Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada ekstremitas.
Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau trauma ekstremitas dapat
menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yang dilindungi atau disangganya
serta
kerusakan
pada
otot,
pembuluh
darah
dan
saraf.
Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma system lain. Bila hanya
ekstremitas yang mengalami trauma biasanya tidak dianggap sebagai prioritas pertama.
Trauma ekstremitas jarang menimbulkan kematian pada penderita trauma, sehingga
tidak mengherankan bila pembentukan dan pemeliharaan jalan pernapasan yang memuaskan,
ventilasi yang tepat serta pemulihan pendarahan biasa nya mendahului penatalaksanaannya.
Namun, perlu diingat bahwa akibat trauma ekstrimitas dapat memperberat masalah yang
mengancam nyawa ini.
Sehingga penting mengenal bahwa terapi tepat bagi ekstremitas yang cedera yang
tidak hanya betapa pentingnya bagian tersebut, tetapi bisa memainkan peranan besar dalam
melangsungkan kehidupan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dasar dan asuhan keperawatan pada trauma ekstremitas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan pada trauma ekstremitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Dari Trauma Ekstremitas.
2. Mengetahui Klasifikasi Dari Trauma Ekstremitas.
3. Mengetahui Etiologi Dari Trauma Ekstremitas.
4. Mengetahui Patofisiologi Dari Trauma Ekstremitas.
5. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari Trauma Ekstremitas.
6. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dari Trauma Ekstremitas.
7. Mengetahui Penatalaksanaan Dari Trauma Ekstremitas.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan Dari Trauma Ekstremitas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep
dasar trauma ekstremitas yang sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk bahan
pengetahuan.
1.4.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa cedera jaringan lunak terbuka.
Prognosis umumnya lebih baik untuk fraktur tertutup karena resiko infeksi
terbatas. Fraktur tertutup juga diklasifikasikan berdasarkan tipenya :
compression impacted, green stick, oblique, spiral, transversal, komunitif
b.
Fraktur terbuka
Adalah fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka. Fraktur ini kadang
sulit ditentukan bila luka pada bagian proksiml fraktur benar-benar terkain
dengan fraktur tersebut. Pedoman atau prinsip yang berdasarkan praktik
menganggap luka sebagai fraktur terbuka sampai dapat dibuktikan
sebaliknya.
Fraktur terbuka ditangani sebagai
kedaruratan ortopedik karena resiko
infeksi dan kemungkinan komplikasi.
Fraktur
terbuka
dapat
diklasifikasikan berdasarkan tingkat
keparahannya.
Derajat I
Derajat II
Derajat III
periosteal
Luka > 5 cm dan dikaitkan dengan kontaminasi atau
cedera jaringan lunak signifikan (kehilangan jaringan,
avulse, cedera remuk) dan sering mencakup fraktur
segmental; dapat ditemukan kepingan jaringan lunak
tulang, cedera vaskuler mayor atau kepingan
periosteal.
Data dari American College of Surgeons: Advance trauma life support,
student manual, ed 2, Chicago, 1993. The College; Geiderman, JM:
Orthopedic Injuries: management principles. In Rosen P et al, editors:
Emergency medicine concepts and clinical practice, ed 4. St Louis, 1998
Mosby.
c.
fraktur pelvis)
Ekimosis perineal atau hematoma skrotum mungkin terlihat
Rotasi abnormal pada panggul atau kaki mungkin ada
Perdarahan eksternal mungkin teramati pada fraktur terbuka
Sirkulasi distal mungkin berpotensi terganggu
Pasien merasa nyeri ketika tekanan diberikan pada Krista
terkena
Penurunan sensasi terhadap sentuhan
Bengkak tegang, asimetris
Parastesi
Ekstremitas pucat
3. Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi
terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung-ujung tulang tidak lagi menyatu.
Bila ujung tulang hanya berubah posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio.
Bahu, siku, jari, panggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang
paling sering mengalami dislokasi
Gejala :
4. Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering terjadi. Pada
keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak karena peregangan atau puntiran
yang keras. Usaha untuk menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan
rasa nyeri. Lokasi yang sering mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan
kaki, pergelangan tangan, atau lutut.
Gejala:
dan
tekan lokal
Tidak ada gerakan sendi
abnormal
komplet
Sendi
secara
mengalami deformasi
Nyeri tekan dan bengkak
Sendi
tidak
dapat
menopang beban
Gerakan sendi
nyata
sangat
abnormal
5. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot terlalu meregang
atau robek. Otot punggung sering mengalami strain bila seseorang mengangkat
benda berat.
Gejala :
Peregangan ringan-robekan
minor
Nyeri local, nyeri tekan,
yang robek
Nyeri local, nyeri tekan,
bengkak, dislokasi dan
ketidakmampuan untuk
menggunakan tungkai untuk
periode lama
Peregangan hebat-pemisahan
tulang
Nyeri local, nyeri tekan,
bengkak, pucat
6. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah.
Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road rush, dan rug burn.
Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini
kertas
Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau
peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-organ internal.
Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan cedera tersebut dapat
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Terlampir
b.
c.
d.
e.
f.
2.1.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan tindakan penanggulangan cedera musculoskeletal menurut definisi orthopedic
adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien secara maksimum dan utuh dilakukan dengan
cara medic, bedah dan modalitas lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal yang harus
diperhatikan :
a.
b.
c.
Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi sebagai akibat
cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya. Dengan mengenali gejala dan
tanda pada penggunaan fungsi jaringan yang terkena cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan kerusakan tulang
disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan tidak
langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan kememaran yang difus
pada jaringan lunak termasuk ganggguan neurovaskuler yang menentukan vitalitas
ekstremitas bagian distal dari bagian yang cedera.
Reduction atau reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen tulang
pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna mengembalikan kepada bentuk
semula sebaik mungkin agar fungsi dapat kembali semaksimal mungkin.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur
dengan melakukan pembedahan dengan memasukan paku, sekrup atau pin ke
dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur
secara bersamaan.
OREF (Open Reduction External Fixation)
Retaining
Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk mempertahankan
hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme otot pada bagian yang sakit agar
mencapai penyembuhan dengan baik. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat
memberikan dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
d.
Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang cedera
untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi adalah tindakan
setelah tindakan kuratif dalam mengatasi kendala kecacatan. Rehabilitasi menekan
upaya pada fungsi dan akan lebih berhasil dilaksanakan sedini mungkin.
pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan
nafas
Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban
gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
b. Kaji riwayat dan kondisi pasien
Riwayat SAMPLE (Sign and symptom, Allergy, Medication, Past
membuktikan sebaliknya.
Perhatikan adanya hematoma
Evaluasi stabilisasi tulang-krepitasi tulang indikasi adnaya fraktur
Inspeksi apakah ada pembengkakan, deformitas, rotasi abnormal atau
pemendekan tulang
c. Mengevaluasi ekstremitas apakah ada 5 P
Pain (nyeri)
Keluhan paling umum pada cedera musculoskeletal adalah nyeri.
Titik nyeri tekan dapat menunkukkan fraktur dibawahnya. Nyeri
yang tidak konsisten dengan perluasan cedera menunjukkan
2. Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah keperawatan
Nyeri akut
.
1.
DS :
-
Klien mengatakan
seperti
tertusuk-
Nyeri
bila
digerakkan
-
Nyeri
dirasakan
dari
tempat
kecelakaan
-
Klien mengatakan
nyeri skala 8
DO :
-
Ekspresi meringis
pada wajah
Klien
mengerang
kesakitan
-
sebelah
kanan, bengkak
2
Ds : klien mengeluh
kesakitan dan kakinya
Kerusakan integritas
(penetrasi)
jaringan
dibawah subkutan
>1mm
DS :
-
Klien mengatakan
Resiko Syok
1500 ml darah)
hipovolemik
Klien mengatakan
Kompensasi peningkatan CO
Klien mengatakan
Klien mengatakan
kadang mimisan
DO :
-
TTV =
Napas : 30 x / menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50 mmHg
purpura
-
Gagal kompensasi
bula hemoragi
-
hemoragi
Gangguan kesadaran dan
subkutan danhematoma
-
sputum mengandung
darah
-
Syok Hipovolemik
perubahan tingkat
kesadaran
3. Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
NO TANGGAL
1
29-04-2015
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
29-04-2015
yang berlebihan
Nyeri akut b/d agen cedera (pergeseran fragmen
29-04-2015
tulang)
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
PARAF
Tujuan
Tekanan diastol
Nadi
Laju pernafasan
Kedalaman inspirasi
Saturasi oksigen
Gangguan kesadaran
Sianosis
Pucat
NIC
: Shock Management
Diagnosa 2
Tujuan
Kriteria Hasil :
NOC
NO
1
:Pain Level
INDIKATOR
Reported pain
Durasi nyeri
Merinitih
Berdebar-debar
RR
Nadi
Tekanan Darah
NIC
: Pain management
INDEPENDEN:
1. Pertahankan imobilisasi pasien yang sakit dengan tirahbaring, gips, pembebat,
traksi.
R: Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/ tegangan
jaringan yang cidera
2. Tinggikan dan dukung ekstrimitas yang terkena.
R: Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, menurunkan nyeri
3. Mengajarkan teknik relaksasi
R: Dapat meningkatkan kenyamanan terkait dengan ansietas dapat
mempengaruhi nyeri
4. Mengkaji keluhan nyeri (karakteristik, intensitas,durasi) (skala 0-10)
R: Untuk mempersiap-kan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap
Diagnosa 3
Tujuan
Kriteria Hasil :
NOC
NO
1
eritema berkurang
Edema berkurang
Luka mulai menutup
Suhu kulit sekitar luka menjadi normal
Texture
Tissue perfusion
Mucous membrane
lesions
Erythema
Induration
NIC
DIAGNOSA
1
TANGGAL
04-05-2015
EVALUASI
S: klien mengatakan sudah tidak lemas
dan terlihat lebih segar
O: Klien mampu berespon dengan
baik, TTV: TD= 110/80 mmHg, RR=
24 x/mnt, S= 36 C, N= 60x/mnt, TD=
110/80
A: Masalah resiko syok hipovolemik
sudah teratasi
04-05-2015
P: Intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan berkurang, skala nyeri
menurun
O: Klien sekali-sekali masih meringis
kesakitan
A: Tujuantercapai
P: Lanjutkan immobilisasi pada daerah
fraktur, ingatkan teknik relaksasi dan
04-05-2015
BAB III
KASUS
Tn. A berusia 30 tahun dibawa ke puskesmas 2 jam yang lalu, pasien mengeluh bahwa
ia tertabrak dan tertindih badan pemain bola saat menonton sepak bola. Pasien terjatuh
dengan posisi miring ke kiri dan kaki kiri tertindih, yang diawali dengan jatuh pada badan
terlebih dahulu. Pasien jatuh pada lapangan berumput. Nyeri hanya dirasakan pada anggota
gerak bawah bagian kiri. Nyeri dirasakan terus - menerus. Sehingga adanya nyeri itu klien
mengeluh kesulitan untuk menggerakkan kaki kirinya. Keluhan dirasa tidak membaik
walaupun pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan paha kirinya membengkak dan terasa
sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku dalam kondisi tersadar saat
terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan ataupun muntah. Pasien
juga
tidak
menit, Suhu 36,3oC. Hasil pemeriksaan diagnostik saat dilakukan foto Rontgen Tulang
ditemukan adanya lesi tulang jaringan lunak disekitarnya serta adanya fraktur pada tulang
femur. Perawat melakukan terapi IVFD RL 20 gtt/I, Ranitidine 50 mg/12 jam, Keterolac
30mg/8 jam, Ceftriaxone 1g/12 jam, Trasfusi bila Hb turun.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama
: Tn. N
Usia
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
:No telepon
:No RM
:Tgl Masuk
:Tgl Pengkajian
:Sumber informasi
: Klien
Nama klg. Dekat yang bisa dihubungi : B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama
: pasien mengeluh bahwa ia tertabrak dan tertindih
2.
3.
4.
5.
6.
7.
pasien mengeluh bahwa ia tertabrak dan tertindih badan pemain bola saat menonton sepak
bola. Pasien terjatuh dengan posisi miring ke kiri dan kaki kiri tertindih, yang diawali
dengan jatuh pada badan terlebih dahulu. Pasien jatuh pada lapangan berumput. Nyeri
hanya dirasakan pada anggota gerak bawah bagian kiri. Nyeri dirasakan terus - menerus.
Sehingga adanya nyeri itu klien mengeluh kesulitan untuk menggerakkan kaki kirinya.
Keluhan dirasa tidak membaik walaupun pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan paha
kirinya membengkak dan terasa sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku
dalam kondisi tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan ataupun
muntah. Pasien juga tidak merasakan adanya mual, namun mengeluhkan adanya pusing
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
E. Pola Aktivitas-Latihan
Adanya keluhan nyeri membuat pasien kesulitan untuk menggerakkan kaki kirinya. Paha
kirinya membengkak dan terasa sangat nyeri sehingga pasien tidak dapat berjalan.
F. Pola Nutrisi Metabolik
G. Pola Eliminasi
H. Pola Tidur-Istirahat
Keluhan yang dialami pasien tetap tidak berkurang meskipun pasien beristirahat
I. Pola Toleransi-Koping Stres
J. Pola Peran & Hubungan
K. Pola Komunikasi
L. Pola Nilai & Kepercayaan
M. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
: 110/80 mmHg
b. Denyut nadi
: 68x / menit
c. Suhu
: 36,3 o C
d. Pernapasan
: 24x / menit
3. Berat Badan
: BT
4. Tinggi Badan : BT
5. Kepala
Inspeksi
: BT
b. Penyebaran
: BT
c. Mudah rontok
: BT
d. Kebersihan rambut
: BT
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada
: BT
: BT
: BT
6. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : BT
b. Bentuk wajah
: BT
c. Gerakan abnormal
: BT
d. Ekspresi wajah : BT
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
: BT
Data lain
: BT
7. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra
b. Sclera
c. Conjungtiva
d. Pupil
: BT
: BT
: BT
: BT
i. Keadaan visus
: BT
j. Penglihatan
Palpasi
Tekanan bola mata
: BT
Data lain
: BT
: BT
b. Bentuk hidung
: BT
c. Keadaan septum : BT
d. Secret / cairan
: BT
Data lain
: BT
9. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga
: BT
: BT
: BT
: BT
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne
: BT
b. Weber
: BT
c. Swabach
: BT
Pemeriksaan vestibuler
: BT
Data lain
: BT
.
10. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
-
Keadaan gigi
: BT
: BT
: BT
b. Gusi
Merah / radang / tidak
: BT
c. Lidah
Kotor / tidak
: BT
d. Bibir
-
: BT
: BT
: BT
Kemampuan bicara
: BT
Data lain
11. Tenggorokan
: BT
a. Warna mukosa
: BT
b. Nyeri tekan
: BT
c. Nyeri menelan
: BT
12. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak (BT)
b. Kaku kuduk / tidak
c. Kelenjar limfe
: BT
Data lain
: BT
: BT
b. Irama pernafasan: BT
c. Pengembangan di waktu bernapas
: BT
d. Tipe pernapasan : BT
Data lain
: BT
Palpasi
a. Vokal fremitus
: BT
b. Massa / nyeri
: BT
Auskultasi
a. Suara nafas
b. Suara tambahan
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
: BT
Data lain
: BT
14. Jantung
Palpasi
Ictus cordis
: BT
Perkusi
Pembesaran jantung
: BT
Auskultasi
a. BJ I
: BT
b. BJ II
: BT
c. BJ III
: BT
: BT
Data lain
: BT
15. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit
: BT
: BT
b. Lien
: BT
c. Nyeri tekan
: BT
Auskultasi
Peristaltik
: BT
Perkusi
a. Tympani
: BT
b. Redup
: BT
Data lain
16. Genitalia dan Anus:
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
: BT
a. Motorik
-
: BT
Pergerakan abnormal
: BT
: BT
: BT
Koordinasi gerak
: BT
b. Refleks
-
: BT
: BT
c. Sensori
-
Nyeri
: BT
Rangsang suhu
: BT
Rasa raba
: BT
Ekstremitas bawah
a. Motorik
-
Gaya berjalan : BT
: BT
: BT
b. Refleks
-
: BT
: BT
: BT
c. Sensori
-
Nyeri
sinistra.. Ditemukan juga nyeri sumbu, gerak aktif dan pasif femur sinistra
terbatas karena nyeri. ROM pada A. Coxae, A. Genu, A. Talocruralis terbatas
karena nyeri.
-
Rangsang suhu
daripada femur dekstra
Rasa raba
Data lain
anatomis 85 cm/83 cm, diameter femur 38 cm/44 cm. Krepitasi sulit dinilai
pada femur sinistra. Terdapat hematom pada femur sinistra.
18. Status Neurologi.
Saraf saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu
: BT
: BT
Konstriksi pupil
: BT
: BT
: BT
: BT
d. Nervus V (Trigeminus)
-
Sensibilitas / sensori
: BT
Refleks dagu
: BT
Refleks cornea
: BT
Gerakan mimik
: BT
: BT
Refleks menelan
: BT
Refleks muntah
: BT
Suara
: BT
h. Nervus XI (Assesorius)
-
Mengangkat bahu
: BT
Deviasi lidah
: BT
: BT
b. Kernig Sign
: BT
c. Refleks Brudzinski
: BT
d. Refleks Lasegu
: BT
Data lain
: BT
N. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan diagnostik saat dilakukan foto Rontgen Tulang ditemukan adanya lesi
tulang jaringan lunak disekitarnya serta adanya fraktur pada tulang femur.
O. Diagnosa Medis
Fraktur Femur Sinistra
P. Terapi
Perawat melakukan terapi IVFD RL 20 gtt/I, Ranitidine 50 mg/12 jam, Keterolac 30mg/8
jam, Ceftriaxone 1g/12 jam, dan Transfusi
Q. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko syok
2. Nyeri akut
3. Hambatan mobilitas fisik
ANALISA DATA
Data
Ds :
- Pasien mengeluh bahwa ia
tertabrak dan tertindih
badan pemain bola saat
menonton sepak bola 2
jam lalu
- Klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri bawah
- Pasien mengeluhkan paha
kirinya membengkak dan
terasa sangat nyeri hingga
tidak dapat berjalan
Do :
- Usia 30 th
- TD : 110/80 mmHg
- N : 68 X/menit
- RR :24 X/menit
- Hematoma
- Nyeri tekan di femur
sinistra
Ds :
- Klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri bawah
- Klien mengeluh kesulitan
menggerakan kakinya
- Klien mengeluh kaki
kirinya bengkak sehingga
tidak bisa jalan
Do :
- Hematoma
- Nyeri tekan
- Ditemukan juga nyeri
sumbu
- gerak aktif dan pasif
Etiologi
Trauma langsung
Masalah Keperawatan
Nyeri akut
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Pergeseran fragmen tulang
Pelepasan mediator kimia
(bradikinin,histamine)
Ransangan reseptor medulla
Spinalis
Korteks serebri
Nyeri
Fraktur
Diskontinuitas tulang
Perubahan jaringan sekitar
Pergeseran fragmen tulang
Deformitas
Gangguan fungsi
timbul rasa nyeri yang
bertambah bila digerakkan
Ds :
- klien mengeluh nyeri pada
kaki kiri bawah
- nyeri tidak membaik
walaupun pasien istirahat
- klien mengeluh pusing
Do :
- Hematoma
- Suhu femur sinistra lebih
hangat dari dextra
- Tekanan Darah 110/80
mmHg
- Nadi 80x/ menit, sedikit
lemah
- RR 32x/ menit
Fraktur
Resiko syok
Diskontinuitas tulang
Perubahan jaringan sekitar
Pergeseran fragmen tulang
Deformitas
Edema
Gangguan fungsi
Ketidakcukupan aliran darah
ke jaringan
Disfungsi seluler
Resiko syok
Frekuensi nafas
v
V
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
NIC : shock management
1. Monitor TTV
2. Berikan cairan IV kristaloid sesuai dengan kebutuhan
3. Monitor trend hemodinamik
4. Dapatkan patensi akses vena
5. Catat bila terjadi bradicardia atau penurunan tekanan darah, atau abnormalitas tekanan
arteri sistemik yang rendah misalnya pucat, cyanosis atau diaphoresis
6. Monitor tanda dan gejala gagal nafas (rendahnya PaO2, peningkatan PCO2,
kelumpuhan otot pernafasan
7. Monitor status cairan meliputi intake dan output
8. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan perfusi
NIC : shock management : volume
1. Monitor tanda dan gejala adanya perdarahan yang persisten
2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah kehilangan darah
3. Berikan produk darah sesuai instruksi (platelet or fresh frozen plasma)
4. Cegah kehilangan darah dengan menekan sisi perdarahan
2. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera fisik yaitu tertabrak dan tertindih pemain sepak
bola yang ditandai dengan laporan nyeri secara verbal, mengekspresikan perilaku nyeri
(wajah gelisah) dan indikasi nyeri yang dapat diamati.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri klien berkurang
dengan kriteria hasil :
NOC : Pain Level
No Outcomes
Laporan nyeri
Gelisah
5
v
v
v
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
NIC : Pain Management
1. Lakukan pengkajian komprehensif nyeri meliputi (lokasi, karakteristik, onset,
frekuensi, kualitas, intensitas, dan factor presipitasi)
2. Monitor vital sign
3. Kolaborasi pemberian analgesic
4. Evaluasi tanda dan gejala nyeri (bertambah atau berkurang) setelah pemberian
analgesic
5. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam
6. Berikan masase dan kompres hangat pada area sekitar luka (Untuk membantu sirkulasi
darah ke area luka sehingga mengurangi nyeri)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang yang
ditandai dengan perubahan cara berjalan, keterbatasan kemampuan melakukan motorik
kasar dan keterbatasan rentang gerak sendi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, mobilitas fisik klien
meningkat
NOC : Mobility
No Outcomes
Gaya berjalan
Pergerakan otot
Pergerakan sendi
Posisi tubuh
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
NIC : Exercise Therapy : Ambulation
1. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
2. Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman
3. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
4. Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
5. Berikan penguatan positif selama aktivitas
6. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang mendukung untuk
berjalan
NIC : Body Mechanics Promotion
1. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang
benar pada saat melakukan aktiivtas
2. Bantu pasien dalam kegiatan warm up / pemanasan sebelum melakukan
latihan
3. Bantu pasien / keluarga dalam latihan penggunaan postur yang benar
TINDAKAN RESUSITASI (Tindakan untuk Penyelamatan ABC)
a) Airway
Kaji : bersihan jalan nafas, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress pernafasan,
tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
b) Breathing
Kaji : frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan melalui
hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas. Pada kasus ditemukan
jumlah pernapasan 32x/menit maka pemberian suplemen oksigen diindikasikan
c) Circulation
Kaji : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban kulit, tanda tanda
perdarahan eksternal dan internal. Pada kasus ditemukan nadi reguler namun sedikit
lemah, maka Tujuan utama adalah untuk mengembalikan nadi pada kondisi normal
dengan menggunakan pendekatan ACLS, kontrol internal bleeding
d) Disability
Kaji : tingkat kesadaran dengan AVPU (alert, verbal, pain, unrespon), gerakan
ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
DISCHARGE PLANNING
1. Persiapan Perawatan Rumah
Selain klien juga harus disiapkan asistan / caregiver atau orang terdekat klien yang akan
membantu perawatan atau proses penyembuhan di rumah .
Hal yang harus dikaji meliputi :
o Tingkat pengetahuan klien / keluarga / caregiver
o Lingkungan rumah, contohnya : tangga kelantai atas, ada / tidaknya kursi roda, keadaan
lantai, kamar mandi dll.
Hal hal yang memungkinkan jatuh / celaka harus dihilangkan. Ruangan harus bebas /
minimal perabot untuk memudahkan pergerakan klien dengan menggunakan kruk atau alat
bantu lain. Toilet duduk bisa disiapkan utnuk membantu kemandirian klien bereliminasi.
B. Edukasi Klien / Keluarga
Klien dengan fraktur biasanya dipulangkan kerumah masih dalam keadaan memakai
pembalut / bandage, splint, gips atau fiksasi eksternal. Perawat harus menyiapkan
instruksi verbal / tertulis untuk klien /keluarga / caregiver bagaimana mengkaji dan
merawaqt luka untuk meningkatkan penyembuhan dan pencegahan infeksi.
Klien / keluarga / caregiver harus tahu bagaimana komplikasi / tanda tanda dan
kapan terjadinya dan dimana harus menemui / kontak dengan tenaga kesehatan /
pelayanan kesehatan profesional.
C. Psikososial
Perawat mengidentifikasi masalah potensial / aktual dirumah sakit dan mengatur
untuk evaluasi / follow up dirumah. Sosial worker dibutuhkan untuk membantu klien
menggunakan alat alat perawatan / pengobatan
Jika terjadi kerusakan tulang / jaringan yang luas, perawat harus membantu klien untuk
mengerti keadaannya. Proses penyembuhan yang membutuhkan waktu lama, khususnya
pada klien dengan komplikasi seperti infeksi.
D. Sumber daya perawatan kesehatan
Klien dengan kecelakaan / terdapat luka luar / multiple fraktur, akan memerlukan
perawatan atau evaluasi selama dirumah oleh perawat kesehatan masyarakat.
Pada klien usia lanjut perlu asisten untuk melakukan aktivitas sehari hari :
Hal lain yang diperlukan :
Fisioterapist bisa berkunjung kerumah sesuai kebutuhan
Atau klien pergi ke klinik / rumah sakit / tempat praktek swasta terdekat.
E. Perawatan di rumah
Gerakan ekstremitas dengan hati hati, diharapkan bisa mengurangi rasa nyeri / tak
nyaman
Suport ekstremitas dengan bantal bila istirahat
Latihan dilakukan perlahan dan bertahap sesuai anjuran
Gunakan stoking untuk suport / elastis bondage untuk mengurangi bengkak.
Anjurkan istirahat yang cukup
Istirahat akan membantu percepat proses penyembuhan karena akan meminimalkan
inflamasi, bengkak dan nyeri. Istirahat bisa juga dibantu dengan bidai / splint / gips.
Pengurangan range of motion ( ROM ) akan menghasilkan peningkatan densitas
smbungan jaringan disekitar area.
Physical therapy
Physical therapy merupakan intervensi utama untuk klien dengan gangguan
muskuloskeletal.
Tujuannya untuk :
a) Mempertahankan sendi untuk ROM, kekuatan otot
b) Mengurangi bengkak dan nyeri
c) Mengurangi spasme otot
d) Mencegah komplikasi karena inaktifitas
e) Mengajarkan perawatan mansiri dan tehnik ambulasi
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Kasus Berdasarkan etiologi
Klien mengalami trauma langsung dengan trauma pada kaki sebelah kiri/dextra yang
mengakibatkan fraktur pada area femur dextra
Kasus berdasarkan klasifikasi
Tanda: Pasien mengeluhkan paha kirinya membengkak dan terasa sangat nyeri
hingga tidak dapat berjalan
-
Tanda: Ditemukan juga nyeri sumbu, gerak aktif dan pasif femur sinistra terbatas
karena nyeri. ROM pada A. Coxae, A. Genu, A. Talocruralis terbatas karena nyeri.
Krepitasi sulit dinilai pada femur sinistra. Sedangkan pada pemeriksaan tanda
tanda vital Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi 68x/ menit, RR 24x/ menit,Suhu
36,3oC. Hasil pemeriksaan diagnostik saat dilakukan foto Rontgen Tulang
ditemukan adanya lesi tulang jaringan lunak disekitarnya serta adanya fraktur pada
tulang femur
-
Intra vena fluid drip (IVFD) memasukkan cairan lansung ke pembuluh darah
vena dengan cepat , cairan yang dimasukkan ringer laktat. Manfaat cairan
Ringer Laktat adalah Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf
dan otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan
kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik pada pasien.
pada
berlebihan
Pemberian ketorolac bertujuan untuk Meredakan pembengkakan dan nyeri
Pemberian ceftriaxone bertujuan untuk mencegah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri
: nyeri akut
: pain level
: pain management
: gangguan mobilitas fisik
: mobility
: Exercise Therapy : Ambulation
: resiko syok
: circulatory status
NOC
: cardiopulmonary status
Pada tindakan awal, klien memlukan tindakan penanganan fraktur yaitu Berikan
bebat sebelum klien dipindahkan; bebat dapat mengurangi nyeri, memperbaiki
sirkulasi, mencegah cedera lebih lanjut, dan mencegah fraktur tertutup menjadi
fraktur terbuka.
1. Imobilisasi sendi diatas dan dibawah daerah fraktur. Tempatkan satu tangan
distal terhadap fraktur dan berikan satu penarikan ketika menempatkan
tangan lain diatas fraktur untuk menyokong.
2. Pembebatan diberikan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur.
3. Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembebatan; periksa warna,
suhu, nadi dan pemucatan kuku.
4. Kaji untuk adanya deficit neurologi yang disebabkan oleh fraktur.
5. Berikan balutan steril pada fraktur terbuka.
6. Trauma Femur
Femur biasanya patah pada sepertiga tengah, walaupun pada orang tua
selalu dipikirkan patah pangkal tulang paha (collum femoris). Fraktur ini dapat
menjadi fraktur terbuka dan kalau hal ini terjadi harus ditangani sebagai
fraktur terbuka. Banyak otot disekeliling femur dan perdarahan massif dapat
terjadi pada paha. Fraktur femur bilateral dapat menyebabkan kehilangan
sampai dari 50% volume sirkulasi darah.(Paula Kristanty, 2009)
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya. Gejala ini
menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi
rasa sakit yang diderita klien.
Penurunan sensasi, Gangguan fungsi dan Mobilitas abnormal terjadi karena
kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema, ketidakstabilan tulang yang
fraktur, nyeri atau spasme otot. Paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
Menjadi prioritas kedua untuk meningkatkan mobilisasi/ROM klien serta membantu
klien melakukan aktivitas saat menjalani perawatan
Shock hipovolemik terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat. Pada
kasus tidak disebutkan perdarahan yang hebat tetapi pencegahan terhadap syok
pada kasus fraktur menjadi prioritas untuk meminimalisir dampak fraktur
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera pada ekstremitas.
Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau trauma ekstremitas dapat
menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yang dilindungi atau
disangganya serta kerusakan pada otot, pembuluh darah dan saraf. Penyebab dari trauma
ekstremitas dapat berupa trauma langsung maupun tidak langsung.
Trauma ekstremitas meliputi :
Fraktur
Dislokasi
Strain
Sprain
Vulnus
Mengkaji ABCD
Kaji riwayat dan kondisi pasien (SAMPLE, mekanisme injuri)
DAFTAR PUSTAKA
Lubis - 2012
Krisanty. Paula, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Paula
Krisanty. Jakarta: EGC