You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

RETARDASI MENTAL

OLEH
CHAIRANI SURYA UTAMI
1541312089

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

LaporanPendahuluan
Retardasi Mental
1.1 Landasan Teoritis
A. DEFINISI
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi
yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak
masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:
jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO).
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai
suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.
B. ETIOLOGI
Penyebabretardasi mental dapatterjadimulai dari fasepranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapapenulissecaraterpisahmenyebutkanlebih dari 1000
macampenyebabterjadinyaretardasi mental, dan banyakdiantaranya yang
dapatdicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas
penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat

Tampak sejak lahir atau usia dini

Secara fisis tampak berkelainan/aneh

Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun


postnatal

Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut :

Biasanya merupakan retardasi mental ringan

Diketahui pada usia sekolah

Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium

Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)

Ada hubungan dengan kelas sosial


Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan
bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosiokultural.
Penyebabretardasi mental tipe klinisataubiologikaldapatdibagidalam:
a. Penyebab pranatal
o Gangguanmetabolisme
Gangguan metabolism asam amino yaitu Phenyl KetonUria
(PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea,
histidiemia,

homosistinuria,

Distrofiaokulorenal

Lowe,

hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolism


lemak yaitu degenerasi serebro makuler dan lekoensefalopati
progresif. Gangguan metabolism karbohidrat yaitu galaktosemia dan
glycogen storabe disease.
o KelainanKromosom
Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan,
kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhir
dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir
memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah
lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down
syndrome, atau trisomy 21. Manusianormal memiliki 46 kromosom
(23 pasang).orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47
kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).

o Infeksi maternal selamakehamilan


yaituinfeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body
disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering
menyebabkan retardasi mental.Infeksi virus ringan atau subklinik pada
ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal.
Penyakit Rubella congenital juga dapat menyebabkan defisit mental.
o Komplikasikehamilan
Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil
yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa
dan solution plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.
b. Penyebab perinatal
o Prematuritas
Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi
menyebabkanmeningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan
lahir rendah sedangkanbayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar
untuk mengalami kerusakanotak, sehingga akan didapatkan lebih
banyak anak dengan retardasi mental.
o Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secaraspontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir,umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
o Kernikterus
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin
takterkonjugasi di dalam sel-sel otak.
o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.
c. Penyebab postnatal
o Infeksi (meningitis, ensefalitis)
o Trauma fisik
o Kejang lama
o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. KLASIFIKASI
3

1.

Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III:


F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak
naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari
anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan
Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban
dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan
dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan
fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri,
pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka
kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini
membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan
pelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan
kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk
dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar,
angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan
organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang
ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan
komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan
sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini
memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan self care yang
sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan

supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini
pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi
Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak
mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti
buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau
fisiknya tidak mampu.
D. DIAGNOSIS & GEJALA RETARDASI MENTAL
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia
saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari
sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu
dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari
anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit
dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang
kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda
dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada pemeriksaan fisik
pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan
bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan
down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan mudah
dikenali seperti hipertelorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak tumpul.
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.
Namun, tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik,
melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang
berbeda. penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi
yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes
psikometrik. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

kepala dapat membantu

menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan
ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi,
pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai
adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu
seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi
adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes
psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai
perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan
bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan
motor dan American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994,
mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:

Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau


kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.

Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi


adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar
yang diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya) setidaknya
dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri sendiri,
kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal, penggunaan
sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan akademik
fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan.

Terjadi sebelum berusia 18 tahun.


Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan menjadi
mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70), moderate
mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55), severe
mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), dan profound
mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada
anak dengan keterbelakangan mental :
6

Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)

Anak prasekolah (0 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam


berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak
melihat keterbelakangan ini.

Usia sekolah (6 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman


dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam
oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.

Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan


kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan
dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.
Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 49)

Anak prasekolah (0 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan


dengan jelas terlambat.

Usia sekolah (6 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat


kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan.

Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi
terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada
permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang
dikenal, mampu merawat diri sendiri.
Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 34)

Anak prasekolah (0 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda,


sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari pelatihan mengerjakan
sendiri (misalnya makan sendiri).

Usia sekolah (6 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat


ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan,
dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai kesehatan dan
kebiasaan lain yang dapat diterima.

Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan


memperbesar

perawatan

diri

sendiri,

memerlukan

petunjuk

dan

pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.


Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
Anak prasekolah (0 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang,
kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
Usia sekolah (6 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari
pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi
dengan ketat.
Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan
cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak
dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental,yaitu:
a.
b.
c.

Kromosom kariotipe
EEG (Elektro Ensefalogram)
CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance

Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e.
Serum asam urat (Uric acid serum)
f.
Laktat dan piruvat
g.
Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h.
Serum seng (Zn)
i.
Logam berat dalam darah
j.
Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k.
Serum asam amino atau asam organik
l.
Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n.
Urin mukopolisakarida
F. PENANGANAN RETARDASI MENTAL

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada


penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Siapapun orangnya pasti
memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita
retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat.
Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka
mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka
mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara
fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu
mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil
anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan
pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas
yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi
berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada
melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita
retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian
mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang
indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita
retardasi mental, yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan
dan berpakaian sendiri, dst.,

2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,


3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis
kelamin penderita, dan
4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan
mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.

1.2 Asuhan Keperawatan


A. PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan
dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ;komunikasi,

10

perawatan diri, interaksisosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat


pengarahan

diri,

pemeliharaan

kesehatan

dan

keamanan,

akademik

fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.


- RiwayatKesehatan
a.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap
perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ),
lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot
lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus
dan kasar.
b.
Riwayatkesehatandahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, GangguanSindrom
( distrofiotot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan
metabolism sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes
maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis
danperdarahan

intracranial,

Cederakepala,

Infeksi,

Gangguan

degenerative.
c.
Riwayatkesehatankeluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental,
terutama dari ibu tersebut.
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium,
misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental.
Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan
otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan
otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik
yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam

11

jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur,


penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak
dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1.

Lakukan pengkajian fisik.


Kepala

:Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk

simetris)
Rambut

:Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah

putus dan cepat berubah


Mata
: mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
Hidung
: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran
kecil, cuping melengkung ke atas, dll
Mulut
: bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit

langit lebar/melengkung tinggi


Geligi
: odontogenesis yang tdk normal
Telinga
: keduanyaletakrendah; dll
Muka
: panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
Leher
: pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak

sempurna
Tangan

: jari pendek dan tegap atau panjang kecil

meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll


Dada & Abdomen : tdpbeberapa putting, buncit, dll
Genitalia
: mikropenis, testis tidakturun, dll
Kaki
: jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
2.

Lakukan pengkajian perkembangan.


3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan
gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu
jenisnya yang utama
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya
trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme,
konsumsi obat.

6.

Nutrisi tidak adekuat.


12

7.

Penyimpangan lingkungan.

8.

Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).


9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet,
Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental
Retardation Adaptif Behavior Scale.

13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:


14. Tidak responsive terhadap kontak. Kontak mata buruk selama
menyusui.
15. Penurunan aktivitas spontan
16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17. Peka rangsang.
18. Menyusui lambat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan

perkembangan

berhubungan

dengan

kerusakan fungsi kognitf.


2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
3.
4.
5.
6.
7.
8.

menderita retardasi mental.


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif
Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

13

1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


kerusakan fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada
bayii untukmembantu memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat
catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar
sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk
mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak
karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera
setelah anak mencapai kesiapan.
f. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang
optimal.
g. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan
sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
h. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan
anak lain.
i. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua
tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita retardasi mental.
Intervensi keperawatan / rasional.
a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau
setelah kelahiran.
b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian
informasi.
c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang
kondisii anak.
d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari
perawatan

dirumah,

menyeldiki

semua

beri

kesempatan

alternatif

keputusan.

14

pada

residensial

mereka

sebelum

untuk

membuat

e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang


mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima
dukungan tambahan.
f. Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga
melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya
masing-masing.
g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.
D. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan
kegiatan atau tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan
dan kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu ilmu
keperawatan dan ilmu ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan
tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatanhambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai
acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang
dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk
mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang secara
detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai
dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan
keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai.
Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai kembali.
15

Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik


rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya
dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang
perawat lakukan adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai
dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry.


Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta:
EGC.
Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) Mental Retardation. Terdapat pada:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.

16

You might also like