You are on page 1of 9

BAB 4

METODE
4.1 Penetapan Topik Masalah
Sesuai pernyataan masalah yang dikemukakan pada Bab Pendahuluan, maka topik
masalah dalam miniproject ini adalah:
1) Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi.
2) Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya manfaat imunisasi.
3) Bagaimana cara meningkatkan pencapaian target imunisasi di wilayah kerja Puskesmas
Padusunan.
4.2 Pengumpulan Data
4.2.1 Tempat dan Waktu Pelaksana
1. Tempat pelaksanaan

: Lingkungan Kampung Baru Padusunan

2. Waktu pelaksanaan

:Tanggal

Februari 2016

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data secara primer
dengan melakukan kunjungan ke Posyandu area kerja Puskesmas Padusunan.
3.2.3 Populasi dan Sampel Data
Populasi yang digunakan adalah bayi yang ada di daerah penelitian. Sedangkan sampel
yang diambil adalah total sampling dari bayi yang mempunyai usia kurang dari satu tahun pada
wilayah Kampung Baru Padusunan.
3.4 Analisis Data
Data primer yang diperoleh berupa data kualitatif dari hasil kunjungan ke wilayah kerja
Puskesmas Padusunan melalui penyuluhan, dimana hubungan sebab akibat dianalisa berdasarkan
tinjauan pustaka dan dideskripsikan secara naratif.
3.5 Diagnosis Komunitas
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari penyakit
tertentu yakni penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sejak tahun
1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka
pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.

Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan
merata. Kegagalan menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I.

3.6 Pelaksanaan Solusi


Bentuk intervensi yang dilakukan dalam miniproject ini berupa penyuluhan / edukasi
langsung kepada masyarakat. Hal penting yang harus disampaikan dalam penyuluhan yaitu apa
itu imunisasi, bagaimana pentingnya imunisasi, bagaimana akibatnya jika bayi dan balita tidak
diimunisasi, Penjelasan mengenai isi penyuluhan dideskripsikan pada Bab Diskusi.
3.7 Evaluasi
Dibahas pada Bab Diskusi.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, laporan triwulan capaian
imunisasi Puskesmas Padusunan tahun 2015, dan wawancara dengan Kepala Puskesmas dan
Penanggungjawab Program Imunisasi Puskesmas Kampung Baru Padusunan.
Selama triwulan I-III tahun 2015 ditemukan Case
detection rate TB paru di puskesmas pagesangan tahun 2014 adalah 43%.
4.2 Analisis Sebab Akibat Masalah
Didapatkan penyebab masih rendahnya capaian target imunisasi di wilayah kerja
Puskesmas Padusunan adalah sebagai berikut :
No Faktor penyebab
Masalah
A. Man
1
Kader Posyandu Kurang optimalnya
keaktifan sebagian
kader dalam
memberikan penjelasan
mengenai pentingnya
organisasi kepada
masyarakat.
2

Masyarakat

Kurangnya
pengetahuan
masyarakat mengenai
pentingnya imunisasi
dan maraknya isu
negatif seputar
imunisasi yang
mempengaruhi
masyarakat untuk
enggan mengimunisasi

Tolak ukur

Keterangan

Wawancara
dengan
penanggung
jawab program P2
TB dan kepala
Puskesmas

Belum optimalnya
kader P2 TB khusus,
sehingga keberhasilan
penjaringan suspek
TB kurang, karena
hanya dilakukan
dengan cara pasif.

Tanya jawab
dengan
masyarakat saat
penyuluhan dan
wawancara
dengan
penanggungjawab
program P2 TB

Banyak masyarakat
yang belum mengerti
untuk membedakan
batuk biasa dengan
TB paru dan cara
pengobatannya.

keluarga mereka.
Tidak ada
Tenaga Kesehatan

B. Material

Tidak ada

Tidak semua tenaga


kesehatan di
Wawancara
puskesmas yang
dengan
mengerti tentang TB
penanggung
jawab program P2 dan menjaring suspek
TB
TB dan kepala
Puskesmas

C. Metode

D.

Lingkungan

Kurangnya penyuluhan
di dalam dan luar
gedung mengenai
imunisasi.

Wawancara
dengan
penanggung
jawab program P2
TB dan Promkes

Penyuluhan seputar
TB Paru masih sangat
minim dan informasi
yang diberikan oleh
kader saat Posyandu
tidak optimal

Kurang efektifnya
penyuluhan yang
terlaksana karena
masyarakat yang
menolak program
imunisasi tidak hadir
dalam pelaksanaan
penyuluhan.

Wawancara
dengan
penanggung
jawab program P2
TB

Program sekarang
hanya menunggu
rujukan dari BP, tanpa
adanya peran aktif
langsung turun ke
lapangan.

Adanya stigma yang


tidak baik mengenai
imunisasi

Tanya jawab
dengan peserta
penyuluhan

Masih adanya pasien


suspek TB yang
melakukan
pengobatan ke BPS,
dan BPS yang ada
belum memiliki pola
pikir diagnosis ke
arah TB Paru.
Banyak masyarakat
menganggap TB Paru
adalah penyakit
memalukan, sehingga
untuk memeriksakan
dahak ke puskesmas
juga malu.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah

A. Manusia

Mengoptimalan kader yang khusus untuk program P2TB pada setiap Posyandu
yang ada di wilayah kerja.
Rencana

Meningkatkan pelatihan kader baru dan memberikan pelatihan

Pelaksana

secara berkala mengenai penyakit tuberculosis


Pimpinan puskesmas dengan sektor yang terkait seperti Camat,

Sasaran
Waktu

Lurah dan PKK.


Masyarakat setempat
Peningkatan kualitas kader Bulan November 2015 dan

Tempat
Target

pelatihannya berkali 1x3 bulan


Puskesmas
Mengoptimalkan kader khusus P2TB yang membantu dalam
pencapaian penjaringan angka pasien suspek tuberkulosis

Pemberian reward untuk setiap kader P2TB yang dapat menemukan suspek
tuberkulosis yang mau melakukan pemeriksaan dahak
Rencana

Mengusulkan kepada Kepala Puskesmas dan Pemegang program


P2TB untuk memberikan reward kepada kader yang berhasil
menemukan suspek hingga melakukan pemeriksaan dahaknya di

Pelaksana
Sasaran
Waktu

puskesmas
Pimpinan puskesmas dan Pemegang program.
Kader aktif
Reward diberikan setiap 6 bulan atau sesuai persetujuan kepala

Tempat
Target

puskesmas
Puskesmas
Kader khusus P2TB diharapkan aktif dalam menjaring pasien
suspek tuberkulosis baru dan berhasil membujuk untuk
melakukan pemeriksaan dahak

Melakukan penyuluhan individu dan massal di dalam dan di luar gedung mengenai
penyakit TB secara dini dan bahayanya jika tidak diobati.
Rencana

Penyuluhan dalam gedung : Dilakukan secara individual kepada


pasien suspek/ BTA + baru yang ditemukan dan secara
berkelompok dilakukan sebelum pelayanan puskesmas dimulai.
Penyuluhan luar gedung : Dilakukan secara massal saat majelis

Pelaksana
Sasaran
Waktu

taklim, sekolah, kelompok PKK


P2TB, Pemegang program promosi kesehatan,kader P2TB
Masyarakat
Penyuluhan dalam gedung : Individu : Bila ditemukan pasien
suspek/ BTA + baru, kelompok : 1x sebulan
Penyuluhan Luar gedung : Tergantung situasi dan kondisi,

Tempat

minimal 1x sebulan
Dalam gedung : Puskesmas

Target

Luar gedung : Masjid, sekolah, kantor , dan lain-lain


Pengetahuan masyarakat menjadi bertambah dengan diadakannya
penyuluhan secara berkelanjutan

Mengusulkan kepada kepala puskesmas agar dapat menambah 1 orang petugas


laboratorium yang profesional dan melakukan pelatihan pembuatan slide
pemeriksaan dahak yang benar.
Rencana

Mengusulkan penambahan 1 orang petugas laboratorium oleh


kepala puskesmas kepada DKK dan melakukan pelatihan kepada
petugas labor

Pelaksana

Kepala Puskesmas, DKK

Sasaran

Petugas Laboratorium

Waktu

Pengusulan penambahan petugas labor : November 2015


Pelatihan : Desember 2015

Tempat

Puskesmas

Target

Terbentuknya petugas laboratorium yang cepat dan tepat dalam


membuat slide pemeriksaan dahak dan segera mengirim ke
puskesmas rujukan untuk diperiksa

B. Material

Penyebaran dan penempelan leaflet dan poster mengenai penyakit tuberkulosis di


wilayah kerja Puskesmas Pagesangan.
Rencana

- Penyebaran dan penempelan leaflet di wilayah kerja puskesmas


Pagesangan dan memaksimalkan usaha mobil informasi
- Memperbaiki sarana audio untuk pemutaran rekaman tentang
tuberkulosis di ruang tunggu balai pengobatan
- Bekerja sama dengan radio yang ada di kecamatan Lubuk

Pelaksana

Kilangan dalam hal pengiklanan tentang penyakit tuberkulosis


P2TB, kader P2TB, Promosi Kesehatan, dokter muda/ mahasiswa

Sasaran
Waktu

praktek di puskesmas
Masyarakat
- Penyebaran dan penempelan leaflet dan poster : 1x sebulan
- Penyiaran mobil keliling : 1 kali sebulan

Tempat
Target

- Kerjasama dengan radio : Diiklankan beberapa kali seminggu


Puskesmas, kelurahan wilayah kerja puskesmas
- Dengan gencarnya penginformasian mengenai tuberkulosis
diharapkan meratanya informasi yang di dapat oleh masyarakat
dan semakin pengetahuan masyarakat tentang TB

Mengoptimalkan pendanaan dari anggaran pemerintah untuk program P2TB.


Rencana

Perincian pembagian dana pada saat rapat staf puskesmas dan

Pelaksana
Sasaran
Waktu
Tempat
Target

meningkatkan kerjasama lintas program


Kepala puskesmas, P2TB, program promosi kesehatan
Pemegang program di puskesmas
Ditetapkan saat adanya rapat triwulan staf di puskesmas
Puskesmas
Mengoptimalkan penggunaan dana yang terbatas dari anggaran
yang ada

Mengoptimalkanjumlah sarana laboratorium yang ada di Puskesmas.


Rencana

Pengadaan reagen, objek glass, dan gelas penampung dahak


secara efisien

4.4 Pemilihan Intervensi

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di masyarakat maka harus ditingkatkan


partisipasi puskesmas untuk melakukan penyuluhan penyakit Tuberkulosis secara bertahap dan
menyeluruh di setiap dusun, dan kelurahan di Kecamatan Pagesangan. Hal penting yang harus
disampaikan dalam penyuluhan yaitu bagaimana gambaran penyakit TB, bagaimana penularan
penyait dan yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mencegah agar hidup kita terbebas
dari infeksi TB paru. Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengkomunikasikan hak-hak pasien
TB (TB Patient Charter) kepada kelompok-kelompok masyarakat, organisasi masyarakat,
organisasi keagamaan, penyedia pelayanan dan pihak lainnya yang terkait. Intervensi yang
dilakukan mencakup kampanye TB (Stop TB Campaign) untuk meningkatkan pengetahuan dan
dukungan untuk Stop TB secara nasional, mengurangi stigma TB dengan cara meningkatkan
jumlah tersangka TB yang memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan, mempromosikan obat
TB program yang berkualitas dan tanpa biaya serta pengobatan pasien TB di setiap fasilitas
kesehatan. Intervensi kedua yang dilakukan adalah proteksi dini bagi pasien yang memiliki
riwayat keluarga dan lingkungan tempat tinggal dengan kasus TB paru yang cukup tinggi.
Misalnya untuk setiap individu yang memiliki faktor risiko terinfeksi Tuberkulosis Paru
diberikan INH dengan dosis yang telah ditentukan. Intervensi ketiga yaitu dengan menegakkan
diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat terhadap penderita TB Paru guna memutuskan
rantai penularan dari penderita ke orang sehat. Intervensi keempat adalah melakukan monitoring
pengobatan TB dengan memantau setiap minggu kepatuhan pasien untuk minum obat TB dan
melakukan pemeriksaan sputum bulan ke2, 3,4,5/6, 7/8 dan akhir pengobatan.

4.5 Pelaksanaan
Deteksi dini kasus TB dilakukan melalui skrining pasien TB di poliklinik Puskesmas Pagesangan
pada tanggal 13 Oktober 2015. Ditemukan 15 dahak yang terkumpul dari 20 orang suspek TB,
semuanya tidak mempunyai hasil sputum BTA positive.

You might also like