You are on page 1of 40

2012

BUKU MODUL
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS /
KELUARGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 1

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 2

SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan,
petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita semua, atas selesainya Buku Modul Kepaniteraan Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas / Keluarga PSPD Unja.
Kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dan
teknologi ilmu kedokteran serta tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat yang memiliki kebutuhan dan
tuntutan yang tinggi dibidang pelayanan kesehatan, menuntut tersedianya sumber daya manusia yang
handal dan terampil serta profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Buku Modul
Kepaniteraan ini merupakan aplikasi dari kompetensi-kompetensi yang dijabarkan dari Standar Kompetensi
Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Buku ini mengacu pada perkembangan terkini dari
paradigma pendidikan dokter, yang diuraikan lebih rinci untuk kemudahan dalam mencapai kompetensikompetensi yang telah ditetapkan, agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tanah air kita.
Sebagai sebuah ilmu, bidang ilmu kedokteran komunitas memiliki dinamika yang sangat besar, hal ini
menuntut perubahan sikap dan perilaku yang terus-menerus dan berkesinambungan dari para pelaku
pelayanan kesehatan dalam menjawab perubahan masyarakat akibat berbagai tantangan global yang
terjadi saat ini.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap semua pihak yang telah
bekerja keras untuk ikut serta menyusun Buku Modul Kepaniteraan Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas
/ Keluarga ini. Kami menyadari bahwa Buku Modul ini masih jauh dari sempurna, karena itu akan selalu
disempurnakan secara berkala berdasarkan masukan dari berbagai pihak maupun dari bukti-bukti
empiris.
Semoga Buku Modul Kepaniteraan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas / Keluarga ini
bermanfaat bagi kita semua dan segala upaya yang telah dilakukan ini akan bermanfaat dalam upaya
mencapai tujuan kita bersama yaitu pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, efektif, adil dan merata.
Terima Kasih.

Ketua PSPD Unja

dr. Charles Apul Simanjuntak, Sp.OT(K), MPd.


NIP. 195501191983121002

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 3

KATAPENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami menerima saudara/i untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Keluarga Prgram Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Unja.
Program Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kodokteran Komintas/Ilmu Kedokteran keluarga adalah
pendidikan profesi yang tidak terpisahkan dari program pendidikan akademik bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas/ Ilmu Kedokteran Keluarga yang telah dilalui sebelum mencapai gelar Sarjana
Kedokteran.
Setelah mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran
Keluarga kami
harapkan saudara/i
sudah memperoleh ketrampilan-keteramprilan dalam
mengidentifikasi, menentukan prioritas masalah dan membuatrencana pemecahan masalah sesuai
dengan prioritas, kemampuan sumber daya yang ada di lapangan serta mampu melakukan penyuluhan
kesehatan masyarakat dalam rangka pemeberdayaan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Akhir kata kami mengucapkan selamat mengikuti kepaniteraan klinik di bagian IlmuKedokteran
Komunitas/IlmuKedokteranKeluarga

Jambi , Februari 2012


Kepala Bagian IKM/IKK

dr. H. Azwar Djauhari, M.Sc

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 4

DAFTAR ISI

Sambutan Ketua Program Studi ............................................................................................2


Kata Pengantar ................................................................................... ..................................3
Daftar isi ................................................................................................................................4
Visi.........................................................................................................................................5
Misi ...... ................................................................................................................................5
Tujuan ...................................................................................................................................6
Kompetensi di bagian IKK/Kel 7
Tempat .................................................................................................................................9
Sasaran pembelajaran ..........................................................................................................10
Lafal Janji Kepaniteraan.......................................................................................................11
Tata Tertib Umum Mahasiswa Mengikuti Praktik Klinik ..................................................12
Peraturan dan penilaian .......................................................................................................13
Format Penulisan makalah ..14
Modul Subsistem Upaya Kesehatan ....................................................................................15
Modul Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ....................................................14
Modul Sistem pembiayaan kesehatan masyarakat miskin...................................................19
Modul Subsistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas ...................................................21
Modul Parameter Epidemiologi dan Pemecahan Masalah Kesehatan ...............................23
Modul Penanggulangan krisis Kesehatan akibat Bencana .................................................26
Modul Penyakit Berbasis Lingkungan ................................................................................27
Modul Gizi Masyarakat ......................................................................................................34
Modul Peran Serta Masyarakat/ Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat.......................36
Modul Penyakit diakibatkan perilaku/lifestyle ...................................................................37
Jadual Kepaniteraan dan ujian ............................................................................................39
Catatan 42

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBI


NAMA-NAMA PRESEPTOR/PEMBIMBING IKKom/IKKel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dr. H. Azwar Djauhari, M.Sc (Ketua Bagian) 0811749141


dr. H. Armaidi Darmawan, M.Epid (Kodik) 081366493264
dr. H. Syahril Badar, M.Kes 081366085285
dr. Hj. Yulinda Fetritura, M.Kes 08127393886
drg. Irawati Sukandar, M.Kes 085266398790
drg. Polisman Sitanggang, M.Kes (Kadiskes Kota Jambi)
dr. Rini Kartika, M.Kes 085239571073
Dokter Kepala Puskesmas dan staf di tempat KKS
dr. Emildan Pasai (Puskesmas Tanjung Pinang, Kota Jambi) 085210001415
dr. Rini Kartika, M.Kes (Puskesmas Putri Ayu, Kota Jambi) 085239571073
dr. Maria Inge (Puskesmas Koni, Kota Jambi) 081279779398

A. VISI DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN


KELUARGA
Berperan aktif dalam mempersiapkan seorang dokter yang mampu bekerja secara profesional
sekaligus berperan sebagai ilmuwan, manager, serta konsultan dalam bidang kesehatan dan
kedokteran sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi
serta kebutuhan
masyarakat.
B. MISI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
Mendidik dan memberikan pengalaman bagi mahasiswa kedokteran agar mampu :
Mampu mengenal, merumuskan dan menjalankan prioritas kesehatan masyarakat di masa
sekarang dan yang akan datang.
Menyelengggarakan upaya pelayanan kesehatan paripurna: promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif (care provider)
Mengembangkan dan menerapkan ilmu kedokteran komunitas dan kedokteran pencegahan
melalui kegiatan-kegiatan penelitian, penyuluhan dan pengabdian masyarakat ( scintiest
dan comunicator).
Menjalankan peran dokter di dalam organisasi dan manajemen dalam bidang kedokteran
komunitas dan kedokteran pencegahan (manager)
Menjalankan peran sebagai konsultan (medical advisor) dalam segala aspek yang dapat
menaikkan derajat kesehatan masyarakat.
Bekerja selaku unsur pimpinan dalam suatu tim kesehatan (community leader dan
decision maker )

C.TUJUANKEPANITERAANKLINIKSENIOR

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 6

TujuanKepaniteraanKlinikSenior(KKS)bagianIlmuKedokteran Komunitas/IlmuKedokteran
Keluargaadalahuntukmemberipembekalankepadadoktermudadenganmeningkatkanberbagai
keterampilan, pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang manager (penatalaksanaan), care
provider,decisionmaker,communicatordancommunityleader,sepertiyangdirekomendasikan
olehWHO(WorldHealthOrganization)sebagaiTheFiveStarDoctor:
Care provider, Decision maker, Communicator, Community
leader Researcher & Religious
TujuanInstruksionalUmum(TIU):
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mendiagnosa masalah-masalah kesehatan
masyarakat serta komunitasnya dan cara penanggulangannya.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengelola upaya kesehatan masyarakat dan
komunitas melalui unit pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care/PHC).
3. Meningkatkan kemampuan untukmelaksanakan usaha
pencegahan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan masyarakat dan komunitasnya yang berorientasi pada five levels
of prevention.
4. Mengetahui program kesehatan masyarakat mulai dari tingkat wilayah tertinggi sampai
tingkat wilayah paling rendah
TujuanInstruksionalKhusus(TIK):
1.
Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dan membuat skala prioritas masalah
kesehatan berdasarkan data-data yang diperoleh di lapangan.
2.
Mampu menganalisa dan membuat rencana penanggulangan masalah kesehatan yang
ditemukan di masyarakat dan komunitasnya.
3.
Mampu melaksanakan upaya pencegahan dan mengevaluasi hasilnya.
4.
Mengetahui pengelolaan suatu organisasi pelayanan kesehatan primer dengan
melaksanakan fungsi manajemen.
5.
Mampu melakukan pelaksanaan pengelolaan organisasi pelayanan kesehatan primer
dengan bekerja secara terintegrasi dan melakukan sistem rujukan (referral system).
6.
Mampu menetapkan dan melaksanakan penelitian di bidang kesehatan masyarakat
dan komunitasnya.
7.
Mampu melakukan evaluasi terhadap program-program kesehatan masyarakat.

A. KOMPETENSI UTAMA PENDIDIKAN DOKTER di BAGIAN IKM/IKK


1. Komunikasi efektif
Lulusan PSPD Unja mampu berkomunikasi disertai empati baik verbal maupun nonverbal,
mendengar aktif, untuk memfasilitasi pengelolaan pasien serta terciptanya kerjasama yang baik
antara dokter-pasien, keluarga, komunitas, teman sejawat, dan tenaga profesional lain yang
terlibat.
Komponen Kompetensi
1.1. Berkomunikasi disertai empati
1.2. Mendengar aktif
1.3. Menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 7

1.4. Memberi informasi secara efektif kepada pasien, keluarga dan anggota tim
kesehatan
1.5. Menggunakan bahasa verbal secara efektif
1.6. Menggunakan bahasa tertulis secara efektif
1.7. Menggunakan teknologi komputer secara efektif

2. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik,


ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek Kedokteran keluarga
Lulusan PSPD Unja mampu:
Menjelaskan masalah kedokteran dan kesehatan berdasarkan pengertian ilmu biomedik,
klinik, perilaku dan komunitas terkini yang diterima secara umum
Menyusun rencana intervensi berdasarkan pemahaman ilmiah dan menerapkan prinsipprinsip kedokteran berbasis bukti dalam praktik kedokteran.
Komponen Kompetensi
2.1. Menjelaskan perbedaan antara sehat dan sakit dengan memperhatikan ilmu biomedik,
perilaku, klinik dan komunitas
2.2. Melakukan diagnosis masalah kesehatan individu, keluarga dan komunitas
berdasarkan kedokteran berbasis bukti (EBM)
2.3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan yang utama pada individu, keluarga dan
komunitas berdasarkan kedokteran berbasis bukti
2.4. Memantau kemajuan keadaan pasien dan memodifikasi penatalaksanaan yang sesuai
2.5. Melakukan tindakan pencegahan dan tindak lanjut dalam penatalaksanaan masalah
kesehatan
2.6. Mengenal dan menjelaskan keterbatasan ilmu dalam diagnosis, penatalaksanaan dan
pencegahan
2.7. Menyampaikan dasar pemikiran pemilihan terapi serta hasil yang
diharapkan kepada staf dan sejawat, pasien dan keluarga sesuai dengan
tingkat pemahamannya
3. Pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
Lulusan PSPD Unja mampu:
Mengelola masalah kesehatan pada individu sebagai bagian integral dari keluarga,
komunitas dan lingkungan secara komprehensif dan holistik, terpadu, dan bersinambung
dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengembangkan perilaku individu dan
lingkungan yang sehat dalam penatalaksanaan pasien maupun komunitas dalam rangka
mencegah berkembangnya penyakit.
Komponen Kompetensi
3.1. Mengelola masalah kesehatan individual melalui penguasaan clinical reasoning skill untuk
mencapai hasil yang maksimal
3.2. Mendiagnosis, mengelola dan mencegah, masalah kesehatan individual dalam
hubungannya dengan keluarga atau masyarakat

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 8

4. Mawas diri dan pengembangan diri dengan belajar sepanjang hayat


Lulusan PSPD Unja mampu:
Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
Mengatasi masalah emosional, personal dan masalah lain yang berkaitan, yang dapat
mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan atau kemampuan profesinya
Merasa terpanggil untuk belajar sepanjang hayat dengan merencanakan dan menerapkan
serta memantau perkembangan profesi bersinambungan
Komponen kompetensi
4.1. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik
kedokterannya
4.2. Mengenali dan mengatasi masalah emosi, personal dan masalah yang berkaitan
kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan atau kemampuan
profesinya
4.3. Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik
kedokteran
4.4. Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi
4.5. Menganggap bahwa umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pendidikan dan
praktik
4.6. Menjalankan praktik sesuai dengan hati nurani disertai Iman dan Taqwa pada Tuhan Yang
Maha Esa.
B. KOMPETENSI PENDUKUNG
1. Riset
Lulusan PSPD Unja mampu menyelesaikan permasalahan kedokteran / kesehatan
dengan cara melakukan riset atau problem solving cycle melalui tahap-tahap
identifikasi masalah, membuat rencana solusi, melaksanakan dan menilai hasil solusi
Komponen Kompetensi
1.1 Mengidentifikasi masalah kedokteran/kesehatan
1.2 Menjelaskan masalah secara objektif dan dari berbagai sudut pandang
1.3 Menganalisis berbagai kemungkinan penyelesaian masalah berdasarkanberbagai
informasi yang diperlukan
1.4 Membuat rencana riset atau solusi dari masalah
1.5 Melaksanakan riset atau solusi yang dipilih
1.6 Menilai hasil kegiatan
1.7 Melaporkan hasil kegiatan riset/solusi.
2. Manajemen pelayanan kesehatan
Lulusan PSPD Unja mampu berfungsi sebagai manajer kesehatan dengan menerapkan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian dengan memperhatikan
berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat (sosial, budaya,
ekonomi, lingkungan dan
kebijakan pemerintah) berdasarkan konsep dokter keluarga.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 9

Komponen Kompetensi
2.1 Mengenal komponen masukan, proses dan luaran yang diperlukan untuk
mengembangkan fasilitas kesehatan
2.2 Mengembangkan fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan masyarakat termasuk
laboratorium, pemeriksaan penunjang lain dan sistem rujukan
2.3 Mengenal sistem jaminan pelayanan kesehatan sebagai pendukung pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada paradigma sehat
2.4 Mengelola fasilitas pelayanan kesehatan primer sesuai standar pelayanan, kebutuhan
masyarakat dan peraturan-peraturan kesehatan yang berlaku
Tujuan dan kompetensi tersebut mencakup domain/ranah afektif dan psikomotor serta memperkuat
struktur dan perbendaharaan kognitifnya. Pengalaman belajar tersebut dicapai melalui metode:
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Observasi /Wawancara
4. Partisipasi aktif
5. Field training
6. Identifikasi masalah dan pemecahannya
7. CSS/ CRS/ MTE
D.. TEMPAT &LAMAKEPANITERAANDIILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
PuskesmasTempatKKS:(Pagi)JamMasukPuskesmas12.00(FT=BST)
KampusPSPD(ruangIKM):(Siang)Jam13.00selesai(MTE,PHRS,PHSS)
Sasaran Pembelajaran Terminal Kepaniteraan IKKom/Kel
Bila bekerja di unit pelayanan kesehatan primer, mahasiswa mampu: mendemonstrasikan semua
langkah pelaksanaan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat, serta pengelolaan
program pelayanan dan unit pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan.
Penerapan:
1. Penerapan pelayanan holistik, komprehensif, terpadu, dan bersinambungan berbasis bukti
penerapan prinsip komunikasi efektif pada individu, keluarga, tenaga kesehatan dan komunitas
2. Penerapan siklus pemecahan masalah dalam pelayanan kesehatan perorangan, keluarga dan
komunitas secara timbal balik
3. Penerapan etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik kedokteran
4. Penerapan pengetahuan konsep sehat- sakit dan riwayat perjalanan penyakit
5. Penguasaan ilmu dan ketrampilan riset
6. Penerapan statistik inferens dan trend epidemiologi
7. Penerapan perkembangan kebijakan publik

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 10

8. Penerapan prinsip manajemen dan pendekatan sistem pada setiap upaya dan program kesehatan
9. Penerapan prinsip statistik, epidemiologi, dan teknologi informasi
10. Pemanfaatan pengetahuan tentang perilaku, lingkungan dan genetik
11. Pemanfaatan kebijakan, peraturan, dan hukum
12. Penerapan prinsip kendali mutu dan biaya
Manajemen Unit Pelayanan Kesehatan Primer:
1. Pertanggung jawaban layanan kesehatan primer puskesmas .
2. Hubungan kerja antara puskesmas dengan pemerintah daerah setempat atau sektor lain yang
terkait
3. Hubungan kerja antara puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kabupaten kota dan Propinsi
4. Pembiayaan kesehatan, pengembangan asuransi kesehatan, asuransi kesehatan yang dikelola
oleh pemerintah, asuransi kesehatan yang dikelola masyarakat/swasta, prinsip Jaminan
Pelayanan masyarakat termasuk masyarakat miskin
LAFAL JANJI KEPANITERAAN KLINIK

1. Akan taat kepada semua ketentuan peraturan dan tata tertib yang dianut dalam
penyelenggaraan program pendidikan ini.
2. Akan senantiasa berusaha untuk belajar dengan kemampuan tertinggi yang saya miliki dan
senantiasa menjaga kesehatan saya.
3. Akan mempelajari, berusaha menghayati, serta mulai mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan upaya pemeliharaan kesehatan
masyarakat.
4. Akan senantiasa berusaha untuk ikut memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan penderita /
masyarakat yang dipercayakan sebagai bahan pendidikan saya.
5. Akan senantiasa menghayati penderitaan yang dialami orang sakit sehingga saya dapat
memberikan pertolongan sebagaimana mestinya.
6. Akan senantiasa merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang penderita yang
dipercaya sebagai bahan pendidikan sebagaimana yang diatur dalam peraturan pemerintah
tentang kewajiban simpan rahasia kedokteran.
7. Tidak akan melakukan atas tanggung jawab sendiri kegiatan pengobatan, pemberian
keterangan, ataupun menerima imbalan dalam hubungan dengan penderita karena pada
hakekatnya memang saya belum mempunyai wewenang dan kemampuan untuk hal tersebut
selama menjalani program pendidikan ini.
8. Akan selalu menghormati staf pengajar sebagai guru saya, kakak saya, ataupun orang tua
saya atas pengorbanan yang diberikannya demi kemajuan dan keberhasilan saya dalam
program pendidikan ini.
9. Janji ini saya ikrarkan dengan kesadaran penuh untuk memenuhi persyaratan mengikuti
kepaniteraan klinik mahasiswa PSPD Unja.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 11

TATA TERTIB UMUM MAHASISWA MENGIKUTI PRAKTIK KLINIK


1. Mahasiswa harus berpenampilan rapi dan sopan.
a.
Rambut tidak boleh panjang/gondrong untuk laki-laki.
b.
Memakai kemeja baik untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan.
c.
Tidak memakai kaos T-Shirt maupun kaos berkerah.
c.
Tidak memakai baju yang tipis atau tembus pandang.
d.
Memakai celana panjang untuk mahasiswa laki-laki.
e.
Tidak menggunakan celana jeans atau celana ketat.
f.
Menggunakan rok yang batas bawahnya di bawah lutut atau celana panjang
bahan untuk mahasiswa wanita.
g.
Tidak memakai perhiasan atau make up yang berlebihan.
h.
Tidak memakai sandal, sepatu sandal, atau sepatu kets.
2. Mahasiswa harus memakai snel jas putih, rapi, bersih dan sesuai ketentuan.
a.
Snel Jas putih dengan model lengan pendek atau lengan panjang yang dapat
disingsingkan untuk memudahkan saat prosedur mencuci tangan.
b.
Kancing teratas snel jas putih ditempatkan setinggi manubrium sterni untuk
menghindarkan kerudung ataupun aksesoris lain mengganggu saat
pemeriksaan
pasien.
c.
Panjang jas putih setinggi panggul bawah.
3. Menggunakan name tag atau kartu identitas diri yang resmi selama berada di
lingkungan rumah sakit/ puskesmas.
4. Berperilaku sopan dan bertutur kata yang baik terhadap pasien, staf pengajar,
karyawan, perawat serta sivitas akademis lainnya.
5. Tidak merokok dalam lingkungan pendidikan, rumah sakit dan puskesmas.
6. Tidak mengkonsumsi minum-minuman keras dalam lingkungan pendidikan, rumah
sakit dan puskesmas
7. Tidak menggunakan obat-obatan yang terlarang.
8. Memahami dan melaksanakan semua ketentuan yang tertulis dalam janji
kepaniteraan.
9. Mematuhi setiap ketentuan yang berlaku di lingkungan pendidikan.

E.PERATURANDANPENILAIANKEPANITERAANKLINIKSENIORBAGIANILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
1.PesertaKKS
KepaniteraanklinikdiBagianKedokteranKomunitas/IlmuKedokteranKeluargawajibdiikuti
olehsetiapdoktermudaPSPD. BagianKedokteran Komunitas/IlmuKedokteranKeluarga
setiapsiklusnyadapatmenerimapesertaKKSsebanyak48orang/group.
ParapesertayangmengikutiKKSharushadirpadahariSenin,mingguIpukul08.00WIB,
untukmelaporke Koordinator pendidikanBagianKedokteran Komunitas/IlmuKedokteran
Keluarga.Danselamamengikutikegiatankepaniteraanharusmenggunakanbajujasputih(jas
koass)danmemakaibadgenama.
2.Penilaian

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 12

Halyangdinilaiadalahprestasiyangterdiridari:
- Log Book
- Pretest
- Diskusi harian(CSS,CRS,MTE)
- Lapangan (termasuk FT)
- Tugas Modul
- Perilaku
- Presentasi Kasus (laporan)
- Post test (Ujian Tulis)

5%
5%
10%
10%
10%
10%
20%
30%

Penilaianperilakumeliputijumlahkehadiran,kedisiplinan(hadirtepatwaktu)dankerjasama
kelompok.Nilaikelulusanadalah70atauminimalnilaiB
Ujian Kasus berupa makalah dari sebuah kasus (masalah kesehatan di puskesmas) di buat
identifikasimasalah,prioritas,langkahpemecahanmasalahdanbahasannyaberupakaryailmiah
yangnantipadaminnguterakhirdipresentasikandandiujioleh2orangpengujiyangdisamakan
dengan ujian kasus. Satu mahasiswa membuat satu makalah dengan topik yang sudah
ditentukandisepakatipadaharipertamamasukbagianIKKom/Keluarga:
Formatpenulisanmakalahadalahsebagaiberikut:
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Umum, Khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
(sesuai dengan topic)
BAB III METODA PENGUMPULAN DATA
3.1 Data yang dikumpulkan (data apa saja yang di perlukan)
3.2 Cara pengambilan data (bagaimana sdr mengumpulkan data sekunder
dan primer)
BAB IV HASIL KEGIATAN PUSKESMAS (SESUAI TOPIK YG DIBERIKAN
TAHUN TERAKHIR)
BAB V MASALAH KESEHATAN (sesuai topik)
5.1. Identifikasi masalah
5.2. Penentuan prioritas masalah
5.3. Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah dan penyebab masalah
dominan
BAB VI PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH
6.1. Alternatif-alternatif pemecahan masalah
6.2. Alternatif pemecahan masalah terpilih
6.3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemecahan masalah
6.4. Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah yang terpilih
6.5. Monitoring dan evaluasi

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 13

BAB VII PENUTUP


6.1 Simpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA ( minimal 10 yang mutahir tahun 6 tahun keatas)
3.Remedial
Jika seorang mahasiswa dinyatakan tidak lulus dengan nilai < 67,5 (C), yang
bersangkutandiberikankesempatanremedial1kalipadaahirRotasidanatau1kaliahir
SemesterdenganterlebihdahulumelaporkeAkademikdanBagian
Jikaseorangmahasiswadinyatakandengannilai<56(D),yangbersangkutanharus
mengulangpenuhsaturotasipenuh.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 14

MODUL KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


No. Modul : 01
TOPIK
: Manajemen Pelayanan Kesehatan
SUB TOPIK : Subsistem Upaya Kesehatan
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kognitif, mahasiswa mampu :
Menjelaskan Sistem Kesehatan Nasional sebagai acuan pelayanan kesehatan.
2. Psikomotorik, mahasiswa mampu :
Melakukan analisis bentuk-bentuk pelayanan (Upaya) kesehatan di Puskesmas baik upaya kesehatan
perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. .
3. Afektif
Mahasiswa responsif terhadap berbagai permasalahan kesehatan yang ada di Puskesmas.
RINGKASAN MATERI
SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN
A. Sistem Kesehatan Nasional (SKN, 2009)
Sistem Kesehatan Nasional (SKN)/ Daerah (SKD) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN yang terdiri dari 6
susbsistem yakni ;
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem pembiayaan kesehatan
3. Subsistem sumber daya manusia kesehatan
4. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
5. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan
6. Subsistem pemberdayaan masyarakat
Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan yang
paripurna, terpadu, dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Upaya kesehatan dilaksanakan dalam tingkatan upaya sesuai dengan kebutuhan medik dan
kesehatan. Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan primer, upaya kesehatan sekunder,
dan upaya kesehatan tersier. Upaya kesehatan diselenggarakan secara berkesinambungan, terpadu,
dan paripurna melalui sistem rujukan. Puskesmas merupakan salah satu bentuk unit pelayanan
primer yang melaksanakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 15

POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL


A. PENGERTIAN SKN
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Dari rumusan pengertian di atas,
jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai
sektor lainnya termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan kesehatan
tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja.
Dengan demikian, pada hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam
satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
B. LANDASAN SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah bagian dari
Pembangunan Nasional. Dengan demikian landasan SKN adalah sama dengan landasan Pembangunan
Nasional. Secara lebih spesifik landasan tersebut adalah:
1. Landasan idil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang.
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,
dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
C. PRINSIP DASAR SKN
Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari falsafah dan budaya
Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
SKN. Prinsipprinsip dasar tersebut meliputi:
1. Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya
pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga
kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip
perikemanusiaan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Hak Asasi Manusia
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 16

Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan
suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
3. Adil dan Merata
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik geografis maupun
ekonomis.
4. Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Setiap
orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berkewajiban dan bertanggung-jawab untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial dan
gotong royong.
5. Kemitraan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan kesehatan harus
diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara
pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan
kesehatan diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya-guna, agar diperoleh
sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya.
6. Pengutamaan dan Manfaat
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan
maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara berhasil-guna dan
berdayaguna, dengan mengutamakan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi agar
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta
lingkungannya.
7. Tata kepemerintahan yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka
(transparent), rasional/profesional, serta bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountable).
Referensi:
1. Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, 2009
2. Depkes RI, Kepmenkes 128/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Tugas:
1. Pengorganisasian di puskesmas ( buat: struktur organisasi) dan uraikan tugas dan fungsi masingmasing.
2. Buat Ringkasan dari sistem kesehatan nasional SKN (2009)

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 17

Nomor Modul : 02
TOPIK
: Manjemen Pelayanan Kesehatan
SUB TOPIK : Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan penerapan fungsi manajemen di puskesmas (planning, organizing,
actuating, controling)
b. Menjelaskan subsistem manajemen logistik
c. Menjelaskan subsistem manajemen personalia/kepegawaian
d. Menjelaskan subsistem pencatan dan pelaporan program
e. Menjelaskan standar keberhasilan puskesmas
2. Psikomotor; mahasiswa mampu
a. Melakukan analisis masaalah terhadap manajemen pelayanan di puskesmas
b. Mencari alternatif pemecahan masalah terhadap manajemen pelayanan di puskesmas
c. Membuat plan of action (rencana aksi) berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang
didapaat
3. Afektif
Mahasiswa responsive terhadap permasalahan manajemen pelayanan kesehatan yang ada di
puskesmas
RINGKASAN MATERI
MANAJEMEN PPELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
A. Pendahuluan
Manajemen puskesmas merupkan bagian dari tatanan administrasi kesehatan dibawah Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kotaseharusnya diintegrasikan dalam strategi mencapai visi Kabupaten /Kota
Sehat yang juga mengacu pada visi Kementrian Kesehatan RI. Dengan demikian gerakan reformasi
esehatan di tingkat Kabuapaten/Kota
B. Fungsi manajemen puskesmas
1. Planing dan perencanaan tingkat puskesmas termasuk didalamnya musren tk kecamatan dan
rencana kerja anggaran RKA. Perencanaan adalah proses penyususnan rencana tahunan
Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Perencanaan
Puskesmas ini disebut juga Perncanan Tingkat Puskesmas (PTP). Luaran dari perencanaan
adalah adanya dokumen rencana usulan kegiatan (RUK) dan rencanan pelaksanan kegiatan
(RPK).
2. Organizing: struktur organisasi, pembagian tugas, pembagian penanggungjawab wilayah dan
pengembangan program puskesmas
3. Actuating: lokakarya mini puskesmas, kepemimpinan, motivasi kerja, koordinasi,
komunikasi, melalui rapat rutin bulanan untuk membahas aktifitas harian dan kegiatan
program. Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan dan pemantauan
serta penilaian dari rencanan kegiatan. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan Lokakarya
Mini Bulanan
4. Pemantauan wilayah setempat (PWS) KIA, immunissi, supervisi, monitoring, evaluasi, audit
internal dan external keuangan puskesmas (Inspektorat, BPKP, BPK, dll).
5. Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian atas kesesuaian
penyelengaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana serta indikator program
Puskesmas. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi kinerja Puskesmas (EKP)
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 18

C. Subsistem manajemen logistik


1. Jenis Logistik
Logistik yang tersedia di Puskesmas direncanakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
program pokok dan program pengembangan puskesmas. Setiap program membutuhkan
dukungan logistik yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda. Misalnya progran P2M
memutuhkan vaksin, termos, kulkas, jarum injeksi, alat semprot nyamuk dll
2. Sumber
Untuk lebih praktisnya, kebutuhan logistik Puskesmas di kabuapaten/kota bisanya
disediakan, oleh pihak Dinas Kesehatan dan BKKN untuk program KB
3. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang harus dibuat oleh petugas dalam bentuk
daftar inventaris puskesmas, demikian juga dengan penerimaan dan pemakaian obat-obatan.
Pimpinan puskesmas mempunyai wewenang dan wajib memeriksa administrasi barang dan
obat didasarkan pada pencatatan barang dan obat yang habis dan masih tersedia.
4. Manajemen Program, Kepegawaian dan umum.
Dalam melaksanakan pelayanan di Puskesmas harus ditunjang oleh sumber daya baik tenaga
(pegawai) maupun logistik. Setiap tenaga di Puskesmas akan mendapatkan tugas
melaksanakan pelayanan atau program. Tugas tersebut akan dibagi sesuai dengan
pengorganisasian Puskesmas. Tatanan yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan meliputi manajemen program, kepegawaian dan umum
(yang terdiri dari manajemen logistik dan alat kesehatan).
D. Subsistem pencatatan dan pelaporan program
Setiap program akan menghasilkan data. Data perlu dicatat, dianalisa dan dibuat laporan. Data ini
adalah data siap pakai karena sudah di presentasikan dalam bentuk tabel, grafik atau laporan secara
naratif. Jenis pencatatan kegiatan harian program puskesmas dapat dibagi berdasarkan lokasi
pencatatan yaitu pencatatan di dalam gedung dan diluar gedung puskesmas. Setiap kegiatan
puskesmas dicatat dalam buku register seperti register KIA, tegister kohor ibu, register kunjungan
puskesmas dll. Pelaporan yang dibuat di dalam gedung adalah semua data yang diperoleh dari
pencatatan kegiatan harian program yang dilaksanakan didalam gedung puskesmas seperti data Balai
Pengobatan, Poli Gigi, Apotik, laboratorium, KIA, KB, Kesehatan Jiwa, dan sebagainya. Data yang
berasal dari luar gedung seperti posyandu, UKS, PHN, PKM, Kesling, P2m dll. Pencatatan harian
masing-masing program puskesmas dikompilasi menjadi laporan terpadu puskesmas (SP2TP).
E. Standar keberhasilan program
Dinkes Kab/Kota dan propinsi secara rutin menetapkan target atau standar keberhasilan masingmasing kegiatan program. Standar pelaksanaan program ini juga merupakan standar unjuk kerja staf.
Standar untuk kerja juga merupakan ukuran kualitatif keberhasilan program. Tingkat keberhasilan
program secara kualitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah ditetapkan output
(cakupan pelayanan) kegiatan program.
Referensi:
1. Depkes RI, Kepmenkes 128 tahun 2004, tentang Kebijakan dasar Pelayanan Puskesmas
2. AA. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, 2004, ed 2. EGC Bandung
3. Azrul A. Administrasi Kesehatan, 1996, ed 3. Binarupa Aksara, Jakarta
4. M Last, John. Publich Health and Human Ecology. 1997. 2nd ed, Appleton & Lange, USA
Tugas:
1. Buat Resume kebijakan dasar puskesmas (kepmen 128/2004)
2. Program apa saja (baik wajib atau penegmbangan) yang sudah dilkukan di Puskesmas ini dan
apa bentuk kegiatannya.
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 19

Nomor Modul : 03
TOPIK
: Sistem Pembiayaan Kesehatan
SUB TOPIK : Sistem pembiayaan kesehatan masyarakat miskin
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan jenis anggaran pembiayaan kesehatan di puskesmas
b. Menjelaskan sumber-sumber pembiayaan puskesmas
c. Menjelaskan sistem pembiayaan melalui asuransi kesehatan
d. Menjelaskan sistem pebiayaan bagi masyarakat miskin
2. Psikomotor; mahasiswa mampu
a. Melakukan problem solving cycle masalah sumber pembiayaan kesehatan di puskesmas
b. Melalkukan identifikasi masalah pelayanan asuransi kesehatan masyarakat miskin di
puskesmas
3. Afektif
Mahasiswa responsive terhadap permasalahan pembiayaan kesehatan terutama masyarakat
miskin
RINGKASAN MATERI
Ada 5 sumber pembiayaan keseehatan :
1. Pemerintah
Sebagai institusi pemerintah maka Puskesmas harus didanai oleh pemerintah Kabupaten/Kota
dalam bentuk dana operasioanl Puskesmas (DOP).
2. Masyarakat
Sesuai dengan kebijakan pembiayaan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan (kuratif). Bentuk pembiayaan ini dikenal sebagai bentuk
pembayaran langsung (fee for servises) dan asuransi. Pembayaran langsung dari masyarakat
ditetapkan dalam bentuk tarif retribusi yang besarnya ditentukan oleh peraturan daerah (Perda).
Namun terdapat di beberapa daerah kebijakan pelayanan kuratif di Puskesmas digratiskan.
3. Swasta
Pihak swasta atau perusahaan bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan pelayanan
kesehatan pada karyawannya, di samping itu dapat memberikan bantuan dana program sebagai
bentuk kegiatan CSR (community Sensybility Response)
4. Sumber-sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri (yang biasanya turun
dalam bentuk program khusus).
5. Asuransi Kesehatan
a. Jamkesmas / Jamkesda ; program penjaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat miskin dan tidak mampu. Sasaran masyarakat miskin dan tidak mampu
ditetapkan sebagai peserta Jamkesmas melalui SK Bupati untuk diterbitkan kartu peserta
Jamkesmas. Sumber dana ini disalurkan oleh Kementerian Kesehatan langsung ke rekening
kepala Puskesmas. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan rawat jalan dan inap serta
operasional kegiatan di luar gedung..
b. PT. (Persero) Askes yang peruntukannya sebagai jasa pelayanan terhadap peserta Askes dari
PNS dan pensiunan.
c. PT. (Persero) Jamsostek yang peruntukannya sebagai jasa pelayanan terhadap tenaga kerja
yang menjadi peserta Jamsostek.
d. Asuransi kesehatan swasta lain
A. Sub sistem manajeman keuangan puskesmas
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 20

a. Jenis anggaran
Anggaran yang digunakan untuk mendukung pengembangan kegiatan program
puskesmas terdiri dari dana rutin (gaji pegawai) dan dana operasional lain untuk masingmasing program yang berasal dari APBD, Jamkesmas, Askes, dll
b. Sumber
Sejak otonomi daerah ditetapkan berdasarkan UU No. 22 dan 25 tahun 1999, sumber
dana untuk program puskesmas sebagian besar berasal dari APBD kab/kota. Hanya
sebagian kecil dari APBN (dan Decon).
c. Pencatatan dan pelaporan keuangan
Pimpinan puskesmas menunjuk 2 orang stafnya untuk menjadi bendahara puskesmas
baik bendahara penerima, maupun bendahara pengeluar. Mereka ditugaskan untuk
mencatat dan melaporkan semua dana yang diterima dan yang dikeluarkan oleh
puskesmas, terdiri dari bendahara penerima dan bendahara pengeluar.
d. Bentuk pertanggungjawaban keuangan dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku sesuai
dengan permendagri No. 13 Tahun 2005.
B. Asuransi Kesehatan
Asuransi adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dan risiko perorangan menjadi risiko
kelompok, dengan cara mengalihkan risiko individu menjadi risiko kelompok. Beban ekonomi
yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan dan mengandung
kepastian karena memperoleh jaminan
Asuransi kesehatan yang biasanya ada di puskesmas adalah:
a) asuransi sosial PNS (Askes)
b) asuransi masyarakat miskin (Jamkesmas, Jamkesda)
C. Sistem pembiayaan kesehatan masrakat miskin
Pemerintah dalam hal ini Depkes, ditambah dengan pemerintah kabupaten/kota menyediakan
dana Jamkesmas dan Jamkesmasda. Setiap warga masyarakat yang dikelompokkan dalam
keluarga miskin didata dan diberi kartu Jamkesmas atau Jamkesmasda. Kartu ini di pergunakan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis mulai dari pelyanan primer sampai pelayanan
rujukan sesuai standar pelayanan yang ada. Pihak Puskesmas dan Rumah sakit telah terlebih
dahulu di berikan biaya operasional untuk pelayanan ini termasuk untuk obat-obatannya. Untuk
lebih lenkap dapat dilihat Pedoma Pelaksanaan (ManLak) Jamkesmas setiap tahunnya.
Jenis pelayanan kesehatan bagi masyarakat Miskin:
a. Pelayanan pengobatan dasar dan rujukan
b. Pelaanan kesehatan ibu dan anak termasuk persalinan
c. Penanggulanag gizi kurang dan buruk
d. Kegiatan pencegahan spt immunisasi, penyuluhan dll.
Referensi:
1. Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2009
2. Depdagri, Permendagri No. 13 Tahun 2004, Tentang pengelolaan keuangan daerah
3. AA. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, 2004, ed 2. EGC Bandung
4. Azrul A. Administrasi Kesehatan, 1996, ed 3. Binarupa Aksara, Jakarta
Tugas:
1.

Identifikasi sitem pembiayaan kesehatan di puskesmas, sumber


pembiayaan dan penggunaanya serta bentuk bentuk pertanggungjawabanya (bentuk SPJ)
2.
Lakukan analisis sistem pelayanan dan pembiayaan kesehatan pada
masyarakat miskin.
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 21

No. Modul
TOPIK
SUB TOPIK

: 04
: Manajemen Pelayanan Kesehatan
: Subsistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kognitif, mahasiswa mampu :
Menjelaskan Subsistem Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi kinerja di Puskemas.
2. Psikomotorik, mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengolahan data Puskesmas
b. Melakukan analisis pemanfaatan data Puskesmas.
3. Afektif
Mahasiswa responsif terhadap permasalahan kesehatan yang ada di Puskesmas dalam bentuk data.
RINGKASAN MATERI
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN DI PUSKESMAS
A. Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Dalam pelaksanaan manajemen setiap kegiatan dilakukan pencatan dan pelaporan melalui sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas, oleh karena itu mencakup semua
kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya ; Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling dan Bidan di Desa (Poskesdes).
B. Indikator keberhasilan Puskesmas
Dalam melaksanakan kegiatan, luaran yang harus dicapai dalam rangka menilai keberhasilan
Puskesmas. Keberhasilan itu mengacu kepada pencapain pelayanan dan program Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Kabupaten/Kota, yang dijabarkan kepada Evaluasi Kinerja Puskemas (EKP).
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/ prestasi
Puskesmas.
Pelaksanaan penilaian di mulai dari tingkat Puskesmas, sebagai instrumen mawas diri karena setiap
Puskesmas diminta menilai kinerjanya secara mandiri, baru kemudian dinas kesehatan kabupaten /
kota melakukan verifikasi hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu
pelayanan (khusus bagi Puskesmas yang telah mengembangkan mutu pelayanan) atas perhitungan
seluruh Puskesmas, selanjutnya dinas kesehatan kabupaten / kota bersama seluruh Puskesmas
menetapkan Puskesmas-Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III).
Pada setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan kabupaten / kota masih dapat membedakan tingkat
kinerja Puskesmas berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapaian kinerjanya masih dapat
diketahui.
Ruang lingkup penilaian kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan pelayanan
kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan. Penilaian terhadap kegiatan-kegiatan upaya
kesehatan wajib Puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/ kota dan kegiatan kesehatan
pengembangan dalam rangka penerapan ketiga fungsi Puskesmas yang diselenggarakan melalui
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 22

pendekatan kesehatan masyarakat, dengan tetap mengacu pada kebijakan dan strategi untuk
mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 .
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan di Daerah, maka kabupaten/ kota dapat
menetapkan dan mengembangkan jenis program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang sudah diukur dengan kemampuan sumberdaya termasuk ketersediaan dan kompetensi tenaga
pelaksananya, dengan tetap memperhatikan arahan dan kebijakan tingkat propinsi dan pusat, yang
dilandasi oleh kepentingan daerah dan nasional termasuk konsensus global/ kesepakatan dunia (antara
lain penanggulangan penyakit polio, TBC, malaria, diare, kusta, dan lain-lain).
Puskesmas yang telah melaksanakan upaya kesehatan pengembangan baik berupa penambahan upaya
maupun suatu upaya kesehatan inovasi, tetap dilakukan penilaian. Hasil kegiatan (output atau
outcome) yang dilakukan Puskesmas merupakan nilai tambah dalam penilaian kinerjanya dan tetap
harus diperhitungkan sesuai dengan kesepakatan.
Apabila upaya kesehatan pengembangan tersebut merupakan kebutuhan daerah yang telah didukung
dengan ketersediaan dan kemampuan sumberdaya di daerah yang bersangkutan maka dimungkinkan
untuk dikembangkan secara lebih luas di seluruh Puskesmas dalam suatu wilayah kabupaten/ kota.
Olehkarenanya, kegiatan tersebut sudah harus diperhitungkan untuk dilakukan penilaian di seluruh
Puskesmas.
Dengan pendekatan demikian maka penilaian pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing Puskesmas
kemungkinan tidak lagi sama di seluruh Puskesmas, melainkan hanya berdasarkan
kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan . Sedangkan kegiatan-kegiatan
pengembangan yang belum menjadi kegiatan utama di kabupaten/ kota, hanya akan dilakukan oleh
Puskesmas tertentu saja di Kabupaten/ Kota yang bersangkutan
Referensi:
Pedoman Pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SIMPUS), Depkes RI, 2004
Pedoman Evaluasi Kinerja Puskesmas , Depkes RI, 2005
Tugas:
1.

Buat dalam table jenis-jenis pencatatan di tiap-tiap program atau


ruangan dan jenis-jenis pelaporan kegiatan/ program puskesmas baik mingguan, bulanan,
triwulan maupun tahunan dan kemana laporan tersebut dikirim dan tembusannya
2. Mengidentifikasi kegiatan yang dimasukan dalam evaluasi kinerja puskesmas (EKP)

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 23

Nomor Modul : 05
TOPIK
: Epidemiologi
SUB TOPIK : Parameter Epidemiologi dan Surveilans
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan ukuran-ukuran penyakit (insiden, prevalen, attac rate, secondary attact rate)
b. Menjelaskan beberapa ukuran kematian (angka kematian anak, angka kematian balita,
angka kematian ibu, angaka kefatalan penyakit) dan penggunaannya
c. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabka variasi-variasi setiap pengukuran
d. Menjelaskan subsistem pencatan dan pelaporan penyakit dan kematian di Puskesmas
e. Menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah di tingkat pelayanan primer
2. Psikomotor; mahasiswa mampu
b) Dapat menghitung angka insiden, prevalen, attact rate, dan secondary attact rate untuk
penyakit dan interpretasinya
c) Dapat menghitung angka kematian bayi, anagka kematian ibu, angka kematian balita dan
angka kefatalan penyakit serta interpretasinya
d) Dapat melakukan pencatatan dan pelaporan penyakit dan kematian di Puskesmas
e) Dapat menetapkan langkah-langkah pemecahan masalah kesehatan di puskesmas
3. Afektif, mahasiswa:
a. Dapat melakukan kegiatan dengan semangat yang tinggi dan tertib
b. Dapat melakukan kegiatan dengan benar dibawah bimbingan dosen pembimbing
RINGKASAN MATERI
Pengukuran tentang frekuensi masalah kesehatan dapat dilakukan dari hasil penemuan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Tentu saja, ketepatannya amat dipengaruhi sekali leh kelengkapan
data tentang masalah kesehatan yang dikumpulkan.
Ditinjau dari segi epidemiologi, upaya mengukur frekuensi masalah kesehatan ini termasuk dalam
epidemiologi deskriptif, karena haya bersifat menggambarkan tentang jumlah masalah kesehatan yang
ditemukan saja. Dengan diketahuinya frekuensi masalah kesehatan, akan dapatlah diketahui keadaan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, untuk kemudian dicarikan jalan keluar untuk
mengatasinya.
Dalam pengukuran masalah kesehatan , ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni:
Insidens
Insiden adalah gamabaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan di suatu
waktu tertentu di satu kelompok masyaraakat. Anka insiden ini hanya dapat dihitung pada suatu
penelitian yang bersifat longitudinal saja, karena untuk menghitung angka insiden diperlukan dua
angka, yakni penderita baru di satu pihak serta jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
tersebut (population at risk) di lain pihak. Angka insiden dapat dibedakan atas tiga macam yakni
insiden rate, attact rate, dan secondary attact rate.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 24

Prevalen
Prevalen adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu sekelompok masyarakat tertentu. Secara umum nilai prevalen dibedakan atas dua
macam:
a. Point Prevalence Rate
Point prevalen rate ialah jumlah penderita lama dan baru pada satu saat dibagi dengan jumlah
penduduk pada saat yang sama dalam persen atau permil. Nilai point prevalen rate sering disebut
nilai prevalen rate saja, dan dapat digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
b. Period Prevalence Rate
Period prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil
Angka Kematian Bayi (AKB)
AKB adalah jumlaah kematian bayi (dibawah 1 tahun) yang meninggal dalam 1 tahun dibagi dengan
jumlah kelahiran hidup dalam permil.
Angka Kematian Ibu ( AKI)
AKI yaitu jumlah kematian ibu karena hamil, persalinan dan masa nifas dibagi dengan jumlah kelahiran
hidup dalam permil.
Case Fatality Rate (CFR)
CFR yaitu jumlah seluruh kematian suatu penyebab dalam jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah
seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen
Pencaatatan dan pelaporan puskesmas yaitu sesuai dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP)
Langkah-langkah pemecahan masalah
Pengumpulan data-pengolahan data-masalah kesehatan- prioritas masalah- program-implementasievaluasi-pengumpulan data
Referensi:
1. Azrul Azwar, Pengantar Epidemiologi, Bina Putra Aksara, Jakarta, 2004.
2. Richard F, Morton, Bimbingan Studi tentang epidemiologi dan biostatistika, Djambatan Jakarta,
1996
3. CDC, Priciple of Epidemiology second edition, Atlanta, Gorgia
Tugas
1. Pelajari Laporan Surveilans penyakit puskesmas bulan yang lalu dan buat grafik batang dari
semua penyakit tersebut.
2. Khusus untul laporan diare (W2), ambil data mingguan dan buatkan grafik garis perminggu
selama 1 tahun (2010).

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 25

Nomor Modul : 06
TOPIK
: Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
SUB TOPIK : Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana
Tujuan Pembelajaran
1) Kognitif; mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan pengertian bencana, gawat darurat, korban massal, pengungsi
b. Menjelaskan kebijakan umum dan langkah-langkah penaggulangan
c. Menjelaskan pengorganisasian bidang kesehatan
d. Menjelaskan sistem rapid health assesment
2) Psikomotor; mahasiswa mampu
a. Melakukan langakah-langkah penanggulanagn bencana bidang kesehatan
b. Melalkukan asessment dan surveilance cepat pasca bencana
3) Afektif
a. Mahasiswa responsive terhadap permasalahan bencana bidang kesehatan
RINGKASAN MATERI
1. Pengertian
a. Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak / tidak terencana atau secara
perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau
kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong
menyelamatkan korban yaitu manusia beserta lingkungannya.
Jenis Bencana ada 3, yaitu:
1. Bencana Alam (Natural Disaster)
misalnya:
- Gunung Meletus
- Gempa Bumi
- Banjir, Banjir Bandang, Tsunami
- Tanah Longsor
- Kekeringan
2. Bencana Non Alam (Man Made Disaster)
misalnya:
- Kegagalan modernisasi dan industri
- Kecelakaan Transportasi
- Kebakaran Hutan
- Wabah dan Epidemi
3. Bencana Sosial
misalnya:
- Konflik Sosial
- Terorisme
b. Gawat Darurat sehari-hari adalah suatu keadaan di mana seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
c. Korban Massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh karena sebab
yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera dengan menggunakan sarana,
fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia sehari-hari.
d. Pengungsi (IDPs, Internally Displace Persons) adalah orang atau sekelompok orang Warga
Negara Indonesia yang meninggalkan tempat tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 26

atau mental akibat ulah manusia dan bencana alam guna mencari perlindungan maupun
kehidupan yang baru.
2. Kebijakan Umum dan Langkah-langkah
Kejadian bencana selalu menimbulkan krisis kesehatan, maka penanganannya perlu diatur dalam
bentuk kebijakan sebagai berikut:
1. Setiap korban akibat bencana perlu mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera mungkin secara
maksimal dan manusiawi
2. Prioritas awal selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat medik terhadap
korban luka dan identifikasi korban mati di sarana kesehatan
3. Prioritas berikutnya adalah kegiatan kesehatan untuk mengurangi resiko munculnya bencana
lanjutan, di wilayah yang terkena bencana dan lokasi pengungsian
4. Koordinasi pelaksanaan penanganan krisis kesehatan akibat bencana dilakukan secara berjenjang
mulai dari tingkat kabupaten / kota, provinsi dan pusat.
5. Pelaksanaan penanganan krisis kesehatan dilakukan oleh pemerintah dan dapat dibantu dari
berbagai pihak, termasuk bantuan negara sahabat, lembaga donor, LSM nasional atau
internasional, dan masyarakat.
6. Bantuan kesehatan dari dalam maupun luar negeri, perlu mengikuti standar dan prosedur yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.
7. Pengaturan distribusi bantuan bahan, obat, dan perbekalan kesehatan serta SDM kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang.
8. Dalam hal kejadian bencana yang mengakibatkan tidak berjalannya fungsi pelayanan kesehatan
setempat, kendali operasional diambil alih secara berjenjang ke tingkat yang lebih tinggi.
9. Penyampaian informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan pada bencana
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat selaku anggota Satkorlak / Satlak.
10. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala yang perlu diikuti oleh semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan kesehatan, sekaligus menginformasikan kegiatan
masing-masing.

Gambar 1. Siklus Bencana


Tahap-tahap penanganan krisis dan masalah kesehatan lain mengikuti pendekatan tahapan Siklus
Penanganan Bencana (Disaster management Cycle), yang dmulai dari waktu sebelum terjadinya
bencana berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan / pengurangan dampak) dan kesipsiagaan.
Pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah
terjadinya bencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 27

3. Pengorganisasian
Puskesmas
Organisasi
Penanggungjawab
adalah Kepala
Puskesmas,
pelaksana teknis
adalah staf
puskesmas

Kabupaten/kota
Penanggungjawab
adalah Kepala
Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota
dan sebagai
pelaksana teknis
adalah unit kerja
yang ditunjuk
secara tertulis
Sarana dan Sarana informasi Sarana informasi
prasarana
dan komunikasi
dan komunikasi
yang dimiliki
yang dimiliki oleh
puskesmas atau
Dinas Kesehatan
institusi lain di
atau institusi lain
tingkat kecamatan terkait

Provinsi
Penanggungjawab
adalah Kepala
Dinas Kesehatan
Provinsi dan
sebagai pelaksana
teknis adalah unit
kerja yang
ditunjuk secara
tertulis
Sarana informasi
dan komunikasi
yang dimiliki oleh
Dinas Kesehatan
atau institusi lain
terkait

Pembiayaan Anggaran
operasional
puskesmas yang
ada atau melalui
anggaran bencana
yang ada pada
pemerintah
kabupaten / kota
setempat

Anggaran
operasional Dinas
Kesehatan yang
ada dan atau
menggunakan
anggaran
penanggulangan
bencana di
Pemerintah
Provinsi
Bekerjasama
dengan lintas
sektor termasuk
LSM dan sektor
swasta potensial

Koordinasi

Bekerjasama
dengan lintas
sektor termasuk
LSM dan sektor
swasta potensial

Anggaran
opeerasional
Dinas Kesehatan
yang ada dan atau
menggunakan
anggaran
penanggulangan
bencana di
Pemerintah
kabupaten / Kota
Bekerjasama
dengan lintas
sektor termasuk
LSM dan sektor
swasta potensial

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Pusat
Penanggungjawab
adalah Kepala
PPK dan sebagai
pelaksana teknis
adalah unit kerja
yang ditunjuk
oleh Sekretaris
Jenderal secara
tertulis
Sarana informasi
dan komunikasi
yang dimiliki
PPK dan unit
kerja terkait di
lingkungan
Depkes RI
Anggaran
operasional PPK
yang ada dan atau
menggunakan
sumber dana lain

Bekerjasama
dengan lintas
program dan
lintas sektor
termasuk LSM
dan sektor swasta
potensial

Page 28

4. Alur, Mekanisme Penyampaian Informasi


Bagan 2.
Alur Penyampaian dan konfirmasi informasi
awal kejadian bencana

Keterangan:
______________ Arus penyampaian informasi
---------------------- Arus konfirmasi
5. Rapid Health Assesment
Dalam upaya penanggulangan bencana, langkah awal yang perlu segera dilakukan adalah
melakukan Penilaian Cepat masalah Kesehatan (Rapid Health Assesment).
Penilaian Cepat Masalah kesehatan dilakukan sesaat setelah bencana terjadi untuk menilai:
1. Bencana apa yang terjadi
2. Di mana lokasi bencananya
3. Siapa yang terkena dampak
4. Dampak yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan
5. Seberapa besar kerusakan terhadap sarana pemukiman yang berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan
Hasil analisis terhadap temuan / masalah di lapangan digunakan sebagai bahan masukan untuk
upaya penanggulangan selanjutnya.
Apa yang dimaksud dengan Penilaian Cepat Masalah Kesehatan?
Penilaian Cepat masalah Kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan
informasi subyektif dan obyektif guna mengukur kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar
penduduk yang menjadi korban dan memerlukan ketanggapdaruratan segera. Kegiatan ini dilakukan
secara cepat karena harus dilaksanakan dalam waktu yang terbatas selama atau segera setelah suatu
kedaruratan (WHO, 1999)
Mengapa perlu dilakukan Penilaian Cepat Masalah Kesehatan?

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 29

Untuk mengukur besarnya masalah yang berkaitan dengan kesehatan akibat bencana, yaitu dampak
yang terjadi maupun yang kemungkinan dapat terjadi terhadap kesehatan serta seberapa besar kerusakan
terhadap sarana pemukiman yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan merupakan dasar
bagi upaya kesehatan yang tepat dalam penanggulangan selanjutnya.
Kapan melakukan Penilaian Cepat masalah Kesehatan?
Dalam melakukan penilaian kesehatan secara cepat, yang perlu dipertimbangkan adalah faktor waktu
dan jarak.
1. Memerlukan waktu secepat mungkin atau beberapa jam setelah kejadian untuk dilakukan penilaian
2. Dalam situasi yang memerlukan pertimbangan faktor keamanan, waktu pelaksanaan penilaian perlu
dipersingkat
3. Bilamana daerah bencana tersebar di berbagai lokasi, perlu dibentuk beberapa Tim dengan
menggunakan instrumen dan waktu yang sama.
Siapa yang melakukan Penilaian Cepat Masalah Kesehatan?
Bila terjadi suatu bencana di daerah, yang harus melakukan penilaian kesehatan secara cepat adalah
Tim:
1. Jajaran kesehatan Puskesman
2. Dinas Kesehatan kabupaten / Kota
3. Bilamana kejadian bencana mengakibatkan masalah kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh
jajaran Dinas Kesehatan kabupaten / Kota, maka Tim Provinsi dan atau Tim Pusat melakukan
penilaian cepat masalah kesehatan.
Tim Penilaian Kesehatan Kabupaten / Kota, Provinsi dan Pusat:
a. Minimal terdiri dari unsur medis, epidemiologis dan kesehatan lingkungan
b. Memiliki kemampuan analisis yang baik di bidangnya
c. Memiliki motivasi dan loyalitas yang tinggi
d. Dapat bekerjasama dengan daerah yang terkena bencana
Setelah Tim terbentuk, salah seorang anggota Tim ditunjuk sebagai ketua untuk mengkoordinasikan
persiapan teknis seperti pembagian tugas sesuai dengan keahliannya.
Referensi:
1. Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi,
Departemen Kesehatan RI Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan, Tahun 2002
2. Seri PPGD Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency Life Support
(GELS) Sistem Penaggulangan Penyakit Tepadu (SPGDT), Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI, Tahun 2004
3. Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat bencana, Pusat Penanggulangan
Krisis Departemen Kesehatan, 2006
4. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Departemen Kesehatan RI
Jakarta, 2007
5. Undang-Undan RI No. 24, Tentang Penanggulangan Bencana, Badan Koordinasi Nasional
Penaggulangan Bencana (BAKORNAS PB).
6. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban mati Pada Bencana Massal, Kerjasama antara
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7. Penatlaksanan Korban Bencana Massal, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 30

Tugas:
1. Buat struktur organisasi penaggulangan bencana bidang kesehatan mulai dari Puskesmas terus ke
atas (Dinkes-Pemda)
2. Apasaja kegiatan-kegiatan penangulanagn bencana bidang kesehatan yang pernah dilakukan oleh
Puskesmas.
3. Tentukan tugas dan tanggungjawab puskesmas sebagai salah satu jejaring penanggulanagn
bencana tingkat kabupaten kota

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 31

Nomor Modul : 07
TOPIK
: Kesehatan Lingkungan
SUB TOPIK : Penyakit Berbasis Lingkungan
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
1. Mengidentifikasi penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang ditemukan dimasyarakat.
2. Menjelaskan kebijakan daerah tentang penyakit berbasisi lingkungan.
3. Menjelaskan pengelolaan penyakit berbasis lingkungan di pelayanan pertama
4. Menjelaskan upaya preventif dan promotif untuk penyakit berbasis lingkungan.
5. Menjelaskan pencatatan dan pelaporan penyakit berbasis lingkungan.
2.. Psikomotor; mahasiswa mampu
1. Menyelesaikan masalah dalam bidang penyakit yang berbasis lingkungan
2. Merencanakan pengelolaan terhadap masalah kesehatan yang bersumber lingkungan
3. Melakukan penyuluhan didalam dan diluar gedung untuk penyakit-penyakit berbasis
lingkungan
3. Afektif, mahasiswa mampu:
1. Bersifat cepat tanggap terhadap lingkungan yang berpotensi menimbulkan penyakit di
masyaarakat.
2. Bersikap bijaksana mengahdapi perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan untuk
kesehatan.
RINGKASAN MATERI
Upaya pemeberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya paradigma
sehat dalam rangka upaya peningkatan kesehatan dimasa mendatang. Penyakit-penyakit seperti ISPA,
diare, penyakit kulit, dll merupakan contoh penyakit berbasis lingkungan. Untuk pencegahan dan
pemeberantasan penyakit tersebut harus melalui upaya pebaikan lingkungan dan perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya
promotif dan preventif. Salah satu terobosan yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengatasi
penyakit berbasis lingkungan adalah melalui Klinik Sanitasi yang ada di pelyanan primer. Klinik
Sanitasi yang ada di puskesmas melayani klien yang datang langsung ke puskesmas atau yang dirujuk
dari ruang poli atau ruang KIA. Klinik sanitasi merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengatasi
permaslahan kesehatan lingkungan. Kegiatan-kegiatan di klinik sanitasi berupa konseling, bimbingan,
bantuan teknis dari petugas puskesmas dan tindak lanjut dari hasil pengobtan pasien penyakit berbasis
lingkungan di Poli dan KIA.
Klinik sanitasi bukanlan unit pelayanan yang berdiri sendiri tetapi terintegrasi dalam kegiatan
puskesmas sama seperti poli pengobatan atau KIA.
Pelaksanaan klinik sanitasi memiliki tujuan yaitu:
1.
Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam program
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan
masyarakat.
2.
Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan perilaku masyarakat
untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3.
Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan perilaku masyarakat
untuk mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah kesehatan
dengan sumber daya yang ada.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 32

4.

Menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi


kesehatan lingkungan.

Sasaran Klinik Sanitasi:


1. Penderita yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang datang ke puskesmas
2. Masyarakat yang meniliki masalah kesehatan lingkungan yang datang ke puskesmas
3. Lingkungan yang menjadi penyebab masalah kesehatan masyarakat.
Apabila ditemui pasien penderita penyakit yang brhubungan dengan kesehatan lingkungan di
puskesmas, maka pasien langsung dirujuk horizontal ke klinik sanitasi. Disini dilakukan konseling dan
wawancara untuk melihat kaitan penyakit dengan lingkungan dan perilaku. Setelah memberikan saran
tindak lanjut, petugas membuat kesepakatan dengan pasien untuk kunjungan rumah / lapangan.
Sedang masyarakat umum yang akan berkonsultasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan
lingkungan, maka dilkukan perjanjian untuk kunjungan rumah.
Hasil temuan dan kegiatan terhadap penyakit berbasis lingkungan selanjutnya disampaikan pada forum
pertemuan lokakarya mini dengan seluruh petugaskesehatan yang ada di puskesmas. Hal ini bertujuan
untuk membahas dan mencari jalan penyelesaian terhadap masalah yang adaa secara terintegrasi dan
komprehensif.
Penyelesaaian masaaalah kesehatan lingkungan , seperti yang menimpa sekelompok keluarga atau
perkampungan dapat dilaksanakan secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat dengan
bimbingan teknis dari petugaas sanitasi puskesmas dan lintas sektor terkait. Jika tidak dapat
diselesaaikan karena biaya besar, maka penyelesaian dianjurkan untuk mengikuti mekanisme
perencanaan yang ada, mulai dari tingkat desa samapi tingkat kabupaten kota dalam kegiatan
Musrenbang.
Referensi:
1. Depkes RI, Satndar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi, Ditjen P2M-PLP, 2002
2. Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi untuk Puskesmas, Ditjen P2M-PLP, 2003
Tugas:
1. Ambil satu kasus penyakit berbasis lingkungan (satu mahasiswa berbeda dg lainya) serta
menyusun rencana pengelolaannya.
2. Lakukan rencana penyuluhan dan buat pidato penyuluhan kelompok bertopik penyakit berbasis
lingkungan didalam ataupun diluar gedung (diketik minimal 3 halaman.)

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 33

Nomor Modul : 08
TOPIK
: Gizi
SUB TOPIK : Gizi Masyarakat
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi masalah gizi yang ditemukan dimasyarakat.
b. Menjelaskan program daerah dalam penanggulangan masalah gizi masyarakat.
c. Menjelaskan pengelolaan masalah gizi buruk di pelayana tingkat pertama
d. Menjelaskan upaya preventif dan promotif tentang masalah gizi masarakat
e. Menjelaskan pencatatan dan pelaporan program gizi masrakat di puskesmas..
2....Psikomotor; mahasiswa mampu
a. Melakukan pengukuran status gizi.
b. Merencanakan pengelolaan terhadap masalah gizi
c. Melakukan penyuluhan didalam dan diluar gedung untuk masalah-masalah gizi yang ada
di puskesmas.
4. Afektif, mahasiswa mampu:
Bersifat cepat tanggap terhadap timbulnya masalah gizi di masyarakat
Bersikap empati terhadap individu atau keluarga yang mengalami masalah gizi.
RINGKASAN MATERI
Sejak tahun 1974 di Indonesia pada umumnya , dan propinsi Jambi pada khususnya telah teridentifikasi
4 masalah kekurangan gizi yakni kekurangan energi protein (KEP), Anemia kekurangan zat besi (Anemi
FE), gannguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan defisiensi vit A (Def VITA). Masalah gizi Buruk
merupakan masalah yang besar dan cukup lama di Jambi.
Salah satu dampak krisis ekonomi yang dialami tahun 1997 adalah peningkatan inflasi, disamping
terjadi gangguan produksi pangan dan distribusi bahan pangan. Akibatnya proporsi penduduk miskin
meningkat kembali menjadi hampir 49 % atau sekitar 80 juta jiwa pada saat itu dan elangkaan pangan
terjadi diberbagai daerah, yang mengakibatkan gangguan keamanan pangan di tingkat rumah tangga
miskin dan berakibat meningkatnya kekurangan gizi teutama pada kelompok rentan.
Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak serta tidak terdistribusi merata ditngah masyarakat disebabkan
banyaknya factor yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi. Masalah gizi merupakam masalah
multifaktoral. Beberpa penyebab gizi kurang telah teridentifikasi seperti factor biologis, pangan,
perawatan ibu, kualitas pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, pendidikan kuantitas dan kualitas
SDDM, faktor ekonomi, budaya, geografi, iklim dan factor politik juga perperan.
Dari berbagai factor tersebut, masalah gizi seringkali dikaitkan dengan sindroma kemiskinan. Berbagai
program penanggulangan masalah gizi kurang telah dilaksanaakan pemerintah yang tujuannya untuk
membantu keluarga miskin seperti Jamkesmas, Revitalisasi Posyandu, Makanan pendamping ASI, dan
banyak lagi disamping program penyuluhan masalah pangan dan gizi. Namun masih banyak kendala
yang terjadi pada pelaksanaan program tersebut yang mengakibatkan lambat membaiknya masalah gizi
di Indonesia.
Kualitas pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor yang berhubungan erat dengan masyalah gizi. Di
tingkat kabupaten/kota dan tingkat kecamatan telah dibentuk satu tim yang disebut Tim Pangan dan Gizi
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 34

(TPG) yang bertugas menangaani masalah gizi. Tuhjuan pembentukan TPG ini adalah dalam upaya
penurunan masalah gizi kurang dan gizi buruk. Namun selama ini dirasakan TPG belum cukup
menjangkau semua wilayah samapi ke kecamatan, hal ini mungkin disebabkan tenaga yang kurang atau
wilayah yang cukup luas.
Di tingkat desa telah tersedia beberapa tenaga kesehatan diantaranya bidan atau perawat yang bertempat
tinggal di desa. Seperti bidan bertugas menangani masalah ibu hamil, persalinaan dan bayi. Dari
pemantauan di lapangan masih banyak bidan desaa yang hanya mmabantu persalinan kurang dari 3 kali
setiap tahunnya, sehingga tenaga dan potensi bidan dan perawat sebenarnya masih dapat lebih
diberdayakan untuk masalah kesehatan lain seperti masalah gizi. Anak seringkali jatuh pada keadaan
gizi buruk dengan komplikasi pada saat dirujuk ke puskesmas/ RS ataupun penanganan setelah
kemabali kerumah. Seringkali anak yang telah kemabli dari rawatan rumah sakit kemabli jatuh pada
keadaan sebelum dirawaat oleh karena perawatan dirumah tidak memadai. Ibu tidak mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk merawat anak setelah kemabli kerumah, sedangkan
TPG yang ada di tingkat kecamatan tidk dapat menjangkau kebutuhan masyaraakat di desa.
Refernsi:
1.
2.
3.
Tugas:
1.
2.
3.
4.

Depkes RI, Pemantauan Staus Gizi Anak Balita, 2005


I Wayan, Penilaian Status Gizi, 2004
Depkes RI, Kadarzi, 2008

Identifikasi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita tingkat pelayanan pertama.
Ambil satu kasus gizi buruk (bila tidak ada) gizi kurang dan menyusun rencana peneglolaannya
Buat pidato penyuluhan bertopik masalah gizi masyarakat.
Buat kriteria penilaian terhadap status gizi balita

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 35

Nomor Modul : 09
TOPIK
: Peran Serta Masyarakat/ Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat
SUB TOPIK : Posyandu
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan Program Pemerintah terhadap .peran serta masyarakat bidang kesehatan
2. Menjelaskan peran puskesmas dalam membina PSM seperti Posyandu, Desa Siaga, Desa
PHBS dll
3. Menjelaskan Program program puskesmas yang berkaitan dengan upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM)
2....Psikomotor; mahasiswa mampu
1. Melakukan pegelolaan program UKBM.
2. Melakukan pembinaan program UKBM.
3. Mengenali dan mengantisipasi perilaku masyarakat seperti aspek sosial budaya dalam
upaya pemberdaayaan masyaraakat bidang kesehatan.
5. Afektif, mahasiswa mampu:
1. Bersifat cepat tanggap terhadap timbulnya masalah dalam pengorganisasian UKBM
2. Bersikap bijaksana menghadapi perilaku masyarakat dama membina UKBM
RINGKASAN MATERI
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi
Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang
anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila system pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat
seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang
membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian
ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia
telah meningkat secara bermakna. Jika pada tahun 1995 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) serta 60/1000
kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu,
umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada
tahun 2003 (SDKI, 2003).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah Posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa
ditemukan sekitar 3-4 Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah Posyandu
tercatat sebanyak 25.000 Posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 Posyandu.
Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan
sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai.

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 36

Hasil analisis Profil Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menunjukkan pergeseran
tingkat perkembangan Posyandu. Jika pada tahun 2001, tercatat 44,2% Posyandu strata pratama, 34,7%
Posyandu strata madya, serta 18,0% Posyandu tergolong strata purnama. Maka pada tahun 2004 tercatat
33,61% Posyandu tergolong dalam strata pratama, 39,86% Posyandu tergolong strata madya, serta
23,62% Posyandu tergolong strata purnama.
Sementara jumlah Posyandu yang tergolong mandiri turun dari 3,1% pada tahun 2001 menjadi 2,91%
pada tahun 2004.
Masalah Posyandu, dapat pula dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Andalas
(Sumatera Barat), Universitas Hasanudin (Sulawesi Selatan), dan Sekolah Tinggi Ilmu Gizi (Jawa
Timur) pada tahun 1999, yang mencatat beberapa hal sebagai berikut:
1. Hanya sekitar 40% dari jumlah Posyandu yang ada, dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
2. Lebih dari separuh Posyandu, tidak memiliki peralatan yang memadai
3. Sebagian
besar
Posyandu
tidak
memiliki
tempat
pelayanan
yang
layak,
karena menyelenggarakan kegiatan di gudang, garasi, atau rumah penduduk. Di samping
itu pembinaan terhadap Posyandu masih belum merata.
4. Sebagian besar Posyandu, belum memiliki jumlah kader yang cukup bila dibandingkan dengan
jumlah sasaran dan hanya 30% kader yang telah terlatih.
5. Sebagian besar kader belum mampu mandiri, karena sangat tergantung dengan petugas
Puskesmas sebagai pembina, dan sementara itu, penghargaan terhadap kader masih rendah.
6. Cakupan Posyandu masih rendah, untuk balita yang sebagian besar adalah anak usia di bawah
dua tahun, cakupannya masih di bawah 50%, sedangkan untuk ibu hamil cakupannya hanya
sekitar 20%.
7. Hampir 100% ibu menyatakan pernah mendengar Posyandu, namun yang hadir pada saat
kegiatan Posyandu kurang dari separuhnya.
Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, berpengaruh terhadap kinerja
Posyandu yang turun secara bermakna. Dampaknya terlihat pada menurunnya status gizi dan kesehatan
masyarakat, terutama masyarakat kelompok rentan, yakni bayi, anak balita dan ibu hamil serta ibu
menyusui.
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah bijak, dengan mengeluarkan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Revitalisasi
Posyandu, yaitu suatu upaya untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu. Secara garis besar
tujuan Revitalisasi Posyandu adalah 1) terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan
berkesinambungan; 2) tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi,
orientasi, pelatihan atau penyegaran, dan 3) tercapainya pemantapan
Refrensi:
1.
2.

Depkes RI, Depdagri, PKK, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, 2005


Depkes RI: Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat, 2005

Tugas:
1. Identifikasi program-program UKBM di Puskesmas seperti posyandu, pos lansia dll dan
pelajari masalahnya di puskesmas tempat saudara praktek.
2. Susun rencana penyelesaian masalah yang didapat tentang program UKBM di Puskesmas

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 37

Nomor Modul : 10
TOPIK
: Perilaku / Lifestyle
SUB TOPIK : Penyakit diakibatkan perilaku/lifestyle
(Peny. Jantung, Pernapasan, HIV/AIDS, Akibat Rokok, Miras,
Drug Abuse)
Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif; mahasiswa mampu:
a)
Mengidentifikasi penyakit-penyakit berbasis perilaku/lifestyle
b)
Menjelaskan kebijakan pemerintah tentang penyakit-penyakit berbasis perilaku/lifestyle.
c)
Menjelaskan pengelolaan penyakit-penyakit berbasis perilaku/lifestyle di pelayanan
pertama
d)
Menjelaskan upaya preventif dan promotif untuk penyakit-penyakit berbasis
perilaku/lifestyle
e)
Menjelaskan pencatatan dan pelaporan penyakit-penyakit berbasis perilaku/lifestyle.
2....Psikomotor; mahasiswa mampu
Menjelekan masalah dalam bidang penyakit-penyakit berbasis perilaku/lifestyle
Merencanakan pengelolaan terhadap masalah kesehatan yang berbasis perilaku/lifestyle
Melakukan penyuluhan didalam dan diluar gedung untuk penyakit-penyakit berbasis
perilaku/lifestyle
3. Afektif, mahasiswa mampu:
a) Bersifat cepat tanggap terhadap lperilaku yang berpotensi menimbulkan penyakit di
masyaarakat.
b) Bersikap bijaksana mengahdapi perilaku/lifestyle masyarakat untuk merubah kebiasaan
tersebut
RINGKASAN MATERI
Sesuai teori Blum, perilaku merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan derajat kesehatan.
Perkembangan zaman membawa akibat perubahan perilaku. Berbagai penyakit berhubungan dengan
perilaku, khususnya life style diantaranya penyakit jantung, penyakit saluuran pernafasan, penyakit
HIV/AIDS, IMS, dll.
Usaha promotif dan preventif sangat diperlukan untuk mencegah bangkitnya penyakit terseebut.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai peran penting untuk menjalankan
usaha tersebut. Program posyandu, UKS dapat dijadikan sebagai ujung tombak karena menjangkau
langsung masyarakat dan anak sekolah. Kerja sama lintas sektor sangat diperlukan guna keberhasilan
upaya tersebut seperti Dinas Pendidikan, Departemen Agama, Pemerintah Daerah, DPRD, Dinkes
Sendiri dan Badan Narkotika Daerah (BND)
Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat perilaku, khususnya berkaitan dengan
lifestyle dimaksudkan untuk:
Terciptanya keterpaduan lintas program dan lintas sektor dalam mencegah dan
menanggulangi penaykit akibat perilaku/lifestyle.
Peningkatan pengetahuan, kesadara dan kemampuan masyarakat untuk mendeteksi penyakit
akibat perilaku/lifestyle.
Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan menanggulangi
akibat perilaku/lifestyle
Menurunkan angka kejadian penyakit yang berbasis perilaku/lifestyle dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat pada akibat yang akan terjaddi.
Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 38

Sasaran dari usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat akibat perilaku/lifestyle pada
modul ini ditujukan pada:
Anak sekolah (SLTP dan SLTA) yang memderita penyakit akibat penyalahgunaan Narkoba
Orang tua murid yang anaknya menderita penyakit/pecandu narkoba.
Anak sekolah secara umum untuk mendapatkan pengetahuan yang baik tentang penggunaan
narkoba dan akibatnya.
Jika ditemukan penderita akibat menkomsumsi narkoba, mulai dari yang coba-coba, kecanduan samapi
pada yang sudah menderita HIV/AIDS, dilakukan pemeriksaan secara seksaama dan dirujuk baik secara
horizontal ataupun vertikal sesuai dengaan keadaaan penderita.
Keikutsertaan tenaga ahli, baik medis maupun non medis (penyuluh, konselor, psikolog) sangat
diperluan. Tidak mudah untuk mengobati seseorang yang sudah kecaanduan narkoba, apalagi bila sudah
timbul efek negatif pemakaian narkoba tersebut.
Peran orang tua yang anaknya pevcandu narkoba sangat diperlukan guna pengobatan dan untuk itu perlu
dilakukan pendekatan pada orang tua agar mereka dapat menerima anaknya sebagai seorang pecandu
narkoba yang memerlukan proses yang lama dan sabar untuk kesembuhannya.
Refernsi :
1.
Notoadmojdo S, Kesehatan masyarakat Ilmu dan Seni, 2005
2.
Frans D. Suyatna, Jenis-Jenis Obat yang Disalahgunakan, Majalah
kedokteran Indonesia, Volum: 55, Nomor: 3, Maret 2005
Tugas:
1. Apa tanda-tanda seseorang yang kecanduan narkoba
2. Berusaha mendapatkan kasus pecandu/penderita narkoba dan merencanakan penatalaksanaanya.
3. Buat rencana konseling terhadap pasien dan keluarga untuk dapat mengatasi masalah pasien
akibat narkoba

Jambi, 19 Maret 2012


Koordinaor Pendidikan
Bagian IKKom/IKKel

dr. H. Armaidi Darmawan, M.Epid


NIP. 196603031997031002

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 39

Modul KKS Kedokteran Komunitas/Keluaga

Page 40

You might also like