Professional Documents
Culture Documents
Cidera kepala
adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak,
durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma tertutup
maupun trauma tembus.
Cidera kepala dibagi menjadi tiga yaitu cidera kepala ringan, sedang dan berat.
Cidera kepala ringan adalah trauma kepala dengan skala Glasgow Coma Scale 15 (sadar
penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala dapat terjadi
abrasi, lacerasi, haematoma kepala dan tidak ada kriteria cidera sedang dan berat.
Sedangkan cidera berat adalah keadaan dimana struktur lapisan otak mengalami cidera
berkaitan dengan edema, hyperemia, hipoksia dimana pasien tidak dapat mengikuti
perintah, coma (GSC < 8) dan tidak dapat membuka mata.
B. KLASIFIKASI TINGKAT KESADARAN
Tingkat kesadaran atau responsivitas dikaji secara teratur karena perubahan pada
tingkat kesadaran mendahului semua perubahan tanda vital dan neurologik lain.
1. Kompos metis (GCS 14-15)Suatu keadaan sadar penuh atau kesadaran yang normal
2. Somnolen (GCS 13-11)Suatu keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih penuh
bila dirangsang. Somnolen disebut juga letargi atau obtundasi. Somnolen ditandai
dengan mudahnya klien dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan
menangkis rangsang nyeri.
3. Sopor atau Stupor (GCS 8-10)
Suatu keadan dengan rasa ngantuk yang dalam. Klien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan
rangsang nyeri klien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah
tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari klien. Gerak
motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.
4. Koma ringan atau semi koma (GCS 5-7)
Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflek (kornea, pupil
dan sebagainya) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap
rangsang nyeri. Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi, merupakan
jawaban primitif. Klien sama sekali tidak dapat dibangunkan.
5. Koma (dalam atau komplit) (GCS 3-4)
Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri
yang bagaimanapun kuatnya.
C. TANDA DAN GEJALA CIDERA KEPALA BERAT
1. Gejala
Merasa lemah, lesu, lelah, hilang keseimbangan, perubahan tekanan darah atau normal
perubahan frekuensi jantung, perubahan tingkah laku atau kepribadian, inkontenensia
kandung kemih / khusus mengalami gangguan fungsi, mual, muntah, dan mengalami
perubahan selera makan / minum, kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope,
tinnitus, kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan, sakit
kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, trauma baru karena kecelakaan
konfusi, sukar bicara, dan kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
2. Tanda
Cidera kepala berat mempunyai tanda yang variabel yaitu :
a. Perubahan kesadaran
b. Depresi
c. Latergi
d. Muntah (mungkin proyektif)
e. Ataksia atau cara berjalan tidak tetap
f. Gangguan menelan
g. Perubahan kesadaran sampai koma
h. Cidera orthopedic
i. Kehilangan tonus otot
j. Perubahan status mental
k. Cemas
l. Perubahan pupil
m. Mudah tersinggung
n. Kehilangan penginderaan
o. Delirium (suatu kondisi dimana kesadaran menjadi kabur dan disertai ilusi atau
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
halusinasi)
Kejang
Kehilangan sensasi sebagian tubuh
Agitasi
Wajah menyeringai
Bingung
Respon menarik pada rangsang
Perubahan pola nafas
Nyeri yang hebat
Nafas bunyi rochi
Gelisah
Fraktur atau dislokasi
Gangguan rentang gerak
Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Afasia motoris atau sensoris
Bicara tanpa arti disartria anomia
PATHWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-Scan
Mengidentifikasi adanya hemorragic, ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati.
2. Foto tengkorak atau cranium
Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak.
3. MRI (Magnetic Resonan Imaging)
Gunanya sebagai penginderaan yang mempergunakan gelombang elektomagnetik.
4.
Laboratorium
Kimia darah : mengetahui ketidakseimbangan elektrolit.
Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
Screen Toxicologi : Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan
kesadaran.
5. Cerebral Angiography :
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder
menjadi udema, perdarahan dan trauma.
6. Serial EEG : Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
7. X-Ray : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
8. BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil.
9. PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
10. CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
11. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
G. KOMPLIKASI CIDERA KEPALA BERAT
1. Kebocoran cairan cerebrospinal, dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan
terjadi pada 2 6 % pasien dengan cidera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan
dengan elevasi kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien. Drainase lumbai dapat
mempercepat proses ini. Walaupun pasien ini memiliki resiko meningitis yang meningkat
(biasanya pneumolok), pemberian antibiotik profilaksis masih kontoversial. Otorea atau
rinorea cairan cerebrospinal yang menentap atau meningitis berulang merupakan indikasi
untuk operasi reparatif.
2. Fistel Karotis-Kavernosusu, ditandai oleh trias gejala : eksolftalmos, kemosisi dan bruit
orbital dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cidera. Anglografi diperlukan untuk
konformasi diagnosis dan terapi dengan oklusi balon endovaskular merupakan cara yang
paling efektif dan dapat mencegah hilangnya penglihatan yang permanen.
3. Diabetes Incipidus, dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,
menyebabkan penghentian sekresi hormon antidiuretik. Pasien mengekskresikan
sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan hipernatremia dan deplesi volum.
Vasopresin arginin (pitressin) 5 10 unit intravena, intramuscular, atau subkutan setiap 4
6 jam atau desmopressin asetat subkutan atau intravena 2 4 mg setiap 12 jam,
diberikan untuk mempertahankan pengeluaran urin kurang dari 200 ml/jam, dan volume
diganti dengan cairan hipotonis (0,25 5 atau 0,45 % salin) tergantung pada berat
ringannya hipernatremia.
4. Kejang Pascatrauma, dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama)
atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak merupakan predesposisi untuk
kejang lanjut. Kejang dini menunjukkan resiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan
pasien ini harus dipertahankan dengan antikonvulsan. Insidens keseluruhan epilepsi
pascatrauma lanjut (berulang, tanpa provokasi) setelah cidera kepala tertutup adalah 5 %;
resiko mendekati 20 % pada pasien dengan perdarahan intrakranial ayau fraktur depresi.
5. Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.
6. Meningitis Ventrikulitis
7. Infeksi saluran kemih
8. Perdarahan gastrointestinal
9. Sepsis asam negatif
10. Kebocoran CSS
H. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN PADA PASIEN CIDERA
KEPALA
1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya
pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater,
pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat
terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus
temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil
ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi,
Peningkatan suhu
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik.
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat
diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2
hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri,
berfikir lambat, kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh
darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral,
dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah
dan
permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk
I. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif :
a. Bedrest total
b. Pemberian obat-obatan
c. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
d. Tindakan terhadap peningkatan TIK :
1) Pemantauan TIK dengan ketat
2) Oksigenasi adekuat
3) Pemberian manitol
4) Penggunaan steroid
5) Peningkatan kepala tempat tidur.
6) Bedah neuro
e. Tindakan pendukung
1) Dukung ventilasi
2) Pencegahan kejang
3) Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
4) Terapi anti konvulsan
5) Klorpromazin : menenangkan pasien
6) Selang nasogastrik
f. Prioritas Perawatan :
1) Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2) Mencegah komplikasi
3) Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4) Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5) Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan,
dan rehabilitasi.
g. Tujuan :
1) Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2) Komplikasi tidak terjadi
3) Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain\
4) Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5) Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga
sebagai sumber informasi.
J. PENGKAJIAN
1. Survei primer dan sekunder :
ATLS menyediakan kerangka kerja untuk survei trauma primer dan sekunder dan
pengkajian dari cedera kepala. Survei primer dan sekunder dilakukan sesuai dengan
Unresponsive
d. Pemeriksaan minineurological : GCS, ukuran pupil dan respon, dan fungsi
motorik (lateralisasi menunjukkan lesi fokal)
5. Pengkajian 6B pada pasien Cedera Kepala:
BREATHING
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
BLOOD:
Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
BLADER
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
BOWEL
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan
(disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
BONE
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada
spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan gangguan Neurologis ( cedera kepala ).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Gangguan integritas kulit, penurunan Hemoglobin
Kriteria evaluasi:
INTERVENSI
1. Pantau frekuensi,
irama,
RASIONAL
1. Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi
pulmonal
atau
menandakan
lokasi/luasnya
kemampuan
pasien
untuk
melindungi
jalan
napas
Kehilangan
refleks
menelan
atau
batuk
sesuai indikasi.
3. Angkat kepala tempat tidur
intubasi.
3. Untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi paru
4. Anjurkan
pasien
untuk
warna
dan
4. Mencegah/menurunkan atelektasis.
5. Penghisapan biasanya dibutuhkan jika pasien koma
atau dalam keadaan imobilisasi dan tidak dapat
membersihkan jalan napasnya sendiri. Penghisapan
pada trakhea yang lebih dalam harus dilakukan
dengan ekstra hati-hati karena hal tersebut dapat
menyebabkan atau meningkatkan hipoksia yang
suara
perhatikan
jaringan.
6. Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru
napas,
daerah
hipoventilasi
dan
adanya
misal:
ronkhi,
wheezing, krekel.
7. Pantau analisa gas darah,
tekanan oksimetri
8. Lakukan ronsen
thoraks
ulang.
9. Berikan oksigen.
ada indikasi.
menghindari
dini
perkembangan
infeksi
alat
kulit
untuk
yang
terpasang
daerah
pertama
invasi,
catat
komplikasi selanjutnya.
3. Dapat mengetahui perkembangan infeksi
memungkinkan untuk melakukan tindakan
dengan segera dan pencegahan terhadap
komplikasi selanjutnya.
4. Dapat mengindikasikan
sepsis
yang
perkembangan
selanjutnya
memerlukan
mencegah/
meminimalisir
terjadinya
Mempertahankan
tingkat
kesadaran
biasa/perbaikan,
kognisi,
dan
motorik/sensorik.
Kriteria hasil:
INTERVENSI
RASIONAL
1. Tentukan faktor-faktor yg
1. Penurunan tanda/gejala neurologis atau
menyebabkan
koma/penurunan
peningkatan TIK.
2. Pantau
neurologis
dan
/catat
secara
bandingkan
status
teratur
dengan
3. Evaluasi
keadaan
dan
kanan,
tingkat
potensial
kesadaran
peningkatan
TIK
dan
dan
pupil,
2. Mengkaji
reaksi
terhadap cahaya.
(III)
berguna
untuk
parasimpatis.
cahaya
Respon
mencerminkan
terhadap
fungsi
yang
penurunan
Hipovolemia/hipertensi
kesadaran.
dapat
fungsi
suhu,SPO2.
mengakibatkan
kerusakan/iskhemia
pada
hipotalamus.
mukosa.
hipotermia
atau
pelebaran
efek
ketenangan,
stimulasi
eksternal
dan
berikan
kenyamanan,
seperti
/membatasi
derajad
indikasi/yang
sesuai
dapat
ditoleransi.
9. Batasi pemberian
istirahat
untuk
sehingga
dan
akan
oedema
mengurangi
atau
resiko
edema
serebral,
sesuai indikasi.
TD dan TIK.
10. Menurunkan hipoksemia, yang mana
dapat meningkatkan vasodilatasi dan
volume
darah
serebral
yang
meningkatkan TIK.
11. Diuretik digunakan pada fase akut untuk
menurunkan
air
dari
sel
otak,
obat
sesuai
indikasi,
misal:
diuretik,
steroid,
analgetik,
antipiretik.
antikonvulsan,
sedatif,
kegelisahan,
agitasi.
Antipiretik
mempunyai
pengaruh
DAFTAR PUSTAKA