You are on page 1of 1

Antigen adalah suatu substansi yang mampu merangsang terbentuknya

respon imun yang dapat dideteksi, baik respon imun seluler, respon imun
humoral atau kedua-duanya. Karena sifatnya itu antigen disebut juga sebagai
imunogen. Imunogen yang paling poten umumnya merupakan makromolekul
protein, polisakarida atau polimer sintetik yang lain seperti polivinilpirolidon
(PVP). Imunogenitas dari suatu imunogen bergantung dari antigennya sendiri,
cara masuknya, hewan atau manusia yang menerima antigen tersebut dan
kepekaan dari metode yang digunakan untuk mendeteksi respon imunnya.
Agar antigen dapat dikenali oleh sel limfoid, antigen akan disajikan oleh selsel tertentu yang disebut dengan Antigen Presenting Cells (APC) (Abbas
dkk, 1991; Roitt dkk., 1993).
Makrofag disaping berfungsi sebagai fagosit profesional juga merupakan APC
yang
pertama diketahui. Makrofag dijumpai dalam sirkulasi darah maupun dalam
jaringan dan bersama-sama dengan sel polimorfonuklear (PMN) melawan
zat-zat asing yang patogen. Makrofag mampu menelan antigen yang
berbentuk partikel maupun yang larut, kemudian memprosesnya dengan cara
degradasi, denaturasi atau modifikasi dan selanjutnya menyajikan fragmenfragmen antigen tersebut kepada sel T. Selain Makrofag masih ada beberapa
sel lain yang dapat berperan sebagai APC (Abbas dkk., 1991; Bellanti, 1985).
Respon imun akan diawali dengan pemrosesan antigen yang disusul dengan
presentasi fragmen-fragmen antigen oleh APC. Presentasi ini harus dilakukan
bersama-sama dengan MHC kelas II, Limfosit T helper (CD 4+) melalui
reseptor TcR akan mengenal antigen yang disajikan bersama dengan MHC
kelas II, kemudian memberikan sinyal kepada sel B untuk berproliferasi dan
berdiferensiasi (Bellanti, 1985; Hendrik, 1989; Subowo, 1993).
Secara garis besar semua sel yang menampilkan MHC kelas II dapat
bertindak sebagai APC, misalnya sel-sel dendritik, kupfer, langerhans,
endotel, fibroblast dan sel B. Diantara sel-sel diatas sel dendritik, makrofag
dan sel B merupakan APC terpenting, bahkan sel dendritik folikuler mampu
menyajikan antigen natif dalam bentuk kompleks imun tanpa memprosesnya
terlebih dahulu. Diduga sel-sel ini bertindak sebagai tempat menampung
antigen natif atau kompleks antigen antibodi. Antigen atau kompleks antigen
antibodi melekat pada permukaan sel dendritik folikuler tanpa diproses lebih
lanjut. Bagian-bagian sel yang berbentuk tonjolan dilepaskan bersama-sama
dengan komplek antigen antobodi dan membentuk butir-butir komplek imun
yang disebut dengan icoccomes. Icoccomes ini kemudian ditangkap oleh sel
B atau makrofag untuk diproses lebih lanjut. Vitetta et al membuktikan bahwa
sel dendritik merupakan APC pertama yang mengaktivasi sel T pada hewan
percobaan yang belum pernah tersensitisasi. Sedangkan makrofag dan sel B
hanya menyajikan antigen kepada sel Byang teraktivasi atau sel T memori
(Abbas dkk, 1991; Roitt dkk, 1993; Kresno, 1991).

You might also like