Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat
berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi
tumbuh bersatu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1000
kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus
B. Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa
mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir,
alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi
struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum
di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer
dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
sehingga jumlah total kromosom pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal
seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat
pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang
terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2.
Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.
3. Radiasi.
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
Rubella dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,
akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi
penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetik.
8. Diplasia ektodermal.
D. Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum
anterior. Masa krisi fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi.
Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7
sampai minggu ke-12.
Cacat terbentuk pada trimester pertama kahemilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
E. Manifestasi Klinis
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan langit-langut
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5. Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya
air susu dari hidung.
F. Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi
karenanya, yaitu ;
1. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot
khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi
makan pada bayi bibir sumbing.
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizisdan
labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis memberikan kesulitan
pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudaraibu atau dot. Tekanan lembut
pada pipi bayi dengan labioskizis mungkin dapat meningkatkan kemampuan
hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek
menelan pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat
menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi
tegak urus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-
nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang
hanyamenderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya dapat
menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan
penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan
tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi denganlabiopalatoskizis dan bayi
dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
2.
terdapatnya
abnormalitas
perkembangan
dari
otot-otot
yang
4.
Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir
dengan labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah tertentu
yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi
pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
G. Penatalaksanaan
kemampuan makan dan minum yang baik. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
operasi harus ditunggu sampai anak tersebut balajar bicara antara 1-2 tahun.
1. Jika sengau harus dilakukan terapi bicara (fisioterapi otot-otot bicara).
2. Jika terapi bicara tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus
dilakukan faringoplasti saat anak berusia 8 tahun.
Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang kemudian
didekatkan satu sama lain. Pada faringoplasti hubungan antara faring dan hidung
dipersempit dengan membuat klep/memasang klep dari dinding belakang faring
ke palatom molle. Tujuan pembedahan ini adalah untuk menyatukan celah
segmen-segmen agar pembicaraan dapat dimengerti.
Perawatan yang dilakukan pasca dilakukannya faringoplasti adalah sebagai
berikut :
1. Menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih.
2. Beyi diberi makan atau minum dengan alat penetes dengan menahan
kedua tangannya.
3. Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau buur
saring selama 3 minggu dengan menggunakan alat penetes atau sendok.
4. Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.
Asuhan
1. Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
2. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan
saat ini adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang
adekuat sampai pembedahan yang dilakukan.
berupaya menyusu.
Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang
metode
pemberian
makan
alternatif
(menggunakan
PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga,
berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan berat
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
a.
b.
c.
d.
perawatan di rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
bagian atas.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
D. INTERVENSI
1. DX.1 : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain dan krisis
a.
b.
c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
Indikator skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Family Support
a.
b.
c.
d.
e.
efektif.
2. DX.II: Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi
a.
b.
c.
d.
e.
1)
2)
3)
4)
5)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
1)
2)
3)
4)
5)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
biologis.
NOC : Status Nutrisi
KH :
Stamina
Tenaga
Penyembuhan jaringan
Daya tahan tubuh
Pertumbuhan (untuk anak)
Indikator skala :
1)
2)
3)
4)
5)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
1)
2)
3)
4)
5)
a.
b.
c.
d.
Indikator skala :
Tidak pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
NIC : Identifikasi Resiko
Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan rencana berkelanjutan
Menentukan sumber yang financial
Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko
Menentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan
E. EVALUASI
1. Diagnosa I : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
ketidakseimbangan.
Menggunakan pesan tertulis
Menggunakan bahasa percakapan vocal
Menggunakan percakapan yang jelas
Menggunakan gambar/lukisan
Menggunakan bahasa non verbal
Diagnosa IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
c.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Edisi 8. EGC :
Jakarta.
Doenges, M. E. Moorhouse, M. F, Geisser, A. C. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan
(terjemahan). Edisi 3. EGC : Jakarta.
Donna, L. Wong. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC : Jakarta.
Nelson. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. EGC : Jakarta.
Price, S. A. Wilson, L. M. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(terjemahan). Edisi 4. EGC : Jakarta.