Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
JANATIA ANGGRAINI
04064881517022
LAPORAN KASUS
Rencana Asuhan Keperawatan Ny S dengan Infark Miokard dengan Elevasi ST
(STEMI) Di Ruang Rawat Intensif CVCU RSUP DR MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
Oleh :
JANATIA ANGGRAINI
04064881517022
A. KonsepDasar Penyakit
1. Definisi infark miokard dengan elevasi st (Stemi)
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran
darah ke otot jantung (Manjoer, 2001). IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12
lead dalam dua kategori, yaitu ST elevation infark miocard (stemi) dan non STelevation infark miocard (stemi).
ST Elevasi Miokard Infark (stemi) merupakan rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun dipengaruhi oleh banyak faktor dengan tanda nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Gambaran
EKG pada Stemi menggambarkan tersumbatnya aliran darah, otot jantung yang
dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati /nekrosis (Smeltzer & Bare,
2002).
Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (stemi) merupakan
indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini
memerlukan tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan
reperfusi miokard secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen
fibrinolitik atau secara mekanis, intevensi koroner perkutan primer (PERKI, 2014;
dalam Ongko & Indrianti, 2014).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa stemi merupakan infark pada jantung
yang diakibatkan tersumbatnya arteri coronaria yang memperdarahi jantung
karena ateresklerosis. Infark ini ditandai dengan perubahan segmen ST pada EKG,
yaitu elevasi.
2. Etiologi STEMI
Infark miokard disebabkan oleh oklusi arteri koroner setelah terjadinya ruptur ,
penyumbatan total atau sebagian oleh emboli dan atau thrombus. Terdapat faktor
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya IMA, (Kumat, et al, 2007) diantaranya;
a. Faktor yang dapat dirubah;
1) Hiperlipidemia
dingin, dan ansietas. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami
nyeri yang hebat.
b. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung
- Peningkatan troponin.
- CPK-MB/CPK. Isoenzim ditemukan pada otot jantung meningkat antara
4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48
jam.
- LDH meningkat dalam 12-24 jam
- AST/SGOT meningkat dalam 6-12 jam
c. EKG
Kelainan pada lead.
Lead II, III, aVF
: infark inferior
Lead V1-V3
: infark anteroseptal
Lead V2-V4
: infark anterior
: infark anterolateral
Lead I, aVL
5. Diagnosa Medis
Menurut Yamin (2010) diagnosa medis dapat ditegakkan , jika ;
Pada EKG terdapat elevasi segmen T diikuti perubahan sampai inversi
gelombang T, kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal 2
sadapan.
Peningkatan kadar enzim atau isoenzim : CPK/CK, SGOT, Laktat
Dehidrogenase (LDH), troponin T, CPK MP, CKMB.
Nyeri dada / terjadi serangan jantung pada saat istirahat
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa STEMI (Kumat, 2007) yaitu ;
a. ECG
Adanya elevasi segmen ST
b. Serum cardiac biomarker
abnormalitas
pergerakan
dinding
two-dimential
endocardiogrphy
High resolution MRI
Angiography
Visualisasi langsung arteri koroner dengan diagnostik invasif berupa
kateterisasi jantung
d. Indeks non spesifik
7. Komplikasi
Jika tidak diatasi dengan segera, maka stemi dapat menimbulkan kerusakan yang
lebih parah lagi pada jantung (Kumat, 2007), diantaranya;
a. Disfungis ventrikel
Setelah STEMI, ventrikel kiri mengalami perubaban bentuk, ukuran,
ketebalan, baik pada segmen yang infark maupun non infark.
b. Pump Failure
Tanda klinis yang sering dijumpai yaitu ronkhi basah di paru dan bunyi
jantung S3 dan S4 gallop.
c. Aritmia
Infark meliputi ketidakseimbangan sistem syaraf otonom, ketidakseimbangan
elektrolit, iskemia, dan konduksi yang lambat pada zona iskemik.
d. Gagal jantung kongestif
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menyebabkan kongesti vena
pulmonalis, sedangka disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan
menimbulkan kongesti vena sistemik.
e. Syok kardiogenik
Akibat disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang masif.
f. Edema paru akut
Timbunan cairan abnormal di dalam rongga interstisial dan alveoli. Akibatnya
paru menjadi kaku, tidak dapat mengembang, dan udara tidak dapat masuk,
sehingga terjadi hipoksia berat
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan untuk penyakit jantung dapat ditinjau dari aktivitas,
diet, dan bowel pasien (Yamin, 2010).
- Aktivitas.
Pasien dengan STEMI harus istirahat di tempat tidur 12 jam pertama, jika tidak
terjadi komplikasi, maka pasien harus didukung untuk melanjutkan postur
tegak dengan menggantungkan salah satu kaki di sisi tempat tidur dan duduk di
kursi dalam 24 jam pertama.
- Diet.
Hanya diberikan air peroral atau tidak diberikan apapun 4-12 jam pertama.
Asupan nutrisi harus mengandung kolesterol lebih kurang 300 mg/dl.
- Bowel.
Bedrest dan pemberian terapi obat narkotik dapat membuat pasien konstipasi.
Laksatif dapat diberikan jika konstipasi.
9. Penatalaksanaan Medis
Farmakoterapi untuk infark miokard dengan st elevasi (Kumat, 2007) yaitu ;
a. Nitrogliserin.
b. Morfin
c. Aspirin
d. Beta adrenoreceptor blocker
e. Terapi reperfusi
10. Prognosis
Tiga faktor penting yang menentukan indeks prognosis yaitu potensi terjadinya
aritmia yang gawat, potensi serangan iskemia lebih jauh, dan potensi pemburukan
gangguan hemodinamik lebih jauh (Mansjoer, et al, 2001)
- Bunyi jantung
- Tekanan darah
Untuk menentukan respon nyeri dan pengobatan, tekanan nadi, yang akan
menyempit setelah serangan miokard infark
- Nadi perifer :Kaji frekuensi, irama, dan volume
- Warna dan suhu kulit
- Paru-Paru :Auskultasi bidang paru
- Fungsi gastrointestinal
- Kebutuhan volume cairan
Haluaran urin, periksa adanya edema, adanya tanda dini syok kardiogenik
merupakan hipotensi dengan oliguria.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi
arteri koroner.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan dalam alveoli
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi, penurunan pre load, infark pada otot jantung, dan kerusakan
struktural.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
jaringan
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia, efek obat depresan
jantung.
6) ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi berhubungan hepatomegali.
7) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma
3. Intervensi Keperawatan
No
1
Diagnosa
Nyeri akut berhubungan
dengan iskemia jaringan
terhadap oklusi arteri
koroner
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Setelah
dilakukan - Kaji nyeri pasien secara komprehensif ; - Data
tersebut
membantu
tindakan keperawatan 1
PQRST
menentukan penyebab, durasi, dan
x 24 jam, diharapkan
lokasi nyeri
nyeri pasien berkurang, - Berikan istirahat fisik dengan punggung - Untuk mengurangi rasa tidak
dengan kriteria hasil;
ditinggikan (semifowler)
nyaman dan dispnea, istirahat fisik
- Pasien
melaporkan
juga dapat mengurangi konsumsi
nyeri dada berkurang
oksigen jantung
- Skala
nyeri - Ajarkan dan bantu pasien untuk - Teknik relaksasi dapat membantu
berkurang atau hilang
relaksasi nafas dalam
mengurangi nyeri
- Mendemonstrasikan
- Periksa tanda-tanda vital pasien - Hipotensi/depresi pernafasan dapat
penggunaan
teknik
sebelum dan sesudah pemberian obat
terjadi sebagai akibat pemberian
relaksasi
narkotik
narkotik,
hal
ini
dapat
- Klien tampak rileks
meningkatkan kerusakan miokardia
- Kolaborasi dengan tim medis dalam - Farmakologi untuk mengurangi dan
pemberian antiangina, stenolol, prefarat
mengontrol nyeri melalui efek
analgesik
vasodilatasi koroner, efek hambatan
rangsang simpatik, dan memberikan
sedasi
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen
- Pemberian terapi oksigen untuk
memulihkan otot jantung, melalui
pemenuhan suplai oksigen dalam
sirkulasi darah ke jantung dan/atau
dari jantung.
Setelah
dilakukan - Pantau frekuensi jantung, TD
- Untuk
mengetahui
adanya
tindakan keperawatan
perubahan TTV, untuk menentukan
1x24 jam, diharapkan
intervensi selanjutnya.
curah jantung adekuat, - Catat adanya tanda dan gejala - Indikasi untuk menilai cardiac
- Pantau laboratorium
- Tingkatkan istirahat pasien
Ketidakefektifan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan penurunan aliran
darah
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan
perfusi
jaringan
kembali efektif, dengan
kriteria hasil;
- Tekanan darah dalam
batas normal (120/70
mmHg)
- Kesadaran:
outpun
- Untuk mengetahui haluaran urin
- Untuk
mengetahui
adanya
komplikasi pada GJK untuk S3, dan
iskemia miokard lada S4.
- Untuk mengetahui adanya kongesti
paru akibat penurunan fungsi
miokard
- Untuk menghindari kerja miokardia,
bradikardia,
dan
pengingkatan
frekuensi jantung.
- Untuk
memenuhi
kebutuhan
miokard, menurunkan iskemia
- Jalur yang paten untuk pemberian
obat darurat pada disritmia
- Menunjukkan perbaikan/kemajuan
infark, fungsi ventrikel, dan efek
terapi obat
- Mengetahui perbaikan infark
- Meminimalkan fungsi metabolisme
tubuh
- Untuk
mengetahui
adanya
penurunan curah jantung
- Mengkaji tanda-tanda penurunan
suplay oksigen ke jaringan perifer
- Mengkaji status sirkuasi
- Edema
menunjukkan
adanya
tormbosis vena dalam
- Menurunkan
stassi
vena,
meningkatkan alirna balik vena dan
menurunkan resiko tormbosis.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan, adanya
iskemia/nekrotik jaringan
miokard,
efek
obat
depresan jantung
Ketidakefektifan
pola
nafas berhubungan dengan
efusi
pleura
dan
terdesaknya
diafragma
akibat hepatomegali
composmentis
- Tidak edema dan
nyeri
- Konjungtivas merah
muda
- Tidak
terdapat
sianosis
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan
pasien
dapat
menunjukkan
peningkatan toleransi
aktivitas,
dengan
kriteria hasil;
- TD, RR, dan HR
dalam batas normal
- Pasien
dapat
beraktivitas mandiri
- Status
kardiopulmonar
adekuat
- Memenuhi
jaringan
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama 2x 24 jam
diharapkan pola nafas
pasien kembali efektif,
dengan kriteria hasil;
suplay
oksigen
ke
- Untuk
melihat
indikasi
ketidakseimbangan nutrisi
- Menentukan diet cair yang tepat
untuk pasien jantung/
- Mencukupi
asupan
pasien,
walaupun mual muntah
- Efektif dalam mengatasi mual
muntah
- Memantau masukan dan keluaran
- Memantau keseimbangan cairan
PATHWAY STEMI
Faktor pencetus
Meningkatnya permeabilitas
terhadap lipid
LDL teroksidasi
Intoleransi
aktivitas
Kelebihan volume
cairan
Plak halus
Aktivasi faktor VII
dan X
Penimbunan asam
laktat
Ruptur plak
Asidosis metabolic
Ruptur plak
Metabolisme anaerob
thrombu
sSuplai darah ke
Oklusi arteri
koroner
Aliran darah koroner menurun
Suplay oksigen
ke jaringan
berkurang
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Penurunan CO2
hipotensi
syok
Penurunan kesadaran
Resiko injury
nekrosis
Stimulasi syaraf
Melepas mediator
nyeri
Nyeri dada
jaringan
menurun
Gangguan
perfusi
jaringan
serebral
Suplai O2 ke
otak
menurun
Forward failure
Gagal pompa
ventrikel kiri
Penurunan
cardiac output
Beban ventrikel
kanan
Refluk ke paru-paru
Alveoli edema
Gangguan pertukaran gas
Sesak nafas
Ketidakefektifan
pola nafas
Mendesak
diafragma
Mendesak
organ GIT
Mual muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2008. Faktor risiko penyakit jantung koroner pada pasien rawat inap di
cardiovascular care unit (CVCU) Cardiac Centre RSUPDr.Wahidin Sudirohusodo
Makassar periode Januari Juli 2008. Jurnal. Universitas Hasanudin Makasa
Yamin, Muhammad. 2010. Tatalaksana Terkini Sindroma Koroner Akut Fokus Pada Infark
Miokard dengan Elevasi Segmen ST. Jurnal. Divisi Kardiologi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam RSP Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid . jogjakarta : Mediaction.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny S
Umur
: 43 tahun
: Islam
Suku
: Sumatera
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
: 9569xx
Sumber Informasi
:A
Faktor Pencetus
Sebelum sakit
Selama sakit
Pola Eliminasi
Sebelum masuk RS : pasien BAB 1 kali sehari, dan BAK 7 kali per hari
Selama sakit
Pola
Aktivitas
Selama Sakit
4
Makan
Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi
Keterangan :
0
= Mandiri
= Memerlukan Alat
= Memerlukan Bantuan
= Tergantung
Tidak ada kelurga yang pernah menderita penyakit jantung, hanya ada keluarga pasien
yang menderita diabetes melitus.
V.ASPEK PSIKOSOSIAL
1.
2.
Persepsi Diri
3.
Suasana Hati
4.
Hubungan / Komunikasi
5.
Pertahanan Koping
: 98 %
d. Kesadaran ( Discabelity)
Composmentis GCS E4M6V5
Pengkajian Sistem
1.
2.
Sistem Neurologi
Kesadaran
Kejang
Reflek Hamer
:+
Trauma Kepala
Sitem Penglihatan
Bentuk
: simeteris
Visus
: tidak dikaji
Konjungtiva
: anemis
Ukuran Pupil
: tidak dikaji
Akomodasi
: tidak dikaji
Tanda radang
: tidak ada
Alat bantu
Operasi
: belum pernah
3.
4.
5.
Reaksi alergi
: tidak ada
Kesulitan menelan
: tidak ada
Keluhan
Sistem Pernafasan
Pola Nafas
: teratur
Respirasi Rate
: 17 x / menit
Suara paru
: vesikuler
Sesak nafas
Batuk
Sputum
: tidak ada
Nyeri
Trauma dada
: tidak ada
Sistem Kardiovaskuler
HR
: 126 x / menit
TD
: 107 / 83 mmHg
MAP
: 91 mmHg (normal)
CRT
: 3 detik
JVP
: 8 cmH20
EF
: < 40 %
Suara Jantung
Edema
: pada tungkai
Nyeri
Palpitasi
: sinus tachicardy
BAAL
6.
Kuku
: terlihat pucat
Akral
: teraba dingin
Clubbing finger
: tidak ada
Sistem Pencernaan
Nutrisi
: 1280 ml
7.
8.
: 900 ml
Nafsu Makan
: menurun
Jenis Diet
: Diet Cair
Mual, muntah
: (+)
BB
: 50 kg
TB
: 157 cm
Eliminasi
BAB
BAK
Kateter
Urin Output
Sistem Reproduksi
:.
GPA
Perdarahan
Keluhan
: tidak ada
Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan Otot
Pergerakan ekstremitas
:
:
4/5
4/5
4/5
4/5
dobutamin,
NaCl
9.
Nyeri
Edema
Sistem Integumen :
Warna kulit
Integritas
turgor kulit
: tidak elastis.
2.
USG Abdomen:
Hepar
3.
Lien
Bladder
: penebalan dinding
Kesan
4.
Hasil Lab
11Juni 2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Troponin T
< 50 ng/dl
CK-NAC
828 U/L
26-192 U/L
CK-MB
197 U/L
7-25 U/L
KIMIA KLINIK
JANTUNG
14 Juni 2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Ureum
177 mg/dl
16,6-48,5 mg/dl
Kreatinin
2,28 mg/dl
0,50-0,90 mg/dl
Kalsium
7,1 mg/dl
8,8-10,2 mg/dl
Natrium
126 mEq/L
13,5-15,5 mEq/L
Kalium
4,6 mEq/L
3,5-5,5 mEq/L
KIMIA KLINIK
GINJAL
ELEKTROLIT
IX.
ANALISA DATA
No
1
Hari/tanggal Symptom
Etiologi
Selasa, 14 DS:
Faktor-pencetus
Juni 2016
Pasien
mengatakan sesak
Plak pada arteri
napas
DO :
Ruptur plak
- Pasien terlihat
Thrombus
sesak
- Pasien
terpasang
O2 Penurunan aliran darah
koroner
nasal kanul 4
Liter
Nekrosis
- RR 17 x/menit
- Hasil
usg
Gagal pompa
abdomen:
adanya
efusi
tek. Vena pulmonalis
pleura dextra
meningkat
- Adanya
pelebaran vena
tekanan kapiler paru
hepatica
meningkat
- JVP=8 cm H2O
Refluk
ke paru
Problem
Ketidakefektifan
pola nafas
Beban
ventrikel
kanan
meningkat
bendungan atrium
kanan
Alveoli
edema
bendungan vena
sistemik
hepatomegali
mendesak diafragma
sesak nafas
ketidakefektifan pola
nafas
2
Selasa, 14 DS :
Juni 2016
Pasien
mengatakan nyeri
dada saat bernafas
seperti tertindih
dan menjalar ke
Faktor-pencetus
Plak pada arteri
Ruptur plak
Nyeri akut
lengan
DO:
- Skala nyeri 6
(sedang)
- Lokasi: di dada
dan ekst atas
sinistra
- Wajah pasien
terlihat
tidak
rileks
- TD: 107/83
- HR: 126 x /
menit
- RR: 17 x/menit
- Pasien terlihat
gelisah
- Pasien merubah
posisi
untuk
menghindari
nyeri
- Kakuatan Otot
Thrombus
Penurunan aliran darah
koroner
Nekrosis
Kompensasi
tubuh: anaerob
Glukosa dipecah
menjadi asam
laktat
aktivasi rangsang nyeri
di arteri coronaria
stimulus ke hipotalamus
Melepas mediator nyeri
(serotonin,
prostaglandin, histamin)
Nyeri akut
Selasa, 14 DS:
Faktor-pencetus
Ketidakefektifan
Juni 2016
Pasien mengeluh
perfusi jaringan
lemah
karena Plak pada arteri
hipoksia
Ruptur plak
DO :
- Pasien terlihat
Thrombus
lemah
dan
pucat
Penurunan aliran darah
- Bibir
pasien koroner
terlihat merah
kering
Suplay
oksigen
ke
- CRT: 3 detik
jaringan menurun
- Konjungtivas
terlihat anemis Ketidakefektifan perfusi
- BAAL
pada jaringan
plantar kaki
Selasa, 14 DS :
Faktor-pencetus
Juni 2016
Pasien
mengatakan tidak
Plak pada arteri
bisa
melakukan
aktivitas seperti
Ruptur plak
biasa
DO :
Thrombus
- Pasien tampak
lemas
dan Penurunan aliran darah
terpasang nasal
koroner
Intoleransi
aktivitas
kanul O2 4
Liter
- Pasien
terbaring
di
tempat tidur
- EF: <40%
- CO
:
8,8
mmHg
- HR:
126
x/menit
- JVP: 8 cm H2O
Nekrosis
Gagal pompa
Forward failure
Asidosis metabolik
Penimbunan asam laktat
Kelemahan
4/5
4/5
Intoleransi aktivitas
4/5
4/5
Selasa, 14 DS:pasien
Faktor-pencetus
Penurunan Curah
Juni 2016
mengatakan nyeri
Jantung
pada
dadanya,
Plak pada arteri
bibirnya
juga
kering, Ny S
Ruptur plak
mengatakan hanya
buang air kecil 2
Thrombus
kali sehari.
DO:
Penurunan aliran darah
- TD:107/83
koroner
mmHg
- HR:126
Nekrosis
x/menit (sinus
takikardi)
Gagal pompa ventrikel
- RR: 17 x /
kiri
menit
- EKG:
ST Penurunan curah jantung
elevasi
- Edema dorso
tarsal
- CO:8,8 mmHg
(> normal)
- MAP : 91
mmHg
(normal)
- EF=<40 %
- Hasil
foto
thorax
menunjukkan
cor
sulit
dievaluasi
karena terdapat
infark
- Pada hasil USG
abd
terdapat
kongestif liver,
efusi
pleura
dextra
- Haluaran Urin
= 900 cc/24
jam
X.
PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan curah jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan
4. Nyeri akut
5. Intoleransi aktivitas
XI.
PROSES KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa
Penurunan curah
berhubungan
infark
pada
penurunan
load/peningkatan
vaskuler sistemik
Ketidakefektifan
pola Setelah
nafas berhubungan dengan asuhan
jantung
dengan
jantung,
pretahanan
Tujuan
Intervensi
Rasionalisasi
Setelah
dilakukan - Pantau frekuensi jantung, TD
- Untuk
mengetahui
adanya
tindakan keperawatan
perubahan TTV, untuk menentukan
1x24 jam, diharapkan
intervensi selanjutnya.
curah jantung adekuat, - Catat adanya tanda dan gejala - Indikasi untuk menilai cardiac
dengan kriteria hasil;
penurunan cardiac output
outpun
- TD, HR, RR, cardiac - Monitor balance cairan
- Untuk mengetahui haluaran urin
output dalam batas - Evaluasi adanya bunyi jantung S3,S4
- Untuk
mengetahui
adanya
normal
komplikasi pada GJK untuk S3, dan
- Haluaran urin adekuat
iskemia miokard lada S4.
- Tidak ada disritmia
- Auskultasi bunyi nafas
- Untuk mengetahui adanya kongesti
- Penurunan dispnea
paru akibat penurunan fungsi
- Peningkatan toleransi
miokard
aktivitas
- Berikan makanan porsi kecil dan - Untuk menghindari kerja miokardia,
- Tidak terdapat edema
mudah dikunyah
bradikardia,
dan pengingkatan
- Tidak ada penurunan
frekuensi jantung.
kesadaran
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen
- Untuk
memenuhi
kebutuhan
miokard, menurunkan iskemia
- Pertahankan cairan IV
- Jalur yang paten untuk pemberian
obat darurat pada disritmia
- Kaji ulang EKG
- Menunjukkan perbaikan/kemajuan
infark, fungsi ventrikel, dan efek
terapi obat
- Pantau laboratorium
- Mengetahui perbaikan infark
- Tingkatkan istirahat pasien
- Meminimalkan fungsi metabolisme
tubuh
diberikan
keperawatan
efusi
pleura
dan selama 2x 24 jam
terdesaknya
diafragma diharapkan pola nafas
akibat hepatomegali
pasien kembali efektif,
dengan kriteria hasil;
- Pasien tidak sesak
- Penggunaan O2 (+)
- TD, HR, RR dalam
batas normal.
- Menunjukkan jalan
nafas yang paten
Ketidakefektifan perfusi
jaringan
berhubungan
dengan penurunan aliran
darah
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan
perfusi
jaringan
kembali efektif, dengan
kriteria hasil;
- Tekanan darah dalam
batas normal (120/70
mmHg)
- Kesadaran:
composmentis
- Tidak edema dan
nyeri
- Konjungtivas merah
muda
- Tidak
terdapat
sianosis
Nyeri akut berhubungan Setelah
dilakukan
dengan iskemia jaringan tindakan keperawatan 1
terhadap oklusi arteri x 24 jam, diharapkan
koroner
nyeri pasien berkurang,
- Untuk
mengetahui
adanya
penurunan curah jantung
- Mengkaji tanda-tanda penurunan
suplay oksigen ke jaringan perifer
- Mengkaji status sirkuasi
- Edema
menunjukkan
adanya
tormbosis vena dalam
- Menurunkan
stassi
vena,
meningkatkan alirna balik vena dan
menurunkan resiko tormbosis.
- Memenuhi suplay oksigen ke
jaringan
- Data
tersebut
membantu
menentukan penyebab, durasi, dan
lokasi nyeri
- Untuk mengurangi rasa tidak
ditinggikan (semifowler)
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan, adanya
iskemia/nekrotik jaringan
miokard,
efek
obat
depresan jantung
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam, diharapkan
pasien
dapat
menunjukkan
peningkatan toleransi
aktivitas,
dengan
kriteria hasil;
- TD, RR, dan HR
dalam batas normal
- Pasien
dapat
beraktivitas mandiri
- Status
kardiopulmonar
adekuat
XII.
: Ny S
Diagnosa
:STEMI
EVALUASI (SOAP)
S: Pasien mengatakan dadanya masih nyeri, bibirnya
juga kering, Ny S mengatakan buang airkecilnya
juga sedikit.
O:
- TD:89/ 61 mmHg (Jam 13.30)
- HR:118 x/menit (takikardi) (jam 13.30)
- EKG: ST elevasi, sinus tachicardy (jam 17.00)
- Balance Cairan 24.00= 1280-900=380 cc/24 jam
(jam 05.00)
- Bunyi nafas vesikuler (jam 13.35)
- BJ: I-II (+) (jam 13.35)
A:masalah belum teratasi
P:intervensi dipertahankan
- pantau HR,RR, TD,dan iramajantung
- auskultasi bunyi nafas
- evaluasi bunyi jantung
- kaji ulang EKG
- pertahankan cairan IV
- monitor balance cairan
- kolaborasi pemberian terapi O2
S: Pasien mengatakan masih sedikit sesak
O:
- Pasien terlihat sesak, RR=29 x/m,
paru:vesikuler, SPO2 : 94% (jam 12)
suara
hepatomegali
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan penurunan aliran
darah
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan, adanya
iskemia/nekrotik jaringan
miokard, efek obat depresan
jantung
Nama Pasien
: Ny S
Diagnosa
:STEMI
EVALUASI (SOAP)
S: Pasien mengatakan dadanya masih nyeri, bibirnya
juga kering, Ny S mengatakan buang airkecilnya
juga sedikit.
O:
- TD:107/ 83 mmHg (Jam 12.30)
- HR:115 x/menit (takikardi) (jam 12.30)
- Balance Cairan 24.00= 1220-1000=220 cc/24
jam (jam 05.00)
- Bunyi nafas vesikuler (jam 12.35)
- BJ: I-II (+) (jam 12.35)
A:masalah belum teratasi
P:intervensi dipertahankan
- pantau HR,RR, TD,dan iramajantung
- auskultasi bunyi nafas
- evaluasi bunyi jantung
- pertahankan cairan IV
- monitor balance cairan
- kolaborasi pemberian terapi O2
S:
Pasien mengatakan dadanya terasa sesak dan nyeri
O:
- Pasien terlihat sesak, RR=27 x/m, suara
paru:vesikuler, SPO2 : 100 (15.00)
- Terpasang O2 nasal kanul 4 Liter/menit (15.00)
A: masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan penurunan aliran
darah
4 l/m
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan, adanya
iskemia/nekrotik jaringan
miokard, efek obat depresan
jantung
Nama Pasien
: Ny S
Diagnosa
:STEMI
Diagnosa
Tindakan
Penurunan curah jantung - memantau frekuensi jantung, TD
berhubungan dengan infark
jam 02.00
pada jantung, peningkatan
TD: 116/76 mmHg
tahanan vaskuler sistemik
HR: 100 x/menit
- mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output (HR masih tacicardi)
- memonitor balance cairan
jam 12.00
Balance Cairan= 490-300= 190cc / 6 jam
- mengevaluasi adanya bunyi jantung S3,S4
- mengauskultasi bunyi nafas
- memberikan makanan porsi kecil dan mudah dikunyah
- mengkolaborasi pemberian terapi oksigen 2 l/menit
(jam 07.00)
- mempertahankan cairan IV Mengkolaborasikan
pemberian dobutamin dan dopamin masing-masing 1
ampul (dalam NaCl 0,9 %)
- menganjurkan pasien meningkatkan istirahat
EVALUASI (SOAP)
S: Pasien mengatakan dadanya masih nyeri, bibirnya
juga kering, Ny S mengatakan buang airkecilnya
juga sedikit.
O:
- TD:114/ 86 mmHg (Jam 08.00)
- HR:118 x/menit (takikardi) (jam 08.00)
- Balance Cairan 24.00= 1260-1050=210 cc/24
jam (jam 05.00)
- Bunyi nafas vesikuler (jam 07.30)
- BJ: I-II (+) (jam 07.30)
A:masalah belum teratasi
P:intervensi dipertahankan
- pantau HR,RR, TD,dan iramajantung
- auskultasi bunyi nafas
- evaluasi bunyi jantung
- pertahankan cairan IV
- monitor balance cairan
- kolaborasi pemberian terapi O2
Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan penurunan aliran
darah
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan, adanya
iskemia/nekrotik jaringan
miokard, efek obat depresan
jantung
dalam
P:Intervensi dilanjutkan
- mengkolaborasi pemberian terapi oksigen nasal canul
- Kaji nyeri secara komprehensif
2 l/m
- Anjurkan pasien istirahat dengan posisi
semifowler
- Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen
- memantau frekuensi, irama jantung dan respirasi dan S: keluarga pasien mengatakan Ny S masih terus
perubahan TD selama bergerak
berada di tempat tidur, karena belum diperbolehkan
(jam 09.00)
beraktivitas turun dari tempat tidur.
TD: 97/67 mmHg
O:
HR: 118 x/menit
- TD:107/ 83 mmHg (Jam 12.30)
RR : 22 x/menit (08.30)
- HR:115 x/menit (takikardi) (jam 12.30)
Irama nafas teratur
- RR: 26 x/menit, irama teratur (jam 12.30)
- meningkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar
- Pasien terlihat terbaring di tempat tidur
nyeri
- Terpasang IVFD di ektremitas pasien
- menganjurkan pasien untuk tidak mengejan saat
- Terpasang nasal kanul dengan aliran 2 liter per
defekasi atau saat ingin muntah
menit.
- menganjurkan dan membantu pasien untuk miring A: masalah belum teratasi
kanan dan miring kiri
P: Intervensi dilanjutkan
- menganjurkan kaluarga untuk mendampingi /
- Pantau RR,HR, TD, dan irama nafas
membantu pasien dalam beraktivitas
- Tingkatkan istirahat pasien
- Anjurkan pasien tidak mengejan saat muntah
- Anjurkan pasien miring kanan-miring kiri
- Anjurkan
keluarga
mendampingi
dan
membantu pemenuhan aktivitas pasien