Professional Documents
Culture Documents
buruk.
Silverman, direktur pusat studi anak berbakat di Denver, mengatakan bahwa anakanak dengan keistimewaan ganda ini mempunyai karakter yang unik, mereka
seringkali disebut visual-spatial learners dan memiliki long-term memory yang sangat
bagus, yang membutuhkan metode diagnosis dan pengajaran yang berbeda. Mereka
juga anak yang sangat sensitif dengan sikap guru.
Anak G/LD memandang dirinya sebagai anak yang tidak mampu di bidang akademik,
sehingga meningkatkan motivasi untuk menolak tugas-tugas sekolah. Anak dengan
keistimewaan ganda ini sering merasa malu dan memandang bahwa dirinya tidak
mampu bersekolah. Inilah yang mematahkan semangat mereka. Tidak jarang dari
mereka meneruskan perasaan tentang kegagalan ini di sekolah, sementara di rumah ia
mampu belajar dan berkarya. Mereka sering memiliki konsep diri yang negatif dan
membuat dirinya merasa bahwa sesungguhnya tidak sama dengan teman sebayanya.
Kesalahan Diagnosa
Kesalahan diagnosa bagi anak gifted sangat mungkin terjadi. Mereka seringkali tidak
didiagnosa oleh guru, dokter atau psikolog sebagai anak berbakat tinggi, mereka justru
banyak didiagnosa sebagai anak autis ringan, Attention Deficit Hiperactive Disorder /
Attention Deficit Disorder (ADHD/ADD), disleksia, disphasi/aphasia, retardasi mental
atau gangguan perkembangan lainnya. Mengapa demikian? Hal ini karena individu
gifted seringkali mempunyai karakteristik yang berpotensi untuk berperilaku negatif,
terutama bagi anak gifted yang kemampuan kreativitasnya sangat tinggi.
Hal itu terutama disebabkan antara lain karena mereka:
overaktif secara fisik atau mental;
ceroboh (sloppiness) dan disorganized dengan hal-hal yang dianggapnya tidak
penting;
pelupa, mind wanders, suka daydreaming;
kurang tertarik pada hal-hal yang kecil;
penuntut;
temperamental, moody;
tidak komunikatif, emotional withdrwan; sinis, suka beragumentasi;
suka menanyakan aturan, otoritas, moral yang umum;
stubborn, uncooperative, menentang dominasi.
Dalam keseharian, menurut pengamatan Silverman, karakteristik anak G/LD yang
mempunyai potensi negatif antara lain:
short term memory-nya sangat buruk,
berusaha dengan kata-kata bersimbol,
menolak tugas-tugas menulis
punya kesulitan tinggi dalam spelling,
daya usaha rendah,
punya kesulitan dalam menghafal dan mencatat dikelas,
sering kurang berkonsentrasi di kelas,
lemah dalam auditory memory,
lemah dalam tata bahasa, punctuation (tanda-tanda baca), kapitalisasi,
kemungkinan besar tidak bisa belajar sesuatu kecuali yang sangat diminatinya;
sangat buruk dalam pekerjaan dengan waktu terbatas,
disorganized,
sangat pandai menolak alasan,
hiperaktif, diselingi dengan periode konsentrasi yang sangat intens
kadang-kadang seperti terlapisi kaca,
tidak bisa mengingat tiga langkah instruksi.
Karena kecenderungan memiliki perilaku seperti itu maka dengan menggunakan
kriteria diagnosa DSM IV, mereka masuk kategori anak-anak dengan gangguan
tertentu. Hingga tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan obat-obatan yang dapat
mengurangi kemampuan intelektualnya. Belum lagi adanya perlakukan (hukuman)
dari guru-guru atau orangtua yang merasa terganggu dengan perilaku anaknya.
Karenanya anak-anak berbakat tinggi (highly gifted), terutama bagi mereka yang
kreativitasnya sangat tinggi seringkali mempunyai self- esteem dan self-concept rendah.
Maka tidak sedikit dari mereka yang mengalami kegagalan di sekolah.
Sulit Diidentifikasi
Melakukan identifikasi anak-anak dengan keistimewaan ganda ini memang tidak
mudah, karena orangtua maupun guru seringkali lebih memfokuskan pada kelemahan
si anak, dan sangat sedikit perhatian pada kelebihannya. Sejumlah peneliti yang
tertarik dalam anak G/LD memfokuskan pada pola skor Wechsler Intelligence Scale for
Children- Revised (WISC-R) untuk mengidentifikasi. Namun data dari penelitian ini
menunjukkan hasil pola yang tidak konsisten. Schiff dkk (1981) melaporkan bahwa
catatan tentang kesenjangan skor Verbal-Performance (V-P) dengan skor verbal lebih
tinggi, sementara Waldron (1990) menemukan bahwa kesenjangan yang signifikan
antara skor Verbal dan Performance bukan merupakan indikasi yang baik pada anak
dengan kesulitan belajar. Schiff dkk. menyimpulkan dalam laporan penelitiannya
bahwa kelompok anak yang punya IQ superior/LD menampakkan kemampuan verbal
di atas rata-rata dan mempunyai sejumlah kemampuan dan bakat yang kreatif, tetapi
ada indikasi kelemahan pada aktivitas koordinasi motorik, perkembangan emosi dan
kelemahan pada area tertentu dalam berpikir. Menurut Waldron, anak-anak ini
cenderung tergantung pada kemampuan visual untuk mengingat kata dan analisa.
Mereka juga mempunyai kelemahan dalam beberapa hal auditory, seperti
membedakan suara dan short-term memory.
Sedangkan Vaidya (1993) menggunakan cara lain lagi untuk mengidentifikasi. Ia
melakukan beberapa tes tipe portofolio, tes kreativitas, informasi tentang IQ serta tes
prestasi belajar. Pengukuran IQ digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan anak dalam berpikir, sementara test prestasi belajar dilakukan untuk
mengetahui keberbakatan si anak dalam subjek tertentu. Lalu portofolio digunakan
untuk mengetahui proses berpikir dan keunikan ide-ide. Dan tes kreativitas digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir divergen.
Sementara psikolog yang lain, menyarankan menggunakan Scales for Rating the
Behavioral Characteristics of Superior Students (SRBCSS), untuk mengetahui skala
tentang learning, motivasi, kreativitas, kepemimpinan, musik, drama, dan komunikasi.
Yang menarik, dalam pengamatan itu ditemui bahwa anak-anak tersebut seringkali
mempunyai minat yang tinggi terhadap satu atau berbagai hal di rumah. Mereka dapat
membuat bangunan yang sangat fantastik dengan balok-balok. Kemampuan kreatif,
kekuatan intelektual yang mereka salurkan pada hobinya itu merupakan indikator
keberbakatan mereka (Renzulli, 1979). Dan karena anak-anak itu sangat cerdas dan
sensitif, mereka menyadari betul kesulitannya dalam belajar. Selanjutnya, mereka
cenderung menggeneralisasikan perasaan tentang kegagalan belajar itu pada semua
rasa ketidakmampuan dan terhadap segala hal.
Pendidikan yang Tepat
Dalam merencanakan pendidikan bagi anak G/LD adalah penting memperhatikan
perkembangan dari kemampuan yang menonjol, minat, dan kapasitas intelektual
mereka. Dan persoalan kesulitan belajar mereka yang cenderung menjadi permanen,
juga seyogyanya menjadi pertimbangan penting untuk mengarahkan dan mendorong
mereka untuk menggunakan strategi kompensasi. Jadi kita hendaklah mencari cara
untuk mengurangi kesulitan yang mereka alami dengan mengembangkan kemampuan
yang mereka miliki.
Program yang disediakan untuk mereka haruslah difokuskan pada hal-hal yang
menjadi kelemahan mereka. Mereka harus dibimbing untuk memahami kelemahan
dan kelebihannya lalu diarahkan untuk menyadari cara yang tepat untuk mengurangi
kesulitannya dalam belajar, dan sebaliknya memupuk keberbakatanya. Para guru dan
orangtua harus membantu anak- anak ini untuk membentuk konsep diri yang realistis
dan sehat, di mana mereka dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya. Mereka harus disadarkan bahwa mereka dapat mengembangkan cara
alternatif dalam berpikir dan berkomunikasi, karena mereka dapat belajar sesuai
dengan kelebihan yang dimilikinya.
Anak dengan keistimewaan ganda ini membutuhkan kurikulum yang tepat yang
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka akan pendidikan khusus bagi kedua
keistimewaan tersebut. Kebutuhan ini berhubungan dengan keberbakatannya dan
kelemahan atau kesulitannya yang spesifik (Whitemore, 1981). Dan jangan sampai
perlakuan-perlakuan yang diberikan justru menghambat perkembangan dan
pengekspresian keberbakatannya.
Bagaimana Orangtua Seharusnya?
Seperti yang telah diketahui bahwa orangtua adalah orang terdekat yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan anaknya. Marker dan Udall (1997) memberikan
beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk membantu anaknya yang
G/LD, antara lain :
Orangtua harus menjadi pendorong atau pendukung yang efektif bagi anaknya.
Langkah pertama untuk menjadi pendorong yang efektif adalah belajar sebanyak
mungkin tentang G/LD.
Carilah orangtua yang juga memiliki anak G/LD agar bisa berbagi pengalaman, dari
sini mungkin akan di dapatkan cara-cara atau tips dalam menangani anak.
Kunjungilah lembaga terdekat yang memiliki program pendidikan khusus untuk
anak gifted dengan learned disabled dan mintalah bantuan. Jika pertimbangkan
kemungkinan pendirian program khusus untuk anak-anak ini. Meski bukan hal yang
mudah, hal ini bisa dilakukan.