Biasanya bayi tersebut tidak
tertolong dan meninggal. Ibu maupun keluarga memerlukan banyak dukungan moral.
Bicaralah dengan keluarga secara hati-hati/bijaksana dan berikan dukungan moral
sesuai budaya setempat.
Konseling:
Dukungan Moral:

Bicaralah dengan ibu bayi dan keluarganya tentang tindakan resusitasi dan
kematian bayinya. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan. Berikan asuhan
terhadap ibu bayi dan keluarganya dengan tetap memperhatikan nilai
budaya/kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka.
Bicarakan apa yang mereka inginkan terhadap bayi yang telah meninggal.

Ibu bayi mungkin merasa sedih bahkan menangis. Perubahan hormon setelah
kehamilan mungkin menyebabkan perasaan ibu sangat sensitif, terlebih karena
bayi meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, ajak bicara dengan
orang terdekat atau Bidan.

Jelaskan kepada ibu dan keluarganya bahwa Ibu memerlukan istirahat, dukungan
moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu
terlalu cepat.

Asuhan Ibu:
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu juga mengalami demam
selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi masalah pembengkakan payudara dengan
melakukan hal berikut:
 Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan dengan
menggunakan selendang/kemben/kain sehingga ASI tidak keluar.
 Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
Pencatatan dan pelaporan:
Buatlah pencatatan selengkapnya mengenai identitas ibu, kondisi bayi, semua
tindakan yang dilakukan secara rinci dan waktunya. Kemudian laporkan pula bahwa
resusitasi tidak berhasil dan sebab tidak berhasil. Laporkan kematian bayi melalui
RT/RW ke Kelurahan dan Puskesmas untuk dilakukan otopsi verbal. Simpanlah
catatan baik-baik sebagai dokumen untuk pertanggung jawaban.

Buku Acuan

26

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Contoh pencatatan
Nama Pencatatan:
Ibu: Ny Rukayah, 45 tahun.
Contoh
RESUSITASI TIDAK BERHASIL.
Melahirkan di rumah, tanggal 18 Januari 2004, pukul 01.05
Ketika ketuban pecah, terdapat mekonium pada air ketuban berwarna
kehijauan.
Keadaan Bayi Waktu Lahir: Tidak bernapas, biru, lemas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : 01.06
Langkah resusitasi yang telah dilakukan :
Setelah tali pusat dipotong dan dijelaskan kepada ibu, dilakukan langkah awal
selama 1 menit. Bayi tidak bernapas dan dilanjutkan ventilasi 2 kali, dinilai dada
mengembang lalu dilanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik, dihentikan dan
dinilai bayi megap-megap. Diulangi ventilasi 20 kali dalam 30 detik, dinilai, bayi
tidak bernapas. (Resusitasi telah dilakukan 2 menit). Dilakukan penilaian denyut
jantung dan disiapkan rujukan. Frekuensi denyut jantung 0. Resusitasi
dilanjutkan sampai 10 menit. Denyut jantung tetap 0 dan bayi tetap tidak
bernapas. Resusitasi dihentikan.
Hasil Resusitasi: Resusitasi tidak berhasil.
Rujukan tidak dapat dilakukan. Keluarga tidak siap untuk rujukan, suami tidak
ada dirumah.
Bayi dinyatakan meninggal pada pukul 01.16.
Konseling:
Penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang tindakan resusitasi dan kematian
bayinya. Ibu dan keluarga dapat memahami bahwa kematian bayinya
kemungkinan akibat persalinan yang berlangsung lebih dari 20 jam. Bayi akan
dimakamkan besok siang pukul 11.00.
Ibu diberi penjelasan tentang perawatan payudara dan untuk kontrol ulang dan
sebaiknya ikut KB dulu.
Desa Rejoasri Kecamatan Sumber
Bidan Salaharti.
Pada contoh di atas, kemungkinan penyebab resusitasi tidak berhasil adalah karena
terlambat memulai resusitasi, langkah awal yang terlampau lama dan kelalaian
petugas dalam manajemen air ketuban bercampur mekonium yaitu tidak mengusap
mulut dan menghisap lendir dari mulut yang dibuka lebar terlebih dahulu saat langkah
awal. Mungkin saat bayi bernapas megap-megap atau saat dilakukan ventilasi masih
banyak lendir dan mekoneum di jalan napas, akibatnya bayi mengalami aspirasi
PENCATATAN YANG LENGKAP MEMBERIKAN INFORMASI YANG PENTING.

Buku Acuan

27

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

7. ASUHAN PASCA LAHIR (USIA 2-24 JAM SETELAH LAHIR)


Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi
lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan
(kunjungan neonatus). Tujuan dari asuhan pasca
kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan
resusitasi.
UNTUK ASUHAN PASCA LAHIR
TERPADU BAYI MUDA (MTBM).

SETELAH

24

masih perlu asuhan pasca lahir


dengan cara kunjungan rumah
lahir adalah untuk mengetahui
bayi setelah mengalami tindakan

JAM GUNAKANLAH ALGORITMA

MANAJEMEN

Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan


tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut. Catat seluruh langkah ke dalam formulir
tata laksana bayi muda.
 Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.
 Bila klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali dalam 2 hari.
 Bila klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan bayi baru lahir di rumah.
Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai
pemantauan bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi
mengalami masalah.
Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi.
 Mengamati adanya napas megap-megap
 Mengamati apakah bayi merintih
 Mengamati adanya tarikan dinding dada
 Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
 Mengamati apakah bayi teraba dingin/demam
 Menghitung frekwensi napas, apakah <40X /menit atau 60X /menit
 Menghitung frekwensi jantung, apakah <120X /menit atau > 160X /menit
 Mengamati apakah tubuh bayi pucat
 Mengamati apakah tubuh bayi kuning
 Mengamati apakah bayi lemas
 Mengamati apakah bayi kejang
Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum dirujuk
lakukan tindakan pra rujukan.
Pemantauan dan perawatan tali pusat
 Memantau perdarahan tali pusat, beritahu bidan (jika ikatan lepas betulkan)
 Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu dan atau keluarga
 Jika keluar nanah dan berbau, beritahu bidan (bersihkan tali pusat dengan kasa
bersih & air hangat, oleskan gentian violet 0,5%/ povidon iodin 2,5%, kemudian
rujuk)
Pencegahan hipotermi
 Membaringkan bayi dalam ruangan > 25 C bersama ibunya.
 Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin.
 Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam.

Buku Acuan

28

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Konseling menyusui
 Memberi konseling ASI eksklusif.
 Melanjutkan menyusui.
 Memastikan posisi menyusui yang benar.
 Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu benar.
Pencatatan dan pelaporan
 Melakukan pencatatan pada formulir bayi muda, buku KIA dan pelaporan kasus

Lihat Lampiran 1:
Pada lampiran 1 Buku Acuan ini didapatkan lembar informasi yang perlu disampaikan
kepada ibu dan keluarga mengenai:
1. Tanda- Tanda Bahaya.
2. Menyusui/meneteki bayi
3. Menjaga bayi tetap hangat
4. Melindungi bayi dari infeksi

Buku Acuan

29

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

8. PENCEGAHAN INFEKSI
Tujuan pencegahan infeksi adalah melindungi bayi dan tenaga kesehatan dari infeksi.
Bayi baru lahir yang mengalami asfiksia sangat rentan terhadap infeksi. Dua hal yang
dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah:
1. Cuci tangan.
2. Pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai.

8.1. Cuci Tangan


Tangan adalah penyebar infeksi yang paling sering. Cuci tangan adalah cara
terpenting untuk mengurangi penyebaran infeksi
Ada dua cara cuci tangan dalam merawat bayi, yaitu: (lihat Lampiran 2.1.)
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2. Mencuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol dan propylene glikol

SELALU LAKUKAN CUCI TANGAN KAPAN SAJA TERDAPAT


KEMUNGKINAN TERKONTAMINASI:
Segera sesudah sampai di fasilitas kesehatan atau di rumah pasien.
Sebelum meninggalkan fasilitas kesehatan atau rumah pasien.
Sebelum dan sesudah memeriksa ibu atau bayi.
Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan untuk tindakan (tangan
sering terkontaminasi bila sarung tangan berlubang kecil atau robek).
Sebelum dan sesudah menyentuh instrumen/alat atau barang yang
mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh lain, atau sesudah
menyentuh jaringan mukosa.
Sesudah memeriksa darah, urin atau feses.
Sesudah ke kamar mandi/WC.

8.2. Pencegahan Infeksi Untuk Alat Dan Bahan Habis Pakai


Alat dan bahan habis pakai yang digunakan untuk resusitasi bayi baru lahir perlu
dilakukan proses pencegahan infeksi. Ada 4 langkah pencegahan infeksi untuk alat
dan bahan habis pakai, yaitu:
I.
II.
III.
IV.

Buku Acuan

DEKONTAMINASI.
PENCUCIAN.
DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT).
PENYIMPANAN.

30

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LANGKAH I: DEKONTAMINASI (lihat lampiran 1.2.)


Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan larutan dekontaminasi.
Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar alat atau barang aman bila
tersentuh/terpegang.
Tujuan Dekontaminasi:


Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV)
serta berbagai jenis kuman.

Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian.

Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran
darah, cairan tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.

LANGKAH II: PENCUCIAN (lihat lampiran 2.2.).


Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk
menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi
atau DTT.
Pencucian alat dan bahan habis pakai yang digunakan saat resusitasi dilakukan
setelah proses dekontaminasi. Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan
sikat, deterjen dan air.
Tujuan Pencucian:


Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel
pada alat dan bahan habis pakai.

Mengurangi jumlah kuman.

Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.

Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak
tersebut mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.
LANGKAH III: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) (lihat lampiran 2.2.)
DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus (memanasi
dengan uap).
Tujuan DTT:
DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum penggunaan
alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali endospora.

Buku Acuan

31

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Endosprora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras, membungkus
kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk
endospora.
DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak dengan kulit maupun
mukosa membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan
satu-satunya pilihan.
DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.
1) Merebus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat
yang digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.
2) Mengukus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti
tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.
Keuntungan mengukus dibanding merebus:

Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barangbarang dari karet
Menggunakan lebih sedikit air
Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit
Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam

LANGKAH IV: PENYIMPANAN


Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya digunakan atau disimpan
secepatnya sehingga tidak terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama
pentingnya seperti dekontaminasi, pencucian, atau DTT.
Tujuan Penyimpanan:
Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi
kontaminasi alat tersebut.
Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam
resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:
Meja resusitasi:
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.
Tabung resusitasi:
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekwensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3

Buku Acuan

32

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi.
Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan.
Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.
Sungkup silikon dan katup karet
- Sungkup silikon dapat direbus.
- Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

Kain dan selimut:


Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/
udara atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

Bahan/alat habis pakai:


Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan,
pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke
tempat yang aman.

Buku Acuan

33

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LAMPIRAN 1:
I. ASUHAN PASCA LAHIR
I. 1. PEMANTAUAN TANDA-TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
Bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya.
Ada riwayat kejang
Bayi bergerak hanya jika dirangsang
Hitung napas dalam 1 menit ____ kali / menit
o Ulangi jika 60 kali / menit, hitung napas kedua ____ kali/ menit. Napas cepat
o Napas lambat ( < 30 kali / menit )
Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
Bayi merintih
Suhu tubuh 37,5 C
Suhu tubuh < 35,5 C
Nanah yang banyak di mata
Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut
Pusar kemerahan atau bernanah
Ada pustul di kulit
DIARE
Bayi diare yang ditandai perubahan bentuk feses, lebih banyak dan lebih cair
Gelisah/ rewel
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
IKTERUS.
Timbul kuning pada hari pertama setelah lahir ( < 24 jam )
Kuning ditemukan pada umur 24 jam sampai < 14 hari.
Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.
Kuning sampai lutut atau siku.
Tinja berwarna pucat
KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN/ ATAU MASALAH PEMBERIAN ASI.
Berat badan menurut umur rendah
Ada kesulitan pemberian ASI
ASI kurang dari 8 kali/hari
Mendapat makan/minum selain ASI
Posisi menyusu, perlekatan salah
Terdapat luka atau bercak putih di mulut (trush)
Ada celah bibir/ langit-langit

Buku Acuan

35

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

I.2. MENYUSUI
Menyusui/meneteki bayi adalah salah satu hal terpenting seorang ibu dapat
membantu bayinya. Hal ini akan membantu bayi sakit lebih sehat dan bayi sehat
tetap sehat. Agar dapat menyusui/meneteki bayi dengan berhasil seorang ibu perlu
mengetahui hal berikut:










Kolostrum sangat penting, akan keluar pada hari-hari pertama setelah lahir.
Posisi ibu dan bayi waktu menyusui/meneteki,
cara melekat yang baik, menghisap dengan
efektif
Biarkan bayi mengisap sampai kenyang (tidak
ada batas waktu)
Tetekan bayi kapan saja dia mau
Perlekatan yang benar
Minum dan makan lebih banyak dari biasanya
Mulut bayi terbuka lebar, bibir
Berikan ASI saja selama 6 bulan
bawah terbuka keluar , areola
Setelah 6 bulan bayi diberikan makanan lain
bagian atas terlihat lebih
banyak, dagu menyentuh
ditambah ASI
payudara.
Minum kapsul vitamin A (200,000 IU) segera
sesudah melahirkan untuk membantu ibu dan bayi mencegah infeksi
Bagaimana caranya memeras ASI kalau ibu dan bayi terpisah atau bayi terlalu
sakit atau terlalu capai untuk menetek

Caranya memberi ASI dengan cangkir atau cawan

Buku Acuan

36

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

I.3. MENJAGA BAYI TETAP HANGAT


Seorang BBL memerlukan kehangatan. Tubuh seorang BBL kecil dan tak dapat
menjaga dirinya tetap hangat. Bila BBL menjadi terlalu dingin, bayi tersebut dapat
meninggal.
Menjaga bayi tetap hangat

Bagaimana Keluarga Sebaiknya Menjaga Bayi Tetap


Hangat
 Mendorong ibu dan keluarganya untuk lakukan metode Kanguru
 Jagalah agar kamar dimana bayi berada tetap hangat dan bebas
dari angin baik siang maupun malam
 Bila tidak lakukan metode Kanguru, gunakan pakaian hangat untuk
bayi (Bila perlu dapat memakai 2 lapis kain)
 Jangan pakai pakaian dan selimut terlalu ketat dan tertutup
Dengan menutupi bayi dengan pakaian dan selimut terlalu ketat
tidak akan membuat bayi menjadi hangat
 Tutup kepala bayi (pakai topi)


Buku Acuan

Letakkan bayi di tempat tidur dengan ibunya dan berikan ASI

37

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

I.4. MELINDUNGI BAYI DARI INFEKSI


Sistem kekebalan pada BBL belum sempurna. Hal ini berarti BBL dapat terkena infeksi
lebih mudah dari pada anak-anak atau orang dewasa. Seorang bayi yang memiliki
masalah pernapasan mungkin lebih rentan terhadap infeksi. Ibu dan keluarga bayi
sebaiknya perlu mengetahui bagaimana melindungi BBL mereka terhadap infeksi.

Bagaimana Keluarga Dapat Melindungi BBL Dari Infeksi












Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
menyentuh/memegang BBL.
Jaga agar kuku jari tangan tetap pendek (kuman dapat hidup di bawah kuku
jari tangan).
Jangan membubuhi apapun (ramuan atau daun-daunan atau produk obatobatan) pada tali pusat BBL. Jagalah agar tali pusat tetap bersih dan kering.
Cucilah semua barang di rumah yang akan bersentuhan dengan bayi:
pakaian, selimut, sprei.
Jagalah agar anak dan orang dewasa yang sakit jauh dari bayi.
Lindungi BBL dari asap di udara (dari asap rokok, asap sewaktu memasak
makanan). Hal ini dapat berakibat pada masalah pernapasan.
Tidurkan BBL di bawah kelambu yang telah diobati anti malaria (bila
tersedia) agar terhindar dari penyakit tersebut (daerah malaria).
Berikan ASI saja kepada BBL. ASI dapat melindungi BBL dari infeksi.
Pastikan bayi memperoleh semua imunisasi sesuai jadwal.
TEMPAT MENDAPATKAN
UMUR
VAKSIN
IMUNISASI

Bayi lahir di rumah:


07
hari

Hepatitis B 0

Rumah

1 bulan

BCG, Polio 1

Posyandu/tempat pelayanan lain

Bayi lahir di RS/RB/Bidan praktek:


07
hari
1 bulan

Hepatitis B 0, Polio 1,
BCG

RS/RB/Bidan

DPT/HB 1, Polio 2

RS/RB/Bidan/posyandu

Jadual selanjutnya dapat dilihat pada Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

KONTROL ULANG:
Bayi yang mengalami asfiksia (misalnya lebih dari 5 menit) mempunyai resiko tinggi
akan mengalami gangguan perkembangan. Kunjungi bidan / nakes sesuai dengan
anjuran.
Gunakan pedoman atau acuan dari Depkes (Stimulasi Deteksi & Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak) atau acuan lainnya.

Buku Acuan

38

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LAMPIRAN 2 : PENCEGAHAN INFEKSI


2.1. CUCI TANGAN
A. LANGKAH-LANGKAH CUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR

1) Buanglah kotoran seperti darah, feses dan kotoran tubuh lainnya.


2) Basahi tangan dengan air mengalir. Bila air mengalir tidak tersedia gunakan :
 Bejana/bak/ember dengan kran.
 Bak/ember dengan gayung. Minta orang lain untuk menuangkan air ke tangan
selagi anda mencuci tangan.
Catatan: Kuman berkembang biak dalam air yang tidak mengalir.
Jangan mencuci tangan dengan air di baskom (bukan air mengalir)
walaupun airnya telah diberi antiseptik dengan Dettol atau Savlon.
3) Cuci tangan dengan menggunakan 7 langkah :
Gosoklah tangan anda dengan sabun dan busanya, secara baik mengenai
seluruh permukaan.
 Gosoklah telapak tangan dengan telapak tangan
 Telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri
diatas punggung tangan kanan
 Telapak dengan telapak dan jari saling terkait
 Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
 Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya
 Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan
kanan dan sebaliknya
 Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, gerakan memutar dan
sebaliknya
Catatan: Air saja tidak menghilangkan protein, minyak, lemak dan kotoran.
Bila memakai sabun tangan taruhlah sabun itu di rak atau tempat sabun yang
berlubang agar tidak berair atau tetap basah.
4) Bilas dengan air mengalir seluruh sabun dan busa yang menempel pada tangan
hingga bersih.
5) Keringkan tangan menggunakan handuk yang bersih atau dibiarkan kering.

10 15 detik :
2 3 menit :

Berapa lama anda cuci tangan


Sesudah hampir semua kegiatan misalnya memeriksa bayi
atau menggunakan toilet atau WC.
Kalau tangan sangat kotor dengan darah atau materi
organik lain (misalnya bila sarung tangan robek) atau
kotoran.

Catatan: Bila cuci tangan dilakukan sebelum tindakan, jangan menyentuh permukaan/ barang
yang kotor sebelum menyentuh pasien, instrumen bersih atau menggunakan sarung tangan.

Buku Acuan

39

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

B. LANGKAH - LANGKAH CUCI TANGAN


MENGGUNAKAN CAMPURAN ALKOHOL DAN PROPYLENE GLIKOL

Karena alkohol saja mengeringkan kulit, campur alkohol dengan propylene


glikol atau sorbitol untuk melembutkan kulit
Membuat campuran alkohol dan propylene glikol atau sorbitol.




Campurkan:
100 ml alkohol (60 90 %) dan
2 ml gliserin, propylene glikol atau sorbitol
Cara mencuci tangan dengan
campuran alkohol dan propylene glikol:

1) Tuangkan 3-5 ml (1 sendok teh) campuran alkohol dan propylene glikol ke


telapak tangan.
2) Gosoklah tangan bersamaan termasuk di antara jari dan di bawah kuku serta
punggung tangan sampai kering.
Harus diingat bila cuci tangan dengan
campuran alkohol dan propylene glikol:


Tidak efektif untuk menghilangkan kotoran, darah, feses atau cairan tubuh lain.

Sesudah setiap 5-10 kali mencuci tangan dengan campuran alkohol dan
propylene glikol, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk membuang
cairan pelembut.

Buku Acuan

40

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

2.2. PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK ALAT DAN BAHAN:


LANGKAH I : DEKONTAMINASI
Cara melakukan dekontaminasi:
1. Segera sesudah dipakai, taruhlah alat dalam ember atau panci plastik berisi
2.
3.
4.
5.
6.

larutan klorin 0,5%.


Tutuplah ember / panci tersebut.
Rendamlah alat selama 10 menit.
Angkat alat dari larutan perendam dengan menggunakan sarung tangan.
Bilaslah alat dengan air atau keringkan segera.
Gantilah larutan perendam:
setiap pagi hari,
kapan saja bila larutan sangat terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuh lainnya,
Bila cairan menjadi keruh.
Catatan:
Jangan biarkan alat terendam lebih dari 10 menit. Perendaman terlalu
lama dalam larutan klorin dapat merusak alat atau barang lainnya.
Selalu gunakan sarung tangan pelindung setiap kali mengangkat alat dari
larutan klorin.

Bagaimana membuat larutan dekontaminasi ?


Klorin biasanya murah, mudah diperoleh dan merupakah zat kimia yang paling cepat
untuk dibuat sebagai larutan dekontaminasi. Klorin dapat ditemukan dalam bentuk
larutan pemutih (bleach), bubuk atau tablet. Di Indonesia ada bleach dalam klorin aktif
5%. Untuk membuat 0,5% larutan dekontaminasi campur:
9 bagian air : 1 bagian klorin
Larutan klorin 0,5% diperlukan untuk dekontaminasi. Bila kurang dari 0,5 % terlalu
lemah mungkin tidak membunuh kuman. Bila lebih dari 0,5% (terlalu kuat) akan
memerlukan klorin lebih banyak, menjadi tidak hemat dan dapat merusak alat.

Buku Acuan

41

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LANGKAH 2: PENCUCIAN
Cara melakukan pencucian:

1. Gunakan sarung tangan (bila alat dan bahan habis pakai terkena
banyak darah atau cairan ketuban, gunakan juga masker dan
pelindung mata).
2. Gunakan sikat yang lembut atau sikat bekas, sabun dan air.
3. Sikatlah alat/barang dengan baik sambil memegangnya di dalam air
(jangan mencoba menyiramkan air). Sikatlah bagian-bagian celah, gigi,
dan sambungan di mana darah dan jaringan melekat.
4. Bilaslah dengan air bersih secara baik untuk menghilangkan semua
sabun.

GUNAKAN DETERJEN DALAM MENCUCI


Deterjen amat penting digunakan agar pencucian efektif. Sebab air saja tidak akan
menghilangkan protein, minyak dan lemak:
Ketika deterjen larut dalam air akan menghancurkan lemak, minyak dan benda
asing lainya sehingga membuat mudah pencucian.
JANGAN GUNAKAN SABUN MANDI ATAU SABUN COLEK untuk mencuci
karena asam lemak dalam sabun akan beraksi dengan mineral dalam air. Hal ini
akan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan.
Jangan gunakan pembersih abrasif misalnya Vim atau Comet. Materi ini dapat
merusak/menimbulkan goresan/celah pada logam atau stainless steel. Kuman
dapat bersembunyi pada celah ini. Hal tersebut juga dapat merusak alat atau
barang lain.

Buku Acuan

42

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LANGKAH 3: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI


Cara Merebus
1. Pisahkan masing-masing bagian tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.
2. Taruhlah semua alat atau barang lain dalam bak untuk merebus.
3. Semua barang harus terendam dalam air.
4. Tutup dan rebus, tunggu hingga mendidih selama 20 menit.
Catatan:
Jangan menambah barang lainnya bila perebusan telah mulai
Jangan merebus air dengan api yang terlalu besar. Hal ini akan menjaga
alat agar tidak rusak dan menghemat bahan bakar.
5. Angkatlah barang/alat dari bak dengan forsep atau tang pengambil yang
telah didisinfeksi
Catatan: Untuk forsep atau alat pengambil gantungkan forsep/alat
pengambil dengan tali pada bak agar mudah mengambil barang.
6. Letakkan alat atau barang dalam bak yang telah didisinfeksi tingkat tinggi.
Catatan: Untuk bak DTT
Taruhlah bak di atas alat-alat lain yang akan direbus. Angkat terlebih
dahulu ATAU
Isilah bak dengan larutan klorin 0,5% dan biarkan terendam selama 20
menit. Lalu tiriskan dari larutan klorin dan bilas dengan air matang.
Keringkan di udara sebelum dipakai.
7. Keringkan dalam udara sebelum memakai atau menyimpan.
Catatan: Jangan biarkan alat/barang yang telah direbus berada di dalam air
yang sudah tidak mendidih. Alat/barang tersebut dapat terkontaminasi
begitu air dingin
Catatan:
Butir keputihan dan keras tertinggal dan menempel pada alat/bahan yang telah
sering direbus. Ini merupakan endapan soda (lime) yang disebabkan oleh soda
garam dalam air. Untuk mengurangi endapan soda (lime), tambahkan cuka ke
dalam air.
Rebus air selama 10 menit agar soda (lime) keluar dari air dan mengendap di
bawah atau di samping panci perebus (lebih baik dari pada menempel pada
alat/instrumen yang direbus) sebelum ditambahkan barang lainnya.
Gunakan air yang sama sepanjang hari. Tambahkan air secukupnya hanya agar
alat terendam.
Buang air dan bersihkan panci setiap hari berakhir.
Membakar (memegang instrumen dalam nyala api) merupakan cara DTT yang
tidak efektif sebab tidak membunuh kuman secara efektif.

Buku Acuan

43

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LANGKAH 3: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI


Cara Mengukus

1. Taruh air di dasar panci penguap.


2. Taruh rak yang berlubang di atas permukaan air.
3. Letakkan semua barang dalam rak (pisahkan semua bagian tabung resusitasi
dan alat lain yang memiliki sambungan) dan tutuplah panci.
4. Panaskan air sampai mendidih.
5. Biarkan mendidih selama 20 menit.
6. Ambil alat/barang dari panci dengan forsep DTT.
7. Letakkan alat/barang dalam bak yang telah didisinfeksi.
8. Keringkan alat/barang di udara terbuka.
9. Bila telah kering gunakan atau simpan alat tersebut.

Buku Acuan

44

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

LANGKAH 4: PENYIMPANAN

Jangan menyimpan alat atau barang lain di dalam cairan. Selalu simpan
dalam keadaan kering. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak di dalam cairan antiseptik maupun cairan disinfeksi dan dapat
mencemari alat tersebut.

Rangkai kembali seluruh bagian alat resusitasi. Gunakan sarung tangan


steril pada saat merangkai alat.

Jagalah agar tempat penyimpanan bersih, kering dan bebas debu.

Bungkus dan bak sebaiknya disimpan paling tidak:






20 25 cm dari atas lantai


45 50 cm dari atap/langit-langit
15 20 cm dari dinding luar

Jangan gunakan kotak karton karena dapat berdebu dan berserangga.

Beri tanggal dan rotasikan bahan habis pakai (masuk dulu - keluar dulu).

Berapa lama alat/barang tetap steril atau terDTT tergantung pada:


 Kualitas pembungkus atau bak.
 Berapa kali bak dibuka.
 Berapa kali paket diproses sebelum dipakai.
 Apakah alat disimpan dalam lemari yang dapat dibuka atau ditutup.
 Keadaan ruang penyimpanan (suhu, kelembaban dan kebersihan).
 Gunakan kantong plastik untuk menutup dan usahakan tidak bocor
(rapat).

Barang disimpan dalam keadaan terbungkus.


Dengan penyimpanan yang baik dan sedikit manipulasi, barang yang
dibungkus dengan baik dapat dianggap steril sepanjang tetap utuh
bungkusnya dan kering.
Catatan: Bila anda meragukan sterilitas alat tertentu, anggap telah terkontaminasi dan
lakukan sterilisasi.

Gunakan barang yang tak terbungkus sesegera mungkin atau simpan


dalam bak tertutup yang telah di DTT untuk kurang lebih 2 minggu.

Buku Acuan

45

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

Formulir Pencatatan
FORMULIR BAYI BARU LAHIR
Pemeriksa (Nama dan Tanda tangan):
_________________________________________________________
Nama bayi: _______________________________ Jenis kelamin: _____
Nama orang tua:
______________________
Alamat:__________________________________
Tanggal & jam lahir : ______________________ Lahir pada umur kehamilan: _______bulan
Tanggal ..
PEMERIKSAAN
1.

Postur, tonus dan aktivitas

2.

Kulit bayi

3.

Pernapasan ketika bayi sedang tidak


menangis

4.

Detak jantung

5.

Suhu ketiak

6.

Kepala

7.

Mata

8.

Mulut (lidah, selaput lendir)

9.

Perut dan tali pusat

Jam ..

Hasil

Tanggal ..

Jam ..

Hasil

10. Punggung tulang belakang


11. Lubang anus
12. Alat kelamin
13. Berat badan
14. Panjang badan
15. Lingkar kepala
ASUHAN/KONSELING

1.

Inisiasi menyusu dini

2.

Salep mata antibiotika profilaksis

3.

Suntikan vitamin K1

4.

Imunisasi Hepatitis B1

5.

Rawat gabung dengan ibu

6.

Memandikan bayi

7.

Konseling menyusui

8.

Tanda-tanda bahaya pada bayi yang


perlu dirujuk

9.

Menjelaskan pada ibu tentang perawatan


bayi di rumah

Waktu
(tanggal, jam)
dilakukan asuhan

Keterangan

Waktu
(Tanggal, jam)
dilakukan asuhan

Keterangan

10. Melengkapi catatan medis


Waktu pemeriksaan kembali/ Kunjungan
Neonatal

Buku Acuan

Tanggal ..

Tanggal ..

46

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR < 2 BULAN


Tanggal kunjungan : _______________
Nama bayi : _____________ L/P Nama orang tua : _____________ Alamat : ____________________
o
Umur : _________ Berat badan : ________ gram, Panjang badan: ___cm Suhu badan : _____ C
Tanyakan: Bayi ibu sakit apa ?_______________ Kunjungan pertama?____ Kunjungan ulang? ____
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan)

KLASIFIKASI

TINDAKAN /
PENGOBATAN

MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT


ATAU INFEKSI BAKTERI
Bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya.

Ada riwayat kejang.


Bayi bergerak hanya jika dirangsang.
Hitung napas dalam 1 menit ____ kali / menit.

o
Ulangi jika 60 kali / menit, hitung napas kedua
____ kali/ menit. Napas cepat.
o

Napas lambat ( < 30 kali / menit ).

Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.


Bayi merintih.
Suhu tubuh 37,5 C
Suhu tubuh < 35,5 C
Mata bernanah : apakah sedikit atau banyak ?
Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut.
Pusar kemerahan atau bernanah.
Ada pustul di kulit.
APAKAH BAYI DIARE ? Ya ____ Tidak ____
Sudah diare selama ____ hari
Keadaan umum bayi :
Letargis atau tidak sadar.
Gelisah / rewel.
Mata cekung.
Cubitan kulit perut kembalinya :
Sangat lambat ( > 2 detik )
Lambat.
MEMERIKSA IKTERUS.
Bayi kuning, timbul pada hari pertama setelah lahir ( < 24
jam )

Kuning ditemukan pada umur 24 jam sampai < 14 hari.


Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.
Kuning sampai lutut atau siku.
Tinja berwarna pucat

Buku Acuan

47

Manajemen Asfiksia BBL untuk Bidan

PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan)

KLASIFIKASI

TINDAKAN /
PENGOBATAN

MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN/ ATAU


MASALAH PEMBERIAN ASI.

Apakah inisiasi menyusu dini dilakukan? Ya ____ Tidak ____


Berat badan menurut umur :
BB/U -2 SD ____
BB/U > -2 SD ____
Ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI?Ya __Tidak_
Apakah bayi diberi ASI ? Ya ____ Tidak ____
Jika ya, berapa kali dalam 24 jam ? ____ kali.
Apakah bayi diberi minuman selain ASI ? Ya ____ Tidak ____

Jika ya, berapa kali dalam 24 jam ? ____ kali

Alat apa yang digunakan ? _________________________


Ada luka atau bercak putih (thrush) di mulut.
Ada celah bibir / langit-langit
JIKA BAYI : ada kesulitan pemberian ASI, diberi ASI < 8 kali dalam 24
jam, diberi makanan/ minuman lain selain ASI, atau berat badan rendah
menurut umur DAN tidak ada indikasi di rujuk ke Rumah Sakit.
LAKUKAN PENILAIAN TENTANG CARA MENETEKI :
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir ?
Jika TIDAK, minta ibu meneteki bayinya.
Jika YA, minta ibu untuk memberitahu saudara jika bayi sudah
mau menyusu lagi.
Amati pemberian ASI dengan seksama.
Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menyusu.
Lihat apakah bayi menyusu dengan baik.
Lihat apakah posisi bayi benar.
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik kepala dan tubuh bayi lurus
badan bayi menghadap ke dada ibunya badan bayi dekat ke ibunya.
Posisi salah posisi benar
Lihat apakah perlekatan benar.
Dagu bayi menempel payudara ibu mulut bayi terbuka lebar bibir
bawah membuka keluar areola bagian atas tampak lebih banyak.
Tidak melekat sama sekali tidak melekat dengan baik melekat
dengan baik
Lihat dan dengar apakah bayi mengisap dalam dan efektif :
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat hanya terdengar suara
menelan.
Tidak mengisap sama sekali tidak mengisap dengan efektif
mengisap efektif
MEMERIKSA STATUS PENYUNTIKAN VITAMIN K1
Tandai rumput jika sudah diberikan segera setelah lahir

Vit K1 diberikan hari


ini

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI (lingkari imunisasi yang dibutuhkan


hari ini)

Imunisasi
yang
diberikan hari

Hepatitis B 0 ___ BCG ___ Polio 1 ___

Buku Acuan

48

You might also like