You are on page 1of 9

FOOD COMBINING, DIET GOLONGAN DARAH DAN VEGETARIAN

DARI SUDUT PANDANG ILMU GIZI*


Setyaningrum Rahmawaty
Prodi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, University Muhammadiyah Surakarta

Abstrak
Siapakah yang tidak menginginkan memiliki berat badan ideal (minimal normal) dan
terbebas dari masalah kesehatan? Banyak orang menempuh berbagai cara untuk mencapai dan
dan mempertahankan berat badan ideal/normal dan kesehatannya. Mulai dari fitness, obatobatan pelangsing hingga yang paling populer dan mudah dilaksanakan, yaitu dengan
menerapkan berbagai diet yang menjanjikan penurunan berat badan.
Food combining, diet berdasarkan golongan darah dan diet vegetarian adalah beberapa
contoh diet dari banyak diet penurunan berat badan yang populer dewasa ini. Meskipun ke-3
diet ini sudah tidak asing lagi di sebagian besar kalangan masyarakat dan terbukti memberikan
efek penurunan berat badan bagi penganutnya, namun dari segi ilmiah (ilmu gizi dan
kesehatan), konsep diet ini masih menjadi kontroversi.
Makalah ini akan menguraikan singkat konsep ke-3 diet tersebut dan mencoba
menelaah dari sudut pandang ilmu gizi. Dengan harapan masyarakat dapat memahami konsep
balance energi yang benar, sehingga dapat menyikapi dan menerapkan diet untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan benar dan tepat.

PENDAHULUAN

ood Combining, pengaturan pola makan yang diilhami dari pengalaman Dr.

William Howard Hay (1866-1940), seorang ahli bedah di Amerika Serikat ini
pada dasarnya beranggapan bahwa usus manusia memiliki kemampuan terbatas.
Oleh karena itu ada jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan secara
bersamaan, agar proses pencernaan dapat berlangsung aman. Hal yang paling menonjol dalam
food combining adalah tidak disarankan menyantap nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah sekaligus
dalam satu jam makan.
Dikutip dari www.sedap-sekejap.com, inti food combining pada dasarnya mencakup 4
hal. Pertama, disarankan mengonsumsi makanan segar dan alami, serta menjauhi makanan
yang telah diproses. Sayuran dan buah segar menjadi bagian utama menu sehari-hari. Sekalipun
demikian, jangan takut kelaparan, karena kita dibebaskan mengonsumsi makanan sumber
karbohidrat, yang bisa membuat kenyang. Yang tidak disarankan adalah makanan olahan, yang
tidak lagi alami, seperti makanan kalengan, makanan awetan dan makanan mengandung food
additives.
Kedua, food combining menegaskan pentingnya menyantap kombinasi makanan
mengikuti siklus alami metabolisme tubuh. Berbeda dari kebiaasan selama ini yang hanya
mementingkan mendapatkan energi dari asupan makanan, dengan makan semuanya sekaligus
secara campur aduk. Pengaturan kombinasi makanan membuat tubuh lebih hemat
menggunakan energi untuk memproses makanan. Dampaknya, tubuh menjadi lebih bugar,
bertenaga, dan menghambat kerusakan sel akibat ekploitasi sel dan organ tubuh secara
berlebihan.
Ketiga, food combining mementingkan keseimbangan asam-basa tubuh. Proses
pencernaan makanan berjalan paling efektif jika jaringan tubuh dan darah (bukan lambung)
dalam kondisi netral cenderung basa, dengan pH 7,35-7,45. Jika tubuh dalam kondisi asam, kita
menjadi mudah kembung dan diare.

Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

Keempat, food combining tidak memerlukan takaran konsumsi makanan. Kita bisa
makan dalam jumlah lebih bebas, sejauh kombinasinya serasi. Menurut konsep ini, penurunan
berat badan yang baik dianggap berkaitan erat dengan pencernaan yang baik. Jadi bila kita
mengetahui kapan waktu makan yang tepat serta berhasil menghindari makanan tertentu yang
tidak boleh dikonsumsi pada saat yang bersamaan, maka pencernaan akan bekerja lebih baik,
dan berat badan pun akan turun dengan sendirinya. Untuk itu, seseorang tidak perlu
menghitung kalori atau mengurangi porsi makannya ketika ingin menurunkan berat badan.
Cukup dengan mengetahui kapan harus makan dan bagaimana kombinasi makanannya, tubuh
akan secara alami mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

iet menurut golongan darah, dikenalkan pertama kali pada tahun 1996

oleh Dr. Peter J DAdamo, seorang naturopatis dari Stamford, Connecticut,


Amerika Serikat. Pola pengaturan makan ini meyakini bahwa golongan darah
dapat memberi petunjuk tentang kerentanan tubuh terhadap jenis penyakit
tertentu sekaligus memandu jenis makanan yang cocok untuk mencegah penyakit tersebut.
Menurut D'Adamo, perbedaan golongan darah manusia berasal dari perbedaan nutrisi
yang dikonsumsi manusia sejak zaman prasejarah. Pada zaman itu, semua manusia memiliki
golongan darah O, sebab mereka makan banyak daging, sedikit sayuran dan produk bukan dari
ternak. Ini terjadi karena pada saat itu manusia menggantungkan hidupnya dari berburu. Ketika
revolusi pertanian dimulai, pemilik darah golongan A mulai berkembang, sebab mereka
mengonsumsi hampir semua makanan untuk vegetarian. Kemudian muncul pemilik darah
golongan B, yang merupakan percampuran dari berbagai ras. Di era modern makin banyak
orang memiliki darah golongan AB yang bisa mengonsumsi segala jenis makanan.
Diet golongan darah menunjukkan efek fisiologis dari lektin, yaitu protein yang
umumnya terdapat pada makanan, yang masuk ke dalam tubuh. Tiap jenis makanan dapat
mempengaruhi metabolisme dan komposisi darah sehingga mempengaruhi keseimbangan daya
tahan tubuh, sebab darah mempunyai 2 komponen penting yaitu antigen dan antibodi. Alasan
pentingnya penggolongan darah adalah golongan darah mampu mengidentifikasi dengan tanda
permukaan yaitu antigen sehingga bila sel darah merah mentransport benda asing seperti virus
dan bakteri, maka akan segera ditandai sebagai kawan atau musuh. Sama halnya dengan
makanan, bila lektin makanan tidak cocok dengan tipe darah, maka akan terjadi penggumpalan
sel darah merah, sehingga menyebabkan masalah terhadap sistem pencernaan dan
metabolisme makanan terhadap produksi insulin dan gangguan hormon. Hal inilah yang
menyebabkan kenapa tiap golongan darah perlu memiliki penggolongan makanan.
Penggolongan makanan dibedakan menjadi makanan yang sangat bermanfaat, makanan
yang netral, dan makanan yang dihindari. Makanan yang sangat bermanfaat adalah makanan
yang bereaksi sebagai obat, dianalogikan sebagai vitamin. Makanan netral adalah makanan yang
bereaksi sebagai makanan, yaitu makanan yang menyediakan kalori dan nutrisi tubuh,
sedangkan makanan yang harus dihindari adalah makanan yang bereaksi sebagai racun.
Berikut adalah saran menu diet berdasarkan golongan darah:
1. Golongan darah A: diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
- Makanan yang sangat bermanfaat: bayam, brokoli, wortel, jamur ikan mas, kacang tanah,
kacang buncis, kacang/susu kedelai, tahu, tempe, tepung beras, blueberry, minyak zaitun,
ikan mas, ikan sardine.
- Makanan yang netral: ikan tuna, telur ayam dan bebek, telur puyuh, minyak wijen, biji
bunga matahari, kacang ercis/kapri, jagung, tapioca, roti gandum, labu, bawang merah,
mentimun, talas, anggur, melon, blewah, pir, delima, kurma, stroberi, kesemek, jambu biji,
daging ayam.
- Makanan yang dihindari: daging (sapi, bebek, kelinci, ayam hutan, lobster, gurita, kepiting,
belut, kodok, udang, cumi), mentega, susu sapi, keju, es krim, susu murni, acar, terong,
tomat, ubi, kentang, jeruk, kelapa/santan, melon, madu, pisang (raja), pepaya, pare, air
soda.
- Olahraga yang cocok dilakukan: yoga, tai chi, meditasi.
2. Golongan darah B: dianjurkan mengonsumsi susu dan produk susu.
Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

- Makanan yang sangat bermanfaat: ikan laut, susu sapi, keju, bubur, gandum, roti essene,
kue beras, brokoli, ubi, wortel, kembang kol, terong, teh hijau.
- Makanan yang netral: cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah,
kacang buncis, tepung beras, roti beras, bayam, brokoli, selada, mentimun, labu, kentang,
sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji, daging sapi.
- Makanan yang dihindari: daging (ayam, babi, bebek, keong, kepiting, siput, belut, kodok,
gurita, lobster), es krim, telur (bebek, angsa, puyuh), kacang tanah, roti gandum, tomat,
jagung, alpokat, pare, delima, kelapa/santan, kesemek, belimbing, pir, air soda, minuman
beralkohol.
- Olahraga yang cocok dilakukan: renang, tenis, jalan kaki, dan meditasi.
3. Golongan darah AB: diet sesuai dengan kecocokan masing-masing indivdu terhadap jenis
makanan tertentu.
- Makanan yang sangat bermanfaat: ikan sardine, tuna, susu kambing, putih telur (ayam),
keju ricotta, krim asam (rendah kalori), teh hijau, anggur merah.
- Makanan yang netral: cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah,
kacang buncis, tepung beras, roti beras, brokoli, bayam, selada, mentimun, labu, kentang,
sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji.
- Makanan yang dihindari: daging (sapi, ayam, bebek, babi, angsa, lobster, kepiting, kodok),
mentega, es krim, telor bebek, kacang hitam, acar, jagung, belimbing, delima, pare, pisang,
kelapa, kesemek, jambu biji, mangga, saus tomat, kopi, soda, minuman beralkohol.
- Olahraga yang dicocok dilakukan: olahraga di pagi hari.
4. Golongan darah O: diet tinggi protein dan rendah karbohidrat.
- Makanan yang sangat bermanfaat: brokoli, ubi, waluh, selada, ganggang laut, lobak cina,
blueberry, cerry, jambu biji, bumbu kari, kacang polong, kacang merah, semua jenis
bawang, rumput laut, jahe, kunyit, daging sapi.
- Makanan yang netral: ikan mas, belut, lobster, ikan tuna, ikan sardine, udang, telur (ayam
dan bebek), mentega, kacang (hitam, merah, buncis, kedelai), tempe, tahu, susu kedelai,
bubur gandum, beras, kue beras, roti beras, tepung gandum, terong, tomat, labu, daging
ayam, daging bebek.
- Makanan yang dihindari: daging babi, cumi, sotong, kerang, kodok, gurita, telur angsa,
telur puyuh, es krim, keju, susu sapi, yoghurt, minyak kelapa, penyu, minyak jagung,
jagung, bunga brokoli, kacang tanah, kacang mede, kuaci, laichi, kentang, mentimun,
kembang kol, jamur, blewah, jeruk mandarin, pisang raja, pare, anggur putih, kecap, kopi,
minuman keras.
- Olahraga yang cocok dilakukan: aerobic.

egetarian adalah pola hidup yang berpantang terhadap makanan yang berasal

dari mahluk hidup (bernyawa) seperti daging, ikan dan telur. Terdapat beberapa
tipe vegetarian: 1) lacto-vegetarian, masih mengonsumsi susu, 2) ovo-vegetarian,
masih mengonsumsi telur, 3) lacto-ovo vegetarian, masih mengonsumsi susu dan
telur, 4) semi vegetarian, hanya menghindari daging merah seperti daging sapi dan babi tetapi
masih mengonsumsi ikan dan susu, 5) vegan atau lactarian atau vegetarian murni, tidak
mengonsumsi produk hewani dalam dietnya, 6) pescovegetarian, mengonsumsi ikan tetapi tidak
mengonsumsi unggas.
Banyak alasan seseorang mengubah pola makan menjadi vegetarian seperti alasan
kesehatan, ekonomi, etika, rasa sayang terhadap hewan dan alasan spiritual. Bila hanya untuk
alasan kesehatan, biasanya akan memilih menjadi semi-vegetarian, namun jika alasannya
karena ahimsa (tidak menyakiti sesama mahluk) atau alasan spiritual, maka vegan atau biasa
dikenal sebagai vegetarian ketat (strict vegetarian) akan menjadi pilihan.

Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

TINJAUAN DARI SUDUT PANDANG GIZI


Sepintas food combining seperti ilmu gizi yang selama ini kita kenal. Istilah-istilah gizi,
seperti protein, vitamin, serat dan lain-lainnya juga digunakan. Namun beberapa konsep gizi
yang ditawarkan ada yang menyesatkan.
Whitney dan Rolfes (2005) dalam bukunya Understanding Nutrition menyebutkan
bahwa food combining adalah mitos. Seni mengatur pola makan dalam food combining yang
sebenarnya adalah menekankan pada pemisahan makanan, melambangkan logika yang salah
dan underestimation terhadap kemampuan tubuh. Kenyataannya, makanan yang dikonsumsi
bersama-sama dapat meningkatkan penggunaannya di dalam tubuh. Contohnya vitamin C
dalam jeruk atau nenas dapat meningkatkan absorbsi besi (Fe) yang terdapat dalam daging,
ikan atau bahan-bahan makanan lain yang mengandung besi yang dikonsumsi bersamaan.
Pencetus food combining juga kurang mengenal dengan baik komposisi bahan makanan
dan proses pencernaan zat gizi di dalam tubuh. Kemampuan beberapa enzim yang terkait dalam
pencernaan zat gizi seperti enzim-enzim golongan amilase (enzim yang mencerna hidrat arang),
protease (mencerna protein), dan lipase (mencerna lemak) telah diabaikan. Penekanan lebih
pada lama waktu makanan berada di lambung. Walaupun selama ini dikenal penggolongan
bahan makanan berdasarkan kandungan zat gizinya, seperti sumber protein, karbohidrat,
vitamin dan mineral, namun bukan berarti bahwa bahan-bahan makanan yang kita konsumsi
sehari-hari hanya mengandung satu jenis zat gizi saja. Contohnya, ketika kita mengonsumsi nasi
sebagai sumber karbohidrat, di dalamnya terkandung protein, lemak, dan zat gizi lain dengan
kadar yang bervariasi. Demikian halnya daging, susu dan sumber protein lainnya, juga
mengandung karbohidrat dengan kadar yang bervariasi.
Ide mengonsumsi buah dan sayur yang masih segar/alami dan selalu ada buah dan
sayur dalam menu sehari, merupakan ide yang baik. Beberapa zat gizi terutama yang mudah
rusak karena proses pemasakan/pengolahan yang salah dapat dipertahankan kandungan zat
gizinya dengan meminimalisir teknik pemasakan atau dengan mengonsumsinya dalam keadaan
masih segar. Namun, perlu difahami bahwa tidak semua zat gizi akan rusak karena proses
pengolahan (tergantung dari sifat zat gizi tersebut), bahkan sebaliknya dapat meningkatkan
nilai cerna dan menonaktifkan beberapa senyawa yang sebelumnya merugikan yang terdapat
dalam bahan makanan tersebut. Contohnya adalah fermentasi kedelai menjadi tempe. Buah dan
sayur merupakan sumber fitokimia yang kaya antioksidan serta serat yang terbukti bermanfaat
untuk beberapa penyakit degeneratif. Ide menjauhi makanan yang telah diproses, diawet dan
menggunakan food additive juga merupakan hal yang baik. Namun yang perlu difahami, bahwa
selama fungsi hati dan ginjal berfungsi dengan normal, maka sistem detoksifikasi di dalam
tubuh juga akan berjalan dengan baik, mengeluarkan bahan-bahan yang beracun dari dalam
tubuh.
Mengapa praktek food combining terlihat sukses dalam menurunkan berat badan? Tidak
lain karena banyaknya pembatasan tentang apa yang dapat dikonsumsi dan waktu
mengonsumsinya, sehingga semua asupan zat gizi berkurang. Selain sangat rendah kalori,
dalam jangka panjang diet ini bisa menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral yang
dibutuhkan tubuh, terutama vitamin D, kalsium, Zn dan zat besi.
Food combining akan sangat berbahaya bila diterapkan pada mereka yang hanya
memiliki cadangan tubuh yang pas-pasan, apalagi jika sedang sakit. Dalam kondisi seperti ini,
kekurangan zat-zat gizi akan diambilkan dari jaringan-jaringan yang seharusnya tidak boleh
digunakan, yakni jaringan organ-organ tubuh vital. Jika dalam kondisi tersebut dipaksakan
menerapkan food combining, akan merusak badan dan bisa menimbulkan akibat fatal. Food
combining juga tidak boleh diterapkan pada anak dan remaja dalam masa pertumbuhan.
Seperti halnya food combining, diet golongan darah juga masih menimbulkan
kontroversi. Dikutip dari www.gizi net., John McMahon, seorang naturopatis dari Connecticut,
Amerika Serikat, mengatakan bahwa penelitian DAdamo atas pengaruh lektin terhadap
makanan dijalankan di luar tubuh, yaitu dalam sebuah tabung uji. Padahal, seharusnya hal
tersebut diteliti di dalam tubuh. Efek lektin makanan yang sudah dimasak juga belum terbukti
dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dr. Geoff Daniels, haematologist dari
Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

International Blood Group Reference Laboratory, Bristol mengatakan, "Saya tidak melihat adanya
penelitian yang credible untuk diet ini. Salah satunya, soal lektin yang katanya bereaksi berbeda
terhadap tiap golongan darah. Namun ia mengesampingkan fakta bahwa hampir semua lektin
telah hancur atau terserap dalam sistem pencernaan jauh sebelum kontak dengan darah. John
Foreyt, Ph.D, ilmuwan dari Baylor College of Medicine di Houston, AS, mengatakan hal yang
senada, "Walaupun teori ini sudah lama dibicarakan dan diteliti, tidak ada kesimpulan yang
didapat. Tidak ada kaitannya antara tipe darah dan penyakit tertentu. Ini adalah loncatan
kesimpulan yang masih perlu diteliti lebih lanjut," tutur Andrea Wiley, Ph.D, profesor
antropologi dari James Madison University di Harrisonburg.
Demikian halnya dengan pembagian bahan makanan yang tergolong bermanfaat, netral
maupun yang dihindari kurang jelas dalam batasan pengelompokannya. Diakui bahwa setiap
idividu memiliki keunikan tersendiri, termasuk dalam respon terhadap bahan makanan yang
dikonsumsi. Contohnya orang yang memiliki riwayat alergi terhadap bahan makanan tertentu.
Di bidang kedokteran memang telah diakui adanya reaksi simpang makanan yang dialami oleh
banyak individu manusia. Judarwanto, dokter spesialis anak, Children Allergy Clinic dari Rumah
Sakit Bunda Jakarta menjelaskan bahwa reaksi simpang makanan adalah reaksi yang tidak
diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini merupakan kumpulan gejala yang
mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh paparan terhadap makanan.
Berbagai organ tubuh yang terganggu dapat menimbulkan gejala berupa diare, nyeri perut,
konstipasi (sulit buang air besar), asma, nyeri tulang, berat badan sulit naik, sakit kepala dan
badan lemas. Bahkan berbagai temuan ilmiah menyebutkan bahwa reaksi simpang makanan
ternyata dapat menganggu otak dan perilaku manusia, seperti sakit kepala, migrain, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, agresifitas meningkat, ganguan tidur dan gangguan perilaku
lainnya. Penelitian biomolekular tentang penghindaran makanan pada penderita autism dan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), ternyata menghasilkan perbaikan gejala yang
bermakna.
Reaksi simpang makanan bisa juga timbul karena alergi makanan, intoleransi makan,
celiac disease (ketidak cocokan terhadap gluten atau terigu) dan lain-lain. Alergi makanan
adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini terjadi melalui reaksi
hipersensitifitas tipe 1. Intoleransi makanan adalah reaksi makanan non-imunologik dan
merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini
dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan akibat kontaminasi toksik
(misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada
keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada
keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi laktase, maltase atau
respon idiosinkrasi pada pejamu. Sebenarnya di bidang kedokteran sering terjadi perbedaan
pendapat tentang hal ini, karena untuk memastikan makanan penyebab alergi dan intoleransi
sangat sulit. Mencari penyebab makanan yang mengganggu tersebut bukan berdasarkan tes
alergi, tes darah atau berbagai tes lainnya. Untuk memastikannya, harus berdasarkan eliminasi
provokasi atau trial and error. Selama 3 minggu makanan yang dicurigai harus dihindari,
kemudian setelah keluhan membaik dilakukan provokasi tiap jenis makanan yang dicurigai
sambil diamati gejala yang timbul.
Walaupun dikatakan bahwa konsep diet food combining maupun golongan darah
berdasarkan hasil penelitian, namun penelitian yang dilakukan DAdamo maupun Dr. Hay tidak
memenuhi standar penelitian ilmiah, karena hanya berdasar bukti empiris atau pengalaman
yang dijalankan orang, yaitu mereka yang pernah datang ke kliniknya. Seharusnya teori yang
hendak dijadikan acuan telah melewati proses penelitian tingkat tertinggi, yang disebut
Prospectif Double Blind Randomize Clinical Trial. Artinya, penelitian tersebut mesti dilakukan
dengan objek yang diambil secara acak.
Melakukan diet vegetarian rasanya kurang tepat jika dikaitkan dengan tujuan
menurunkan berat badan. Penurunan berat badan lebih dipengaruhi asupan kalori dari
makanan dan keluaran kalori dari aktivitas fisik. Diet vegetarian tidak berarti kandungan kalori
makanan yang dikonsumsi rendah. Semuanya bergantung jenis bahan makanan, cara mengolah
dan jumlah yang dikonsumsi.
Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

Penganut vegan yang membatasi seluruh produk hewani memiliki risiko tinggi
menderita defisiensi vitamin B12, mengingat sumber vitamin B12 hanya terdapat pada produk
hewani. Defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan meningkatnya kadar homosistein di dalam
darah, yaitu asam amino yang merupakan salah satu faktor risiko yang kuat bagi penyakit
jantung dan stroke. Hasil penelitian didapatkan bahwa kadar homosistein yang tinggi
menyebabkan meningkatnya sumbatan arteri yang dapat terjadi setiap saat yang
mengakibatkan timbulnya penyakit jantung dan stroke. Vitamin B12 juga berfungsi untuk
meningkatkan kesehatan saraf, membentuk sel-sel darah merah, dibutuhkan untuk
pembentukan DNA, dan sangat penting bagi wanita hamil dan menyusui. Defisiensi vitamin B12
menyebabkan anemi. Gejala-gejala defisiensi vitamin B12 biasanya terjadi secara perlahanlahan, yaitu lesu, lemah, tidak nafsu makan dan susah buang air besar. Kekurangan vitamin B12
yang lama dan berat menyebabkan perubahan pada saraf, misalnya masalah keseimbangan
tubuh, daya ingat dan depresi.

GIZI SEIMBANG
Saat ini, para ahli gizi internasional baru menyepakati cara diet terbaik adalah dengan
gizi seimbang. Jumlah energi yang masuk melalui makanan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing individu. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh setiap hari harus
mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral sesuai porsi masing-masing
untuk memenuhi kebutuhan dan mengoptimalkan fungsinya di dalam tubuh. Pemilihan bahan
makanan juga dianjurkan bervariasi sehingga tidak membosankan dan dapat saling melengkapi
kandungan zat gizi yang kurang dari bahan makanan yang lain.
Kebutuhan kalori dan zat gizi setiap orang harus disesuaikan dengan usia, jenis kelamin,
berat badan, aktivitas fisik yang dijalankan, tingkat stres dan penyakit yang diderita. Pada
prinsipnya, total kebutuhan energi pada individu dalam keadaan keseimbangan metabolik sama
dengan kebutuhan energi expenditure) yang digunakan untuk: 1) metabolisme basal, yaitu
energi minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melaksanakan hayat hidup biologis, seperti
untuk denyut jantung, gerak alat pernafasan, alat pencernaan, sekresi kelenjar-kelenjar, dsb, 2)
aktivitas fisik, 3) thermic effect of food, yaitu energi yang digunakan untuk pencernaan makanan,
serta 4) faktor stress. Faktor-faktor primer yang mempengarui metabolisme adalah luas
permukaan tubuh, usia, komposisi tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, dan kelenjar endokrin
khususnya kelanjar thyroid. Adapun faktor sekunder yang mempengaruhi metabolisme basal
meliputi status gizi, demam, temperatur lingkungan, tidur, kehamilan, siklus menstruasi, dan
olahraga.
Disadari bahwa setiap individu itu unik dan berbeda, oleh karenanya, apa yang cocok
untuk seseorang belum tentu cocok untuk orang lain. Walaupun secara genetik memiliki
kesamaan hingga 99,9%, semua manusia masih menyisakan 0,1% perbedaan yang justru
menjadi pembeda antar individu. Dengan kata lain, bisa dipahami bahwa tidak ada dua individu
yang semuanya sama persis sekalipun mereka saudara kembar. Dalam perjalanan usia tidak ada
dua individu yang memiliki "sejarah" makan dan kegiatan yang sama persis. Demikian pula
kondisi psikologis dan fisiologis tubuh manusia tidaklah stabil selama 24 jam. Hal inilah yang
dapat menjelaskan mengapa dengan diet yang sama tetapi respon individu berbeda.
Referansi:
Anonim, Food combining, jurus baru untuk langsing dan sehat. http://www.sedap-sekejap.com
Brown J.E., et all. (2005). Nutrition Through the Life Cycle. Second edition. International student edition.
Thomson Wadsworth. US.
Judarwanto, W. Benarkah Diet Golongan Darah Bermanfaat?. Inovasi online. http://io.ppi-jepang.org
Gropper S.S., Jack L.M., James L.G. (2005). Advanced Nutrition and Human Metabolism. Fourth edition.
International student edition. Thomson Wadsworth. US.
Gsianturi. Food Combining, Betulkah Berbahaya? http://www.gizi.net
Williams. 2005. Nutrition for Health, Fitness, & Sport. McGraw-Hill International Edition.

Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

CURRICULUM VITAE

Nama
Alamat
Pekerjaan
Alamat kantor

:
:
:
:

Riwayat Pendidikan

Setyaningrum Rahmawaty
Sambirejo RT 02/RW 09, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta, 57136
Dosen Prodi Gizi FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani, Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasuro, Surakarta 57102
Telp. 0271 717417 ext 140/141, Fax. 0271 715448
1. SDN 148 Surakarta
2. SMP N 1 Surakarta
3. SMU N 3 Surakarta
4. Akademi Gizi Depkes RI Semarang, lulus 1996
5. D4 Gizi Klinik FK Unbraw, Malang, lulus 1999
6. AKTA IV FKIP UMS, lulus 2000
7. S2 Gizi Kesehatan Minat Gizi Klinik FK UGM, lulus 2005
8. Juni 2009, melanjutkan study Ph.D in Nutrition and Health, University of
Wollongong, NSW, Australia (beasiswa DIKTI Indonesia)
Hidup untuk ibadah dan berkarya

Motto Hidup
:
Course/Workshop
:
2007
Super Intensive English Course, International Education Centre, Bandung.
2006
National Workshop of Clinical Instructor for Register Dietitian, UGM.
2005
National Workshop of Superior Research for Building Human Resources Competence, Ministry
of Research and Technology, UMS.
2005
Short Course of Clinical Nutrition, UGM.
2004
Short Course of Learning Active Strategies for Student in University, UMS.
2002
Short Course of Hospital Nutrition Management, UGM.
2000
Workshop of Hospital Clinical Instructor for Diploma Nutrition Students, Semarang.
Working Experience
:
1997 - now
Dosen Prodi Gizi UMS
2007 - 2008
Sekretaris Prodi Gizi UMS
2005 - 2007
Quality Assurance Officer, Prodi Gizi UMS
2001 - 2003
WD II, Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
1997 - 2000
Ketua Laboratorium Prodi Gizi UMS
Research Grant
:
2008
Efek fortifikasi Fe-Zn pada Biskuit Tempe Bekatul terhadap pertumbuhan dan perkembangan
motorik anak kurang gizi yang anemia (Th. II): Clinical study (Hibah Bersaing DP2M DIKTI)
2008
Pembuatan kecap dan cookies ampas tahu sebagai upaya peningkatan potensi masyarakat di
sentra industri tahu kampung Krajan Mojosongo Surakarta (Pengabdian Kopertis VI)
2007
Efek fortifikasi Fe-Zn pada Biskuit Tempe Bekatul terhadap pertumbuhan dan perkembangan
motorik anak kurang gizi yang anemia (Th. I): pre-clinical study (Hibah Bersaing DP2M DIKTI)
2006
Evaluasi Portofolio untuk Peningkatan Kompetensi Dietisien dan Lifelong Learning. (Hibah
Teaching Grant: Modeling Teaching Learning System, TPSDP, Indonesia. Publikasi: Proceeding of
the Research and Studies V, Dirjen PT Depdiknas. ISBN: 978-979-1188-24-1.
2005
Evektivitas Leaflet DM Modifikasi terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2
(UMS). Publikasi: Sain Kesehatan, Vol. 19 (3) July, pp. 291-305.
1999
Studi Kasus: Terapi Diet pada Pasien DM dengan Sirosis Hepatis paska Perdarahan Saluran
Cerna dan Asites (UMS).

Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

Disampaikan pada Seminar Nasional Healthy Diet for Healthy Life, How to Eat Healthy Diet that Your Body and Soul Agree
| Program Study S1 Gizi FK UNDIP, 8 Maret 2009,

You might also like