Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
MERY ANGI
NPT . 14.13.0017
.................
Anggota
: Drs. Suyatim,M.Si.
................
Anggota
.................
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya, Mery Angi, NPT. 14.13.0017, menyatakan bahwa skripsi dengan judul
Analisis dan Simulasi Kondisi Cuaca di Bali dan Nusa Tenggara Kaitannya
dengan Siklon Tropis (Periode 22-28 Februari 2013) merupakan karya asli.
Seluruh ide yang ada dalam skripsi ini, kecuali yang saya gunakan sebagai
kutipan, merupakan pendapat yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada
bagian dari skripsi ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh
gelar atau sertifikat akademik.
Jika pernyataan di atas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi
yang ditetapkan oleh Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Mery Angi
NPT. 14.13.0017
iii
ABSTRAK
ANALISIS DAN SIMULASI KONDISI CUACA
DI BALI DAN NUSA TENGGARA KAITANNYA DENGAN
SIKLON TROPIS RUSTY
(PERIODE 22-28 FEBRUARI 2013)
Siklon tropis Rusty merupakan siklon tropis dengan masa hidup yang
cukup singkat yaitu 5-7 hari (22 Februari sampai 28 Februari 2013) namun
dampak tidak langsung yang di timbulkan cukup besar seperti curah hujan dan
angin kencang di beberapa wilayah seperti Bali dan Nusa Tenggara yang
mengakibatkan banjir dan kerugian materi maupun korban jiwa. Kajian ini di
lakukan untuk membuktikan seberapa besar pengaruh siklon tropis Rusty terhadap
kondisi cuaca buruk tersebut. Dengan melihat kondisi curah hujan yang
dibandingkan dengan kondisi normalnya serta menganalisis beberapa parameter
cuaca lainnya seperti angin, tekanan udara, kelembaban udara dan perawanan.
Selain itu juga di lakukan prediksi dengan data GFS yang di jalankan
menggunakan model Weather Research Forecasting Advanced Research WRF
(WRF-ARW) pada tanggal 23 Februari 2013 - 00 UTC sampai 28 Februari 2013
00 UTC dengan domain wilayah 30 km dengan data keluaran setiap 12 jam.
Semua data output WRF di bandingkan dengan data real dan observasi di stasiun.
Secara keseluruhan, output model WRF-ARW cukup mendekati keadaan
sebenarnya dalam memprediksi terutama dalam membuat simulasi prediksi jalur
siklon tropis, perawanan dan arah angin yaitu dengan koefisien korelasi sebesar
0,67. Hasil analisis juga membuktikan bahwa kondisi cuaca buruk yang terjadi
adalah dampak tidak langsung dari kejadian siklon tropis Rusty
Kata kunci : Siklon Tropis, Curah Hujan, WRF
iv
ABSTRACT
ANALYSIS AND SIMULATION OF WEATHER CONDITIONS IN
BALI AND NUSA EAST CONNECTION WITH TROPICAL
CYCLONE RUSTY (PERIOD FEBRUARY 22-28, 2013)
Tropical cyclone Rusty was the tropical cyclone with short life span of 5-7
days (22-28 February 2013). However, its indirect impact was quite large, such
as rainfall and strong winds in some areas in Bali and Nusa Tenggara resulting
flood causing loss of property and life. This study is to find out how much
influence of tropical cyclone Rusty to the bad weather conditions. By looking at
the rainfall conditions compared with its normal conditions as well as analyzing
some other weather parameters such as wind, air pressure, air humidity and
cloudiness. In addition, prediction is also conducted using GFS data run in GFS
Weather Research Forecasting model- Advanced Research WRF (WRF-ARW), for
23 February 2013, 00.00 UTC until 28 February 2013, 00.00 UTC with domain
area of 30 km in resolution, with the output data of each 12 hours. All WRF
output data are compared to the real observation data at stations. Overall, the
WRF ARW model output is adequite to approach its real situation in predicting
especially in making the simulation of tropical cyclone track prediction,
cloudiness and direction of the wind with coeffisient correlation of 0,67. While the
results of the analisys indicated that the adverse weather conditions that occur
was an indirect impact of tropical cyclone Rusty.
Keywords: Tropical cyclone, Precipitation,WRF
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, karena atas semua
Anugerah dan pertolongan-Nya yang begitu besar sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis dan Simulasi Kondisi Cuaca di
Bali dan Nusa Tenggara Kaitannya dengan Siklon Tropis Rusty (Periode 2228 Februari 2013) Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi tingkat Sarjana Terapan di Program Studi Meteorologi,
Akademi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan Terima kasih
kepada Bapak Dr.Andi Eka Sakya, M.Eng sebagai Kepala BMKG, Bapak Dr.
Suko Adi Prayitno, M.Si. selaku Direktur STMKG, Bapak Drs. Mulyono R
Prabowo, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing, Bapak Dr.Indra Gustari,M.Si yang
telah memberi saran dan masukan yang sangat berguna, Bapak Wisnu
Sanjaya,M.si sebagai Bintal Kelas DIV Meteorologi dan Bapak-ibu dosen
STMKG. Terima kasih serta penghargaan juga dihaturkan kepada kedua Orang
tua dan kakak tercinta atas segala doa, dukungan, nasehat dan n suri teladan yang
telah diberikan juga rekan-rekan Sarjana Sains Terapan Jurusan Meteorologi
Angkatan I dan angkatan Meteorologi 42 serta seluruh pihak yang telah
membantu penulis selama proses penelitian namun namanya tidak dapat penulis
cantumkan satu-persatu.
Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca
Tangerang Selatan,
Agustus 2014
Penulis,
Mery Angi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................................
iii
ABSTRAK....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR...................................................................................
vi
vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................
vii
10
10
13
15
17
20
20
21
21
23
24
24
24
25
25
25
26
26
viii
26
29
30
31
32
33
34
34
35
35
36
39
39
40
40
41
42
43
ix
43
45
45
46
48
4.4.3 Perbandingan Kondisi Cakupan Awan Hasil Keluaran model WRFARW dengan Citra Satelit MTSAT 2 IR-1...........................
49
51
51
53
54
56
5.1 Kesimpulan....................................................................................
56
5.2 Saran.............................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
59
LAMPIRAN..............................................................................................
61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Dampak Angin kencang di Labuan Bajo
12
14
Gambar 2.5 Hubungan Jari jari Siklon Tropis dengan tekanan udara
permukaan
18
20
27
29
31
Gambar 4.1 Jumlah Curah Hujan selama periode Siklon Tropis Rusty
34
37
38
Gambar 4.4 Pola Mean Sea Level Pressure pada periode Siklon Tropis Rusty 39
Gambar 4.5 Kelembaban Udara Lapisan 850 hPa,700 hPa dan 50 hPa,
41
42
xi
Gambar 4.7 Kelembaban Udara Lapisan 850 hPa,700 hPa dan 50 hPa,
42
44
Gambar 4.9 Pola garis angin (streamline) data BoM Australia dan Vektor
dan kecepatan angin Tanggal 22 Februari 2013
45
Gambar 4.9 Pola garis angin (streamline) data BoM Australia dan Vektor
dan kecepatan angin Tanggal 26 Februari 201
47
Gambar 4.9 Pola garis angin (streamline) data BoM Australia dan Vektor
dan kecepatan angin Tanggal 28 Februari 2013
48
Gambar 4.12 Cakupan awan Citra Satelit MTSAT 2 IR-1 Kochi University
dan dBZ Output model WRF-ARW
49
52
53
55
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Ribuan rumah di tujuh kabupaten di Nusa Tenggara Timur terendam banjir akibat
badai Rusty yang melanda wilayah itu selama sepekan , di Sumba Timur, banjir menewaskan
tiga orang. Di Ende, banjir memutuskan ruas jalan Trans Flores. Banjir terparah terjadi di
Kabupaten Belu yang merendam sedikitnya 2.507 rumah dan warga mengungsi,kata Kepala
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) NTT, Tini Thadeus kepada Tempo kemarin.
(Koran Tempo, 1 Maret 2013)
Namun pengaruh badai ini tidak mutlak selalu terjadi. Timbulnya hujan
lebat dan angin kencang karena dipengaruhi oleh posisi dan besarnya (intensitas)
badai, tergantung pula pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia.
Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada beberapa wilayah
kecenderungan cuacanya terlihat memburuk. Tetapi ketika badai itu sudah matang
atau sudah diberi nama, yang timbul di Indonesia justru hanya angin kencang dan
gelombang tinggi (kecuali daerah yang mempunyai radius 500 km dari pusat
badai yang lebih sering mengalami hujan lebat). Kemudian di saat badai tersebut
sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika intensitasnya sudah melemah justru
cuaca bagian Selatan cenderung banyak hujan lebat. Hal ini tidak mutlak terjadi
akan tetapi tergantung dari sirkulasi udara di atas wilayah Indonesia. (Aldrian,
dkk., 2006).
Sehingga diperlukan kajian temporal dan spasial yang lebih mendalam
mengenai karakteristik siklon, pergerakannya dan dampak serta hubungannya
dengan kondisi cuaca yang terjadi pada tanggal 22 - 28 Februari 2013 di Bali dan
Nusa Tenggara ini. Apakah sepenuhnya disebabkan oleh siklon tropis Rusty yang
sedang berlangsung atau juga karena karakteristik keadaan cuaca di daerah
setempat, mengingat pada bulan Februari merupakan bulan terjadi monsun barat
di wilayah Indonesia, yang mana angin baratan sedang giat bergerak membawa
massa udara dari Asia yang menyebabkan terjadinya hujan sedang sampai lebat
dan juga angin kencang yang menyebabkan gelombang tinggi di wilayah timur
Indonesia ini. Oleh karena itu dengan mengacu pada tulisan A. Fachri Radjab
(2003) yaitu dengan membandingkan intensitas curah hujan yang terjadi pada saat
siklon terhadap normalnya, di harapkan dapat diketahui apakah penyebab cuaca
buruk yang terjadi adalah di sebabkan oleh siklon tropis atau bukan. Selain itu
penulis juga membuat simulasi track kejadian siklon tropis Rusty menggunakan
Weather Research Forecasting Advanced Research WRF (WRF-ARW) untuk
membandingkan hasil olahan data Global Forecasting System (GFS) tersebut
dengan kejadian sebenarnya yang mengacu pada tulisan L. Juneng et al, 2007.
Adapun pada tanggal 22 - 28 Feburari 2013 tersebut terjadi angin kencang,
4
gelombang tinggi dan hujan yang terjadi hampir merata dan bersamaan di
sepanjang wilayah Bali sampai Nusa Tenggara. Alasan pemilihan daerah kajian di
karenakan wilayah wilayah tersebut
signifikan di bandingkan daerah lainnya dan salah satu di antaranya yaitu Labuan
Bajo yang masih jarang dijadikan daerah kajian oleh peneliti.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana sifat curah hujan di Bali dan Nusa Tenggara terhadap
normalnya dan kaitannya dengan siklon tropis Rusty pada tanggal 22-28
Februari 2013?
2. Bagaimana karakteristik dan pergerakan siklon tropis Rusty?
3. Adakah pengaruh siklon tropis rusty terhadap kondisi tekanan udara dan
kelembaban di wilayah Bali dan Nusa Tenggara ?
4. Apakah model cuaca numerik WRF-ARW dapat digunakan untuk
memprediksi pergerakan siklon tropis dan kondisi beberapa unsur cuaca
yang ada?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Meteorologi Siklon berarti angin yang berputar, Siklon berasal dari
kata Yunani kyklos yang berarti lingkaran atau roda atau ular yang melingkar
secara meteorologi siklon tropis merupakan suatu sistem tekanan udara rendah
yang terbentuk secara umum di daerah tropis yang kemunculannya diawali oleh
tahapan-tahapan tertentu, sifat sistem bertekanan rendah yang merupakan bagian
dari sirkulasi atmosfer. yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa menuju
garis lintang yang lebih tinggi. Gambar dibawah merupakan contoh siklon yang
disebut siklon Katrina yang muncul tanggal 26 Maret 2004 [wikipedia]
Siklon tropis ditandai dengan adanya isobar tertutup yang biasa disebut
depresi, tekanan udara dipusat siklon umumnya mencapai 950 mb, kadang-kadang
sangat ekstrim hingga mencapai 920 mb pada level permukaan laut.
Siklon tropis mempunyai diameter antara 500 sampai 800 km. bahkan
beberapa diantaranya dapat mencapai kisaran lebih besar, tergantung energi atau
kekuatan pada sistem tersebut, sistem ini terdiri dari beberapa badai konvektif,
dibutuhkan hempasan vertikal untuk menyediakan kondisi yang ideal untuk
pembentukan dan pertumbuhan siklon tropis dengan nilai minimal 100 m/s.
2.1.2 Syarat Terbentuk Siklon Tropis
disebut
11
Waktu hidup siklon tropis mulai dari beberapa jam sampai dapat bertahan
hingga 2 minggu, dengan rata-rata 6 hari sejak badai tersebut mulai terbentuk
sampai memasuki daratan atau membelok kearah subtropis dimana siklon
tersebut punah.
Dalam proses pertumbuhannya, siklon tropis akan melalui 4 (empat) tahap
sebagai berikut:
1. Tahap tumbuh
Tahap ini dimulai dengan adanya gangguan pada arus angin sehingga
terbentuk semacam bulatan dekat pusat gelombang. Kemudian terbentuk
vortex dan titik netral secara bersamaan. Pada saat vortex tumbuh, titik
netral menjauhi vortex tetapi masih pada batas terluar dari sirkulasi
vortex. Pada saat ini mulai terjadi penurunan tekanan udara secara
perlahan hingga mencapai 1000 mb.
12
tropis hujan tersebar di sekitar siklon tropis tersebut dalam sebuah spiral sabuk
awan yang mengarah ke pusat siklon. Sabuk awan ini menghasilkan angin potong
(cross wind) dengan arah ke kiri belahan bumi utara dan ke arah kanan di belahan
bumi selatan. [ Fachri, 2003]
14
1. Hujan Konvektif
Hujan ini terjadi akibat adanya pemanasan radiasi matahari dan proses
thermal sehingga menyebabkan udara permukaan mengalami pemuaian dan naik
kelapisan atas. Pada lapisan atas, udara tersebut mengalami pengembunan dan
berkondensasi. Hujan konvektif ini biasanya deras dan disertai badai guntur yang
berlangsung dalam waktu yang singkat dikarenakan awan Cb yang terbentuk
umumnya mencakup daerah yang sempit.
2. Hujan Orografi
Disebabkan oleh kondensasi dan pembentukan awan udara lembap yang
dipaksa naik oleh barisan pegunungan. Di Indonesia, pembentukan curah hujan
orografik sering dibantu proses konveksi. Setelah terjadi kondensasi, tumbuh
awan pada lereng di atas angin (windward side) dan hujannya disebut hujan
orografik, sedangkan pada lereng di bawah angin (leeward side), udara yang turun
akan mengalami pemanasan dengan sifat kering, dan daerah ini disebut daerah
bayangan hujan. Curah hujan orografik terbatas pada pegunungan berbeda dengan
curah hujan siklonik yang dapat bergerak seperti pada siklon tropis.
udara yang konvergen horizontal mempunyai suhu dan massa jenis berbeda, maka
massa udara yang lebih panas akan dipaksa naik diatas massa udara dingin.
Bidang atas antara kedua massa yang berbeda sifat fisisnya disebut front. Contoh
hujan siklonik adalah dalam siklon tropis dimana proses gabungan arus siklonik
dan konveksi menghasilkan curah hujan lebat. Curah hujan siklonik dapat
mencapai area yang luas, karena selama hidupnya (1-8 hari) siklon tropis bergerak
ratusan sampai ribuan kilometer.
2.2
Landasan Teori
radius 400 km gerak vertikal rata rata adalah ke atas sehingga RH >70%
terdapat hampir diseluruh troposfer. Intensitas hujan yang lebat di dalam siklon
tropis disebabkan oleh adanya lapisan udara lembab yang tebal, sumber uap air
yang banyak dari lautan yang hangat, dan konvergensi medan angin horizontal
yang kuat. Intensitas hujan semakin kecil secara cepat jika menjauhi pusat badai,
karena berkurangnya konvergensi uap air.
17
b.
Tekanan Udara
Pada peta sinoptik, Siklon tropis ditandai dengan sistem isobar tertutup.
Jarak isobar ini makin ke dalam makin rapat, hal ini menunjukkan bahwa tekanan
makin ke pusat makin rendah.
V 2 1 p
+
+ f V = 0 (2.1)
r
p r
Dengan
= Jari-jari Siklon
= Efek corioli
18
1 p
= gradien tekanan terhadap kerapatan udara
p r
c.
Medan Suhu
Distribusi Suhu secara horizontal dari siklon tropis menunjukkan bahwa di
dekat mata siklon adalah lebih tinggi dari sekitarnya. Hal ini akibat pengaruh
konvergensi pada lapisan bawah dan adanya pelepasan panas latent akibat
kondensasi, sedangkan pada lapisan paling bawah suhunya hampir sama ke arah
luar.
Suhu potensial udara permukaan pada siklon tropis bertambah ke arah
dalam menurut lintasan trajektori. Jika kelembaban spesifik bertambah maka
tinggi dasar awan yang terbentuk berkisar dari beberapa ratus kaki sampai 1000
kaki. Jadi ada hubungan antara suhu potensial dengan kelembapan spesifik selama
proses pergerakan udara. Oleh Herbert Riehl : "ada variasi suhu potensial dan
kelembaban spesifik selama terjadi pengembangan isotermal, untuk udara
permukaan yang terangkat 20 mb, pada keadaan ini sudah akan mencapai lapisan
kondensasinya.
19
20
2. Normal bila curah hujan periode siklon tropis 85% - 115% dari curah
hujan normal
3. Bawah normal bila curah hujan periode siklon tropis kurang dari 85%
dari curah hujan normal
[Sumber : Fachri Radjab, 2003]
Koefisien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan
dua variabel acak.
21
r ( x, y) =
(n xy) ( x y)
(n x 2 x 2 ) (n y 2 y 2 )....(2.2)
Dimana :
r
= Tingkat korelasi
= Banyak data
= Parameter Meteorologi
>0 0,25
>0,25 0,5
: Korelasi cukup
>0,5 0,75
: Korelasi kuat
>0,75 0,99
: Korelasi sempurna
22
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
24
25
3.1
CARA PENELITIAN
1.
Bali
26
27
3.
wilayah ini adalah Flores, Sumba, dan Timor Barat. Secara astronomis terletak
pada 1110'-730' LS dan 118 30' - 125 20' BT. Mempunyai topografi
bergelombang dan berombak dengan kemiringan 27-50 % dan berbukuti-bukit
bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 %. Untuk lokasi penelitian
menggunakan data dari beberapa stasiun pengamatan antara lain :
1) Stasiun Meteorologi Komodo Labuan Bajo
Terletak pada koordinat : 8.63 LS - 119.90 BT
2) Stasiun Meteorologi Wai Oti Maumere
Terletak pada koordinat : 8.63 LS 122.25BT
3) Stasiun Meteorologi Waingapu
Terletak pada koordinat : 9.67 LS - 120.33BT
4) Stasiun Meteorologi Eltari Kupang
Terletak pada koordinat : 10.17 LS - 123.67BT
5) Stasiun Meteorologi Tardamu Sabu
Terletak pada koordinat : 10.50 LS - 121.83BT
28
29
4) Data NWP
Data Re-analysis dri NCEP ( National Centers for Environmental
Prediction) untuk mendapatkan nilai kelembaban udara pada lapisan
850 mb, 700 mb dan 500 mb.
5) Data Global Forecast System (GFS)
Yaitu data ouput prediksi model global (GFS-Global Forecast System)
tanggal 22 Februari 2013 (12 UTC) sampai 28 Februari 2013 (12 UTC).
Yang akan digunakan untuk memprediksi lintasan (track) siklon tropis
Rusty, tekanan, awan dan curah hujan.
31
2.
DATA OBSERVASI
WRF-ARW
Australia
3.
dBZ
4.
TRMM
Curah Hujan
32
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
80
Bima
60
Labuan Bajo
40
Waingapu
20
Maumere
0
22
23
24
25
Tanggal
26
27
28
Kupang
Sabu
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Curah Hujan selama periode Siklon Tropis Rusty
Jumlah curah hujan tertinggi yang terjadi pada saat periode siklon terbentuk yaitu
pada tanggal 25 Februari 2013 terdapat di Waingapu, Maumere, Kupang dan
34
Labuan Bajo. Sedangkan wilayah Sabu, jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada
saat setelah periode siklon (siklon mulai punah).
Hal ini menunjukan bahwa dampak siklon tropis Rusty terhadap curah hujan di
berbagai wilayah khususnya di sekitar Bali dan Nusa Tenggara, terjadi pada
waktu yang berbeda beda, tidak selamanya pada saat periode siklon tersebut
terbentuk.
35
250
200
150
100
NORMAL
SIKLON
TROPIS RUSTY
50
0
Gambar 4.2 Grafik Sifat Curah Hujan selama periode Siklon Tropis Rusty
Hal ini menunjukkan bahwa siklon tropis Rusty mempunyai dampak yang
cukup signifikan terhadap terjadinya curah hujan di beberapa wilayah di Bali dan
Nusa Tenggara, disamping pada saat bersamaan wilayah-wilayah tersebut sedang
pada saat periode musim penghujan.
36
yang berada pada 320 mil (590 km) selatan barat daya Sabu dengan tekanan udara
sebesar 996 mb.
Tropical low ini terus bergerak sampai pada tanggal 24 Februari 2013
pukul 00.00 UTC dengan kecepatan gerak 4 knots (8 km/jam), kecepatan angin
maksimum 25 knots (45 km/jam) dan tekanan udara 990 hPa, menuju sebelah
barat Cape Lavegue. Baru kemudian tumbuh menjadi siklon tropis Rusty kategori
1 pada tanggal 24 Februari 2013 pukul 12.00 UTC dengan tekanan udara di pusat
siklon sebesar 985 hPa dan kecepatan angin maksimum 45 knots (85 km/jam).
Siklon tropis Rusty meningkat menjadi kategori 2 di hari yang sama pada pukul
12.00 UTC.
Terlihat pada gambar 4.2, siklon tropis Rusty ini mencapai kategori 4 atau
severe tropical cyclone pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 00.00 UTC dengan
posisi di perairan sebelah barat Australia dekat kota Port Hedland, Australia
dengan tekanan di pusat siklon sebesar 945 hPa dan kecepatan angin maksimum
37
sebesar 90 knots (165 km/jam). Dan akhirnya punah saat memasuki daratan pada
tanggal 28 Februari 2013 pukul 12.00 UTC di sebelah barat kota Newman yaitu
sekitar 24.5LS dan 119 BT dengan tekanan sebesar 991 hPa dan kecepatan
angin 15.4 knots.
38
Gambar 4.4 Pola Mean Sea Level Pressure pada periode Siklon Tropis Rusty
Tanggal 22 dan 25 februari 2013 (atas) dan 26 dan 28 Februari 2013 (bawah)
(www.bom.gov.au)
39
40
Gambar 4.5 Kelembaban Udara Lapisan 850 hPa (a), 700 hPa (b)
dan 500 hPa(c) Tanggal 22 Februari 2013
Hal ini menunjukan peluang terbentuk awan konvektif besar yang dapat
mengakibatkan curah hujan yang cukup tinggi di wilayah tersebut dan hal ini
justru terjadi pada periode sebelum terjadi siklon tropis Rusty. Hal ini berarti
bahwa sebelum terjadi atau pada saat menjelang terbentuknya siklon tropis Rusty,
telah terjadi cuaca buruk di wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
41
Gambar 4.6 Kelembaban Udara Lapisan 850 hPa (a), 700 hPa (b)
dan 500 hPa(c) Tanggal 26 Februari 2013
Hal ini menunjukan bahwa kondisi saat terbentuk siklon tropis Rusty
mempunyai dampak yang tidak cukup signifikan terhadap kondisi kelembaban
udara di wilayah Bali dan Nusa Tenggara di bandingkan periode menjelang
terbentuknya.
4.3.2.2 Setelah Periode Siklon
Gambar 4.7 Kelembaban Udara Lapisan 850 hPa (a), 700 hPa (b)
dan 500 hPa(c) Tanggal 28 Februari 2013
42
Kondisi kelembaban udara setelah terjadi siklon tropis atau saat punahnya,
terlihat pada gambar 4.7 di atas, di wilayah Bali dan Nusa Tenggara pada lapisan
850 mb dan 500 mb cukup tinggi yaitu sekitar 70 90% sedangkan pada lapisan
700 mb terlihat cukup rendah yaitu sekitar 45 55%. Hal ini menunjukan bahwa
kelembaban udara pada lapisan atas tidak sepenuhnya mendukung pertumbuhan
awan konvektif yang akan memberi peluang terjadinya cuaca buruk. Atau dengan
kata lain setelah punahnya siklon tropis Rusty tidak ada keadaan cuaca buruk atau
yang signifikan terjadi di sekitar wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
43
Gambar 4.8 Lintasan Siklon Tropis Rusty Database Track TCWC Perth,
Australia dan Simulasi output data GFS setiap 12 jam
Terlihat bahwa hasil simulasi prediksi jalur siklon tropis Rusty seperti
pada gambar 4.9 pada umumnya mempunyai pola yang hampir sama dengan data
jalur siklon dari TCWC Perth, namun terdapat beberapa perbedaan pada posisi
lintang dan bujurnya. Terlihat pada 00.00 UTC tanggal 24 Februari hasil simulasi
terletak lebih sedikit ke arah barat dari lokasi sebenarnya, demikian juga posisi
siklonpada tanggal 27 Februari 12.00 UTC yang mana sebagai posisi pendaratan,
hasil simulasi bergerak sedikit menyimpang yaitu agak lebih jauh dan dalam ke
arah barat daya daratan Australia di banding jalur sebenarnya yang langsung
mendarat di tepi barat daratan Australia tepatnya di kota Port Hedlan. Adapun
perbedaan jarak kedua titik tersebut sekitar 310.8 km.
44
(a)
(b)
Gambar 4.9 Pola garis angin (streamline) data BoM Australia (a) dan Vektor
dan Kecepatan angin output model WRF-ARW (b) Tanggal 22 Februari 2013
pukul 12.00 UTC
Pada tanggal 22 Februari pukul 12.00 UTC terlihat pada Gambar 4.10 (a)
terdapat beberapa daerah tekanan rendah antara lain di sebelah barat daya Laut
Jawa dan Samudera Hinda, terdapat jet stream dan palung di sepanjang Samudera
Hindia sampai sebelah tenggara
Dengan adanya daerah tekanan rendah tersebut maka terjadi konvergensi yaitu
dimana massa udara bergerak, mengumpul dan terdapat penurunan kecepatan
45
angin di daerah tersebut yang menyebabkan daerah yang dilalui maupun berada di
sekitarnya terdapat pembentukan awan tebal dan memungkinkan terjadi cuaca
buruk.
Demikian pula dengan hasil keluaran WRF, Gambar 4.10 (b)
menggunakan data GFS menunjukan hasil simulasi prediksi pola garis angin
(streamline) yang sama dengan analisis angin gradien dari BoM Australia.
Terlihat angin bergerak dari barat ke timur melewati wilayah Bali dan Nusa
Tenggara kemudian berbelok di sebelah utara Australia membentuk konvergensi
dan mengumpul di Samudera Hindia dan sebelah barat laut Australia dimana
terdapat daerah tekanan rendah. Juga kecepatan angin maksimum di prakirakan
35-45 knot di sekitar daerah tekanan rendah tersebut sedangkan di pusat tekanan
rendahnya sendiri sebesar 0-5 knot (calm) dan hal ini sesuai dengan data observasi
yang sebenarnya.
46
Gambar 4.10 Pola garis angin (streamline) data BoM Australia (a) dan
Vektor dan kecepatan angin output model WRF-ARW (b) Tanggal 26 Februari
2013 pukul 12.00 UTC dan Tanggal 27 Februari pukul 00.00 UTC
Sedangkan jika dilihat dari hasil prediksi simulasi data GFS, gambar
4.11(b) terlihat bahwa hasil model WRF-ARW ini dapat memprediksi dan
menggambarkan kondisi yang hampir persis sama dan mendekati keadaan
sebenarnya, baik itu posisi siklon tropis maupun besarnya kecepatan angin pada
saat itu.
47
Gambar 4.11 Pola garis angin (streamline) data BoM Australia (a) danVektor
dan kecepatan angin output model WRF-ARW (b) Tanggal 28 Februari 2013
pukul 00.00 UTC
Pada gambar 4.12 (a) terlihat pada kondisi menjelang punahnya siklon
tropis Rusty tekanan udara perlahan meningkat dan kecepatan angin semakin
menurun atau pergerakannya semakin melambat saat memasuki daratan sebelah
barat Australia, namun masih dalam kategori tropical low sehingga masih terdapat
banyak daerah tekanan rendah disekitarnya.
Demikian pula dengan output keluaran WRF memprediksi kondisi yang
sama pada saat itu yaitu terlihat siklon tropis Rusty mulai memasuki daratan di
sebelah barat Australia dan dengan kecepatan angin yang semakin menurun.
48
4.4.3 Perbandingan Kondisi Cakupan Awan Hasil Keluaran model WRFARW dengan Citra Satelit MTSAT 2 IR-1
WRF-ARW
MTSAT 2 IR-1
Gambar 4.12 Cakupan awan Citra Satelit MTSAT 2 IR-1 Kochi University
(atas) dan dBZ Output model WRF-ARW (bawah)
Dari data citra satelit infra merah
kumpulan awan tebal di beberapa wilayah yaitu di sekitar wilayah Bali, Nusa
Tenggara, Laut Timor, perairan Samudera Hindia sebelah barat Australia pada
12.00 UTC tanggal 23 Februari yaitu periode sebelum siklon tropis Rusty
terbentuk dan hal ini menunjukan aktivitas konvektif yang kuat di wilayah
tersebut. Sedangkan dari hasil keluaran WRF-ARW, kumpulan awan hanya
49
terlihat di sebagian kecil perairan Samudera Hindia dengan cakupan yang tidak
luas selain itu terlihat nilai T sekitar 30-40 dBZ yang mengindikasikan peluang
adanya badai konvektif (convective storms), mengacu pada tulisan Michael Dixon
dan Gerry Wiener,1993.
Kemudian pada tanggal 26 Februari 12.00 UTC saat terbentuk siklon
tropis Rusty terlihat awan konvektif yang membentuk pusaran yang jelas di
perairan Samudera Hindia sebelah barat laut Australia sedangkan di wilayah Bali
dan Nusa Tenggara kumpulan awan tidak setebal hari sebelumnya dan lebih
terkonsentrasi di pusat siklon tersebut. Artinya bahwa pada saat puncak
terbentuknya siklon tropis Rusty kemungkinan terjadi cuaca buruk di wilayah Bali
dan Nusa Tenggara sangat kecil karena kurangnya cakupan awan di wilayah
tersebut. Dibandingkan dengan output data GFS dapat dilihat memiliki pola awan
yang membentuk pusaran yang sama walaupun cakupan awannya tidak seluas
pada citra satelit dan menunjukan nilai 40-50 dBZ yang mengindikasikan adanya
konvektif sel tunggal (individual convective cells).
Selanjutnya di saat sistem ini mulai melemah dan punah pada 12.00 UTC
28 Februari terlihat pusaran mulai bergerak memasuki daratan di sebelah barat
Australia, terdapat konsentrasi awan konvektif yang cukup banyak di sebagian
besar wilayah Australia dan juga membentuk jalur di sepanjang wilayah Jawa,
Bali dan Nusa Tenggara. Namun kemudian kumpulan awan tersebut mulai
tersebar dan meninggalkan berkas berkas dan hanya terdapat beberapa
kumpulan awan konvektif yang tidak menebal dan dalam jumlah yang sedikit di
50
beberapa titik saja seperti di wilayah Bali dan sebagian kecil wilayah Australia.
Walaupun secara umum wilayah Bali dan Nusa Tenggara masih tertutup awan
meskipun dengan volume yang lebih kecil di bandingkan beberapa hari
sebelumnya.
Sedangkan nilai T
51
Sedangkan
jumlah curah hujan yang lebih sedikit yaitu sekitar 100-120 mm dan wilayah
cakupannya pun tidak seluas output WRF yaitu hanya sebagian kecil di perairan
Samudera Hindia, barat laut Australia, Laut Flores dan juga di wilayah Bali dan
Nusa Tenggara Timur dalam hal ini daerah Labuan Bajo. Hal ini dapat di
simpulkan bahwa output data GFS memberikan hasil yang over estimated
terhadap kondisi sebenarnya.
52
53
Sedangkan dari data observasi TRMM pada gambar 4.15 (b) menunjukan
bahwa pada saat puncak terbentuk siklon tropis Rusty, curah hujan juga terjadi di
wilayah yang sama dengan hasil keluaran data GFS yaitu sebagian besar terjadi di
Samudera dan Perairan sedangkan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara maupun
Australia hampir tidak terjadi hujan. Akan tetapi di lihat dari jumlah curah hujan,
data TRMM mempunyai perbedaan nilai yang cukup jauh dari hasil prediksi
model WRF-ARF yaitu curah hujan tertinggi hanya sekitar 100-120 mm dan
dengan cakupan yang hanya di sekitar pusat siklon, tidak seperti keluaran WRFARW yang cakupan wilayahnya sangat luas.
54
Hal ini menunjukan bahwa hasil prediksi data GFS keluaran model WRFARW menghasilkan prediksi yang melampaui keadaan sebenarnya atau di sebut
over estimated.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat di peroleh dari hasil dan pembahasan di atas
antara lain sebagai berikut :
1.
Kondisi curah hujan: hasil pengolahan data curah hujan pengamatan dari 7 (
tujuh) stasiun pengamatan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara menunjukan
bahwa curah hujan yang terjadi selama periode sebelum, sesaat dan setelah
siklon Tropis Rusty, sebagian besar berada di atas normal (Denpasar, Bima,
Labuan Bajo, Waingapu, Maumere dan Kupang) dan hanya daerah Sabu yang
berada di posisi normal, sehingga dapat di simpulkan bahwa curah hujan yang
terjadi di beberapa tempat di wilayah Bali dan Nusa Tenggara tersebut bukan
saja karna musim hujan tapi juga dampak tidak langsung dari siklon tropis
Rusty.
2.
Karakteristik Siklon Tropis Rusty: mempunyai beberapa ciri khas yang cukup
unik antara lain mempunyai lintasan yang tidak terlalu panjang dan masa
hidup yang tidak lama yaitu hanya sekitar kurang lebih 6 hari (22 Februari
2013 sampai 28 Februari 2013) dengan masa puncak 2 hari.
3.
Dampak siklon tropis Rusty: terhadap kondisi tekanan udara dan kelembaban
udara cukup signifikan yaitu terdapat banyak daerah tekanan rendah terutama
56
periode sebelum dan sesaat terjadi siklon tropis Rusty. Saat kejadian siklon
tropis, kelembaban udara pada lapisan 850, 700 dan 500 mb mempunyai nilai
yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabakan berkumpulnya massa udara
basah di beberapa area dan terjadinya konvergensi yang memungkinkan
terbentuknya awan awan konvektif yang dapat menyebabkan cuaca buruk
dan turunnya hujan yang dapat berdampak lebih lanjut mengakibatkan banjir
dan angin kencang yang merusak di sebagian besar wilayah Bali dan Nusa
Tenggara.
4.
57
4.2 Saran
Adapun terdapat beberapa saran yang ingin penulis sampaikan antara lain :
1.
Untuk pengolahan data GFS menggunakan model WRF- ARW dapat di coba
dengan menggunakan berbagai parameterisasi sehingga dapat di ketahui
parameter apa yang paling cocok untuk digunakan dalam menganilisis dan
memprediksi kejadian siklon tropis sehingga bisa di peroleh output yang lebih
akurat
2.
3.
58
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, E dan Zakir Achmad. 2008. Meteorologi Laut Indonesia. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan BMKG, Jakarta.
Khotimah Mia Khusnul. 2012. Pengaruh Siklon Tropis Carlos Terhadap Kondisi
Curah Hujan di Wilayah Nusa Tenggara Timur dan Sekitarnya. Buletin
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara, Geofisika dan Lingkungan.
Megasains Vol.3 No.1/April 2012. BMKG, Jakarta.
Metrotvnews.com. Puting Beliung Terjang 218 Rumah di NTT[online].
(http://www.metrotvnews.com/metronews/read.htm, diakses tanggal
07 Oktober 2013)
Michael, D dan Gerry Wiener. 1993. TITAN: Thunderstorm Identification,
Tracking, Analysis, and Nowcasting-A Radar-based Methodology. Journal
of Atmospheric and Oceanic Technology. Volume 10 no.6. Research
Applications Program, National Center for Atmospheric Research
Boulder, Colorado
OS. Ummul Choir. Nn. 2012. Siklon Tropis di Selatan Indonesia dan Dampaknya
terhadap Curah Hujan di Beberapa Wilayah Indonesia. Prosiding Scientific
Jurnal Club Edisi ke 7 . Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG,
Jakarta.
Peraturan Kepala BMKG Tentang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan
Peringatan Dini, Pelaporan dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim
No.Kep 009/2010 Pasal 1 (1-4).
Prasetya Yosef L. D. 2013. Analisis Siklon Tropis Molave dan Conson terhadapa
Kondisi Cuaca di Kalimantan Barat (Bulan Juli 2009 &2010). Buletin
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat. Vol.3 No.8
Agustus 2013. BBMKG II, Jakarta.
Pusat Data dan Informasi BNPB. Siklon Rusty Sebabkan 8 Kabupaten di NTT
Banjir dan Angin Kencang. [online], (www.bnpb.go.id , diakses tanggal 10
Oktober 2013)
59
Radjab, Fachri A. 2003. Analisis Curah Hujan di Nusa Tenggara Timur Selama
Periode Siklon Tropis Vance, 18-22 Maret 1999. Jurnal Meteorologi
dan Geofisika, Vol. 4 No.1 Januari Maret 2003. BMKG, Jakarta.
Sandy, I.M. 1996. Republik Indonesia, Geografi Regional. Jurusan Geografi
FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Penerbit FIKTM - Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Tjasyono, Bayong dan Harijono, Sriworo B. 2004. Meteorologi Laut Indonesia.
Penerbit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika , Jakarta.
Tempo.co, 2013. Satu Tewas di Bima Akibat Puting Beliung [online],
(http://www.tempo.co/read/news.htm, diakses tanggal 7 Oktober 2013)
60