You are on page 1of 20

3

BAB II
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Bahan Abrasif
2.1.1 Pengertian Abrasif
Abrasi adalah suatu proses untuk pelepasan suatu bahan

yang

dikenakan pada permukaan suatu bahan oleh bahan yang lain dengan
penggosokan, pencungkilan, pemahatan, pengasahan atau dengan caxra
mekanis lainnya secara berulang ulang oleh suatu gesekan (Anusavice, 2004).
2.1.2 Macam-macam Bahan Abrasif
Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum
yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu
Arkansas, kapur, korundum, intan, akik, pumis dll. Abrasif buatan pabrik
adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai karena mempunyai sifat
fisik yang lebih dapat ditebak (Naibaho, 2004).
2.1.2.1 Bahan Abrasif Alami
Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Batu Arkansas.
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu
muda dan semi transluler yang ditambang di Arkansas.

2. Kapur.
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah
abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.
3. Korundum.
Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna
putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium,
yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental.

4. Intan.
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas
karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut super
abrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun.
5. Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat
dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam
bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran.
6. Akik.
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang
mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah
silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.
7. Pumis.
Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silica berwarna abuabu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga
dapat ditemukan pada abrasif karet.

2.1.2.2 Jenis Bahan Abrasif Buatan


Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Silikon karbid
Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang
pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras dan rapuh.
Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk
partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efesiensi pemotongan

yang sangat tinggi untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan


bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai bahan abrasif pada
disk dan instrumen bonding vitraus serta karet.

2. Oksida Alumunium
Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid.
Oksida aluminium sintetik ( alumina) dibuat berupa bubuk
berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina
alami) karena kemurnianya. Oksida ini dipakai untuk oksida
bonding, abrasif berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida
aliminium yang disintering untu merapikan email gigi, logam
campur, maupun bahan keramik.

3. Rouge
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge, bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk
memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.

4. Oksida timah
Abrasif yang sangat halus ini digunakan sebagai bahan pemoles
untuk gigi dan restorasi logam di dalam mlut. Bahan ini dicampur
dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif
ringan.

5. Abrasif intan sintetik


Intan buatan digunakan khusus sebagai bahan abrasif yang
memiliki lima kali tingkat abrasif dibandingkan intan alami.
Digunakan pada gergaji intan, bur intan(Anusavice, 2004).

2.1.2.3 Macam-Macam Bahan Abrasif Berdasarkan Kegunaannya


a. Bahan Abrasif Finishing
Merupakan bahan abrasif yang umumnya keras, kasar yang
digunakan

pada

permulaan

untuk

menghasilkan

suatu

kontur/bentuk dari sebuah restorasi tau preparasi gigi dan untuk


membuang segala komponen permukaan yang tidak teratur.
Contoh : sand/pasir, carbides, zirconium silikat, emery.
b. Bahan Abrasif Polishing
Mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dan bahan abrasi yang
digunakan umumnya kurang kekerasannya daripada bahan abrasi
yang digunakan untuk finishing. Bahan abrasi polishing ini digu
nakan untuk permukaan yang lebih halus yang telah diasah terlebih
dahulu oleh bahan abrasi finishing.
Contoh : aluminium oksid, garnet, pumice, kalsit, dll.
c. Bahan Abrasif Cleansing
Merupakan bahan yang halus dengan partikel yang berukuran kecil,
dan diharapkan mampu menghilangkan deposit-deposit halus yang
melekat di enamel atau pada suatu bahan restorasi.
Contoh : kaolin, kieselguhr (Naibaho, 2004)..
1. Berdasarkan Jenis dan Komposisi yang Dinilai Menurut Kekerasan
dan Ukuran dari Partikel Bahan Abrasif
a. Bahan Abrasif Keras
1. Diamond

2.
3.
b.
1.
2.
3.

Carbides : boron, tungsten, silikon


Oxide
: aluminium, cornundum
Bahan Abrasif Sedang
Silikat : magnesium, pumice, tripoli
Zircates : zirconium silikat
Kieselguhr (Naibaho, 2004).

2.1.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya abrasi Pembersih Gigi


Menurut Anusavice tahun 2004 faktor- faktor yang mempengaruhi
daya abrasi pembersih gigi yaitu :
1. Faktor- Fakor Ekstraoral
a. Jenis,Ukuran, dan Jumlah partikel pada pembersih gigi.
Jenis partikel bahan abrasif yang mempunyai tepi tajam akan
lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul,ukuran
partikel bahan abrasif lebih besar atau lebih lebar

akan

menghasilkan goresan yang lebih dalam daripada bahan abrasif


yang lebih kecil dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi
membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi.
b. Jumlah pembersih yang digunakan
Pembersih yang banyak digunakan adalah pasta dan pasta gigi,
ini disebabkan karena konsentrasi bahan abrasif pada pasta dan
pasta gigi berbentuk gel adalah 50-75 % lebih rendah daripada
bubuk.Oleh karena itu,bubuk lebih jarang digunakan karena
lebih memungkinkan terjadinya abrasi dentin dan sensitivitas
pulpa.
c. Jenis sikat gigi
Jenis sikat gigi yang mempunyai bulu-bulu lebih lentur akan
lebih mudah menekuk dan membawa lebih banyak partikel
abrasif untuk berkontak dengan struktur gigi dengan tekanan
yang relatif lebih ringan daripada jenis sikat gigi yang lebih
kasar.
d. Metode penyikatan gigi dan tekanan yang digunakan selama
penyikatan
Kecepatan gerakan menggosok selama penyikatan partikel
abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam

dan tekanan yang diberikan selama penyikatan,tekanan yang


terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan
meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
e. Frekuensi dan Lama penyikatan
Yang terpenting didalam penyikatan gigi tidak perlu kuat tetapi
lama minimal 2 menit setiap kali menyikat gigi,ini adalah salah
satu cara untuk mengurangi daya abrasi.
f. Kemampuan koordinasi pasien
Kemampuan
koordinasi
pasien

misalnya

dengan

menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat mengikis email


gigi, seperti menggigit pensil pulpen atau korek gigi dan tusuk
gigi, Meskipun gigi bagian terkeras, tapi gigi juga rentan
terhadap kekuatan lemah yang dilakukan secara konstan.
2. Faktor Intraoral
a. Konsistensi saliva dan jumlahnya (variasi normal).
b. Xerostomia akibat obat, patologi kelenjar saliva, dan terapi
radiasi.
c. Keberadaan, jumlah, dan kualitas deposit gigi yang ada (pelikel,
plak, kalkulus).
d. Permukaan akar gigi yang terbuka
Adanya bahan restorasi, protesa gigi, dan alat ortodonsi.
2.1.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Abrasif
A. Kelebihan Bahan Abrasif
1.
2.
3.
4.

Ekonomis
Mudah digunakan
Estetika baik.
Kesehatan Oral (Vanable dan Lopresti, 2005).

B. Kekurangan Bahan Abrasif


1. Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan potongan yang lebih
dalam pada area tersebut, menyebabkan kekasaran permukaan yang
berisiko menempelnya plak dan permukaan terlihat kusam
2. Menggunakan bahan abrasif yang lebih lunak dari pada permukaan
akan merusak bahan abrasif tersebut
3. Luka pada pulpa gigi dikarenakan menggosok material terlalu cepat

10

4. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis terhadap


partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu tindakan
pencegahan harus selalu dilakukan. Misalnya: Kieselguhr, karena
bahan yang paling halus (Vanable dan Lopresti, 2005).
2.1.3 Manfaat Bahan Abrasif
Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut
untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi yakni: kesehatan mulut,
fungsi, dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan
meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa
makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah
permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan
yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan
pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi
dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua
permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas
karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles
dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles
dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan
oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah
kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi
tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi
seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi
dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak
yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan
stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter
gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda
daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip
cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara
estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila
berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi
aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak
yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat

11

ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi


rongga mulut (Naibaho, 2004).

12

2.2 Bahan Polish


2.2.1 Pengertian Bahan Polish
Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari proses
pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat (Dwitanti, 2011).
2.2.2 Fungsi Bahan Polish
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan :
1. Meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa
makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah
permukaan

dan

mengurangi

kekasaran

permukaan

restorasi.

Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya


dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan seharihari karena dental flos dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang
lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.
2. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipolis dengan
baik sisa makanan tidak mudah melekat pada permukaan restorasi
selama proses mastikasi. Yang terpenting, daerah kontak restorasi
yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga
maupun antagonisnya. Hal ini terjadi pada restorasi porselen yang
mempunyai

kekerasan

yang

lebih

dibanding

email

dan

dentin.permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan yang


tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontak
fungsional dan stabilitas antar gigi (Dwitanti, 2011).
2.2.3

Macam-macam Bahan Abrasif yang digunakan dalam proses


Polishing di Kedokteran Gigi
Kapur
Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah
abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. digunakan
sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran

emas, amalgam, dan bahan plastis (Mac Cabe, 2008).


Pumice
Merupakan bahan silika yang berwarna abu-abu muda yang
dihasilkan dari aktivitas gunung berapi. Digunakan terutama

13

dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet.
Kedua bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis
adalah derivat batu volakanik yang sangat halus dari Italia dan
digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas, amalgam
gigi, dan resin akrilik (Mac Cabe, 2008).

Cuttle
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk
abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari
bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia.
Merupakan bubuk putih calcareus yang digunakan untuk prosedur
abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi
amalgam gigi (Mac Cabe, 2008).

Aluminium oxide
Adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan setelah silikon
karbid. Aluminium oxide berupa bubuk berwarna putih. Dapat
lebih

keras

daripada

korundum

(alumina

alami)

karena

kemurniannya. Aluminium oxide banyak digunakan untuk


merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.
Emery yang merupakan suatu aluminium oxide alam yang sering
disebut corundum,aluminium oxide adalah bahan abrasive murni
dari berbentuk emery,garnet dibentuk dari sejumlah mineral
digunakan pada polishing gigi (Mac Cabe, 2008).

14

Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang
dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya
dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran
kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam campur atau
bahan plastis (Mac Cabe, 2008).

Quartz.
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat
keras, tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral
yang sangat banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel kristalin
quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang tajam
yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz
digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat
digunakan untuk mengasah email gigi (Mac Cabe, 2008).

Tripoli.
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan
rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis
yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering
digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi
partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak
menjadi batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk
memoles logam campur dan beberapa bahan plastik (Mac Cabe,
2008).

Rouge.
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk

15

memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi (Mac Cabe,


2008).

Oksida Timah.
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai
bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut.
Bahan ini dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk
membentuk pasta abrasif ringan (Mac Cabe, 2008).

2.2.4

Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran


gigi
Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan
yang paling keras, sedangkan batu apung, batu akik, dan lainlain relatif lebih lunak
Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi
tajam akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul.
Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup
menghasilkan goresan yang lebih dalam.
Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah,
hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan
suatu bahan abrasif dapat merupakan suatu keberuntungan.

16

Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang


perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam.
Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok, tekanan yang
terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan
meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat
digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal
(misalnya, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah
oleh abrasif (Syafiar L, 2011).

17

2.3 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik Resin
Komposit dan Tumpatan Semen
2.3.1 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik
Aplikasi dan BahanAbrasifdanPolishpada Resin Akrilik menurut
Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Batu Arkansas
Batu endapan silika warna abu-abu muda dan semitranslusen yg
ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal. Corak
padat,keras, seragam. Potongan kecil dicekatkan pd batang logam lalu
ditruin keberbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam
campur.
2. Pasir
Campuran partikel mineral kecil terutama silika. Berwarna
warnisehingga punya penampilan yg khas. Bentuk bulat atau
angular.Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan
bahan tanamdari logam campur pengecoran. Dapat dilapiskan pada
disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
3. Pumis
Silika abu-abu muda. Dalam bentuk pasir atau abrasif karet. Untuk
bahan plastik. Bubuknya adalah derivat batu vulkanik yg sangat halus
dariitalia dan digunakan memoles email, lempeng emas, amalgam,
dan resin akrilik.
Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish :
1. Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan

dengan

menggunakan Arkansas stone yang telah dipasang pada mini


drill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan
dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar
dan halus. Permukaan akrilik bagian dalam (fitting surface) yang
menempel pada gusi pasien tidak boleh dihaluskan karena akan
mengakibatkan protesa longgar.Selanjutnya Vilt cone dipasang
pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur dengan air,
oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan
luar resinakrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok
dengan kain wol atau flannel sampai terlihat mengkilat tinggi

18

(hooglans) atau seperti permukaan kaca (Tim Pengajar


Teknologi Kedokteran Gigi, 2010).
2. Finishing Dan Polishing Resin Akrilik
a. Finishing :
Pasang bur Arkansas di mini drill.

Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan


menggerus tonjolan atau

permukaan kasar pada resin

akrilik.
Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi

permukaan kasar.
Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi
ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin

akrilik dengan ampelas halus tersebut.


b. Polishing :
Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat

resin akrilik semakin halus dan mengkilat.


Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice
(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih
banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata brush

atau dengan menggunakan mesin brush


Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area
permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus

ketika diraba.
Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan
kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok
permukaan resin akrilik dengan kain tersebut (USU, 2012).

19

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
Alat :
1. mata bur
2. pisau model
3. straight hp beserta mata bur
4. masker
5. kuas kecil
6. tali bur
7. mesin pulas
Bahan :
1. kertas gosok
2. pumice dan cryet
3. resin akrilik
3.2 Cara Kerja
1. Lempeng resin akrilik yang digunakan adalah lempeng resin akrilik dari tahap
pekerjaan skill lab malam.
2. Merapikan lempeng akrilik menggunakan straight hp dan frazzer, bentuk
lempeng sesuai dengan outline dan bebaskan daerah mukosa bergerak dan tak
bergerak.
3. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik
dengan menggunakan kertas gosok, setelah rata dan halus pulas dengan mesin
pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.
4. Hasil yang maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.

20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Materi skill lab : Malam / Wax
N
O
1
2

Tahap Pekerjaan
Polishing Akrilik
Finishing

Jumlah
Pertemuan
1
1

Tanggal

Nilai

3 Juni 2016
3 Juni 2016

75
75

TTD
Instruktur

RESIN AKRILIK
1. Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan
pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan
amplas halus.
2. Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi resin akrilik.
Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumice yang
merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air.
Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu cryet yang
dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai
permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model
rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik
akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.

21

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum polishing yang telah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis,
mengasah, dan menggosok
2. Fungsi Polishing di bidang kedokteran gigi

Proses pemotongan
Proses pengasahan
Proses penyelesaian
Proses pemulasan

3. Manfaat Polishing di bidang kedokteran gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan


estetika
4. Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi
- Kekerasan partikel abrasif
- Bentuk partikel bahan abrasive
- Besar partikel bahan abrasive
- Sifat-sifat mekanis bahan abrasive
- Kecepatan gerakan menggosok
- Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk
- Sifat-sifat bahan yang hendak digosok

22

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai Pustaka.
Craig, Robert, dkk. 1979. Dental Materials Properties And Manipulation.
London : CV. Mosby Company.

You might also like