Professional Documents
Culture Documents
920 1
Ind
m
MANAJEMEN ASFIKSIA
BAYI BARU LAHIR
UNTUK BIDAN
ACUAN
1. ASPHYXIA NEONATORUM
KATA PENGANTAR
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000
kelahiran hidup, sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu
masa neonatal. Target MDGs tahun 2015 untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup memerlukan
rangkaian upaya dan strategi khususnya peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan pada masa neonatal.
Penyebab utama kematian neonatal tersebut adalah asfiksia bayi baru
lahir,prematurita/bayi berat lahir rendah dan infeksi. Data SDKI 2007
menunjukkan 52,7% persalinan terjadi di rumah, dan bidan sebagai penolong
persalinan di lini terdepan akan sering menjumpai kasus asfiksia atau
masalah bayi baru lahir lainnya. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai tentang resusitasi bayi baru lahir dan
penanganan neonates sakit, yang sangat penting dalam upaya penurunan
Angka Kematian Bayi.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2005 Kementerian Kesehatan RI dan
Unit Kerja Koordinasi Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK
Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi telah
mengembangkan pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, dan modul
pelatihan ini telah mengalami beberapa kali revisi sesuai perkembangan ilmu.
Kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan dan revisi buku ini,
kami ucapkan terima kasih. Harapan kami buku ini dapat digunakan dan
dimanfaatkan tidak hanya sebagai pedoman atau bahan belajar bagi
fasilitator dan peserta selama penyelenggaraan pelatihan, tetapi juga sebagai
bahan rujukan/kepustakaan ketika bertugas memberikan pelayanan
kesehatan terhadap bayi baru lahir.
Jakarta, Mei 2010
Direktur Bina Kesehatan Anak
Penanggung Jawab
Tim Penyusun
Ketua
Anggota
Tim Editor
Ketua
Anggota
Anggota
Editor
: Depkes RI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR PENYUSUN ................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
1. Pendahuluan .........................................................................................................
2. Asfiksia Bayi Baru Lahir ......................................................................................
2.1. Penyebab Asfiksia ......................................................................................
2.2. Gawat Janin................................................................................................
3. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir ...............................................................
3.1. Persiapan Keluarga ....................................................................................
3.2. Persiapan Tempat Resusitasi....................................................................
3.3. Persiapan Alat Resusitasi...........................................................................
3.4. Persiapan Diri .............................................................................................
4. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir ..............................................................
5. Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru Lahir ....................................................
5.1. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir (Bagan Alur B) .................................
5.2. Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium.............
6. Asuhan Pasca Resusitasi ...................................................................................
6.1. Resusitasi Berhasil ...................................................................................
6.2. Bayi Perlu Rujukan .....................................................................................
6.3. Resusitasi Tidak Berhasil ...........................................................................
7. Asuhan Pasca Lahir .............................................................................................
8. Pencegahan Infeksi ..............................................................................................
8.1. Cuci Tangan ...............................................................................................
8.2. Pencegahan Infeksi untuk Alat dan Bahan Habis Pakai.............................
Lampiran 1: Asuhan Pasca Lahir ...........................................................................
1.1 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir .........................................................
1.2 Menyusui ............................................................................................
1.3 Menjaga Bayi Tetap Hangat .............................................................
1.4 Melindungi Bayi Dari Infeksi................................................................
Lampiran 2: Pencegahan Infeksi ...........................................................................
2.1 Cuci Tangan ......................................................................................
2.1 Pencegahan infeksi untuk alat dan bahan .........................................
iii
i
ii
iii
1
2
2
3
4
4
4
4
7
8
12
15
17
19
19
23
26
28
30
30
30
35
35
36
37
38
39
39
41
1.
PENDAHULUAN.
Menurut WHO, setiap tahunnya, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38 % meninggal pada masa BBL
(IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas
(32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO,
2007).
Upaya-upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama
kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga profesional. Untuk
menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada
BBL. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan.
Buku acuan ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan
pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi,
tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi dan pencegahan infeksi. Langkahlangkah dalam Manajemen Asfiksia pada buku acuan ini ditujukan untuk bidan yang
pada umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Tujuan Umum:
Peserta mampu melakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir pada model.
Tujuan khusus:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menjelaskan asuhan tindak lanjut bayi baru lahir pasca resusitasi pada kunjungan
neonatal.
7.
Buku Acuan
KEADAAN IBU
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Post Matur (sesudah 42 minggu kehamilan)
Keadaan berikut ini berakibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke
bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia:
Pada keadaan berikut, bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului
tanda gawat janin:
KEADAAN BAYI
Pada pertolongan persalinan, Bidan perlu mengetahui sebelum dan sesudah bayi lahir:
apakah bayi ini mempunyai risiko asfiksia? Pada keadaan tersebut, bicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan diperlukan tindakan resusitasi. Akan tetapi,
pada keadaan tanpa faktor risiko pun beberapa bayi dapat mengalami asfiksia.
Buku Acuan
Oleh karena itu bidan harus siap melakukan resusitasi bayi SETIAP menolong
persalinan.
2. 2. Gawat Janin
Banyak penyebab kenapa bayi mungkin tidak bernapas saat lahir. Sering kali hal ini
terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat gawat janin bayi tidak
menerima oksigen yang cukup.
GAWAT JANIN
APAKAH
JANIN?
GAWAT
BAGAIMANA
MENGETAHUI
GAWAT JANIN?
BAGAIMANA
MENCEGAH GAWAT
JANIN?
BAGAIMANA
MENGIDENTIFIKASI
JANIN
GAWAT
DALAM
PERSALINAN?
BAGAIMANA
MENANGANI
GAWAT JANIN?
*Catatan:
Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring ke sisi kiri untuk meningkatkan aliran oksigen ke
janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah maupun oksigen melalui plasenta lalu ke
janin. Bila posisi miring ke kiri tidak membantu, coba posisi yang lain (miring ke kanan, posisi
sujud). Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati gawat janin.
Buku Acuan
Buku Acuan
Gambar:
Alat Pengisap Lendir DeLee
Buku Acuan
Keterangan :
Alat pengisap lendir De Lee adalah alat yang digunakan untuk mengisap lendir
khusus untuk BBL.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan
steril/DTT.
Alat pengisap lendir DeLee dan sungkup dalam keadaan steril/DTT disimpan dalam
kotak alat resusitasi.
Buku Acuan
Cara Menyiapkan:
Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir yang basah oleh
air ketuban segera setelah lahir.
Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut
ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Kain ke-2:
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat.
Kain ke-2 digelar di atas tempat resusitasi. Saat memulai resusitasi, bayi yang
diselimuti kain ke-1 akan diletakkan di tempat resusitasi, di atas gelaran kain ke-2.
Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3
cm dan dapat disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit ekstensi
(posisi menghidu). Kain ini diletakkan di bawah kain ke-2 pada sisi dekat penolong.
Alat Resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lendir De Lee atau bola karet dan
alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi.
Maksudnya agar sewaktu-waktu mudah diambil saat dilakukan tindakan resusitasi
bayi baru lahir.
Sarung tangan.
memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker, penutup
kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol
dan gliserin.
Keringkan dengan kain / tisu bersih.
Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
Buku Acuan
KEPUTUSAN
TINDAKAN
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah
lahir, sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum,
lakukan penilaian cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar
keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi
Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan
penilaian APGAR; tetapi cara APGAR tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi
BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.
Dalam Manajemen Asfiksia, proses penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan
bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu kali. Setiap tahapan manajemen
asfiksia, senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat keputusan, tindakan apa yang
yang tepat dilakukan.
Dalam Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir dapat dilihat alur penatalaksanaan bayi
baru lahir mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan apa
yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru lahir. Untuk bayi baru lahir yang
langsung menangis atau bernapas spontan dan teratur dilakukan asuhan neonatal
normal (lihat Buku APN Bab IV).
Buku Acuan
BAGAN ALUR:
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
PERSIAPAN
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
A
Manajemen
Bayi Baru
Lahir
Normal
Buku Acuan
B
Manajemen
Bayi Baru
Lahir
Dengan Asfiksia
Buku Acuan
10
BAGAN ALUR A :
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap-megap ?
4. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
1.
2.
3.
4.
5.
Buku Acuan
11
TAHAP I:
LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu <30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan
teratur. Langkah tersebut meliputi:
1) Jaga bayi tetap hangat:
Letakkan bayi di atas kain ke-1 yang ada diatas perut ibu atau sekitar 45 cm dari
perineum.
Selimuti bayi dengan kain tersebut, wajah, dada dan perut tetap terbuka, potong
tali pusat.
Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang telah
digelar di tempat resusitasi
Jaga bayi tetap diselimuti dengan wajah dan dada terbuka dan di bawah
pemancar panas
Buku Acuan
12
Salah
Terlalu ekstensi
Kurang ekstensi
3) Isap lendir
Gunakan alat pengisap lendir DeLee dengan cara sbb :
Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu
memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
bayi tiba-tiba berhenti bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung.
Jika dengan bola karet pengisap lakukan dengan cara sbb :
Tekan bola di luar mulut dan hidung
Masukkan ujung pengisap ke mulut dan lepaskan tekanan pada bola (lendir
akan terisap)
Untuk hidung, masukkan ke dalam lubang hidung sampai cuping hidung dan
lepaskan
4) Keringkan dan rangsang taktil
Keringkan bayi dengan kain ke-1 mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang bayi baru lahir
mulai bernapas.
Rangsang taktil berikut dapat juga dilakukan untuk merangsang BBL mulai
bernafas.
Menepuk/ menyentil telapak kaki ATAU
Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
Ganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang kering di bawahnya.
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada
agar bisa memantau pernapasan bayi.
Buku Acuan
13
5)
Pasang sungkup:
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
Salah
Sungkup terlalu besar, tidak
menutup rapat mulut
dan hidung bayi, mungkin
udara bocor.
2)
Benar
Salah
Sungkup
mulut saja.
menutup
Ventilasi 2 kali:
Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung dan sungkup atau remasan awal balon dan sungkup
penting untuk menguji apakah jalan napas bayi terbuka dan membuka alveoli
paru agar bayi bisa mulai bernapas.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau remasan perhatikan apakah dada bayi
mengembang,
Bila tidak mengembang:
Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan
pengisapan.
Lakukan tiupan 2 kali atau remasan 2 kali dengan tekanan 30 cm air,
bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.
Buku Acuan
14
3)
5)
6)
Buku Acuan
15
Jika dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar, lanjutkan ventilasi selama 10
menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan
kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.
Bayi yang mengalami henti jantung 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.
Buku Acuan
16
BAGAN ALUR B:
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
BAYI LAHIR
PENILAIAN
NILAI NAPAS
1.
2.
3.
4.
5.
LANGKAH AWAL
Jaga bayi tetap hangat
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan dan rangsang taktil
Reposisi
NILAI NAPAS
Konseling
Lanjutkan Resusitasi
Pemantauan tanda bahaya
Perawatan tali pusat
Pencegahan hipotermi
Pemberian vitamin K1 *
Pemberian salep/tetes mata*
Pencatatan & Pelaporan
* Jika saat dirujuk keadaan bayi membaik dan tidak perlu resusitasi, berikan vitamin K1 dan salep/tetes
mata antibiotika. Jika tidak ada kontra indikasi, susui bayi.
Buku Acuan
17
BBL
Jika
Air
Ketuban
Bercampur
Buku Acuan
18
Buku Acuan
19
Pencegahan hipotermi
Membaringkan bayi dalam ruangan > 250C bersama ibunya
Mendekap bayi (kontak kulit bayi ke kulit ibu) sesering mungkin
Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam dan bayi stabil.
Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut.
Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagiansebagian
Pemberian vitamin K1 (Phytomenadione)
Memberikan suntikan vitamin K1 di paha kiri anterolateral 1 mg intramuskular, untuk
mencegah perdarahan bayi baru lahir.
Pencegahan infeksi
Memberikan salep mata antibiotika
Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular di paha kanan, 1 jam
setelah pemberian vitamin K1
Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.
Pemeriksaan fisik
Melihat dan meraba kepala bayi.
Melihat mata bayi.
Melihat mulut dan bibir bayi.
Melihat dan meraba tulang punggung bayi.
Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit, menghitung jumlah jari.
Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
Memastikan adakah lubang anus & uretra, adakah kelainan.
Memastikan adakah buang air besar & buang air kecil.
Pemeriksaan fisis bayi pasca resusitasi harus lebih hati-hati. Pemeriksaan awal
diutamakan pada pemeriksaan pernapasan dan jantung dilanjutkan dengan monitoring
tanda bahaya. Pemeriksaan lengkap sebaiknya dilakukan dalam 24 jam dan setelah
bayi stabil.
Pencatatan dan pelaporan
Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
Sebagaimana pada setiap persalinan, isilah partograf secara lengkap yang
mencakup identitas ibu, riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi
janin dan kondisi Bayi Baru Lahir. Penting sekali dicatat denyut jantung janin, oleh
karena seringkali Asfiksia bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan.
Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan. Saat ketuban pecah
perlu dicatat pada partograf dan berikan penjelasan apakah air ketuban bercampur
mekonium ?
Kondisi Bayi Baru Lahir diisi pula pada partograf. Bila Bayi mengalami Asfiksia
selain dicatat pada partograf perlu dibuat catatan khusus di formulir bayi baru lahir/
Buku Harian / Buku Catatan, cukup ditulis tangan.
Usahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas:
Nama Ibu, tempat , tanggal melahirkan dan waktunya.
Kondisi Janin / Bayi:
Apakah ada gawat janin sebelumnya ?
Apakah bayi cukup bulan
Apakah air ketuban bercampur mekonium ?
Buku Acuan
20
21
Konseling:
o Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
o Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.
Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang keadaan
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja melahirkan.
Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama rujukan.
Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup kepala bayi dan bila
mungkin lakukan perawatan bayi lekat.
Mencegah Infeksi yaitu memberikan salep mata antibiotika, jika tidak diresusitasi
Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya menyusui segera kepada bayinya, kecuali
pada keadaan gangguan napas dan kontraindikasi lainnya
Melakukan pencatatan pada formulir bayi baru lahir, dan buku KIA dan pelaporan
kasus
Buku Acuan
23
Contoh Pencatatan:
RESUSITASI, PERLU RUJUKAN
Ny Khodijah, 42 tahun.
Melahirkan tanggal 7 Mei 2004 pukul 20.15 WIB di rumah.
Bayi laki-laki.
Ketuban pecah pukul 20.05, tidak bercampur mekonium.
Keadaan bayi waktu lahir
: tidak menangis, tidak bernapas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : pukul 20.15 WIB.
Setelah tali pusat dipotong dan diberikan penjelasan kepada ibu, dilakukan
langkah awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 2 kali,
dinilai dan ternyata dada tidak mengembang. Setelah diperiksa dan dibetulkan
posisi kepala dan lendir diisap lagi, diulangi ventilasi 2 kali. Dinilai, dada bayi
mengembang. Dilakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Bayi belum bernapas,
diulangi lagi ventilasi 20 kali dalam 30 detik lalu dihentikan dan dinilai, bayi mulai
bernapas megap-megap. Ventilasi dilanjutkan 30 detik kemudian nilai ulang
napas. Bayi mulai bernapas spontan dan makin teratur.
Waktu bayi bernapas spontan: pukul 20.17 WIB
Asuhan pasca resusitasi:
Pemantauan selama 5 menit, frekuensi pernapasan 4250 kali/menit, warna kulit
pucat dan suhu tubuh bayi 36,9oC. Bayi belum bisa menetek. Setelah 25 menit
frekuensi pernapasan 6270 kali/menit, ada tarikan dinding dada, warna kulit
kebiruan, suhu tubuh 36,4 oC dan tonus otot kurang.
Konseling: Dijelaskan bahwa bayi perlu dirujuk ke rumah sakit
Hasil Resusitasi: Bayi Perlu Rujukan.
Desa Sumbersari Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon pukul 21.05
Bidan Endah Lestari
Buku Acuan
24
SURAT RUJUKAN
Kepada Yth.
Bagian Anak.
RS. Arjawinangun.
Bersama ini kami rujuk bayi Ny Khodijah lahir tanggal 7 Mei 2004 pukul
20.15 WIB di rumah, laki-laki.
Keadaan bayi waktu lahir: tidak menangis, tidak bernapas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : pukul 20.15 WIB.
Langkah Resusitasi yang dilakukan:
Setelah tali pusat dipotong dan dijelaskan kepada ibu, dilakukan langkah
awal selama 35 detik. Bayi belum bernapas. Dilanjutkan ventilasi 2 kali,
dinilai dada tidak berkembang. Setelah diperiksa letak sungkup dan
dibetulkan posisi kepala dan lendir diisap lagi, diulangi ventilasi 2 kali. Dinilai,
dada bayi mengembang. Dilakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik. Bayi
belum bernapas, diulangi lagi ventilasi 20 kali dalam 30 detik lalu dihentikan
dan dinilai, bayi mulai bernapas megap-megap. Ventilasi dilanjutkan 30 detik
kemudian nilai ulang napas. Bayi mulai bernapas spontan dan makin teratur.
Waktu bayi bernapas spontan: pukul 20.17 WIB
Asuhan perawatan lanjutan:
Pemantauan selama 5 menit, frekuensi pernapasan 4250 kali/menit, warna
kulit pucat dan suhu tubuh bayi 36,9oC. Bayi belum bisa menetek. Setelah 25
menit frekuensi pernapasan 6270 kali/menit, ada tarikan dinding dada,
warna kulit kebiruan, suhu tubuh 36,4 oC dan tonus otot kurang.
Mohon bantuan penanganan selanjutnya. Terima kasih
Desa Sumbersari Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon pukul 20.30.
Bidan Endah Lestari
Buku Acuan
25
Bicaralah dengan ibu bayi dan keluarganya tentang tindakan resusitasi dan
kematian bayinya. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan. Berikan asuhan
terhadap ibu bayi dan keluarganya dengan tetap memperhatikan nilai
budaya/kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka.
Bicarakan apa yang mereka inginkan terhadap bayi yang telah meninggal.
Ibu bayi mungkin merasa sedih bahkan menangis. Perubahan hormon setelah
kehamilan mungkin menyebabkan perasaan ibu sangat sensitif, terlebih karena
bayi meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, ajak bicara dengan
orang terdekat atau Bidan.
Jelaskan kepada ibu dan keluarganya bahwa Ibu memerlukan istirahat, dukungan
moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu
terlalu cepat.
Asuhan Ibu:
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu juga mengalami demam
selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi masalah pembengkakan payudara dengan
melakukan hal berikut:
Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan dengan
menggunakan selendang/kemben/kain sehingga ASI tidak keluar.
Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
Pencatatan dan pelaporan:
Buatlah pencatatan selengkapnya mengenai identitas ibu, kondisi bayi, semua
tindakan yang dilakukan secara rinci dan waktunya. Kemudian laporkan pula bahwa
resusitasi tidak berhasil dan sebab tidak berhasil. Laporkan kematian bayi melalui
RT/RW ke Kelurahan dan Puskesmas untuk dilakukan otopsi verbal. Simpanlah
catatan baik-baik sebagai dokumen untuk pertanggung jawaban.
Buku Acuan
26
Contoh pencatatan
Nama Pencatatan:
Ibu: Ny Rukayah, 45 tahun.
Contoh
RESUSITASI TIDAK BERHASIL.
Melahirkan di rumah, tanggal 18 Januari 2004, pukul 01.05
Ketika ketuban pecah, terdapat mekonium pada air ketuban berwarna
kehijauan.
Keadaan Bayi Waktu Lahir: Tidak bernapas, biru, lemas.
Waktu mulai tindakan resusitasi : 01.06
Langkah resusitasi yang telah dilakukan :
Setelah tali pusat dipotong dan dijelaskan kepada ibu, dilakukan langkah awal
selama 1 menit. Bayi tidak bernapas dan dilanjutkan ventilasi 2 kali, dinilai dada
mengembang lalu dilanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik, dihentikan dan
dinilai bayi megap-megap. Diulangi ventilasi 20 kali dalam 30 detik, dinilai, bayi
tidak bernapas. (Resusitasi telah dilakukan 2 menit). Dilakukan penilaian denyut
jantung dan disiapkan rujukan. Frekuensi denyut jantung 0. Resusitasi
dilanjutkan sampai 10 menit. Denyut jantung tetap 0 dan bayi tetap tidak
bernapas. Resusitasi dihentikan.
Hasil Resusitasi: Resusitasi tidak berhasil.
Rujukan tidak dapat dilakukan. Keluarga tidak siap untuk rujukan, suami tidak
ada dirumah.
Bayi dinyatakan meninggal pada pukul 01.16.
Konseling:
Penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang tindakan resusitasi dan kematian
bayinya. Ibu dan keluarga dapat memahami bahwa kematian bayinya
kemungkinan akibat persalinan yang berlangsung lebih dari 20 jam. Bayi akan
dimakamkan besok siang pukul 11.00.
Ibu diberi penjelasan tentang perawatan payudara dan untuk kontrol ulang dan
sebaiknya ikut KB dulu.
Desa Rejoasri Kecamatan Sumber
Bidan Salaharti.
Pada contoh di atas, kemungkinan penyebab resusitasi tidak berhasil adalah karena
terlambat memulai resusitasi, langkah awal yang terlampau lama dan kelalaian
petugas dalam manajemen air ketuban bercampur mekonium yaitu tidak mengusap
mulut dan menghisap lendir dari mulut yang dibuka lebar terlebih dahulu saat langkah
awal. Mungkin saat bayi bernapas megap-megap atau saat dilakukan ventilasi masih
banyak lendir dan mekoneum di jalan napas, akibatnya bayi mengalami aspirasi
PENCATATAN YANG LENGKAP MEMBERIKAN INFORMASI YANG PENTING.
Buku Acuan
27
SETELAH
24
MANAJEMEN
Buku Acuan
28
Konseling menyusui
Memberi konseling ASI eksklusif.
Melanjutkan menyusui.
Memastikan posisi menyusui yang benar.
Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu benar.
Pencatatan dan pelaporan
Melakukan pencatatan pada formulir bayi muda, buku KIA dan pelaporan kasus
Lihat Lampiran 1:
Pada lampiran 1 Buku Acuan ini didapatkan lembar informasi yang perlu disampaikan
kepada ibu dan keluarga mengenai:
1. Tanda- Tanda Bahaya.
2. Menyusui/meneteki bayi
3. Menjaga bayi tetap hangat
4. Melindungi bayi dari infeksi
Buku Acuan
29
8. PENCEGAHAN INFEKSI
Tujuan pencegahan infeksi adalah melindungi bayi dan tenaga kesehatan dari infeksi.
Bayi baru lahir yang mengalami asfiksia sangat rentan terhadap infeksi. Dua hal yang
dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah:
1. Cuci tangan.
2. Pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai.
Buku Acuan
DEKONTAMINASI.
PENCUCIAN.
DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT).
PENYIMPANAN.
30
Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV)
serta berbagai jenis kuman.
Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran
darah, cairan tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.
Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel
pada alat dan bahan habis pakai.
Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak
tersebut mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.
LANGKAH III: DISINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT) (lihat lampiran 2.2.)
DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus (memanasi
dengan uap).
Tujuan DTT:
DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum penggunaan
alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali endospora.
Buku Acuan
31
Endosprora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras, membungkus
kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat membentuk
endospora.
DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan kontak dengan kulit maupun
mukosa membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan
satu-satunya pilihan.
DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.
1) Merebus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat
yang digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.
2) Mengukus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti
tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.
Keuntungan mengukus dibanding merebus:
Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barangbarang dari karet
Menggunakan lebih sedikit air
Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit
Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam
Buku Acuan
32
langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi.
Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan.
Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.
Sungkup silikon dan katup karet
- Sungkup silikon dapat direbus.
- Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
Buku Acuan
33
LAMPIRAN 1:
I. ASUHAN PASCA LAHIR
I. 1. PEMANTAUAN TANDA-TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR
KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
Bayi tidak mau minum atau memuntahkan semuanya.
Ada riwayat kejang
Bayi bergerak hanya jika dirangsang
Hitung napas dalam 1 menit ____ kali / menit
o Ulangi jika 60 kali / menit, hitung napas kedua ____ kali/ menit. Napas cepat
o Napas lambat ( < 30 kali / menit )
Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
Bayi merintih
Suhu tubuh 37,5 C
Suhu tubuh < 35,5 C
Nanah yang banyak di mata
Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut
Pusar kemerahan atau bernanah
Ada pustul di kulit
DIARE
Bayi diare yang ditandai perubahan bentuk feses, lebih banyak dan lebih cair
Gelisah/ rewel
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
IKTERUS.
Timbul kuning pada hari pertama setelah lahir ( < 24 jam )
Kuning ditemukan pada umur 24 jam sampai < 14 hari.
Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.
Kuning sampai lutut atau siku.
Tinja berwarna pucat
KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN/ ATAU MASALAH PEMBERIAN ASI.
Berat badan menurut umur rendah
Ada kesulitan pemberian ASI
ASI kurang dari 8 kali/hari
Mendapat makan/minum selain ASI
Posisi menyusu, perlekatan salah
Terdapat luka atau bercak putih di mulut (trush)
Ada celah bibir/ langit-langit
Buku Acuan
35
I.2. MENYUSUI
Menyusui/meneteki bayi adalah salah satu hal terpenting seorang ibu dapat
membantu bayinya. Hal ini akan membantu bayi sakit lebih sehat dan bayi sehat
tetap sehat. Agar dapat menyusui/meneteki bayi dengan berhasil seorang ibu perlu
mengetahui hal berikut:
Kolostrum sangat penting, akan keluar pada hari-hari pertama setelah lahir.
Posisi ibu dan bayi waktu menyusui/meneteki,
cara melekat yang baik, menghisap dengan
efektif
Biarkan bayi mengisap sampai kenyang (tidak
ada batas waktu)
Tetekan bayi kapan saja dia mau
Perlekatan yang benar
Minum dan makan lebih banyak dari biasanya
Mulut bayi terbuka lebar, bibir
Berikan ASI saja selama 6 bulan
bawah terbuka keluar , areola
Setelah 6 bulan bayi diberikan makanan lain
bagian atas terlihat lebih
banyak, dagu menyentuh
ditambah ASI
payudara.
Minum kapsul vitamin A (200,000 IU) segera
sesudah melahirkan untuk membantu ibu dan bayi mencegah infeksi
Bagaimana caranya memeras ASI kalau ibu dan bayi terpisah atau bayi terlalu
sakit atau terlalu capai untuk menetek
Buku Acuan
36
Buku Acuan
37
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
menyentuh/memegang BBL.
Jaga agar kuku jari tangan tetap pendek (kuman dapat hidup di bawah kuku
jari tangan).
Jangan membubuhi apapun (ramuan atau daun-daunan atau produk obatobatan) pada tali pusat BBL. Jagalah agar tali pusat tetap bersih dan kering.
Cucilah semua barang di rumah yang akan bersentuhan dengan bayi:
pakaian, selimut, sprei.
Jagalah agar anak dan orang dewasa yang sakit jauh dari bayi.
Lindungi BBL dari asap di udara (dari asap rokok, asap sewaktu memasak
makanan). Hal ini dapat berakibat pada masalah pernapasan.
Tidurkan BBL di bawah kelambu yang telah diobati anti malaria (bila
tersedia) agar terhindar dari penyakit tersebut (daerah malaria).
Berikan ASI saja kepada BBL. ASI dapat melindungi BBL dari infeksi.
Pastikan bayi memperoleh semua imunisasi sesuai jadwal.
TEMPAT MENDAPATKAN
UMUR
VAKSIN
IMUNISASI
Hepatitis B 0
Rumah
1 bulan
BCG, Polio 1
Hepatitis B 0, Polio 1,
BCG
RS/RB/Bidan
DPT/HB 1, Polio 2
RS/RB/Bidan/posyandu
Jadual selanjutnya dapat dilihat pada Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
KONTROL ULANG:
Bayi yang mengalami asfiksia (misalnya lebih dari 5 menit) mempunyai resiko tinggi
akan mengalami gangguan perkembangan. Kunjungi bidan / nakes sesuai dengan
anjuran.
Gunakan pedoman atau acuan dari Depkes (Stimulasi Deteksi & Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak) atau acuan lainnya.
Buku Acuan
38
10 15 detik :
2 3 menit :
Catatan: Bila cuci tangan dilakukan sebelum tindakan, jangan menyentuh permukaan/ barang
yang kotor sebelum menyentuh pasien, instrumen bersih atau menggunakan sarung tangan.
Buku Acuan
39
Campurkan:
100 ml alkohol (60 90 %) dan
2 ml gliserin, propylene glikol atau sorbitol
Cara mencuci tangan dengan
campuran alkohol dan propylene glikol:
Tidak efektif untuk menghilangkan kotoran, darah, feses atau cairan tubuh lain.
Sesudah setiap 5-10 kali mencuci tangan dengan campuran alkohol dan
propylene glikol, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk membuang
cairan pelembut.
Buku Acuan
40
Buku Acuan
41
LANGKAH 2: PENCUCIAN
Cara melakukan pencucian:
1. Gunakan sarung tangan (bila alat dan bahan habis pakai terkena
banyak darah atau cairan ketuban, gunakan juga masker dan
pelindung mata).
2. Gunakan sikat yang lembut atau sikat bekas, sabun dan air.
3. Sikatlah alat/barang dengan baik sambil memegangnya di dalam air
(jangan mencoba menyiramkan air). Sikatlah bagian-bagian celah, gigi,
dan sambungan di mana darah dan jaringan melekat.
4. Bilaslah dengan air bersih secara baik untuk menghilangkan semua
sabun.
Buku Acuan
42
Buku Acuan
43
Buku Acuan
44
LANGKAH 4: PENYIMPANAN
Jangan menyimpan alat atau barang lain di dalam cairan. Selalu simpan
dalam keadaan kering. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak di dalam cairan antiseptik maupun cairan disinfeksi dan dapat
mencemari alat tersebut.
Beri tanggal dan rotasikan bahan habis pakai (masuk dulu - keluar dulu).
Buku Acuan
45
Formulir Pencatatan
FORMULIR BAYI BARU LAHIR
Pemeriksa (Nama dan Tanda tangan):
_________________________________________________________
Nama bayi: _______________________________ Jenis kelamin: _____
Nama orang tua:
______________________
Alamat:__________________________________
Tanggal & jam lahir : ______________________ Lahir pada umur kehamilan: _______bulan
Tanggal ..
PEMERIKSAAN
1.
2.
Kulit bayi
3.
4.
Detak jantung
5.
Suhu ketiak
6.
Kepala
7.
Mata
8.
9.
Jam ..
Hasil
Tanggal ..
Jam ..
Hasil
1.
2.
3.
Suntikan vitamin K1
4.
Imunisasi Hepatitis B1
5.
6.
Memandikan bayi
7.
Konseling menyusui
8.
9.
Waktu
(tanggal, jam)
dilakukan asuhan
Keterangan
Waktu
(Tanggal, jam)
dilakukan asuhan
Keterangan
Buku Acuan
Tanggal ..
Tanggal ..
46
KLASIFIKASI
TINDAKAN /
PENGOBATAN
o
Ulangi jika 60 kali / menit, hitung napas kedua
____ kali/ menit. Napas cepat.
o
Buku Acuan
47
KLASIFIKASI
TINDAKAN /
PENGOBATAN
Imunisasi
yang
diberikan hari
Buku Acuan
48