You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN TBC

DISUSUN OLEH :
Mohammad khoiruly Anwar

PRODI : D3 KEPERAWATAN

STIKes BANYUWANGI
JLn. Letkol Istiqlah No. 109 Banyuwangi
Tahun Ajaran 2015/2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem
pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru
(Hidayat, 2008: 79).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Keluarga mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga Tn..........dengan penyakit
TBC
Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn........ dengan TBC
2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga Tn... dengan TBC
3. Menyusun intervensi keperawatan keluarga Tn... dengan TBC
4. Melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn... dengan penyakit TBC
5. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn.... dengan penyakit TBC

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada asuhan keperawatan keluarga ini yaitu :
BAB 1
: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
BAB 2
BAB 3
BAB 4

sistematika penulisan.
: Konsep penyakit tentang Diare.
: Konsep asuhan keperawatan keluarga dengan Diare
: Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB 2
KONSEP PENYAKIT

2.1 Pengertian

Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru) adalah
penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama
Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
2.2 Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri,
infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur
(canida albicous).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
2.3 Tanda dan Gejala
1)

Cengeng, gelisah

2)

Suhu tubuh meningkat

3)

Nafsu makan berkurang

4)

Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah

5)

Warna tinja kehijau-hijauan

6)

Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi

7)

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare


8) Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan dehidrasi
9) Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi cekung
(pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah,1997).

2.4 Patofisiologi
. Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40
mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
-

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

2.5 Faktor Predisposisi


1. Umur
a.

Umur
Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan di setiap
pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku,
karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib,
lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002). Karakteristik pada
ibu balita berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap cara penanganan dalam
mencegah terjadinya diare pada balita, semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam
mencegah kejadian diare akan semakin baik dan dapat berjalan dengan baik.

b.

Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri
amat diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama kejadian
diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat,1996).
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare berbanding terbalik
dengan tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin

rendah prevalensi diarenya. Lamanya menderita diare pada balita yang ibunya
berpendidikan rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan dengan
anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih tinggi pada anak yang
ibunya tidak pernah sekolah menengah (Julianti,1999).

2. Status Gizi Balita


Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan,
penyimpanan

dan

penggunaan

makanan.

Menurut

Reksodikusumo(1994)

mendefinisikan status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh
keadaan keseimbangan di satu pihak dengan pengeluaran oleh organisme dan pihak
lain yang terlihat melalui variabel tertentu disebut indikator misalnya Berat Badan
dan Tinggi Badan.
Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, diare akut yang lebih berat, yang berakhir
lebih lama dan lebih sering terjadi pada diare persisten juga lebih sering dan disentri
lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat,
apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini sebanding dengan derajat kurang
gizinya dan paling parah jika anak menderita gizi buruk (Depkes,1999).
Diare dan muntah merupakan gejala khas pada penyakit gastrointestinal,
gangguan pencernaan atau penyerapan merupakan terjadinya diare. Pemberian diet
pada penderita diare khususnya balita diusahakan makanan yang tidak mengandung
banyak serat. Pada diare yang menahun harus diwaspadai karena akan terjadi
penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi balita. Pada
diare menahun di samping makanan yang tidak mengandung banyak serat, juga
memperhatikan banyaknya energi dan zat gizi esensial yang bertujuan untuk
mempertahankan pertumbuhan yang normal (Pudjiadi,2005).
Penilaian status gizi balita secara antropometri, metode ini didasarkan atas
pengukuran keadaan fisik dan komposisi tubuh pada umur dan tingkat gizi yang baik.
Dalam penilaian status gizi khususnya untuk keperluan klasifikasi, maka harus ada
ukuran baku atau referensi. Baku antropomertri yang digunakan NCHS (National
Center Of Healt Statistic USA) adalah grafik perbandingan yang merupakan data
baru yang dikatakan lebih sesuai dengan perkembangan jaman.
Dalam

keadaan

normal

perkembangan

berat

badan

sesuai

dengan

pertambahan tinggi badan dengan percepatan tertentu. Indeks berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) merupakan indikator yang baik untuk mengetahui status gizi
saat ini, terlebih data umur yang sangat sulit diperoleh. Indeks BB/TB adalah indeks
yang independen terhadap umur dan merupakan indicator yang baik untuk menilai
gizi saat ini atau sekarang (Supariasa,2002).

2.6 Komplikasi
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD Wates
(2001), Komplikasi Diare yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
(di karnakan cairan dalam tubuh lebih banyak yang keluar)
2. Syok
(karna kekurangan cairan)
3. Kejang
(karna kekurangan kalium)
4. Ileus Paralitik
(Meningkatnya peristaltik usus)
5. Malnutrisi
(karna nutrisi makanan di dalm usus tidak di cerna secara sepenuhnya)
6. Gangguan tumbuh kembang
(karna nutrisinya banyak yang terbuang karna diare)

2.7 Penatalaksanaan Diare


a.

Simtomatis
1. Rehidrasi
Diberi cairan oral :dengan kebutuhan cairan
Cara pemberian
Cara membuat cairan/oralit
Umur

Ddiberikan Setiap Bab

Yang Disediakan

< 12 bulan

50-100 ml

400 ml / hari (2 bungkus)

1-4 tahun

100-200 ml

600-800 ml / hari (3-4 bungkus)

> 5 tahun

200-300 ml

800-1000 ml / hari (4-5 bungkus)

Dewasa

300-400 ml

1.200-2.800 ml / hari

o Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
o Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
o Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit
(sesendok teh tiap 1-2 menit)

o Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk
memberikan cairan lain atau kembali ke petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.

2. Antipasmodik contoh, dosis, antikolinergik


3. Obat anti diare
a. Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein
fosfat. dosis
b. Aktreotid (sadratatin)
c. Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu
Arang, campura kaolin dan mortin.
4. Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).
5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a. Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b. Preparat besi, zinc,dan lain-lain.
6. Obat ekstrak enzim pankreas.
7. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam empedu.
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.

b. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare kronik
dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
Usaha Untuk Mengatasi Diare
Penderita diberi minim, larutan yang terbaik untuk penderita diare adalah Oralit, kalau
tidak ada boleh diberi larutan Gula, Garam (LGG), bisa juga diberi air the, air kelapa.

Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman pada Penderita
Selama dan Sesudah Diare :
1. Penderita diare dangan dipuaskan
2. Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3. Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila penderita
mulai menimbulkan gejala Diare.
4. Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5. Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah dicerna dan tidak merangsang
6. Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu ditambah.

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh.
Pengkajian pasien dengan diare meliputi :
1.

Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari
adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .

2. Keluhan utama
yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya
3. Riwayat Keperawatan Sekarang
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare dapat
disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa
lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau faktor
lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai
atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang
mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis
menurun dan gejala penurunan kesadaran.
4.

Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
5. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama, penyakti selama
kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi
pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
6. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan maturitas
organ vital .
7. Post natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. BErat badan dan
panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan
yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap
individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian
fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo,
1995)
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan
distribusi penularan.

b.

Lingkungan rumah dan komunita

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuma
penyebab diare.
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis
dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
d. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau
lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota
keluarga (orang tua).
10. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya diare,
sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.

Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <
1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan
rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan
cair.
b. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara
makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk
output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
c. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang
berlebihan, sehingga menjadi rewel.
d. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
11. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
klien dan lain-lain.

12. Pengkajian Fisik


Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan
genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda yang mungkin
didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun,
mata cekung, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat
ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet
sekitar anus
13. Pemeriksaan Penunjang
1.

Laboratorium

1)

Faeces lengkap

Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula, Biakan dan uji
resistensi
2)

Pemeriksaan Asam Basa

Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
3)

Pemeriksaan kadar ureum kreatinin

Untuk mengetahui faali ginjal


4)

Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)

Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penuruna
kesadaran dan kejang.
2.

Pemeriksaan intubasi duodenum

Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti
bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

1.3 Intervensi Keperawatan


1.

DX. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan

muntah serta intake terbatas (mual).


Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal
Criteria :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran urine
terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.

Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam batas


normal.

Blood Gas Analysis dalam batas normal


Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
Rasional: Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan
pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk
mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.
3. Timbang BB setiap hari
Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :
a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret

Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung
elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan gelombang
udara dan mengurangi distensi.
5. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit (penyakit
penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti
cairan yang telah hilang.
6. Kolaborasi :
a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN untuk
mengetahui faali ginjal (kompensasi).
7.

Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)

Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk
keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal. Antibiotik
sebagai antibakteri berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.
2.

DX.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien

dan peningkatan peristaltik usus.


Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Criteria :

Nafsu makan baik

BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)


Intrvensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi,
berlemak dan air panas atau dingin)
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

2. Timbang BB setiap hari


Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan
kalori, protein dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan
kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan
peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan
katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan
yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang
diketahuinya.
5. Kolaborasi :
a. Dietetik
6. anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula rendah laktosa),
makan setengah padat/makanan padat.
Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga intoleransi
laktose.
7. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat
Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.
8. Rehidrasi parenteral (IV line)
9. Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan cepat melalui IV line sebai
pengganti cairan yang telah hilang.
10. Supporatif (pemberian vitamin A)
Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh
terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.

3.

DX.Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : nyeri teratasi


Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non
verbal
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
2. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri.
3. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung
dan kompres hangat abdomen
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping.
4. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
5. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme
traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
4.

DX.Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya

Tujuan
kecemasan berkurang
Intervensi
1.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah.
1. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama.

Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya
orang yang mengalami masalah yang demikian.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
5.

DX.Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi

b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan
Intervensi
1. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
2.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga
klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.
3. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan
perawatan diri anaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Talley NJ, Martin CJ. Clinical gastroenterology : A Practical-based Approach. Sydney;
Maclennan dan Petty Pty Limited, 1996.
Noer HMS, Waspdji S, Rachman AM, dkk. Buku aja Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1996.
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Edisi
XVII. Jakarta: Kerjasama Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F. Jakarta,
EGC
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru

You might also like