Professional Documents
Culture Documents
DARI PERSPEKTIF
HUKUM
ISLAM (SYARIAH)
26
RabuOKT 2011
asalkan selaras dengan semangat agama dan prinsip Hukum Islam. Tetapi
persoalan yang hangat
dibicarakan di dunia Islam dewasa ini mengenai halal atau haramnya asuransi
itu sendiri.
Di tengah-tengah perkembangan asuransi di Indonesia, masih tersisa
adanya kesan negatif bahwa asuransi konvensional itu hanya mau
menerima premi tapi ketika terjadi musibah, perusahaan asuransi tidak mau
membayar klaim. Walau memang sebenarnya alasan tersebut masuk akal, tidak
mudah untuk membayar klaim, karena asuransi adalah pengelola dana milik
bersama dan tidak sembarang memberikan uang kepada seorang nasabah yang
mengajukan klaim tanpa terlebih dahulu menyelidikinya.
Beberapa alasan yang menjadikan perusahaan asuransi konvensional
dinilai memiliki sejumlah kelemahan, diantaranya adalah
(http://eramuslim.com/bedaasuransi/newbhn/fatwa.htm)[1]:
1.
2.
3.
4.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
2.
C. PEMBAHASAN
C.1 Pengertian Asuransi Umum dan Asuransi Syariah
Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara
sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal
ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan
sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana
sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa
sudut.
Definsi-definisi tersebut antara lain :
1.
B.
D.
E.
F.
G.
i.
ii.
iii.
2.
3.
4.
5.
6.
FUNGSI ASURANSI :
1.
Transfer Resiko
Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan
Kumpulan Dana
Premi yang diterima kemudian dihimpun oleh perusahaan asuransi sebagai
Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai tujuan dan teknik
pemecahan yang bermacam-macam, antara lain:
1.
Tujuannya: Mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai
tujuan.
Tekniknya: Dengan cara mengalihkan risiko pada pihak lain dan pihak lain
mengkombinasikan sejumlah risiko yang cukup besar, sehingga dapat
diperkirakan dengan lebih tepat besarnya kemungkinan terjadinya kerugian.
1.
Tujuannya: Memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau suatu
kegiatan bisnis kepada pihak lain.
1.
Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti
Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muthi (mufti Mesir).
Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:
tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah
dibayar atau di kurangi.
Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan
Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada
fakultas Syariah Universitas Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum
Isalm pada Universitas Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab alMuamallha al-Haditsah wa Ahkamuha). Mereka beralasan:
3)
ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum
Islam pada Universitas Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan
kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama
pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial
(boleh). Alasan golongan yang mengatakan asuransi syubhat adalah karena
tidak ada dalil yang tegas haram atau tidak haramnya asuransi itu. Asuransi
Syariah a. Prinsip Asuransi Syariah Suatu asuransi diperbolehkan secara syari,
jika tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan syariat Islam.
Untuk itu dalam muamalah tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama ), tolong
mudhorobah.
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah.
Akan tetepi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin
yang diberikan oleh jamaah.
aturan syari.
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan (QS. Quraisy,106:4).
Dari kata tersebut muncul kata-kata yang berdekatan seperti:
( al-amanatu minal khaufi ) : aman dari rasa takut
( al-amanatu dhiddal khiyanah ) : amanah lawan dari khianat
( al-imanu dhiddal kufur ) : iman lawan dari kufur
( ithoul amanah/al-amana ) : memberi rasa aman
Dari arti terakhir diatas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan
istilah At-Ta`min, yaitu: Men-ta`min-kan sesuatu, artinya adalah: seseorang
membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya
mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang
mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau
mobilnya.
Adapun yang menjadi prinsip-prinsip dalam asuransi syariah adalah sama
dengan tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar yaitu al
kepada orang yang tertimpa musibah. Pengganti tersebut diambil dari kumpulan
premi-premi mereka. Mereka (para ulama ahli syariah) mengatakan bahwa
dalam penetapan semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan
ekonomi, Islam bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas
saling menolong dan menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.
Dengan demikian maka asuransi dilihat dari segi teori dan sistem, tanpa melihat
sarana atau cara-cara kerja dalam merealisasikan sistem dan mempraktekkan
teorinya, sangat relevan dengan tujuan-tujuan umum syariah dan diserukan oleh
dalil-dalil juz`inya. Dikatakan demikian karena asuransi dalam arti tersebut
adalah sebuah gabungan kesepakatan untuk saling menolong, yang telah diatur
dengan sistem yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia, tujuannya
adalah menghilangkan atau meringankan kerugian dari peristiwa-peristiwa yang
terkadang menimpa sebagian mereka, dan jalan yang mereka tempuh adalah
dengan memberikan sedikit pemberian (derma) dari masing-masing individu.
Asuransi dalam pengertian ini dibolehkan, tanpa ada perbedaan pendapat. Tetapi
perbedaan pendapat timbul dalam sebagian sarana-sarana kerja yang berusaha
merealisasikan dan mengaplikasikan teori dan sistem tersebut, yaitu akad-akad
asuransi yang dilangsungkan oleh para tertanggung bersama perseroanperseroan asuransi.
Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum
asuransi syariah, memberi defenisi tentang asuransi sebagai berikut: Asuransi
syariah (Ta`min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk
asset dan atau tabarru` yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.
Dari definisi diatas nampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi
dan tolong menolong yang disebut dengan ta`awun, yaitu prinsip hidup saling
melindungi dan tolong menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara sesama
anggota peserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (resiko).[3]
Oleh sebab itu, premi pada Asuransi Syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru`. Dana
Tabungan adalah dana titipan dari peserta Asuransi Syariah (life insurance) dan
akan mendapat alokasi bagi hasil (al mudharabah) dari pendapatan investasi
bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil
akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan
mengajukan klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat
asuransi. Sedangkan Tabarru` adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan
dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan
untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life maupun general insurance).
[4]
Asuransi syariah memiliki prinsip yang berbeda dengan lembaga konvensional.
Prinsip prinsip tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Akad kedua asuransi ini berdasarkan keridloan dari masing- masing pihak.
Yaitu nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami
kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli
antara nasabah dengan perusahaan). Dana yang terkumpul dari nasabah
perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan
sistem bagi hasil (mudharobah). Sedangkan pada asuransi konvensional,
investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik
nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan
perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan
pengelolaan dana tersebut.
Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari rekening
tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan
2.
3.
A.
Akad kedua asuransi ini berdasarkan keridloan dari masing- masing pihak.
Yaitu nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami
kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli
antara nasabah dengan perusahaan). Dana yang terkumpul dari nasabah
perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan
sistem bagi hasil (mudharobah). Sedangkan pada asuransi konvensional,
investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik
nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan
perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan
pengelolaan dana tersebut.
Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari rekening
tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan
tolong-menolong bila ada peserta yang terkena musibah. Sedangkan dalam
asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik
perusahaan.
Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik
dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
UNDANG-UNDANG
-
BUKU
-
Juli 2011.
-
http://syakirsula.com/index.php?
http://4iral0tus.blogspot.com/2011/06/takaful-indonesia-asuransi-
http://ikimase.wordpress.com/2009/06/12/prinsip-prinsip-asuransi-
http://solusiasuransi.com/9-prinsip-operasional-asuransi-syariah/diakses