You are on page 1of 36

UJI KANDUNGAN LOGAM TIMBAL (Pb) PADA MAKANAN

JAJANAN NUGGET YANG DIJUAL DIBEBERAPA SEKOLAH


WILAYAH KOTA GORONTALO

Usulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah


Jurusan Gizi

Diajukan Oleh:
RILIANI TOPAYU
NIM. PO 3131113074

Kepada

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Januari 2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................

Lembar persetujuan pembimbing dan penguji.....................................................

ii

Daftar Isi..............................................................................................................

iii

Daftar Tabel..........................................................................................................

iv

I. Pendahuluan......................................................................................................
A. LatarBelakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan Penelitian........................................................................................
D.Manfaat Penelitian.......................................................................................
E. Keaslian Penelitian.....................................................................................
II. Tinjauan Pustaka.............................................................................................
A.Tinjauan umum tentang Makanan Jajanan..................................................
B.Tinjauan umum tentang Logam Berat.........................................................
C.Tinjauan umum tentang Logam Timbal (Pb)..............................................
D.Tinjauan umum tentang dampak Logam Timbal bagi kesehatan................
E.Tinjauan umum tentang analisis unsur/logam
dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA)...................................
F.Kerangka Konsep.........................................................................................
III. Metodologi Penelitian....................................................................................
A.Jenis Penelitian............................................................................................
B. Tempat dan waktu penelitian......................................................................
C.Variabel penelitian.......................................................................................
D.Definisi Operasional....................................................................................
E.Populasi dan sampel....................................................................................
F.Alat dan Bahan.............................................................................................
G.Prosedur Kerja.............................................................................................

1
1
4
4
4
5
8
8
9
12
14

JADWAL PENELITIAN.....................................................................................
BIAYA PENELITIAN..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
DAFTAR TABEL

28
29
30

Tabel 1. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya..........................................

17
23
24
24
24
24
24
25
26
26

Tabel 2. Unsur/mineral/logam yang umumnya dipantau


dalam bahan makanan........................................................................

10

Tabel 3. Istilah-istilah untuk kisaran fraksi massa............................................

11

Tabel 4. Batas maksimum cemaran logam Timbal dalam makanan.................

13

Tabel 5. Jadwal penelitian.................................................................................

28

Tabel 6. Biaya penelitian..

29

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan
setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologissehingga
pemerintah Indonesia sangat memperhatikan peranan strategis pangan dalam
pembangunan nasionalnya. Pembanguan pangan dan perbaikan gizi ditujukan untuk

mencukupi kebutuhan pangan masyarakat secara adil dan merata baik dalam jumlah
maupun mutu gizinya. Dalam upaya pembangunan pangan nasional dibentuk
program kabinet dalam upaya mempertahankan ketersediaan pangan agar tetap
terjangkau oleh lapisan masyarakat salah satu contohnya adalah industri usaha
makanan jajanan atau rumah tangga (sreet foods) (Wirakartah, 2001)
Penelitian yang dilakukan oleh Ulvie dkk (2015) menunjukan bahwa Lebih
dari 99% anak sekolah jajan disekolah untuk memenuhi kebutuhan energinya saat
berada disekolah. Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
anak menuju masa remaja, sehingga asupan zat gizi yang cukup, serta keamanan
pangan yang dikonsumsi sangat penting untuk diperhatikan, termasuk Pangan Jajanan
Anak Sekolah (PJAS). Makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi
anak sekolah sebanyak36%, protein 29% dan zat besi 52%. Karena itu dapat
dipahami peran penting makanan jajanan kaki limapada pertumbuhan dan prestasi
belajar anak sekolah.
Berdasarkan Kepmenkes RI (2003), tentang pedoman persyaratan hygiene
sanitasi makanan jajanan, bahwa makanan jajanan yang dijajahkan harus dalam
keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau tutup
makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan untuk
mencegah pangan darikemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Penyakit akibat makanan dapat berasal dari berbagai sumber yaitu organisme
patogen termasuk bakteri, kapang, parasit dan virus, dari bahan kimia seperti racun

alami, logam berat dan bahan tambahan berbahaya lainnya (Yuliarti, 2007). Anakanak merupakan kelompok masyarakat yang sering menjadi korban penyakit bawaan
makanan (WHO, 2006).
Logam dapat memasuki tubuh melalui makanan yang tercemar, polusi udara
dan paparan benda-benda beracun. Polutan logam yang beredar di udara berasal dari
berbagai sumber yang salah satunya dari asap kendaraan seperti timbal (Pb)(Soedarto,
2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Tuloly (2013) di Kecamatan Kota Tengah
Gorontalo diperoleh hasil bahwa kandungan timbal pada jajanan pisang goreng berkisar
antara 0,65 ppm 3,86 ppm dimana terendah pada sampel 05 dan tertinggi pada sampel
10 sedangkan untuk kandungan timbal pada jajanan tahu isi berkisar antara 0,47 ppm 3,68 ppm dimana terendah terdapat pada sampel 05 dan tertinggi pada sampel 8. Semua
sampel mengandung timbale dan melebihi batas maksimum cemaran logam dalam
makanan yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM

BPOM di Gorontalo telah melakukan pengawasan pangan jajanan di lima


sekolah dasar, tiga diantaranya sekolah dasar di Kota Gorontalo dan sisanya di
Kabupaten Bone Bolango. Sampling dilakukan baik di kantin sekolah maupun
penjual jajanan di luar sekolah. Sampel pangan jajanan diuji keamanan dan mutunya,
seperti kandungan formalin, boraks, pewarna tekstil, kadar pemanis buatan, pengawet
makanan, cemaran logam berat, serta cemaran mikrobiologi.Hasil pengujian BPOM
di Gorontalo terhadap pangan jajanan anak sekolah tahun 2014 menunjukkan bahwa
dari 210 sampel yang diuji, sebanyak 37 sampel tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di Kota Gorontalo terdapat 5


sekolah yang letaknya cukup strategis dan padat akan lalu lintas. Penjajah makanan
jajanan cukup mudah ditemui disekolah-sekolah tersebut. Para pedagang tersebut
menjajahkan makanan dalam keadaan terbuka dan tepat dipinggiran jalan raya yang
ramai dilewati oleh kendaraan bermotor dan berjaraknya kurang dari 5 meter dari
jalan raya. Gas buang kendaraan bermotor diketahui mengandung logam timbal yang
berbahaya bagi tubuh.
Salah satu jajanan yang disukai oleh anak sekolah adalah nugget. Nuget
merupakan produk hasil olahan daging ayam, daging sapi atau seafood. Nugget yang
dijajahkan masih memerlukan pengolahan lebih lanjut yaitu penggorengan. Wadah
penggorengan dalam keadaan terbuka sehingga dikhawatirkan dapat terkontaminasi
logam timbal (Pb)
Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin,
merusak jaringan saraf, fungsi ginjal, menurunnya kemampuan belajar anak,
membuat anak bersifat hiperaktif. Selain itu Pb juga mempengaruhi organ-organ
tubuh antara lain system saraf, ginjal, system reproduksi, system endokrin dan
jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak mengalami gangguan kecerdasan
dan mental (Widowati, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
jajanan sekolah yang dijual dipinggiran jalan dengan judul Uji kandungan logam
timbal (Pb) pada jajanan Nugget yang dijual dibeberapa sekolah wilayah Kota
Gorontalo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah Apakah jajanan
Nugget yang dijual dibeberapa sekolah wilayah Kota Gorontalo terkontaminasi logam
timbal (Pb) ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menguji kandungan logam timbal (Pb) pada makanan jajanan
Nugget Goreng yang dijual di beberapa sekolah wilayah Kota Gorontalo
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kandungan logam timbal (Pb) pada setiap sampel yang diteliti
b. Mengetahui dampak dari logam timbal (Pb) bagi kesehatan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan serta sebagai bahan pertimbangan untuk
masyarakat khususnya bagi orang tua siswa agar lebih memperhatikan keamanan
makanan jajanan yang dijual dipinggiran jalan karena beresiko terkontaminasi
Logam Timbal (Pb) yang berdampak bagi kesehatan anak.
2. Bagi Peneliti
Memperluas wawasan dan memberikan pengalaman langsung bagi penulis
dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep
yang diperoleh selama menjalankan perkuliahan.
3. Bagi peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat memberikan manfaat serta dapat dijadikan sebagai
bahan acuan penelitian yang akan datang serta dapat menjadi data dasar bagi
penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul Analisis kandungan logam timbal (Pb) pada makanan
jajanan.. yang dijual dibeberapa sekolah wilayah Kota Gorontalo belum pernah
dilakukan penelitian, namun ada judul yang mirip atau sejenis, yaitu:

Tabel 1
Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
No.
1.

Nama
peneliti
Chayha dkk

Judul

Tahun

penelitian
Analisa kadar 2012
timbal

(pb)

pada gorengan
yang disajikan
Menggunakan
penutup

dan

tidak
menggunakan

Variabel

Hasil

Variabel Mandiri: Kadar timbal (Pb)


Analisis
Kadar
pada
gorengan
timbale
yang
yang
menggunakan
disajikan
penutup dan yang
menggunakan
tidak
penutup
menggunakan
terdeteksi
penutup
mengandung

Penutup pada

timbal (Pb) yaitu

kawasan

masih

traffic light

dibawah

Kota

yang ditetapkan.

medan

NAB

tahun

Kadar
timbal (Pb) pada
gorengan yang
disajikan

tidak

menggunakan
penutupmemiliki
kadar timbal (Pb)
melebihi

NAB

yang
ditentukan.
Perbedaan: Penelitian ini dilakukan di Kota Medan pada tahun 2012, sampel yang
digunakan adalah makanan jajanan yang disajikan menggunakan penutup dan yang
tidak menggunakan penutup,sedangkan penelitian rencana akan dilakukan di Kota
Gorontalo pada pada tahun 2016 menggunakan sampel jajanan Nugget yang dijual
dibeberapa sekolah.
Persamaan: Penelitian ini sama-sama menganalisis kandungan logam timbale (Pb)
2.
Aprilia dkk Analisis
2015
Variabel
Makanan jajanan
kualitatif Timbal
pada

berbagai

jenis

makanan

yang

dijual

Mandiri :
Analisis
Timbal

kampus

dijual

disekitar kampus

kandungan
makanan

disekitar

yang

Universitas Islam
pada

Bandung

tidak

terkontaminasi
logam timbal.

Universitas
Negeri

Islam

Bandung
dengan metode
reaksi warna
Perbedaan : Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Bandung pada tahun 2015,
sampel yang digunakan adalah makanan yang dijual disekitar kampus, Penelitian ini
menggunakan metode analisis Kualitatif, sedangkan penelitian akan dilakukan di Kota
Gorontalo pada pada tahun 2016 menggunakan sampel jajanan Nugget yang dijual
dibeberapa sekolah, metode penelitian adalah analisis kuantitatif yaitu menentukan

jumlah kandungan dari logam timbal


Persamaan : Penelitian ini sama-sama menganalisis kandungan timbal
3.
Zulnaningsi Analisis
2013
Variabel
Hasil
h Tuloly

kandungan
timbal (pb) pada
jajanan
Pinggiran jalan

Mandiri :
Analisis
kandungan
timbale

penelitian

Semua

sampel

mengandung
timbal
dan

melebihi

kecamatan kota

batas maksimum

tengah

cemaran

Kota gorontalo

dalam

logam
makanan

yang
telah

ditetapkan

oleh Dirjen POM


dalam keputusan
Dirjen POM
Nomor
HK.00.06.1.52.40
11 Tahun
2009 yaitu 0,25
ppm.
Perbedaan : penelitian ini dilakukan pada tahun 2013, sampel yang digunakan adalah
jajanan yang dipajankan dipinggiran jalan di Kota

Tengah Gorontalo sedangkan

penelitian yang akan dilakukan dilaksanakan pada tahun 2016, tempat penelitian Kota
Gorontalo, sampel yang digunakan adalah makanan jajanan Nugget yang dijual
dibeberapa sekolah.
Persamaan : penelitian sama-sama melakukan analisis logam timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan tentang Makanan Jajanan
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pengrajinmakanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan
siapsantap

untuk

dijual

bagi

umum

selain

yang

disajikan

jasa

boga,

rumahmakan/restoran dan hotel. (Depkes RI, 2003).


Makanan jajanan dapat berupa makanan utama atau selingan.Makanan jajanan jenis
berat (meal) atau makanan utama merupakan makanan yang biasa dikonsumsi seharihari yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayuran. Makanan jajanan jenis
ringan (snack) adalah makanan yang sering disantap di luar waktu makanan utama
yang sering juga disebut dengan makanan selingan yang bisa terjadi pada saat antara

sarapan dan makan siang seperti aneka kudapan dan aneka jajanan pasar (Nurhayati,
2012).
Makanan jajanan yang dijual dengan sarana penjualan, konstruksinya harus
dibuat sedemikian rupa sehigga dapat melindungi makanan dari pencemaran. Pada
waktu penjualan makanan persyaratan harus dipenuhi dan harus terlindungi dari debu
atau pencemaran, termasuk dari pencemaran timbal (Pb) yang berasal dari kendaraan
bermotor (Aprilia dkk, 2015).
Nugget adalah hasil olahan daging restrukturisasi (restructured meat)
merupakan salah satu bentukteknologi pengolahan daging denganmemanfaatkan
daging yang berukuranrelatif kecil dan tidak beraturan untukdiolah dan disatukan
menjadi produk yang menyerupai daging utuh (Evanuarini, 2010). Nugget merupakan
rekonstruksi dari olahan serpihan daging yang dibentuk sedemikian rupa dengan
penambahan bahan-bahan tertentu sehingga membentuk produk baru yang diterima
oleh masyarakat. Nugget merupakan salah satu jenis variasi makanan lauk olahan
8
siap saji, produk lauk ini terkenal dan sangat digemari semua golongan masyarakat,
baik anak kecil, dewasa maupun orang tua.Nugget terbuat dari bahan dasar hewani
seperti ayam, daging sapi, ikan, dan udang. Tetapi sekarang banyak divariasikan
9
dengan berbagai campuran seperti nugget ikan nila, nugget keju, nugget tahu, nugget
jamur, nugget ayam, nugget tempe, nugget udang, nugget lele, nugget kentang,
nugget sayur bayam, nugget wortel, yang banyak dijual dipasaran tetapi nugget yang
paling populer adalah nugget ayam.
B. Tinjauan Umum tentang Logam berat

Menurut Astawan (2012) Logam berat adalah benda padat atau cair yang
mempunyai berat lebih dari 5 gram untuk setiap 5 g/cm 3. Sesungguhnya istilah logam
berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5
g/cm3. Namun kenyataannya unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya,
juga dimasukan kedalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk dalam
kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur. Beberapa jenis
logam berat yang beracun bagi manusia adalah arsen (As), kadmium (Cd), tembaga
(Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg) nikel (Ni) dan seng (Zn).
Logam berat dibagi kedalam dua jenis, yaitu(Widowati, 2008) :
1. Logam berat esensial; yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah berlebihan, logam tersebut
dapat menimbulkan efek toksik. Contohnya dalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn
dan lain sebagainya
2. Logam berat tidak esensial; yakni logam yang keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti
Hg, Cd, Pb, Cr dan lain sebagainya
Polutan logam mencemari lingkungan, baik dilingkungan udara, air dan tanah
yang berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami antara lain siklus
alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribusi kelingkungan
udara, air dan tanah. Kegiatan manusia yang bisa menambah polutan bagi lingkungan
berupa kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan

domestic lain yang mampu meningkatkan kandunngan logam dilingkungan udara, air
dan tanah. (Widowati dkk, 2008)
Beberapa jurnal internasional seperti Food Additives & Contaminants, Food
Control, jurnal of Hazardous Materials, Journal Of Food Composition and Analysis
memuat survey adanya kandungan mineral/logam dalam kategori makanan tertentu
(makanan bayi, asal daerah atau Negara) yang diambil dari daerah atau pasar tertentu.
Berikut rincian unsur/mineral yang umumnya dipantau dalam bahan makanan, tujuan
umum pemantauannya, serta kisaran yang dituju.

Tabel 2
Unsur/mineral/logam yang umumnya dipantau dalam bahan makanan
Unsur
Aluminium (Al)
Arsen (As)
Boron (B)
Kadmium (Cd)
Kalsium (Ca)
Kromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Fluor (F)
Iodin (I)
Besi (Fe)
Timbal (Pb)
Magnesium (Mg)
Mangan (Mn)
Merkuri (Hg)
Molibdenum (Mo)
Nikel (Ni)
Forfor (P)

Tujuan Utama
Toksisitas
Toksisitas
Nutrisi
Toksisitas
Nutrisi
Nutrisi/toksisitas
Nutrisi
Nutrisi/toksisitas
Nutrisi/toksisitas
Nutrisi
Toksisitas
Nutrisi
Nutrisi
Toksisitas
Nutrisi
Toksisitas
Nutrisi

Kisaran yang dituju


Sekelumit (trace)
Sekelumit/Ultakelumit
Kelumit
Sekelumit/Ultrakelumit
Mayor/minor
Sekelumit/ultrakelumit
Minor/kelumit
Sekelumit
Sekelumit
Minor/kelumit
Sekelumit/Ultrakelumit
Minor/kelumit
Minor/kelumit
Sekelumit/Ultrakelumit
Minor/Kelumit
Sekelumit/ultrakelumit
Mayor/minor

Kalium (K)
Selenium (Se)
Natrium (Na)
Timah (Sn)
Seng (Zn)

Nutrisi
Nutrisi/toksisitas
Nutrisi
Toksisitas
Nutrisi

Mayor/minor
Sekelumit/ultrakelumit
Mayor/minor
Minor/kelumit
Minor/kelumit

Sumber : Rohman, 2013


Dalam kaitannya dengan mayor, minor, kelumit (trace)dan Ultra-kelumit
(Ultratrace), tabel dibawah ini menjelaskannya.

Tabel 3
Istilah-istilah untuk kisaran fraksi massa
Istilah (%)
Mayor
Minor
kelumit
Ultra kelumit

Fraksi Massa (%)


0,1-1-0,0001-0,1
0,000001- 0,0001
< 0,000001

Fraksi Massa
1-1000 g/kg
10-1000 mg/kg
0,01-10 mg/kg
< 10 g/kg

C. Tinjauan Tentang Logam Timbal (Plumbum, Pb)


Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat
didalam kerak bumi. Namun timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia bahkan
mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. Pb memiliki
titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa
digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Apabila dicampour
dengan logam alin akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam
murninya (Widowati dkk, 2008).
Timbal (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta,
mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbale meleleh pada suhu 328oC (662oF) dan

memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Sehari-hari timbale dikenal
dengan nama timah hitam, yang terdiri dari 4 macam, yakni (Widowati dkk, 2008) :
1. Timbal 204 dengan jumlah sebesar 1,48% dari seluruh isotop timbal
2. Timbal 206 sebanyak 23%
3. Timbal 207 sebnayak 22,60%
4. Timbal 208 yang meraupakan peluruhan dari hasil akhir dari peluruhan
radioaktif thorium (Th)
Timbal (Pb) ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk
timbelorganik (tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin, timbel
organik iniberubah bentuk menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan
sebagai gasbuang kendaraan bermotor merupakan partikel-partikel yang berukuran
sekitar 0,01m. Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain
membentuk ukuranyang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap
pada kenalpot (Tugaswati, 2012).
Tabel 4
Batas maksimum cemaran logam timbal (Pb) dalam makanan
No
1.

Jenis Makanan
Susu olahan

Batas maksimum
(ppm atau mg/Kg)
0,02
(dihitung terhadap produk siap

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lemak dan minyak nabati


Lemak dan minyak hewani
Mentega
Margarin
Minarin
Buah olahan dan sayur olahan
Pasta tomat
Kembang gula/permen dan coklat

konsumsi)
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,5
1,0
1,0

10.
11.

Serealia dan produk serealia


Tepung terigu

No.

Jenis Makanan

12.
13.
14.
15.

Produk bakeri
Daging olahan
Ikan olahan
Ikan predator olahan (misalnya cucut,

16.

tuna, marlin dll)


Kekerangan (bivalve) moluska olahan

17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

dan teripang olahan


Udang olahan dan krustasea lainnya
Terasi
Madu
Garam
Rempah/bumbu
Kecap
Ragi
Saus
Susu formula bayi

0,3
1,0
Batas Maksimum
(ppm/mg/kg)
0,5
1,0
0,3
0,4
1,5
0,5
1,0
2,0
10,0
7,0
1,0
5,0
1,0
0,02
(dihitung terhadap produk siap

26.

Susu formula lanjutan

konsumsi)
0,02
( dihitung terhadap produk siap

27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.

MP-ASI siap santap


MP-ASI biscuit
MP-ASI siap masak
MP-ASI bubuk instan
Air mineral alami
Air minum dalam kemasan
Sari buah dan nectar buah
Sari buah konsentrat
Sirup
Minuman ringan
Minuman bubuk
Minuman beralkohol
Kopi bubuk
Teh
Pangan olahan lainnya

konsumsi)
0,3
0,3
1,14
1,14
0,01 mg/l
0,005 mg/dl
0,2
1,0
1,0
0,2
1,0
0,2
2,0
2,0
0,25

Sumber : Peraturan Badan POM Nomor HK.00.06.1.52.4011


D. Dampak Timbal (Pb) Bagi Kesehatan

Logam dapat memasuki tubuh melalui makanan yang tercemar, polusi udara
dan paparan benda-benda beracun. Polutan logam yang beredar di udara berasal dari
berbagai sumber yang salah satunya dari asap kendaraan seperti timbal (Pb). Efek
keracunan logam berat tergantung pada jumlah logam yang dicerna, kecepatan
masuknya, sebaran kejaringan badan, konsentrasi logam dan kecepatan pembuangan
dari tubuh(Soedarto, 2013)
Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Keracunan Pb kronik yang artinya
keracunan yang terjadi setelah mengonsumsi Pb dalam jumlah sedikit tetapi terusmenerus dalam jangka panjang akan menimbulkan keracunan yang ditandai dengan
depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan sulit tidur. Gejala
yang berupa mual, muntah, sakit perut yang hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat
kerusakan ginjal, bahkan kematian dapat terjadi dalam waktu 1-2 hari. (Yuliarti,
2007)
Menurut Widowati (2008), cemaran timbal (Pb) bisa berasal dari tindakan
mengonsumsi makanan, minuman atau melalui inhalasi dari udara, debu yang
tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat mata dan lewat parenteral. Pb tidak
dibutuhkan oleh tubuh sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikonsumsi.
Maka tubuh akan mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorbsi Pb sebesar 5-15%
dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorbsi Pb lebih besar,
yaitu 41,5%.
Pb dalam tubuh terutama terikat dalam gugus-SH molekul protein sehingga
menghambat aktiivtas kerja system enzim. Pb menganggu system sintesis Hb.

Komponen utama Hb adalah Hem yang disintesis dari glisin dan suksinil koenzim A
(KoA) dengan piridoksal sebagai kofaktor, setelah beberapa langka bergabung
dengan Fe membentuk Hem, dimana langkah awal dan akhir terjadi dimitokondria,
sedangkan langkah antara terjadi di sitoplasama. Enzim yang terlibat dalam
pembentukan Hem yang paling rentan terhadap Pb adalah asam -aminolevulinat
dehidratase (ALAD) dan Hem sintase (HS).
Penghambatan sistem Hb mengakibatkan terjadinya anemia. Senyawa Pb
dalam tubuh akan mengikat gugus aktiv enzim ALAD sehingga mengakibatkan
pembentukan pofobilinogen dan tidak berlanjutnya proses reaksi. Keracunan akibat
kontaminasi logam Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal, seperti meningkatnya
kadar ALAD dalam darah dan urin, meningkatnya kadar protoporphin dalam sel
darah merah, memperpendek umur sel darah merah, menurunkan jumlah sel darah
merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda (retikulosit), serta
meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah.
Timbale bersifat kumulatif. Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan berdasarkan organ
yang dipengaruhinya adalah
1. System haemopoietik; dimana Pb menghambat system pembentukan Hemoglobin
(Hb) sehingga menyebabkan anemia.
2. System saraf; dimana Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala
epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium.
3. System urinaria; dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of
henle, serta menyebabkan aminosiduria.

4. System gastro-intestinal; dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi


5. System kardiovaskuler; dimna Pb bisa menyebabkan peningkatan permiabilitas
pembulu darah
6. System reproduksi berpengaruh, terutama terhadap gametotoksisitas atau janin
belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa
mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio dan kematian janin
waktu lahir.
7. System endokrin; dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid
Kandungan Pb dalam darah berkolerasi dengan tingkat kecersasaan manusia.
Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ, apabila dalam darah
ditemukan kadar Pb sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3
mg/hari), maka akan terjadi penurunan kecerdasab intelektual (IQ) dibwah 80.
Kelainan fungsi otakl terjadi karena Pb secara kompetitif menggantikan peranan Zn,
Cu, dan Fe dsalam mengatur fungsi sitem saraf pusat. Timbale (Pb) merupakan
neurotoksin yang bersifat akumulatif. Setiap kenaikan kadar Pb dalam darah sebesar
10 g/dl menyebabkan penurunan IQ sebanyak 2,5 poin. Sementara itu, setiap
paparan 1 g/dl Pb diudara mampu menyumbang 2,5-5,3 g/dl Pb dalam darah.
(Widowati, 2008)
E. Tinjauan tentang Analisis Unsur/Logam dengan Metode Spektroskopi
Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi serapan atom (SSA) pertama kali digunakan pada tahun 1995
oleh Walsh. Sesudah itu tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisis

dengan cara tersebut. SSA digunakan untuk analisis kuantitatif unsure-unsur logam
dalam jumlah kelumit (trace) dan ultra kelumit (ultrace). Cara analisis ini
memberikan kadar total unsure logam dalam suatu cuplikan dan tidak tergantung
pada bentuk molekul dari logam dalam cuplikan tersebut. SSA bukan merupakan
metode analisis yang absolute. Suatu perbandingan dengan baku (biasanya berair)
merupakan metode yang umum dalam melakukan metode analisis kuantitatif. Kurva
baku dalam metode SSA dibuat dengan memasukan sejumlah tertentu konsentrasi
larutan dalam system dan dilanjutkan dengan pengukuran absorbansinya (Sumantri
dkk, 2007)
Prinsip penetapan kadar mineral dengan menggunakan alat spektrofotometri
serapan atom adalah setelah bahan organik dalam sampel dimusnahkan melalui
pengabuan kering atau pengabuan basah, sisa abu dilarutkan dalam asam encer.
Logam yang diatomisasi dalam nyala akan menyerap energy tententu yang
diemisikan oleh lampu katoda. Jumlah energi terserap oleh logam sebanding dengan
kosentrasi mineral dalam sampel. (Sumantri dkk, 2007)
Sebelum melakukan analisis kandungan logam dalam bahan makanan dengan
menggunakan alat spektrofotometri serapan atom terlebih dahulu dilakukan persiapan
sampel analitik sebagai berikut (Rohman, 2013):
1. Penyiapan Larutan analitik
Kebanyakan

teknik

determinasi

mineral

dalam

bahan

makanan

memerlukan destruksi komponen organik bahan makanan. Hal ini baisanya


dilakukan dengan pegabuan kering (yakni klasinasi) atau dengan digesti basah

menggunakan agen pengoksidasi. Larutan analitik disiapkan dari destruksi ini


sebelum dimasukan ke instrument untuk pengukuran konsentrasi.
a. Pengabuan kering
Pengabuan kering merupakan teknik yang telah digunakan beberapa
tahun untuk menyiapkan sampel makanan yang akan ditentukan kandungan
mineralnya. Pengabuan biasanya dilakukan dengan menggunakan tungku
muffle yang suhunya diprogram serta menggunakan bahan pembantu
pengabuan kering biasanya dilakukan dengan suhu maksimal kurang lebih
450 500oC dan bahan pengabuan yang paling sering digunakan adalah
magnesium nitrat.
Prosedur pengeringan kering memerlukan pengeringan sampel,
kadang-kadang dalam dalam oven konvesional sebelum pengabuan dan suhu
pengabuan ditingkatkan secara perlahan-lahan (secara rendah) untuk
menghindari adanya percikan atau kebakaran. Setelah pengabuan awal, residu
dilarutkan dalam asam dan dimungkinkan juga dilakukan pengabuan kembali
untuk memperoleh abu bebas karbon. Residu yang tidak larut yang masih
terdapat dalam tahap ini biasanya menunjukan silika (terutama dari bahan
tanaman) yang masih menahan mineral yang dituju dan karena memerlukan
perlakukan dengan asam fluoride. Labu pengabuan yang terbuat dari kuarsa,
porselin atau (yang lebih terpilih) berupa platinum merupakan yang paling
sering digunakan dan berat sampel yang diabukan antara 5 25 g. pengabuan
kering alkalin (atau pengabuan alkalin) juga digunakan untuk menyiapkan

sampel makanan untuk penentuan F dan I dengan menggunakan kalium atau


natrium hiroksida sebagai bahan pembantu pengabuan. Keuntungan
pengeringan kering adalah bahwa sampel dalam jumlah banyak dapat
digunakan yang dapat meminimalkan kesulitan kesulitan homogenitas
b. Digesti basah
1) Pemanasan konvesional
Digesti basah bahan makanan secara tradisional dilakukan dengan
campuran asam nitra-asam perklorat, asam nitrat asam-sulfat atau asam
nitrat-asam perklorat-asam sulfat. Terdapat berbagai prosedur untuk
melakukan digesti, akan tetapi manggunakan asam nitrat-asam perklorat
asam sulfat dengan berat sampel 2-5 g dan berat asam pendigesti 10 g
dalam suatu labu borosilikat atau kjeldahl kuarsa dan dibiarkan mengalami
digesti pada suhu kamar selama beberapa jam atau selama satu malam.
Labu dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih. Begitu asam nitrat
menguap (mengalami distilasi), maka asam perklorat akan mulai bereaksi
dengan materi oraganik apapun yang tersisa. Jika teradapat pengarangan
pada tahap ini, maka labu dipindahkan dari pemanasan dan beberapa tetes
asam nitrat ditambahkan dan pemanasan dilanjutkan.
Tahapan-tahapan ini mungkin perlu dilakukan pengulangan. Asam
perklorat selanjutnya terdistilasi (asap putih) dan digesti dilanjutkan
sampai muncul asap putih sulfur trioksida. Banyaknya reagen yang
bersifat korosif yang digunakan selama digesti ini serta adanya

pertimbangan keamanan terkait asam perklorat, maka prosedur ini


dirasakan kurang nyaman.
a. Pemanasan microwave
Digesti yang dibantu dengan microwave digunakan secara
meningkat untuk menggantikan pemanasan tradisional pada digesti basah.
Pada

umumnya,

system

digesti

yang

dibantu

oleh

microwave

menggunakan baik labu terbuka maupun tertutup. Penggunaan labu


tertutup akan mempertahankan unsure-unsur volatin dan akan mencapai
suhu yang lebih tinggi. Prosedur digesti mngakomodasi massa sampel
yang lebih sedikit dibandingkan prosedur tradisional akan tetapi
memerlukan reagen dengan jumlah lebih sedikit. Waktu digesti jauh lebih
pendek dibandingkan digesti tradisional, akan tetapi penyiapan labunya
memerlukan waktu lebih. Metode standar untuk analisis bahan makanan
menggunakan digesti yang dibantu oleh microwave telah tersedia dan US
EPA telah menyediakan metode digesti total microwave untuk analisis
kuantitatif 26 unsur mineral)
2. Atomisasi
Berbagai teknik atomisasi yang umum digunakan untuk analisis logam dalam
bahan makanan, yakni atomisasi dengan nyala, elektrotermal (graphit furnace),
pembentukan hibrida dan uap dingin
a. Nyala

SSA-Nyala dapat menentukan berbagai unsur nutrisional dan unsur


toksik dalam bahan makanan. Larutan analitik diaspirasikan kedalam nyala
yang biasanya tersusun dari udara-asetilen atau nitrogen oksida-asetilen
tergantung pada unsur yang akan ditetapkan. Larutan yang akan diuji dapat
disiapkan baik dari pengabuan kering atau digesti basah. Pangkayaan larutan
analisis dengan kelasi-ekstrasi pelarut mungkin diperlukan untuk mengukur
bebrapa logam dengan kandungan rendah. Intrument SSA-nyala relativ
sederhana dan mudah untuk dioperasikan.
b. Atomisasi elektrotermal
Atomisasi elektrotermal (juga umum dirujuk dengan graphite
furnance)-SSA dapat menentukan beberapa mineral nutrisi dan toksik pada
level tertentu dalam bahan makanan. Sejumlah kecil larutan analitik
diinjeksikan kedalam tabung graphite (yang dilapisi secara pirolitik atau nonpirolitik pada elemen), yang biasanya mempunyai suatu platform graphit dan
dipanaskan secara elektrik dalam 3 tahapan untuk mengeringkan larutan,
mengabukan atau untuk pirolisis residu dan mengatomkan analit. Biasanya
suatu pengubah matriks kimiawi ditambahkan dalam larutan analitik untuk
membantu penahanan analit, sementara menghilangakan matriks selama
tahapan pengabuan. Berbagai jenis pengubah matriks digunakan tergantung
pada unsur logam yang akan ditentukan. Larutan analitik disiapkan baik
dengan digesti basah atau pengabuan kering; dan digesti basah microwave
merupakan cara yang paling umum digunakan. Lebih lanjut teknik ini

digunakan untuk analsis bahan makanan secara langsung sebagaimana dengan


menggunakan bentuk lumpuran (slurry) makanan.
c. Spektroskopi hidrida
SSA-pembentukan hidrida (SAA-PH) umumnya digunakan untuk penentuan
As dan Se dalam bahan makanan. Bahan makanan harus didigesti secara keras
untuk mengoksidasi senyawa-senyawa organometalik refraktoris, terutama
senyawa-senyawa organoarsenik. Sampel biasanya didigesti dengan asamnitrat-asam perklorat-asam sulfat atau dengan pengabuan kering dengan
magnesium nitrat dan magnesium oksida, sementara larutan analitik
dilarutkan dengan dalam HCl. Digesti hanya dengan menggunakan asam
nitrat dapat digunakan akan tetapi untuk menghasilkan pengukuran As yang
reliable diperlukan suhu yang sangat tinggi.

F. Kerangka Konsep

Logam Timbal (Pb)


Makanan
Jajanan
Mikroba

Ket :

Dampak bagi
kesehatan

: Variabel Yang Diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

III.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif yaitu untuk


mengetahui kandungan logam timbal (Pb) pada makanan jajanan Nuggetyang dijual
dibeberapa Sekolah wilayah Kota Gorontalo.
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium Kimia Universitas Negeri


Gorontalo pada bulan Februari 2016.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variable mandiri yaitu analisis kandungan logam
timbal (Pb) pada jajanan Nugget
D. Definisi Operasional
1. Timbal (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta,
mudah dimurnikan dari pertambangan, meleleh pada suhu 328 oC (662oF) dan
memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Sehari-hari timbal dikenal
dengan nama timah hitam (Widowati dkk, 2008).
Kriteria Objektif :
a. Memenuhi syarat jika kandungan logam timbal (Pb) < 0.25 ppm (Badan
Standardisasi Nasional, 2009)
b. Tidak memenuhi syarat jika kandungan logam timbal (Pb) > 0.25 ppm
(Badan Standardisasi Nasional, 2009)
2. Makanan Jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap
untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran
dan hotel (Depkes RI, 2003).
3. Nugget adalah hasil olahan daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan
salah satu bentukteknologi pengolahan daging denganmemanfaatkan daging yang

berukuranrelatif kecil dan tidak beraturan untukdiolah dan disatukan menjadi


produk yang menyerupai daging utuh (Evanuarini, 2010).
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua makanan jajanan Nugget yang
djual disekolah yang ada diwilayah Kota Gorontalo
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini terdiri atas 5 sampel nugget yang dijual
dibeberapa sekolah wilayah Kota Goroantalo. Pengambilan sampel dilakukan
dibeberapa titik yaitu kecamatan Kota Tengah, Kota Timur, Kota Utara, Kota
Selatan dan Kota Barat. Sedangkan metode pengambilan sampel pada penelitian
ini yaitu menggunakan metode Insidental sampling atau sesuai kebutuhan, yaitu
makanan jajanan yang memungkinkan terkontaminasi logam Timbal (Pb) dalam
hal ini makanan jajanan Nuggetyang telah lama dipanjankan.

F. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Aluminium Foil, Gelas
beaker 3 buah (kapasitas 25 ml, 100 ml dan 250 ml), blender / homogenizer, botol
polypropylene, cawan porselen bertutup, corong plastic, desikator, gelas ukur
(kapasitas 25 ml dan 50 ml), hot plate, labu takar 100 ml, Microwave (khusus

untuk destruksi pengujian logam), Mikropipet, oven, pipet tetes, pipet volumetric
10 ml, 5 ml dan 1 ml, pisau, refrigator atau freezer, sendok plastik, seperangkat
alat Spetrofotometri Serapan Atom dengan Graphite furnance,Timbangan
analitik, tungku pengabuan (furnace) dan wadah polystyrene.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : HCl 37%, HNO 3 65 %, HCL 6
M, HNO3 0,1 M dan NH4H2PO4 40 mg/ml (sebagai matrik modifier) larutan standar
timbal primer 1000 mg/dl dan sampel peneltian yaitu jajanan Nugget.
G. Prosedur Kerja
Prosedur kerja Analisis kandungan logam Pb dalam bahan makanan
berdasarkan SNI 2354.5 : 2011
1. Sampel disiapkan
2. Sampel dihancurkan menggunakan blender, kemudian ditempatkan dalam wadah
polystyrene yang bersih dan bertutup.
3. Ditimbang produk basah sebanyak 5 g atau produk kering sebanyak 0,5 g
4. Sampel diabukan didalam tungku pengabuan (furnace) dan menutup separuh
permukaannya. dinaikkan suhu tungku pengabuan secara bertahap mulai dari
100oC, 200oC, 300oC hingga 450oC setiap 30 menit dan dibiarkan selama 18 jam.
5. Dikeluarkan contoh dan didinginkan pada suhu kamar. Setelah dingin
ditambahkan 1 ml HNO3 65 %, kemudian menggoyangkan dengan hati-hati
sehingga semua abu terlarut dalam asam dan selanjutnya menguapkan diatas hot
plate pada suhu 100oC sampai kering

6. Setelah kering dimasukkan kembali contoh ke dalam tungku pengabuan.


Dinaikkan suhu secara bertahap mulai dari 100oC, 200oC, 300oC hingga 450oC
setiap 30 menit dan membiarkan selama 3 jam
7. Setelah abu terbentuk sempurna berwarna putih, didinginkan pada suhu ruang.
ditambahkan 5 ml HCL 6 M ke dalam masing-masing contoh kemudian
menggoyangkan dengan hati-hati sehingga abu larut dalam asam. menguapkan
diatas hot plate pada suhu 100oC sampai kering
8. Ditambahkan 10 ml HNO3 0,1 M dan didinginkan pada suhu ruang selama 1 jam,
kemudian dipindahkan ke dalam labu polypropylene 50 ml dan ditambahkan
larutan matrik modifier, menempatkan sampai tanda batas dengan HNO3 0,1 M
9. Disiapkan larutan standar Pb masing-masing minimal 5 (lima) titik konsentrasi
10. Dibaca larutan standar kerja dan contoh pada alat spektrofotometer serapan atom
graphite furnance pada panjang gelombang 283,3 nm.

Jadwal Penelitian
Tabel 5
Jadwal penelitian
No.
1
2
3
4
5
6

Keterangan
Konsultasi judul
penelitian kepada
pembimbing
Penyusunan BAB I
Studi Pendahuluan
Penyusunan Proposal
BAB II, BAB III
Seminar Proposal
Penelitian

Waktu
16 November 2015
17 November 2015 5 Januari 2016
8 Desember 2015
20 Desember 2015 24 Januari 2016
25 Januari 2016 1 Februari 2016
Februari 2016

Seminar Karya Tulis


Ilmiah

No.
1.

2.

3.

Juni 2016

Biaya Penelitian
Tabel 6
Biaya penelitian
Uraian / Rincian kegiatan
Persiapan
a. ObservasiAwal (transportasi)
Penyusunan proposal
a. Pembelian Kertas HVS
b. Pembelian Tinta Print
c. Pembelian Map
d. Pembelian Penjepit kertas
e. Fotocopy Literatur (buku)
f. Pulpen
Seminar proposal

Biaya (Rp)
10.000,30.000,27.000,20.000,10.000,20.000,9.000,-

a. Penggadaan proposal
b. Konsumsi seminar proposal
Biaya sewa Laboratorium

4.
Total

70.000,200.000,1.250.000,1.636.000,-

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia dkk, 2015, Analisis Kualitatif Timbal (Pb) Pada Berbagai Jenis Makanan
Yang Dijual Di Sekitar Kampus Universitas Islam Bandung Dengan
Metode
Reaksi
Warna.Farmasi.http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/farmasi/article/vie
w/565.
Diakses tanggal 24 Desember 2015
Astawan, 2012,Jangan Takut Makan Enak, Kompas, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional 2009, Regulasi Badan POM Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan

NomorHK.00.06.1.52.4011http://codexindonesia.bsn.go.id/.
tanggal 24 Desember 2015

Diakses

, SNI 2354.5 2011 Cara Uji Kimia : Penentuan Kadar Logam berat Timbal
(Pb)
dan
Kadmium
(Cd)
pada
Produk
Perikanan.http://www.bkipm.kkp.go.id/. Diakses tanggal 24 Desember
2015
Chahaya dkk, 2013, Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Gorengan Yang Disajikan
Menggunakan Penutup Dan Tidak Menggunakan Penutup Pada
Kawasan Traffic Light Kota Medan Tahun 2012.Lingkungan Dan
Kesehatan
KerjaVol.2,
No.3,
Http://202.0.107.5/Index.Php/Lkk/Article/View/3270/1596. Diakses tanggal
25 Desember 2016
Depkes

RI, 2003, Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan


Jajananhttp://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/Kepmenkes
%20942-MENKES-SK-VII-2003-Makanan%20Jajanan.pdf.
Diakses
tanggal 7 januari 2016

Evanuarini, 2010,KualitasChiken Nugget Dengan Penambahan Putih Telur. Jurnal


Ilmu
Dan
Teknologi
Hasil
ternak
,
17.jitek.ub.ac.id/index.php/jitek/article/download/94/93. (Diakses tanggal 6
Februari 2016)
Nurhayati, 2012, Pengaruh Mata Kuliah Berbasis Gizi Pada Pemilihan
MakananJajanan Mahasiswa Program Studi PendidikanTata Boga,
http://jurnal.upi.edu/file/1-ai.pdf(Diakses tanggal 6 Februari 2016)
Rohman, 2013, Analisis Komponen Makanan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Soedarto, 2013, Lingkungan Dan Kesehatan, Sagung Seto, Surabaya
Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Gadjah Mada Univercity Press, Yogyakarta.
Tugaswati, 2012, Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan, Jurnal. Jakarta.
Tuloly, 2013, Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Jajanan Pinggiran Jalan
Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, Skripsi, Kesehatan Masyarakat.
http://kim.ung.ac.id/. Diakses Tanggal 27 Desember 2015

Ulvie dkk, 2015,Peran Orang Tua Terhadap Optimalisasi Jajanan Sehat Pada
Tumbuh
Kembang
Anak,
Prosiding
Seminar
Nasional,
http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses tanggal 7 Januari 2016
WHO, 2006, Penyakit Bawaan Makanan : Fokus Pendidikan Kesehatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Widowati, 2008, Efek Toksik Logam Berat, C.V ANDI, Yogyakarta.
Wirakartakusumah, 2001, Pangan dan Gizi, Sagung Seto, Bogor.
Yuliarti, 2007, Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan, ANDI, Yogyakarta.

You might also like