You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
diakui oleh hukum nasional, dokumen internasional tentang hak asasi
manusia, dan dokumen-dokumen kesepakatan atau perjanjian lainnya. Hakhak ini menjamin hak-hak dasar setiap pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan
waktu memiliki anak dan untuk memperoleh informasi dan juga terkandung
makna memiliki hak untuk mmperoleh standar tertinggi dari kesehatan
reproduksi dan seksual.
Masalah reproduksi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari seksualitas
dan tubuh manusia. Seksualitas tidak semata- mata dorongan naluri, atau
kebutuhan biologis (khususnya alat kelamin), tetapi merupakan bentuk
interaksi sosial atau bersifat relasional.
Banyak perempuan yang tidak mengetahui haknya, karena dalam
kehidupan perempuan masalah hak sangat langka dibicarakan. Fungsi
reproduksi mereka yang diperankan hanya pada wilayah domestik membuat
perempuan lebih biasa dengan berbagai kewajiban, misalnya sebagai seorang
ibu dan istri, harus dan wajib mendidik anak, mengatur rumah tangga,
mendampingi dan melayanni suami. Mungkin lebih mudah bagi perempuan
untuk membuat daftar kewajiban mereka dari pada haknya. Begitu juga
dengan arti sehat, perempuan lebih menganggap kesehatan adalah yang
berkaitan dengan organ tubuhnya, padahal makna kesehatan tidak hanya
demikian. Apalagi kata reproduksi, masih banyak perempuan yang belum
mengetahuinya.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

mempertinggi derajat

kesehatan. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita

sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan


kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai
dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi
perhatian.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan hak- hak reproduksi?
2. Apa saja hak-hak reproduksi?
3. Apa prinsip dasar kesehatan dalam hak seksual dan reproduksi?
4.

Apa saja regulasi perlindungan ana dan perempuan?

5. Bagaimana bentuk program perlindungan anak dan perempuan?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian hak-hak reproduksi.
2. Mengetahui apa saja hak-hak reproduksi.
3. Mengetahui prinsip dasar kesehatan dalam hak seksual dan reproduksi.
4. Mengetahui regulasi perlindungan anak dan perempuan.
5. Mengetahui bentuk program perlindungan anak dan perempuan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak-hak Reproduksi
Hak reproduksi secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh
individu baik laki- laki maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan
reproduksinya.
Definisi hak-hak reproduksi secara spesifik dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Hak reproduksi mencakup hak- hak asasi manusia tertentu yang sudah
diakui dalam hukum- hukum nasional, dokumen-dokumen hak asasi
internasional.
2. Hak-hak yang didasarkan pengakuan hak- hak asasi semua pasangan
dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggungjawab
mengenai jumlah anak dan menentukan waktu kelahiran anak-anak
mereka.
3. Mempunyai informasi dan cara untuk memperoleh anak dan hak untuk
mencapai standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi.
4. Hak semua orang untuk membuat keputusan mengenai reproduksi
yang bebas diskriminasi, paksaan dan kekerasan.
5. Memperhitungkan kebutuhan hidup dari anak-anak mereka yang
sekarang dan pada masa mendatang serta tanggungjawab mereka
terhadap masyarakat.
6. Hak-hak ini harus didukung oleh kebijakan pemerintah dan masyarakat
di bidang kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.
B. Hak-hak reproduksi
Berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan
(ICPD) di Kairo 1994, ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi.

1. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
dan proses melahirkan)
Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk
mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkan pelayanan kesehatan
yang baik sehingga terhindar dari kemungkinan kematian dalam proses
kehamilan danmelahirkan tersebut.
2. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksi.
Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan
sendiri kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang.
3. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif
berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi
sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya.
4. Hak atas kerahasiaan pribadi engan kehidupan reproduksinya terkait
dengan informasi pendidikan dan pelayanan.
Setiap individu harus dijamin kerahasiaan kehidupan kesehatan
reproduksinya terkait dengan informasi pendidikan dan pelayanan
misalnya informasi tentang kehidupan seksual, masa menstruasi dan lain
sebagainya.
5. Hak untuk kebebasan berfikir tentang kesehatan reproduksi.
Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya
tentang kehidupan yang diyakininya. Perbedaan yang ada harus diakui dan
tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian atas diri yang bersangkutan.
Orang lain dapat saja berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut
namun tidak dengan pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya
advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
6. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang
jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan

reproduksi.
7. Hak membangun dan merencanakan keluarga
Setiap individu dijamin haknya: kapan, dimana, dengan siapa, serta
bagaimana ia akan membangun keluarganya. Tentu saja kesemuanya ini
tidak terlepas dari norma agama, sosial dan budaya yang berlaku (ingat
tentang adanya kewajiban yang menyertai adanya hak reproduksi).
8. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran
Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya
serta jarak kelahiran yang diinginkan.
9. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan
perlindungan kehidupan reproduksinya termasuk perlindungan dari resiko
kematian akibat proses reproduksi.
10. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait
dengan kesehatan reproduksi
Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, serta
mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya dan
kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja.
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat atau aspirasinya
baik melalui pernyataan pribadi atau pernyataan melalui suatu kelompok
atau partai politik yang berkaitan dengan kehidupan reproduksi.
12. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasaan, penyiksaan dan pelecehan
seksual.
Remaja

laki- laki

maupun

perempuan

berhak

mendapatkan

perlindungan dari kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena


akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi.

Tindak lanjut dari hasil konvensi Kairo adalah terbentuknya paket


kesehatan reproduksi esensial (PKRE) oleh Departemen Kesehatan RI (2002),
adapun pemahaman hak reproduksi menurut PKRE adalah :
1. Setiap orang berhak mendapatkan standar pelayanan kesehatan reproduksi
yang terbaik.
2. Setiap orang, perempuan atau laki- laki (sebagai pasangan atau sebagai
individu) berhak memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan atau mengatasi
masalah kesehatan reproduksi.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilihan tanpa paksaan dan
melawan hukum.
4. Setiap perempuan berhak

memperoleh pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya yang memungkinkan sehat dan selamat dalam menjalani


kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Setiap anggota pasangan suami- istri berhak memiliki hubungan yang
didasari penghargaan terhadap pasangan masing- masing dan dilakukan
dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsur
pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
6. Setiap remaja, laki- laki maupun perempuan berhak memperoleh informasi
yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat
dalam menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
7. Setiap perempuan dan laki- laki berhak mendapatkan informasi dengan
mudah, lengkap dan akurat mengenai infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS.

C. Prinsip Dasar Kesehatan dalam Hak Seksual dan Reproduksi


Prinsip dasar kesehatan dalam hak seksual dan reproduksi yaitu:
1.

Bodily Integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari
siksaan dan kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh
mereka bagi kesehatan, kelahiran, dan kenikmatan seks aman,

2.

Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai


aktor dan pengambil keputusan

dalam masalah seksual dan

reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait,


3.

Equality, persamaan hak antara laki- laki dan perempuan dan antar
perempuan itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan
diskriminasi gender, ras, dan kelas, melainkan juga menjamin adanya
keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan,
misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,

4.

Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas


yang dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh
wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota
masyarakat tertentu.

D. Regulasi Perlindungan Anak dan Pere mpuan


Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, secara hukum kaum
wanita di Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum pria. Di
Indonesia tidak ada Kitab Undang- undang Hukum Pidana yang khusus untuk
dikenakan kepada anak-anak yang melakukan perbuatan pidana. Ini berarti
bahwa terhadap seorang anak yang melakukan perbuatan pidana, dikenakan
pula sanksi dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku
bagi orang dewasa. UU tentang perlindungan anak dan wanita:
1.

UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak; Pasal 20,


Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak


(Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3143);

3.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala


Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The
Elimination of all Forms of Discrimination Against Women)
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3277);

4.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak


(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3668);

5.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat


(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3670);

6.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO


Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to
Employment (Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835);

7.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3886);

8.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO


Convention No. 182 Concerning The Prohibition and Immediate
Action for The Elimination of The Worst Forms of Child Labour
(Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera
Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk

untuk Anak)

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30, Tambahan Lembaran


Negara Nomor 3941).

Sementara untuk perlindungan anak, lewat UU No 12/ 2002 tentang


Perlindungan Anak, dijelaskan bahwa tiap anak berhak hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.

E. Program Perlindungan Anak dan Perempuan


1. Program kesersian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan
a. Pelaksanaan sosialisasi yang terkait dengan kesetaraan gender,
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
2. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
a. Pengembangan materi dan pelaksanaan KIE tentang Kesetaraan
dan Keadilan Gender (KKG)
b. Penguatan kelembagaan pengarusutamaan Gender dan Anak
c. Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan
perempuan dan anak
d. Evaluasi Pelaksanaan PUG
3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
a. Pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan di daerah
b. Sosialisasi pencegahan dan penanganan tindak kekerasan
perempuan dan anak
4. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender Dalam
Pembangunan
a. Pembinaan organisasi perempuan
b. Penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun sejahtera
c. Bimbingan manajemen usaha bagi perempuan dalam mengelola
usaha

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak reproduksi secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh
individu baik laki- laki maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan
reproduksinya.
Hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui
oleh hukum nasional, dokumen internasional tentang hak asasi manusia, dan
dokumen-dokumen kesepakatan atau perjanjian lainnya.

B. Saran
Hak-hak reproduksi harus tegakkan dan disebarluaskan dengan baik
karena hak reproduksi termasuk hak asasi manusia yang dimiliki semua orang
dan regulasi mengenai perlindungan anak dan perempuan harus ditegakkan.

10

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengertian dan Jenis-jenis Reproduksi.


http://kertasputih15.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-dan-jenis-hak- hakreproduksi.html (Diakses 23 Februari 2016)

KP3A Ponorogo. 2015. Program dan Kegiatan KP3A.


http://kp3a.ponorogo.go.id/program-dan-kegiatan-2015/program-dankegiatan-2/ (Diakses 23 Februari 2016)

Oriansyah, Setyakari. 2014. Pelaksanaan Hak-hak Kesehatan Reproduksi


Perempuan Berdasarkan Konvensi Internasional dan Peraturan Perundangundangan yang Berlaku di Indonesia.
https://setyakarioriansyah.wordpress.com/2014/12/20/pelaksanaan-hak- hakkesehatan-reproduksi-perempuan-berdasarkan-konvensi- internasional-danperaturan-perundang- undangan-yang-berlaku-di- indonesia/. (Diakses 23
Februari 2016)

11

You might also like