You are on page 1of 21

TUGAS KELOMPOK

PENYAKIT SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

MEGAWATI SILVIA
A.WAHYUDI PALLAWA
A.CITRA DEWI
AMINARSIH
ELFIRA
DAHLIA
HASRIANI
ASRUL HAK
ABD.RAHMAT
DARMAWANSYA
FiTRIANA JUSMADI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN LANJUTAN


STIKES KURNIA JAYA PERSADA
TA.2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
pertolongan-Nya kita masih diberi kesehatan dan kemudahan dalam pembuatan makalah ini.
Dalam menyelasaikan makalah

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) penyusun

mendapatkan banyak hambatan, namun atas usaha dan kerja keras teman-teman sumua makalah
ini akhirnya dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang
hati dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang terutama didalam
penyusunan asuhan keperawatan DHF.
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan makalah DHF
ini.
wassalam
kelompok 1, 25 januari 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.. 1
B. Rumusan Masalah
1
C.Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
3
B. Anatomi Fisiologi Organ
3
C. Landasan Teoritis Penyakit
a. Etiologi
4
b. Manifestasi Klinis
5
c. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
6
d. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
6
e. Komplikasi
7
f. Patoflowdiagram
8
BAB III. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
9
b. Perumusan Diagnosa
13
c. Penentuan Kritera Hasil dan Perumusan Intervensi Keperawatan
13
BAB IV. PENJELASAN TERKAIT DIAGNOSA.
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

17
17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina.

Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006: 123). Sekitar 2,5 milyar
(2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100
negara tropis dan subtropics pernah mengalami letusan DBD. Kurang lebih 500.000 kasus setiap
tahun dirawat di rumah sakit dan riuan orang meninggal. Pada tahun 1953, Quaintos dkk
melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul negara lain seperti Thailand dan Vietnam.
Kasus DB pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya).
Pada tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat. (Mekadiana, 2007). Kasus DB di
Indonesia sampai dengan tahun 2007, telah mencapai 19.031 kasus, diantaranya 336
penderitanya meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi
virus, dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan angka
kejadian berdasarkan jenis kelamin penderita, tetapi kematian akibat penyakit ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak. Pada bulan Januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706
orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa tengah sampai pertengahan
2009 sebanyak 2767 orang, 73 diantaranya meninggal.
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome
(DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit volume
cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju luar
pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang terlambat ditangani di rumah sakit
mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit
semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh
karena itu, diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit. Ketrampilan yang
sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda syok (Dengue Syok
Sindrome) dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami DSS.
B.

RUMUSAN MASALAH
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Apa pengertian dari penyakit DHF?


Seperti apa anatomi fisiologi organ pada penyakit DHF?
Apa penyebab dari penyakit DHF
Bagaimana tanda-tanda dan gejala dari DHF?
Seperti apa pemeriksaan penunjang dan diagnostik dari DHF?
Bagaimana penatalaksanaan medis dari DHF?
Seperti apa komplikasi pada DHF?
Bagaimana patoflowdiagram / WOC pada DHF?
I seperti apa format pengkajian pada klien DHF?
Bagaimana menegakkan diagnosa keperawatan pada klirn dangan DHF?
Bagaimana menentukan kriteria hasil dan intervensi pada klien dengan DHF?
Seperti apa evaluasi tindakan pada DHF?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui tentang bagaimana perjalanan dari penyakit DHF dan dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam praktek keperawatan baik di Rumah sakit
ataupun dilingkungan luar Rumah sakit .
2.

Tujuan Khusus

Agar mahasiswa :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan DHF.
mengetahui anatomi fisiologi terkait penyakit DHF.
Mengetahui tentang tata cara penatalaksanaan klien dengan DHF.
mampu mengetahui tentang komplikasi yang terjadi pada DHF.
Mampu menyusun WOC dari DHF.
Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan DHF.
Mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien dengan DHF.
Mampu menyusun intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada.
Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada klien dengan DHF secara baik dan
benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
(arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi
perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC
NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama ( www. ppni-klaten.com )
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus dengue yang
disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dengan virus dengue
tersebut. (Riyadi Sujono dan suharsono . 2010 )

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti. (Suriadi dan Rita
Yuliani, edisi 2, 2010)
B.

ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah system
sirkulasi.System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dariparu-paru kesela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolism dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat

ekskresi pembuluh darah, dan darah.


1. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi
cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan
disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks cordis. Letak
jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada,
diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua jari
dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis.
2.

Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Pembuluh Darah. Terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. arteri.
Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah keseluru
bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra
disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri
dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya
kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola
yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah
yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya
mendapat darah dari pembuluh darah yang disebut vasa vasorum.
b. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan
pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali
lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
c. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya
kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak
terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada
umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat

makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.


3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut plasma dan bagian
padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya tidak tetap bergantung pada

banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan
zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang
sehat atau orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4
sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah:
a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.
c. Mengatur panas keselurh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah terdapat tiga tempat yaitu: sumsung tulang, hepar,
dan limpa.

C.

ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang ditularkan
melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi yang pertama kali dapat
memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus yaitu
dengue-1, dengue-2, dengue-3, dengue -4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan dengue -3
serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype
yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia ( sujono, 2010 )

D.

MANIFESTASI KLINIS

Demam. Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 7 hari.
Setiap manifestasi perdarahan berikut : petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, gusi berdarah,

dan hematemesis dan / atau melena.


Uji torniquet posift. Dilakukan dengan cara memompa manset tekanan darah sampai suatu
titik tengah antara tekanan sistolik dan diastolik selama 5 menit. Hasil uji di nyatakan positif
jika tampak 10 atau lebih petekia per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya
memberikan hasil yang pasti positif bila tampak 20 petekia atau lebih. Hasil uji mungkin
negatif atau agak positif selama fase syok yang dalam. Hasil tersebut kemudian akan

menjadi positif, bahkan terkadang sangat positif, jika dilakukan setelah pulih dari syok.
Pembesaran hati (hepatomegali), limpa,dan kelenjar getah bening.
Syok. Di tandai dengan denyut yang cepat dan lemah di sertai tekanan denyut yang menurun
( 20 mmHg atau kurang ), atau hipotensi, juga dengan kulit yang lembab, dingin, dan

gelisah.
Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
Sakit kepala
Pembengkakan sekitar mata
Temuan laboratorium

Trombositipenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )

Hemokonsentrasi,

peningkatan

jumlah

hematokrit

sebanyak

20%

atau

lebih.

Dua kriteria klinis pertama, di tambah dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan jumlah hematokrit, sudah cukup untuk menetapkan diagnosis klinis DHF. Efusi
pleura ( tampak melalui rontgen dada ) dan / atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang
adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan / atau
mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan
trombositipenia memperkuat diagnosis terjadinya DHF / DSS. ( WHO, 2005 : 19 )
Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat
1.

Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanoa perdarahan spontan uji torniquet (+), trombositopenia
dan hemokonsentrasi.
2.

Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3.

Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi),
gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.
4.

Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Dengue Shock Syndrome ( DSS )
Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah dengue.
Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan masyarakat
yang menyebar dengan luas atau tiba tiba, tetapi juga merupakan suatu permasalahan
klinis, karena 30 50 % penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan
berakhir dengan demam suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan
adekuat.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

Darah rutin. Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
tourniquetyang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam
batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif
ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum dan pH

darahmungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.


Air Seni. Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
Sumsum Tulang. Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada
hari ke 5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke 10 biasanya sudah kembali

normal untuk semua sistem.


Serologi. Uji serulogi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok besar,
yaitu :

1.

Uji serulogi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa akut dan

masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak
minimal empat kali. Termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi
( NT ) dan uji dengue blot.
2.
Uji serulogi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari ada tidaknya atau titer
tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang
mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya ; uji IgM antidengue
yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Setiap pasien tersangka DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien penyakit lain,
sebaiknya pada kamar yang bebas nyamuk ( berkelambu ). Penatalaksanaan pada DHF ialah:
1.
2.

Tirah baring
Makanan lunak bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 2 liter

dalam 24 jam ( susu, air gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
3.

Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di

kepala,ketiak, dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asiminofen, eukinin atau
dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan apabila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
Pasien DHF perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan, yaitu :
1.
Keadaan umum memburuk
2.
Hati semakin membesar
3.
Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia
4.
Hematokrit meninggi pada pemeriksan berkala
Dalam hal ini ditemukan tanda tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang
pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan
darah, suhu dan pernapasan ; serta Hb dan Ht setiap 4 6 jam pada hari hari pertama
pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam.
Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler
dengan pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, laktat Ringer
atau bila terdapat renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan
dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis. Kecepatan tetesan
permulaan ialah 20 ml / kg BB, dan bila renjatan telah diatasi, kecepatan tetesan dikurangi
menjadi 10 ml / kg BB / jam.
Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak
perbaikan, di usahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau preparat
hemasel dengan jumlah 15 29 ml / kg BB. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan asidosis
yang harus dikoreksi dengan Na bikarbonas. Pada umumnya untuk menjaga keseimbangan
volume intravaskuler, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma
dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi.
1. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan ( hematemesis dan melena )
2. Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan penurunan kadar Hb dan Ht.
Pemberian kortikolsteroid dilakukan setelah terbukti tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang lama
( prolonget shock ), DIC diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan
pemeriksaan hematemesis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan.
G. KOMPLIKASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

H.

Syok
Sepsis
Ensefalopati
Gagal Ginjal Akut
Edema pulmo
Perdarahan GIT
Perdarahan Intra Kranial

PATOFLOWDIAGRAM

BAB III
LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Biodata
Identitas Pasien

2.

Nama

Nn.

Umur

22 Tahun

Agama

Islam

Jenis Kelamin

Laki - laki

Status

Belum kawin

Pendidikan

Mahasiswa

Pekerjaan

Mahasiswa

Suku Bangsa

Indonesia

Alamat

Belopa

Tanggal Masuk

2 Agustus 2015

Tanggal Pengkajian

4 Agustus 2015

No register

Diagnosa medis

DHF

Identitas Penanggung Jawab


Nama
Umur
Hub. Dengan Pasien
Pekerjan
Alamat

:
:
:
:
:

Tn. Era
45 tahun
Ayah Klien
Belopa

Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
Klien masuk dengan keluhan mual dan muntah,neri uluhati, kepala pusing, batuk, , bibir
kering dan suhu tubuh tidak demam..
Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan sakit saat ini
Sejak 1 minggu yang lalu klien mengeluh mual, muntah, keringat dingin, sakit kepala,
sakit ulu hati, dan suhu badan panas. Lalu klien berobat ke dokter praktek didekat rumah
tempat biasa ia berobat. Tetapi tidak banyak menolong, panas hanya turun setelah minum
obat namun keluhan lain tidak teratasi.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien kemudian berobat ke RS Indah dan didiagnosa observasi DHF karena trombosit
yang rendah, dan klien lalu dianjurkan untuk dirawat sebelum akhirnya klien dirujuk ke RS
Bagus.
b. Status kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami

penyakit panas, batuk, pilek, sakit kepala.


Pernah dirawat
dirawat.
Alergi
Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol)
c. Riwayat Penyakit keluarga

Sebelumnya

klien

klien

mengatakan

:
:

Tidak ada
tidak pernah

OS mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga


o Hipertensi

o DM

o Asma

o Hepatitis

pernah

mengalami

tidak

pernah

o Diabetes
2.

Pengkajian fisik
1) Pemeriksaan Vital Sign
TD
:
100/60 mmHg
N
:
79 x/menit
S
:
36 derajat celcius
HR
:
80 x/menit
P
:
18 x/menit
2) Pemeriksaan Kulit
:
Turgor kulit kering
3) Pemeriksaan Leher
:
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah
4)
5)
6)
7)
8)

bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.


Pemeriksaan Dada (Thorak)
:
pernafasan teratur
Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) :
terjadi kegagalan sirkulasi.
Pemeriksaan Abdomen
:
Nyeri tekan
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus :
BAK dan BAB normal
Pemeriksaan Muskuloskeletal
:
Sering merasa lelah dalam melakukan

aktifitas
9) Pemeriksaan Ekstremitas
10) Pemeriksaan Neurologi
11) GCS
: 15
12) Kesadaran
:

:
:

Dalam batas normal


Dalam batas normal

Compos mentis Cooperative(CMC)

3. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Tanggal
2 / 8 / 2015

Hasil Pemeriksaan Lab


HB: 14,2 g/dl
HT: 41%(37-52)
Leukosit: 2700/ul(4800-10800)
Trombosit: 92.000/ul (150.000-450.000)
Typhi H: +1/300
HB: 12,9 g/dl
HT: 38%(37-52)
Leukosit: 4100/ul(4800-10800)
Trombosit: 68.000/ul (150.000-450.000)
Dengue IgG: positif
Dengue IgM: negatif
HB: 13,5 g/dl
HT: 41% (37-52)
Leukosit: 5600/ul
Trombosit: 54.000/ul

3 / 8 / 2015

4 / 8 / 2015

4.

5.

Diagnosa medis dan terapi


Dx

Observasi DHF

Terapi

Diberikan panadol k/p, Acran 2x1, Sotatic 3x1, Baquinor 2x1 oral

Pola Kebutuhan dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Sebelum Sakit
:Klien mengatakan sakitnya murni karena faktor ilmiah, bukan karena
guna-guna/santet.
Saat sakit
: Saat sakit klien dibawa ke rumah sakit.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit : OS mengatakan makan 3 x sehari dengan sayur dan lauk pauk,porsi 1 piring
penuh. Untuk minum 2,5 3 L per hari
Saat sakit
: OS makan 3x sehari tetapi dengan setengah porsi. Minum air putih 2 gelas
perhari.
c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit OS mengatakan:


BAB
BAK

: 1 x sehari , normal
: 4 x sehari

Saat sakit OS mengatakan:


BAB
: 1 x sehari , tetap normal
BAK
: 6 x sehari
d. Pola gerak dan aktifitas

Aktivitas

Kemampuan

perawatan diri

Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: di bantu orang lain, 3: di bantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total

Latihan
Sebelum sakit

OS mengatakan

Pola gerak

biasa bergerak dengan bebas

Pola aktifitas
Saat sakit
Pola gerak

dapat beraktifitas seperti biasa

OS mengatakan

terbatas untuk bergerak karena dipasang infus

Pola aktifitas

hanya bisa melakukan aktifitas di tempat tidur

e. Pola kognitif dan persepsi


OS kurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail,tapi OS mengetahui bahwa
dia terkena penyakit yg disebabkan oleh gigitan nyamuk dan menurunkan trombositnya.
f. Pola persepsi Konsep diri
Sebelum sakit OS mengatakan :

Harga Diri

Body Image

Ideal diri

Peran

Identitas diri
Saat sakit OS mengatakan:

Harga Diri
:

Body Image

Ideal diri

Peran

Identitas diri
g.

:
:
:
:
:

tidak bermasalah
tidak bermasalah
tidak bermasalah
tidak bermasalah
tidak bermasalah

tidak bermasalah
:
tidak bermasalah
:
tidak bermasalah
:
tidak bermasalah
:
tidak bermasalah

Pola tidur dan istirahat


Sebelum Sakit

mengatakan setiap hari tidur dengan rentang jam.

Tidur malam pukul 23.00, bangun pagi pukul 06.00.


Saat sakit
:
Saat sakit OS susah tidur dan sedikit terganggu
karena ruang gerak yang tidak memadai. Tidur malam pukul 22.00, bangun pagi 05.30.

h. Pola peran hubungan

Sebelum Sakit
keluarga maupun temannya.

OS dapat berkomunikasi dengan baik, dengan

Saat sakit

OS dapat berkomunikasi dengan baik, dengan

perawat, keluarga maupun temannya.


i. Pola seksual reproduksi

Anak pertama dari 2 bersaudara.

j. Pola toleransi strees koping

Sebelum Sakit

bercerita dengan teman.

Saat sakit
:

OS mengatakan jika mengalami masalah stress akan

OS menceritakan keluhannya kepada keluarga.

k. Pola nilai Kepercayaan

Sebelum Sakit

persembahyangan 3 x sehari.

Saat sakit
:

OS

menganut

agama

Hindu,

dan

melaksanakan

OS tidak bisa melakukan persembahyangan dan hanya bisa

berdoa di tempat tidur.


B.

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Mual berhubungan dengan status penyakit, factor psikologis seperti nyeri, takut dan cemas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan .
3. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor eksternal (hipertermi, kelembaban)
dan factor internal (perubahan status metabolic dan perubahan turgor kulit)
6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap
informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.

C.

PENENTUAN KRITERA HASIL dan PERUMUSAN INTERVENSI

1. Mual berhubungan dengan status penyakit, factor psikologis seperti nyeri, takut dan
cemas
NOC :
Comfort level
Hydration
Nutritional Status : Food and fluid
Kritera Hasil:

Melaporkan bebas dari rasa mual


Mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi mual
Nutrisi adekuat
Hidrasi kulit membran mukosa baik, tidak ada rasa haus yang abnormal, panas, urin
output normal, TD HCT normal

Intervensi NIC :
Fluid management

Pencatatan intake output secara akurat


Monitor status nutrisi
Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, vital sign adekuat)
Anjurkan untuk makan pelan-pelan
Jelaskan untuk menggunakan nafas dalam untuk menekan reflex mual
Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam sesudah dan selama makan.

Instruksikan untuk menghindari bau makanan yang menyengat


Berikan terapi IV kalau perlu
Kelola pemberian anti emetic
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, tidak ada nafsu makan .
NOC :
Nutrisional status : Food and Fluid Intake
Nutrisional status : nutrient intake
Weight control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi NIC :
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan subsasi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsltasikan dengan ahli gizi )
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan .
Nutrition Monitoring:
BB pasien dalam batas normal
Monitoring adanya penurunan berat badan
Monitoring tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitoring interaksi anak dan orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema,hiperemik,hipertonik,papilla lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna magenta ,scarlet
3. Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
DS:

klien mengatakan nyeri tekan pada uluhati

DO:

Tingkah laku ekspresif gelisah, merintih dan perubahan dalam nafsu makan dan minum

NOC :

Pain Level,

pain control,

comfort level

Kriteria Hasil:

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Tidak mengalami gangguan tidur

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh


DS:

klien mengatakan pusing bila ingin ke kamar mandi untuk BAK dan BAB

DO :

klien tampak mudah lelah saat beraktivitas

NOC :

Self Care : ADLs

Toleransi aktivitas

Konservasi eneergi

Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
dingin

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor eksternal (hipertermi, kelembaban)


dan factor internal (perubahan status metabolic dan perubahan turgor kulit)
Eksternal :
DS:

klien mengeluh kulit kering, bibir kering dan pecah-pecah

DO:

Gangguan permukaan kulit

NOC :
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Wound Healing : primer dan sekunder
Kriteria Hasil:

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC : Pressure Management

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

Hindari kerutan pada tempat tidur

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Monitor status nutrisi pasien

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap


informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.
DS:

klien menyatakan tidak mengerti tentang status penyakitnya

DO:

klien slalu bertanya tentang penyakitnya

NOC:

Kowlwdge : disease process

Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil:

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

NIC :

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

BAB IV.
PEMBAHASAN
Dari tanda-tanda dan gejala yang dialami klien mulai dari tujuh hari yang lalu seperti:
mual, muntah, keringat dingin, sakit kepala, sakit uluhati, dan suhu badan yang panas namun
keluhan saat ini mual dan muntah masih tetapi masih dapat ditahan, nyeri tekan pada uluhati,
suhu badan sudah tidak panas tetapi bibir tampak kering dan pecah-pecah, serta turgor kulit
kering. Dan ditambah hasil dari pemeriksaan laboratorium selama 3 hari berturut-turut yang
mana dari hasil pemeriksaan tersebut klien dinyatakan observasi DHF oleh dokter.
Dari kesimpulan diatas kami kelompok 1 mengangkat diagnosa keperawatan berdasarkan
manifestasi klinis klien saat ini, dan saat masuk RS fase kritis klien sudah lewat.
BAB V.
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypte. Diagnosis DHF ditegakkan
bila semua manifestasi klinis dipenuhi yaitu demam 5-7 hari, manifestasi perdarahan ( uji
tornikuet positif, petekie,ekimosis atau purpura,perdarahan mukosa, perdarahan saluran cerna,
perdarahan tempat bekas suntikan, hematemesis atau melena), trombositopenia < 100.000 /ul,
kebocoran plasma dan tanda-tanda kebocoran plasma . Penatalaksanaan pada kasus DHF yang
dapat dilakukan dengan penatalaksanaan yaitu : minum banyak dan makanan lunak, antipireutik,
antikonvulsan, pemberian cairan infuse, tirah baring dan Observasi keadaan umum ( tanda
tanda vital )

B.

SARAN
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan
pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah
sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
5. Prinsip 3 M
-

Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu

(perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari).


Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang.

Diperlukan tindakan yang bersifat preventif melalui pemakaian kasa dan menghindari kebiasaan
mengantung pakaian yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013. aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing : yogyakarta .
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Salemba Medika :
Jakarta
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak.
Sagung Seto : Jakarta
Riyadi, Sujono dan suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit . Yogyakarta :
Gosyen publishing .
Suriadi, yuliani . 2010 . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV sagung seto .

You might also like