You are on page 1of 20

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (Lepidoptera)

DI RANU REGULO TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU


(Study Of Biodiversity Butterfly Species (Lepidoptera) in Ranu Regulo Bromo Tengger
Semeru National Park)
Ririn Dwi Anggraeni
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Malang

Sarwiyono dan Niniek Dyah Kusumawardani


Dosen Institut Pertanian Malang

ABSTRAK
Penelitian mengenai keanekaragaman jenis kupu-kupu dilakukan di kawasan
Ranu Regulo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, pada bulan Juni 2014. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu di Ranu
Regulo. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara
acak dengan teknik sweeping mengikuti garis transek yang diterapkan secara random.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman kupu-kupu cukup tinggi, namun
penyebarannya tidak merata. Kupu-kupu yang ditemukan ada 10 jenis kupu-kupu dari 4
(empat) famili yaitu Nymphalidae, Papilionidae, Lycanidae dan Pieridae dengan jumlah
keseluruhan spesies 110. Kupu-kupu yang mendominasi adalah Parantica albata albata
dengan jumlah spesies 37.
Kata kunci : Keanekaragaman, Kupu-kupu, Ranu Regulo TNBTS

ABSTRACT
Study on the butterflies diversity conducted in Ranu Regulo, Bromo Tengger
Semeru National Park in June 2014. This study was aimed to obtain information
biodiversity butterfly in Ranu Regulo, Bromo Tengger Semeru National Park. In this
study, researcher conducted a survey to collect data using random sampling with
sweeping technique. The result showed that diversity of butterflies was high with total of
10 butterfly species of 4 families are Nymphalidae, Papilionidae, Lycanidae and Pieridae
with total species 110 found from the area. The dominant family was Parantica albata
albata with total species 37.
Keyword: Biodiversity, Butterfly, Ranu Regulo TNBTS

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara
yang
memiliki
keanekaragaman
hayati
yang
melimpah (megabiodiversity). Menurut
Hasan
dan
Ariyanti
(2004),
keanekaragaman hayati adalah istilah
yang digunakan untuk menerangkan
keragaman ekosistem dan berbagai
bentuk serta variabilitas hewan,
tanaman, serta jasad renik di dunia,
oleh karena itu untuk mengetahui ciriciri fisik seperti bentuk tubuh, warna,
kebiasaan hidup dan ukuran tubuh
perlu dilakukan identifikasi melalui
pengamatan. Indonesia dengan luas
wilayah 1,3 % dari seluruh permukaan
bumi, memiliki 10 % flora berbunga, 12
% mamalia, 17 % jenis burung, 25 %
jenis ikan dan 15 % adalah serangga
(Endarwati, 2005). Menurut hasil
penelitian tersebut selain burung,
serangga juga mempunyai peranan
yang
sangat
penting
bagi
kelangsungan ekosistem lingkungan.
Kupu-kupu merupakan serangga
terbang,
yang
mengalami
metamorfosa sempurna karena dimulai
dari telur, larva, pupa dan dewasa.
Daur
hidup
kupu-kupu
hanya
memerlukan makan pada fase larva
(ulat) dan dewasa. Makanan larva
berupa bagian-bagian dari tumbuhan
termasuk buah, biji dan daun. Mulut
larva kupu-kupu memiliki bentuk
sedemikian rupa, sehingga dapat
dipakai
untuk
menggigit
dan
mengunyah. Perubahan morfologi
tersebut diiringi pula dalam perubahan
fisiologi pencernaan makanan kupukupu (Patton, 1963). Kupu-kupu (fase
dewasa) hidup dengan memakan
nektar bunga dengan menggunakan
mulut
yang
berbentuk
selang
penghisap yang disebut probosis.
Ranu Regulo terletak di dalam
kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru (TNBTS). Ranu
Regulo tersebut merupakan danau
kedua yang bisa ditemui dan berjarak

sekitar 5 menit dengan berjalan kaki


dari Ranu Pane. Ranu ini terletak di
ketinggian 2.200 mdpl dengan luas
sekitar 100 ha. Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru mempunyai tugas
pokok
dan
fungsi
melakukan
penyelenggaraan
konservasi
sumberdaya
alam
hayati
dan
ekosistem. Pelestarian sumberdaya
alam merupakan fungsi perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis
flora dan fauna serta pemanfaatan
secara
lestari
ekosistem
hutan
tersebut, di antaranya juga sebagai
pengatur tata air, hidrologi, flora dan
fauna serta penunjang budidaya.
Salah satu keanekaragaman fauna
yang dimiliki TNBTS adalah kupukupu.
Ranu Regulo mempunyai jenis
kupu-kupu yang sangat beragam, baik
dari bentuk sayap maupun kombinasi
warnanya menyebabkan kupu-kupu
menjadi salah satu kelompok satwa
yang
indah
sehingga
menarik
perhatian masyarakat. Pada tahun
2005
pihak
TNBTS
melakukan
penelitian tentang kupu-kupu dan
ngengat diberbagai resort di wilayah
TNBTS dan jenis kupu-kupu yang
didapatkan di wilayah Resort Ranu
Pane 3 (tiga) ekor dari famili
Nymphalidae dan sampai sekarang
belum diketahui pasti jenis dan jumlah
kupu-kupu yang hidup di habitat
kawasan Ranu Regulo.
Padahal,
kupu-kupu merupakan salah satu
serangga yang berperan penting
dalam proses penyerbukan sejumlah
flora yang berada di kawasan Ranu
Regulo tersebut. Selain itu, kupu-kupu
juga sebagai bioindikator terhadap
perubahan kualitas lingkungan. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
Studi Keanekaragaman Jenis KupuKupu di Ranu Regulo Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.

Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahui keanekaragaman jenis
kupu-kupu yang ada di kawasan Ranu
Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian terletak di Ranu
Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru pada bulan juni 2014.
Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah jaring serangga
(sweepnet), toples, tally sheet, GPS,
thermometer, higrometer, binokular,
kamera video, alat tulis menulis, buku
identifikasi kupu-kupu dan peta lokasi.
Sedangkan objek yang diamati ialah
kupu-kupu yang beraktivitas pada pagi
dan siang hari.
Metode
yang
digunakan
adalah
metode
survei
dengan
pengambilan sampel secara acak
dengan teknik sweeping mengikuti
garis transek yang diterapkan secara
random. Ranu Regulo memiliki luas
100
ha
sehingga
peneliti
menggunakan
10 garis transek
pengamatan
untuk
melakukan
penelitian dengan panjang transek 1
km (Alikodra, 1990).
Pengumpulan data di lapang
dilakukan dengan beberapa cara dan
beberapa tempat antara lain sumber
data. Data yang dikumpulkan terdiri
dari data primer dan data sekunder.
Teknik pengambilan data yaitu Survei
awal untuk mengetahui kondisi umum
wilayah Ranu Regulo, pengamatan
kupu-kupu dilakukan dengan teknik
sweeping mengikuti garis transek
secara random, pengambilan sampel
dilaksanakan dari jam 07.00 13.00,
menghitung jumlah masing-masing
jenis dan pengelolaan data serta
pembuatan
laporan.
Mengamati
kondisi umum lokasi (kelembaban,
suhu, dan ketinggian tempat) dan
menghitung dan mendata jenis kupukupu yang ada di kawasan Ranu
Regulo

Analisis data kupu-kupu meliputi


kelimpahan spesies (n), kekayaan
spesies (s), keanekaragaman spesies
(Ds) dan indeks kemerataan spesies
(E). Kelimpahan spesies merupakan
jumlah individu setiap spesies yang
ditemukan
pada
setiap
titik
pengambilan
sampel.
Kekayaan
spesies didasarkan pada jumlah
spesies yang hadir pada setiap tipe
habitat (Michaels and Borneminza,
1999).
Penentuan
tingkat
keanekaragaman
spesies
menggunakan
indeks
keanekaragaman
(Ds)
menurut
Simpson (Santosa, 1995), dengan
rumus sebagai berikut :
a. Indeks keanekaragaman spesies:
Rumus indeks keanekaragaman jenis
Simpson (Ds):

ni ni 1
N N 1

Ds 1

Keterangan :
= indeks dominasi
ni = jumlah individu ke-i
N = jumlah total individu
Kriteria keanekaragaman jenis :
Mendekati 0 berarti keanekaragaman
rendah
Mendekati 1 berarti keanekaragaman
tinggi
Untuk
menentukan
tingkat
kemerataan spesies digunakan indeks
kemerataan Shannon (E) menurut
Magurran, 2004 adalah
sebagai
berikut :
b. Indeks kemerataan spesies (E):

E = ln ()
H= indeks keanekaragaman
S = jumlah Spesies
Kriteria kemerataan spesies :
Mendekati 0 berarti penyebaran tidak
merata
Mendekati 1 berarti penyebaran
merata

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan umum lokasi
Kawasan
Taman
Nasional
Bromo Tengger Semeru berada pada
ketinggian 750 3.676 mdpl, keadaan
topografi sangat bervariasi seperti
bergelombang,
berbukit
dan
bergunung dengan lereng yang terjal.
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru adalah taman nasional di
Jawa Timur, yang terletak di wilayah
administratif Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten
Malang,
Kabupaten
Lumajang dan Kabupaten Probolinggo
dengan letak geografis 751 - 811
LS, 11247 - 11310 BT. Taman
dengan bentangan barat-timur sekitar
20-30 km dan utara-selatan sekitar 40
km. Taman nasional ini ditetapkan
pada tahun 1982 dengan luas wilayah
sekitar 50.276,3 ha.
Pada kawasan Ranu Regulo
terdapat juga jenis gunung yang
dijadikan sebagai tempat observasi
yaitu Gunung Gending dan Gunung
Pusung Bingung dengan ketinggian
lebih dari 2.300 mpdl. Gunung
Gending dan Pusung Bingung yang
berada di sekitar Ranu Pane dan Ranu
Regulo ini biasa dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk mencari kayu
bakar.
Suhu
udara
pada
saat
pengamatan di kawasan Ranu Regulo
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru antara 80 C sampai 140C.
Suhu udara terendah terjadi pada pagi
hari sekitar pukul 06.00 WIB dengan
suhu 60 C sedangkan suhu udara

tertinggi terjadi pada siang hari pukul


12.00 WIB dengan suhu 17 0 C dan rata
rata kelembaban udara di sekitar
Ranu Regulo antara 83-90%. Nilai
kelembaban terendah terjadi pada
siang hari sekitar pukul 12.00 WIB
dengan kelembaban 70% sedangkan
nilai kelembaban tertinggi terjadi pada
pagi hari pukul 06.00 WIB yaitu 97%
Namun, menurut dari pengamatan
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru di beberapa tempat di Ranu
Regulo sering suhu di bawah 0 0 C.
Berdasarkan perbedaan tinggi
tempat dan perbedaan suhu, formasi
hutan di Ranu Regulo tergolong dalam
zona montane ( 1.500 2.400 mdpl).
Pada zona ini sebagian besar
merupakan hutan sekunder yang
keanekaragaman jenis sudah mulai
berkurang, dominasi jenis yang
terdapat
pada
zona
montane
merupakan tumbuhan pioner yang
tidak dapat hidup di bawah tajuk yang
tertutup. Secara umum di zona ini
terdapat beberapa jenis pohon yang
sering dijumpai antara lain : Cemara
gunung (Casuarina junghunianna),
mentigi (Vaccinium varingiaefolium),
kemlandingan
gunung
(Albizia
lophanta),
serta tumbuhan bawah
seperti edelweis (Anaphalis longifolia),
senduro (Anaphalis viscida), alangalang (Imperata cylindrica), pakupakuan (Pteris sp.), rumput merakan
(Thremeda sp.), Melelo (Styphelia
javanica endemik Jawa Timur) dan
jenis cemara (C. junghunianna).

Gambar 1. Lokasi depan resort Ranu Regulo


Jenis dan jumlah kupu-kupu
Kupu-kupu
(Lepidoptera)
merupakan serangga terbang, yang
mengalami metamorfosa sempurna
karena dimulai dari telur-larva-pupadewasa.
Kupu-kupu
hanya
memerlukan makan pada fase larva
dan dewasa ada daur hidup. Pada
fase larva kupu-kupu dikenal juga
sebagai ulat. Makanan ulat berupa
bagian-bagian dari tumbuh-tumbuhan,
termasuk buah dan biji. Oleh karena
itu mulut ulat memiliki bentuk
sedemikian rupa sehingga dapat
dipakai
untuk
menggigit
dan
mengunyah.
Kupu-kupu dapat hidup apabila
makan
nektar
bunga
dengan
menggunakan mulut yang berbentuk
selang yang disebut probossis. Kupukupu
dikelompokkan menjadi 6
(enam) famili yaitu Papilionidae,
Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae,
Hesperiidae dan Riodinidae. Pada tiap
kelompok spesies memiliki motif dan

pola warna yang berbeda antara satu


dengan yang lain .
Hasil
pengamatan
dan
identifikasi yang dilakukan di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru
ditemukan 4 (empat) famili dengan
jumlah 110 spesies. Adapun jenis
kupu-kupu tersebut yaitu Papilionidae,
Pieridae,
Nymphalidae
dan
Lycaenidae. Kupu-kupu yang termasuk
dalam famili Nymphalidae ada 4
(empat) jenis yaitu Acraea issoriaves
toldes, Acraea hyperbius javanica,
Parantica albata albata dan Vaneca
cardui cardui. Famili Papilionidae ada
1 (satu) spesies yaitu Papilio paris
gedeensis, famili Pieridae ada 3 (tiga)
jenis yaitu Delias hyparate, Eurema
sangipura dan Eurema blanda blanda
serta 2 (dua) jenis dari famili
Lycanidae yaitu Udara akasa dan
Udara sp. Hasil keseluruhan jenis
kupu-kupu yang diperoleh di Ranu
Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru seperti yang tertera
pada Tabel 1.

Tabel 1. Data jenis kupu-kupu yang diperoleh di kawasan Ranu Regulo, TNBTS
No
I

Famili

Nama jenis

Jumlah (ekor)

Nymphalidae
1
2
3
4

II

A. issoriaves toldes
A. hyperbius javanica
Parantica albata albata
Vaneca cardui cardui

3
9
37
12

P. paris gedeensis

Delias hyparatee
E. sangipura
E. blanda blanda

1
16
7

Udara akasa
Udara sp

13
7

Papilionidae
1

III

Pieridae
1
2
3

IV

Lycanidae
1
2

Sumber : Data terolah 2014


Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui jenis kupu-kupu yang sering
dijumpai adalah Parantica albata
albata dengan jumlah 37 spesies,
karena jenis kupu-kupu Parantica
albata albata yang termasuk dalam
famili Nymphalidae adalah jenis kupukupu yang endemik di kawasan Ranu
Regulo TNBTS sedangkan kupu-kupu
yang jarang ditemui adalah Delias
hyparate yaitu sebanyak 1 spesies
yang termasuk dalam famili Pieridae
karena kupu-kupu jenis ini sangat
menyukai tumbuhan yang berbunga
dan tumbuhan yang menjadi pakan
ulat
(musim
pohon
berbunga)
sehingga kupu-kupu yang termasuk
dalam famili Pieridae ini jarang
ditemui. Selain itu, Delias hyparate
sangat menyukai Ruang Terbuka Hijau
(RTH) atau perkotaan dan di hutan
dataran rendah.
Deskripsi famili kupu-kupu
Berdasarkan identifikasi yang
telah dilakukan di kawasan Ranu
Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru ditemukan sebanyak
110 jenis (spesies) dari 4 suku (famili)
kupu-kupu yang terdiri dari suku
Nymphalidae, Papilionidae, Pieridae
dan Lycaenidae.

Secara umum jumlah spesies


kupu-kupu yang terdapat di kawasan
Ranu Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru memiliki beberapa
tipe habitat yang didukung oleh
tanaman di dalam kawasan. Kupukupu dipengaruhi oleh keberadaan
tumbuhan inang yang menjadi pakan
bagi ulat dan kupu-kupu. Kondisi hutan
yang ada memiliki berbagai macam
tumbuhan yang relatif baik dan
menjadi
faktor
penting
yang
menyebabkan tinggi atau rendah
jumlah spesies kupu-kupu tersebut.
Pengelolaan habitat kupu-kupu
yang mencakup penjagaan kelestarian
habitat, perbaikan habitat seperti
penambahan
penanaman
jenis
tanaman inang tanaman penghasil
nektar dan pelarangan penebangan
jenis vegetasi yang sudah ada.
Vegetasi-vegetasi tersebut diharapkan
menjadi bagian dari habitat pakan dan
berlindung berbagai jenis kupu-kupu
yang ada di kawasan Ranu Regulo
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.
Hasil identifikasi jenis kupu-kupu
yang ditemukan di kawasan Ranu
Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru diperoleh sebagai
berikut :

I. Famili Nymphalidae
Famili
Nymphalidae
menunjukkan variasi yang beragam
dalam ukuran, bentuk dan warna serta
sulit untuk memberikan karakter
khusus pada saat pertama kali kupukupu diketahui. Namun kupu-kupu ini
berwarna coklat, oranye, kuning dan
hitam.
Kupu-kupu
dewasa
Nymphalidae tidak menggunakan kaki
depan untuk berjalan dan pupa hanya
menempel pada bagian anal seperti
famili Danaidae dan Satyridae. Kupukupu jantan tidak memiliki bau khusus
dan
sangat
menyukai
cahaya
matahari. Pada kupu-kupu jantan,
biasanya pasangan tungkai depan
tertutup oleh kumpulan sisik yang
padat menyerupai sikat, sehingga
kupu-kupu ini juga dikenal sebagai
kupu-kupu bertungkai sikat.
Beberapa spesies Nymphalidae
memiliki perilaku yang beragam.
Beberapa kupu-kupu senang kotoran
dan buah yang telah busuk dan lebih
memilih bayangan tanaman. Banyak

dari jenis kupu-kupu Nymphalidae


merupakan kupu-kupu khas dari kebun
dan tempat terbuka serta mengunjungi
bunga. Kupu-kupu lain merupakan
kupu-kupu tanah terbuka, tepi hutan
dan puncak pohon. Semua spesies
Nymphalidae terbang dengan kuat dan
cepat.
Telur
dari
jenis
Famili
Nymphalidae berbentuk bola, larva
hidup bebas, berbentuk silindris dan
bagian
ujung
meruncing
dan
mempunyai cabang (scoli) selain itu
bentuknya juga bervariasi dan biasa
menunjukkan
tingkat
adaptasi
pertahanan yang tinggi. Beberapa ulat
kupu-kupu memiliki duri yang banyak
dan
biasanya
tanaman
inang
merupakan tanaman dikotil. Pupa
menggantung, menyerupai daun atau
sobek. Banyak jenis kupu-kupu
memiliki facet metalik atau titik. Jenis
kupu-kupu di Ranu Regulo yang
termasuk jenis Famili Nymphalidae
adalah :

Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Acraea
: A. issoriaves toldes

Gambar 2. Acraea issoriaves toldes


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

Acraea issoriaves toldes adalah


kupu-kupu bersayap kecil dan kasar
yang umum di padang rumput dan
semak. Kupu-kupu ini dapat dilihat
sepanjang tahun dan paling berlimpah
pada musim hujan. Namun, di Ranu
Regulo kupu-kupu ini ditemukan di
pinggir jalan menuju Ranu Regulo dan

hanya ditemukan sekitar 3 (tiga)


spesies. Kupu-kupu jenis Acrraea
issoriaves toldes yang termasuk dalam
famili Nymphalidae ini menyebar dari
Sumatra, Jawa, dan Bali. Selain itu,
kupu-kupu ini juga ditemukan di India
sebelah utara, China bagian selatan,
Indo-China sampai Taiwan.

Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Acraea
: A. hyperbius javanica

Gambar 3. Acraea hyperbius javanica


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

Acaea hyperbius javanica


merupakan kupu-kupu yang bersayap
kecil dan kasar. Kupu kupu ini satu
genus dengan Acrraea issoriaves
toldes yaitu genus Acraea. Habitat
kupu-kupu yang umum ditemukan dari
permukaan laut hinga 2.000 mpdl,
berada pada ruang terbuka dengan

banyak sinar matahari. Kupu-kupu ini


menyebar dari Sumatra, Jawa, Flores,
Sulawesi, dan Papua, juga sampai di
Ethiopia, India, hingga bagian selatan
Indo-China, Jepang bagian selatan,
Luzon, juga di Papua New Guinea dan
Australia sebelah timur.
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Parantica
: P. albata albata

Gambar 4. Parantica albata albata


Sumber : Doumentasi peneliti, 2014

Parantica albata albata adalah


kupu-kupu yang termasuk dalam
kelompok famili Nymphalidae dan
masuk dalam genus Parantica. Kupukupu ini mempunyai lebar sayap
antara 60-75 mm, warna dasar sayap
didominasi abu-abu kebiruan dengan
tanda hitam biasa dari spesies

Parantica.
Parantica albata albata
merupakan kupu-kupu yang endemik
di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, karena habitat kupu-kupu ini
sangat menyukai kawasan hutan
daripada daerah terbuka. Penyebaran
jenis kupu-kupu ini di Indonesia adalah
di Sumatra, Jawa dan Bali.

Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Nymphalidae
: Vanessa
: V. cardui cardui

Gambar 5. Vanessa cardui cardui


Sumber : Doumentasi peneliti, 2014

Vanessa cardui cardui adalah


jenis kupu-kupu yang termasuk dalam
famili Nymphalidae. Kupu-kupu ini
memiliki kebiasaan kembali berulang
kali ke tempat yang sama ketika
terganggu,
tetapi
tidak
mudah
ditangkap. Larva jenis kupu-kupu
Vanessa
cardui
cardui
adalah
berwarna
hitam
dengan
duri
kekuningan dan terdapat tanda-tanda
di sayap. Kupu-kupu ini menyebar di
Pulau Jawa serta di separuh benua
Australia.
II. Famili Papilionidae
Anggota Papilionidae memiliki
ukuran besar, beberapa berwarna
mencolok dengan satu atau dua warna
pada latar hitam. Sayap berwarna
hitam yang dihiasi oleh warna-warna
indah dan menarik serta tidak semua
spesies memiliki ekor. Beberapa
spesies yang memiliki ekor yang
merupakan perpanjangan dari sudut
sayap belakang atau swallowtail.
Famili ini tergolong kupu-kupu yang
mempunyai sayap kuat dan biasa
hidup di tempat rata dan di daerah
tropika.
Kupu-kupu jenis Papilionidae
memiliki 3 (tiga) pasang tungkai untuk
berjalan. Semua kupu-kupu dari
kelompok ini mengunjungi bunga untuk
menghisap nektar. Papilionidae tetap
mengepakkan sayap pada saat
menghisap nektar. Kupu-kupu jantan
terbang berpatroli untuk mencari kupukupu betina. Pola terbang kupu-kupu

bervariasi : (1) ada yang terbang


seperti burung yaitu spesies dari
marga Trogonoptera, Troides dan
Ornithoptera; (2) ada yang seperti
burung melayang dengan cepat yaitu
spesies Papilio dan (3) ada yang
menukik dan mengepakkan sayapnya
dengan cepat yaitu spesies dari marga
Graphium.
Ciri-ciri
utama
yang
membedakan Papilionidae dengan
famili-famili kupu-kupu yang lain
adalah
osmeterium.
Osmeterium
merupakan organ bercabang dan
berdaging yang boleh diterbalikkan
dan terdapat dalam segmen protoraks
beluncas dan venasi pada kepak
depan dewasa. Ciri umun ini adalah
tipikal dari famili Papilionidae serta
leher membrane antara kepala dan
toraks (sklerit serviks) tergabung di
bawah leher di otot-otot untuk
pergerakan kepala.
Telur berbentuk bulat atau
kubah, biasa ditemukan di bawah
permukaan daun inang larva. Larva
memiliki daging bercabang khusus
berbentuk seperti tanduk yang
tersembunyi di belakang kepala.
Tanduk ini akan muncul keluar dan
mengeluarkan bau yang tidak enak di
saat merasa terancam. Beberapa larva
muda berbentuk seperti kotoran
burung dengan struktur tubuh lembut.
Ukuran kepala larva kecil dengan
penebalan tubuh di segmen ketiga dan
keempat. Pupa selalu menempel di
bantalan ranting dengan posisi vertikal

terbalik dan terikat oleh sutra tipis.


Masa pembentukan pupa tergantung
pada jenis kupu-kupu dan berkisar
antara 10-15 hari. Kupu-kupu yang

termasuk dalam famili Papilionidae


adalah Papilio paris geneensis. Berikut
adalah gambar jenis kupu-kupu Papilio
paris gedeensis
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Palilionidae
: Papilio
: P. paris gedeensis

Gambar 6. Papilio paris gedeensis


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

Papilio
paris
gedeensis
merupakan jenis kupu-kupu yang
sering ditemui di lokasi sekitar Ranu
Regulo - Ranu Pane karena jenis
kupu-kupu ini lebih menyukai tempat
yang basah (berair) disamping itu jenis
Papilionidae memiliki tanaman inang
yang beragam, spesies ini memiliki
lebar sayap sekitar 100-110 mm serta
menyebar dari Sumatra, Jawa, dan
Bali, juga tersebar luas di Asia
Tenggara dan Australia.
III. Famili Pieridae
Kupu-kupu dari famili Pieridae ini
yang memiliki ukuran tubuh sedang
berwarna putih, kuning atau oranye
dengan warna menebal di bagian atas
sayap belakang dan pola urat
berwarna
hitam.
Tidak
ada
perpanjangan sayap yang menyerupai
ekor
dan
banyak
jenis
yang
menunjukkan variasi sesuai musim.
Beberapa jenis mempunyai kebiasaan

bermigrasi
dan
beberapa
jenis
menunjukkan banyak variasi. Kupukupu betina mempunyai warna yang
lebih gelap dan dapat dengan mudah
dibedakan dari kupu-kupu jantan.
Banyak
spesies
yang
menunjukkan variasi sesuai musim.
Semua kupu-kupu dari kelompok ini
mengunjungi bunga untuk menghisap
nektar. Kupu-kupu jantan berpatroli
mencari betina pada saat musim
kawin.
Telur mudah untuk dikenali
karena
berbentuk
ramping
dan
panjang. Larva bercorak hijau dengan
bercak longitudinal silindris dan
panjang, tanpa tanduk atau ekor
namun
berambut
jarang.
Pupa
berwarna hijau, menempel di bagian
anal dan terikat oleh benang sutra tipis
seperti pupa Papilionidae. Beberapa
jenis kupu-kupu yang termasuk jenis
Famili Pieridae adalah

Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Pieridae
: Eurema
: E. blanda blanda

Gambar 7. E. blanda blanda


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

E. blanda blanda merupakan


kupu-kupu yang masuk dalam famili
Pieridae (kuning dan putih). Euremau
blanda blanda adalah kupu-kupu kecil
dengan tanda marjinal hitam pada
sayap, betina bertelur sekitar 100 telur

dalam kelompok pada bagian bawah


daun baru. Selama instar lima larva,
kuning, ulat berburu berturut-turut
menggunduli pohon inang. Pupa atau
kepompong exuviae sering berlimbah
di pohon-pohon penuh.
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Pieridae
: Eurema
: E. sangipura

Gambar 8. Eurema sangipura


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

Eurema sangipura satu famili


dengan Eurema blanda blanda dengan
genus
Eurema.
Kupu-kupu
ini
berukuran 70-80 mm, sama dengan
Eurema blanda blanda kupu-kupu ini
sangat menyukai daerah perkotaan
maupun
di
dalam
hutan-hutan
cadangan. Kupu-kupu ini tersebar luas

di Indonesia dari Sumatra, Jawa, Bali,


Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan Papua, juga dari India,
China bagian selatan, Indo-China
sampai Taiwan, semenanjung Malaya,
Filipina, Papua New Guinea, dan
Kepulauan Solomon.
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

Gambar 9. Delias hyparate


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Pieridae
: Delias
: Delias hyparate

Delias hyparate adalah salah


satu jenis kupu-kupu dalam famili
Pieridae, kupu-kupu ini memiliki warna
yang cerah berfungsi sebagai pola
peringatan bagi hewan predator dan
menyukai bunga. Spesies ini umum
terjdi di seluruh Singapura dan terlihat
di daerah perkotaan maupun di dalam
hutan-hutan cadangan di Ranu
Regulo. Kupu-kupu ini dijumpai di
sekitar bunga edelweis.
IV. Famili Lycaenidae
Lycaenidae adalah keluarga
kupu-kupu, kelompok taksonomi ini
adalah famili terbesar kedua dari
kelompok kupu-kupu. Kelompok kupukupu ini terkenal karena kupu-kupu
yang berada pada famili ini memiliki
penampilan yang cantik dan berwarna.
Kupu-kupu yang masuk dalam famili
Lycaenidae berukuran kecil, berwarna
biru, ungu atau oranye dengan bercak
metalik, hitam atau putih. Sayap
belakang berbagai jenis mempunyai
lembaran seperti ekor, jumlah ekor
dapat satu, dua atau tiga tergantung
jenis kupu-kupu. Tungkai depan pada
kupu-kupu jantan tidak terlalu mengecil
tetapi dengan tarsi yang pendek.
Tungkai pada kupu-kupu betina normal
dan tidak mengecil. Habitat kupu-kupu
Lycaenidae adalah hutan semak
belukar. Hutan semak belukar yang
berkurang akan memiliki efek negatif

bagi keberadaan kupu-kupu dari


keluarga Lycaenidae. Salah satu
wilayah yang memiliki jumlah hutan
semak belukar yang cukup banyak
adalah Jepang.
Larva
Lycaenidae
telah
berevolusi dengan berbagai bentuk
dan pola yang baru. Pada bagian kaki
larva , terdapat lobus tambahan untuk
merangkak. Tubuh larva dari famili ini
berbentuk menyerupai siput, tubuh
larva juga dilengkapi dengan berbagai
kelenjar termasuk kelenjar honeydew
(nambur madu). Kelenjar kelenjar ini
berfungsi untuk pertahanan tubuh
terhadap semut. Larva dari keluarga ini
juga mengonsumsi buah-buahan dan
bunga
yang
berukuran
kecil.
Persaingan dengan semut dalam
memperebutkan sumber makanan
menyebabkan
dibutuhkan
suatu
mekanisme pertananan diri. Oleh
karena itu, larva dari kupu-kupu dari
famili Lycaenidae ini memiliki berbagai
kelenjar.
Ranu Regulo juga mempunyai
koleksi
kupu-kupu
dari
famili
Lycaenidae. Di Ranu Regulo terdapat
2 (dua) jenis kupu-kupu dari famili
Lycaenidae, kupu-kupu jenis Udara
akasa terdapat 13 spesies dan 7
spesies dari kupu-kupu jenis Udara sp.
Berikut adalah gambar kedua jenis
kupu-kupu dari famili Lycaenidae :
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

Gambar 10. Udara akasa


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Lycaenidae
: Udara
: Udara akasa

Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Ditrysia
: Insecta
: Lepidoptera
: Lycaenidae
: Udara
: Udara sp

Gambar 11. Udara sp


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

Jenis kupu dan vegetasi setiap


transek
Tanaman inang adalah berbagai
jenis tanaman yang dimanfaatkan
sebagai sumber pakan bagi larva
kupu-kupu. Tanaman pakan adalah
tumbuhan
berbunga
yang
dimanfaatkan nektar bunganya untuk
kupu-kupu dewasa. Habitat yang
sering dijadikan tempat singgah bagi
kupu-kupu yang ada di Ranu Regulo
adalah jalur Ranu Regulo Ranu
Pane di ketinggian 2.200 mdpl. Berikut
penjelasan mengenai jalur yang
dijadikan lokasi observasi :
A. Jalur Ranu Pane - Ranu Regulo
Ranu Pane dan Ranu Regulo
adalah dua dari empat jenis ranu di
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, Ranu ini berada di ketinggian
2.200 mdpl. Jalur Ranu Pane Ranu
Regulo ini merupakan jalur yang sering
dikunjungi oleh kupu-kupu karena
terdapat berbagai jenis tanaman yang
dijadikan tanaman pakan bagi kupukupu dewasa. Jenis kupu-kupu yang
sering mengunjungi jalur Ranu Pane Ranu Regulo adalah Acraea hyperbius
javanica, Vanesa cardui cardui, Papilio
Paris gedeensis, Eurema blanda
blanda, Udara sp Parantica albata
albata dan Acraea issoriaves toldes.
Sedangkan, jenis vegetasinya adalah
terompet, anggrek, triwulan (Ageratum
sp.), tembelekan (Lantana camara),
teh-tehan (Eupathorium sp.), paku-

pakuan
(Pteris
spp.),
danglu
(Engelhardtia spicata) dan putih dada
(Acer lauraceae).
B. Jalur persemaian
Persemaian adalah tempat atau
areal untuk kegiatan memproses benih
(bahan lain dari tanaman) menjadi
bibit/semai yang siap ditanam di
lapang. Kegiatan di persemaian
merupakan kegiatan awal di lapang
dari kegiatan penanaman hutan,
karena itu kegiatan persemaian sangat
penting dan merupakan kunci pertama
di dalam upaya mencapai keberhasilan
penanaman hutan. Lokasi persemaian
yang ada di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru
berada di dekat
Ranu Pane dan jenis tanaman
persemaian yang sering dikunjungi
oleh kupu-kupu adalah salamanting,
putih dada, pasang, pampung dan
danglu. Sedangkan jenis kupu-kupu
yang mengunjungi areal persemaian
adalah Acarea hyperbius javanica,
Vaneca cardui cardui, Udara akasa,
Udara sp dan Acraea issoriaves toldes.
C. Jalur Sekitar pondok peneliti
Pondok peneliti Resort Ranu
Pane berada tidak jauh dari Ranu
Regulo Pondok Peneliti ini biasa
digunakan oleh mahasiswa atau
masyarakat dan pihak instansi yang
melakukan penelitian di areal Ranu
Regulo sebagai tempat istirahat. Di
sekitar pondok peneliti terdapat
berbagai jenis tanaman yang sering
dikunjungi oleh kupu-kupu, jenis

tanaman tersebut seperti mentigi


(Vaccinium varingifolium), teh-tehan
(Eupathorium sp.), triwulan (Ageratum
sp.), paku-pakuan (Pteris spp.) dan
anggrek hutan. Sedangkan, jenis
kupu-kupu yang sering dijumpai di
sekitar
pondok
peneliti
adalah
Parantica albata albata, Papilio Paris
gedeensis, Acraea hyperbius javanica,
Eurema sangipura, Udara akasa dan
Udara sp.
D. Jalur Gunung Gending
Gunung Gending merupakan
salah satu gunung yang berada di
dekat Ranu Regulo. Gunung ini
mempunyai ketinggian 2.400 mpdl,
oleh masyarakat sekitar biasanya
Gunung
Gending
ini
biasanya
dimanfaatkan untuk mencari kayu
bakar atau sekedar berjalan-jalan
santai. Jenis kupu-kupu yang sering
dijumpai
adalah
udara
akasa,
Parantica albata albata, Acraea
hyperbius javanica dan Eurema blanda
blanda.
Sedangkan
untuk jenis
vegetasinya
adalah
edelweiss,
lavender, putih dada, paku-pakuan dan
cemara gunung
E. Jalur Gunung Pusung Bingung
Gunung Pusung Bingung adalah
salah satu gunung yang berada di
dekat Ranu Regulo dan pemukiman
desa Ranu Pane. Gunung ini
mempunyai ketinggian 2.400 mdpl dan
biasa dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar untuk mencari kayu bakar atau
jalan-jalan. Jenis kupu-kupu yang
biasa dijumpai di Gunung Pusung
Bingung adalah Parantica albata
albata
dan
Eurema
sangipura.
Sedangkan, jenis vegetasinya adalah
edelweiss, cemara gunung dan putih
dada.
F. Jalur uji coba edelweiss
Anaphalis javanica (edelweiss )
adalah tumbuhan endemik zona
alpine/Montana
di
berbagai
pegunungan
tinggi
nusantara.
Tumbuhan
ini
dapat
mencapai
ketinggian 8 meter dan dapat memiliki

batang
sebesar
kaki
manusia
walaupun tidak melebihi 1 meter.
Edelweiss
merupakan
tumbuhan
pelopor bagi tanah yang tandus,
karena mampu membentuk mikoriza
dengan jamur tanah tertentu yang
secara efektif memperluas kawasan
yang dijangkau oleh akar-akarnya dan
meningkatkan efisiensi dalam mencari
zat hara. Bunga-bunga Edelweiss,
yang biasa muncul pada bulan April
dan Agustus, sangat disukai serangga
terutama kupu-kupu.
Jalur uji edelweiss ini dijadikan
lokasi
observasi
karena
bunga
edelweiss ini merupakan salah satu
tanaman pakan yang disukai kupukupu. Jenis kupu-kupu yang ditemui di
jalur uji coba edelweiss adalah Delias
hyparate. Delias hyparate ditemukan
membeku di sekitar jalur uji coba
edelweiss pada saat pagi hari. Jenis
kupu-kupu lain yang ditemukan di jalur
uji coba adelweiss adalah Parantica
albata albata dan Eurema sangipura.
G. Jalur mengelilingi Ranu Regulo
Ranu
Regulo
merupakan
kawasan camping ground dalam
wilayah Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Luasan Ranu
Regulo adalah 0,75 ha dengan
ketinggian 2.200 mdpl. Jenis vegetasi
yang berada di sekitar Ranu Regulo
antara lain edelweiss, paku-pakuan
dan teh-tehan. Sedangkan jenis kupukupu yang biasa dijumpai di Ranu
Regulo adalah Vaneca cardui cardui
dan Eurema sangipura.
Analisis tingkat keanekaragaman
jenis
Keanekaragaman jenis adalah
berbagai macam bentuk kehidupan
dalam peranan ekologi yang dimiliki
dan keanekaragaman plasma nutfah
yang terkandung. Keanekaragaman
jenis
yang
terkandung
meliputi
berbagai macam variasi seperti
bentuk, jumlah dan sifat yang tampak
pada berbagai tingkatan ekosistem,

tingkatan jenis dan tingkatan genetika pinggiran hutan dan daerah terbuka.
(Arifin,1996).
Hal ini disebabkan hutan primer
Kupu-kupu dapat ditemukan keragaman
vegetasinya
sangat
sampai
ketinggian
2.200
mdpl homogen dan kurang cahaya. Cahaya
(Panjaitan, 2008). Namun, pada saat akan dapat menarik kupu-kupu, karena
pengamatan di lapang kupu-kupu yang kupu-kupu
membutuhkan
cahaya
ditemukan di ketinggian lebih dari untuk menjaga keseimbangan suhu
2.200 mdpl lebih sedikit dibandingkan tubuhya.
dengan
jenis
kupu-kupu
yang
Berdasarkan hasil pengamatan
ditemukan di ketinggian 2.200 mdpl. dan identifkasi diketahui terdapat 10
Ketinggian tempat sangat berpengaruh jenis kupu-kupu yang terdapat di
terhadap keanekaragaman kupu-kupu kawasan
Ranu
Regulo
Taman
karena keanekaragaman kupu-kupu Nasional Bromo Tengger Semeru.
terendah terdapat pada hutan alam, Jenis kupu-kupu yang sering ditemui di
disebabkan karena pohon-pohon yang Ranu Regulo adalah Parantica albata
besar dan keadaan lingkungan yang albata, kupu-kupu ini merupakan jenis
agak gelap membuat kupu-kupu tidak kupu-kupu yang endemik di Ranu
terlihat akibat bersembunyi di atas Regulo
Untuk mengetahui tingkat
pohon. Hal ini sesuai dengan pendapat keanekaragaman suatu jenis kupuRamesh dalam Koneril dan Saroyo kupu
tinggi atau rendah, maka
(2010) bahwa keragaman kupu-kupu dilakukan perhitungan sebagai berikut
umumnya lebih rendah di hutan primer :
dan tertinggi pada hutan terganggu,
Tabel 3. Keanekaragam jenis kupu-kupu di kawasan Ranu Regulo TNBTS
No

Nama spesies

Ni

ni-1

ni(ni-1)

20

P. paris gedeensis

Delias hyparatee

E. sangipura

16

15

240

E. blanda blanda

42

Udara akasa

13

12

156

Udara sp

42

A. issoriaves toldes

A. hyperbius javanica

72

Parantica albata albata

37

36

1.332

10

Vaneca cardui cardui

12

11

132

Jumlah

110

2.042

Sumber : Data terolah 2014


Keanekaragaman jenis kupukupu yang ditemukan dalam kawasan
Ranu Regulo TNBTS dilakukan
dengan
menggunakan
Indeks
Keanekaragaman Jenis Simpson (Ds)
dan cara perhitungannya adalah
sebagai berikut :

ni ni 1
N N 1

= 2.042
110 (109)
= 2.042
11.990
= 0,17

Ds 1

= 1 0,17
= 0,83

Berdasarkan hasil perhitungan di


atas dapat diketahui keanekaragaman
kupu-kupu di Ranu Regulo TNBTS
adalah tinggi dengan nilai indeks
keanekaragaman
0,83.
Menurut
kriteria
Keanekaragaman
Jenis
Simpson apabila
nilai Indeks
Keanekaragaman mendekati 1 berarti
keanekaragaman jenis tinggi, apabila
nilai
Indeks
Keanekaragaman
mendekati 0 berarti keanekaragaman
jenis rendah.
Kupu-kupu
bisa
digunakan
sebagai salah satu indikator untuk
menentukan suatu kawasan hutan
atau gunung yang tercemar dengan
menggunakan bioindikator. Struktur
komunitas kupu-kupu dapat digunakan
untuk mengetahui seberapa parah
kerusakan hutan, karena kupu-kupu
sangat menyukai tempat-tempat yang
bersih dan sejuk serta tidak terpolusi
oleh insektisida, asap dan bau yang
tidak sedap. Oleh karena itu, kupukupu menjadi salah satu serangga
yang
dapat
digunakan
sebagai
bioindikator
terhadap
perubahan
ekologi. Makin tinggi keragaman
spesies kupu-kupu di suatu tempat
menandakan
lingkungan
tersebut
masih baik.
Analisis tingkat kemerataan
Indeks
Kemerataan
(E)
menggambarkan
ukuran
jumlah
individu antar spesies dalam suatu
komunitas.
Semakin
merata
penyebaran individu antar spesies
maka keseimbangan ekosistem akan
semakin meningkat. Penentuan tingkat
kemerataan antar spesies tersebut
menggunakan
rumus
Indeks
Kemerataan Shannon (E) sebagai
berikut :

H
ln(s)
= 0,83
ln(10)

E =

0,83
2,30

= 0,36
Berdasarkan hasil analisis di
atas diketahui bahwa kemerataan
kupu-kupu di Ranu Regulo adalah
tidak
merata
dengan
indeks
kemerataan spesies 0,36. Menurut
kriteria Indeks Kemerataan Shannon
apabila nilai Indeks Kemerataan
mendekati 0 berarti tidak merata,
sedangkan
mendekati 1 berarti
penyebaran merata. Ketidakmerataan
spesies
ini akan
menyebabkan
keseimbangan
ekosistem
hutan
menurun karena kupu-kupu sangat
berperan penting dalam penyerbukan
berbagai jenis bunga yang ada di
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Kupu-kupu yang dijumpai
selama pengamatan memiliki pola
penyebaran yang berbeda-beda. Dari
4 (empat) famili kupu-kupu, jenis famili
kupu-kupu
Papilionidae
memiliki
jumlah spesies yang paling sedikit bila
dibandingkan
dengan
famili
Nymphalidae yaitu 1(satu) spesies.
Jenis kupu-kupu Delias hyparate
adalah jenis kupu-kupu yang hanya
dijumpai di satu lokasi saja yaitu di
jalur uji coba edelweis. Kupu-kupu
yang memiliki jumlah individu tidak
terlalu
banyak
adalah
Acraea
issoriaves toldes, Acraea hyperbius
javanica, Papilio paris gedeensis,
Eurema blanda-blanda dan Udara sp.
Kupu-kupu yang sering dijumpai
adalah Eurema Sangipura, Udara
akasa, Vaneca cardui cardui dan
Parantica albata albata.
Adaptasi adalah cara yang
dilakukan organisme untuk mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya guna

bertahan hidup. Kupu-kupu yang


mampu
beradaptasi
terhadap
lingkungannya akan mampu mengatasi
kondisi
fisik
lingkungan
seperti
makanan (pakan), temperatur, cahaya
dan panas serta mempertahankan
hidup dari musuh alaminya (predator).
Kupu-kupu yang mampu beradaptasi
akan bertahan hidup, sedangkan kupukupu yang tidak mampu beradaptasi
akan menghadapi kepunahan atau
kelangkaan jenis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kupu-kupu lebih
banyak ditemui di ketinggian 2.200
mdpl
bila
dibandingan
dengan
ketinggian 2.400 mdpl. Hal ini berarti
penyebaran kupu-kupu tidak merata,
ketidakmerataan
ini
sangat
berpengaruh bagi kawasan hutan
karena apabila penyebaran kupu-kupu
tidak merata maka akan menyebabkan
ekosistem hutan terganggu. Salah satu
faktor
yang
mempengaruhi
ketidakmerataan kupu-kupu adalah
tanaman pakan (makanan). Jenis
vegetasi yang berada di ketinggian
2.400 mdpl termasuk dalam zona sub
alphin, zona ini ditumbuhi pohonpohon kerdil pertumbuhannya dan
miskin akan jenis. Jenis vegetasi yang
mendominasi pada ketinggian ini
adalah mentigi gunung (Vaccinium
varingiaefolium), dan cemara gunung
(Casuarina junghunianna), dibeberapa
tempat
juga
dapat
dijumpai
kemlandingan
gunung
(Albizia
lophanta), dan bunga edelweiss
(Anaphalis longifolia). Jadi, untuk

menambah
kemerataan
penyebaran
kupu-kupu
perlu
adanya penambahan jenis tanaman
pakan di beberapa lokasi yang
jarang ditemui kupu-kupu seperti di
ketinggian lebih dari 2.400 mdpl
yaitu di Gunung Gending dan
Gunung Pusung Bingung agar
penyebaran kupu-kupu merata.
Jenis-jenis vegetasi yang disukai
kupu-kupu dan perlu di tanam di

Gunung Gending dan Gunung


Pusung Binggung adalah jenis-jenis
vegetasi lokal/asli di Ranu Regulo
seperti
danglu
(Engelhardia
spicata),
putih
dada
(Acer
lauraceae), pasang dan pampung.
Jenis vegetasi ini sesuai dengan
struktur
tanah,
suhu
dan
kelembaban yang ada di Gunung
Gending dan Gunung Pusung
Bingung, sehingga jenis vegetasi ini
sesuai dengan habitat kupu-kupu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kupu kupu yang terdapat di
Ranu Regulo Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru berjumlah 10 jenis
kupu-kupu dari 4 famili dengan jumlah
keseluruhan spesies 110. Famili yang
ditemukan
adalah
Papilionidae,
Nymphalidae, Pieridae dan Lycanidae.
Keanekaragaman jenis kupukupu di kawasan Ranu Regulo TNBTS
tergolong tinggi dengan nilai indeks
keanekaragaman 0,83. Penyebaran
kupu-kupu di kawasan tersebut tidak
merata
dengan
nilai
indeks
kemerataan spesies 0,36. Jenis kupukupu yang mendominasi di kawasan
tersebut adalah jenis kupu-kupu
Parantica albata albata dengan jumlah
37 spesies yang termasuk dalam famili
Nymphalidae.
Saran
Kupu-kupu di Taman Nasional
Bromo
Tengger
Semeru
perlu
dilestarikan, maka untuk menjaga
kelestarian
kupu-kupu
penulis
menyarankan :
A.Untuk
mencegah
terjadinya
pengambilan/penangkapan
kupukupu, maka penjagaan kawasan
konservasi harus ditingkatkan dan
memeriksa barang-barang bawaan
masyarakat yang berkunjung ke
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.

B. Perlu adanya penambahan jenis


vegetasi sebagai sumber pakan
kupu-kupu di Ranu Regulo Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru
C. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
secara
berkala
tentang
keanekaragaman kupu-kupu guna
mengetahui jumlah jenis kupu-kupu
yang ada di kawasan Ranu Regulo
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan satwa
liar jilid 1 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
.
Derektorat
jenderal
Pendidikan Tinggi Pusat
Atas antar Universitas Ilmu
Hayati. Institut Pertanian
Bogor. Hal 97 dan 149
Arief, Arifin. 1996. Hutan dan
kehutanan. Malang. Institut
Pertanian Malang.
Barror.1996. Pengenalan serangga.
Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada
Clark.
1996.
Kelimpahan
dan
keanekaragaman
spesies
kupu-kupu pada tipe habitat
di Hutan Kota Muhammad
Sabki
Kota
Jambi.
Biospecies, Vol 5 No 2. http
://
webcache.
googleusercontent.
com/search?q=cache:saXRx
HSoYmUJ:portalgaruda.org/
download_article.php%3Fart
icle%3D11783%26val%3D8
61+&cd=5&hl=id&ct=clnk&cli
ent=firefox-a.
diakses
tanggal 4 April 2014
Dendang,
Benyamin.
2005.
Keragaman kupu-kupu di
Resort Selabintana Taman
Nasional Gunung Gede
Pangrango
Jawa Barat.
Jurnal penelitian hutan dan
konservasi hutan vol VI no
1(online).

http://webcache.googleuserc
ontent.com/search?q=cache:
hxZzjZSulmwJ:fordamof.org/
files/3_Benyamin_klm.pdf+&
cd=1&hl=id&ct=clnk&client=f
irefox-a. (2 april 2014)
Endarwati. 2005. Keanekaragaman
jenis kupu-kupu superfamili
papilionoidae
di
Dukuh
Banyuwindu
desa
Limbangan
Kecamatan
Limbangan
Kabupaten
Kendal. http : // webcache.
googleusercontent.
com/
search?q=cache:xYsiv5tyCD
UJ:
journal.unnes.ac.id/nju/index
.php/JM/article/view/2092+&
cd=1&hl=id&ct=clnk&client=f
irefox-a. diakses tanggal 15
April 2014
Erlin Rahayu. 2012. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kehidupan
serangga.
http://kuliahagribisniselin.blo
gspot.com/2012/03/faktorfaktor-yangmempengaruhi.html. diakses
tanggal 18 November 2014
Hasan dan Ariyanti. 2004. Pengertian
keanekaragaman
hayati.
http://pengertiankehati.html.
Diakses tanggal 13 April
2014
Ilham. 2011. Faktor-faktor lingkungan
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan
serangga.
http:
//
ilham-agt08.
blogspot.
com/2011/03/faktor-faktorlingkungan-yang.html.
diakses
tanggal
21
November 2014
Indriyanti, Okta. 2012. Metamorfosis
kupu-kupu.
http
://
delineoktaindriyanti.blogspot
.com/2012/08/metamorfosiskupu-kupu_8778.html.
diakses tanggal 7 Juni 2014

Krebs,

1985.
Faktor
yang
mempengaruhi
kehidupan
serangga.
http://ekologihutan.blogspot.com/2010/11
/faktor-faktor-yangmempengaruhi.html. diakses
tanggal 18 November 2014
Magurran. 2004. Keanekaragaman
jenis kupu-kupu superfamili
papilionoidae
di
Dukuh
Banyuwindu
desa
Limbangan
Kecamatan
Limbangan
Kabupaten
Kendal. http : // webcache.
googleusercontent.
com/
search?q=cache:xYsiv5tyCD
UJ:
journal.unnes.ac.id/nju/index
.php/JM/article/view/2092+&
cd=1&hl=id&ct=clnk&client=f
irefox-a. diakses tanggal 15
April 2014
, 2005. Morfologi kupu-kupu.
http :// digilib. unimed. ac.
id/public/UNIMEDUndergraduate-22829Bab%20II.pdf.
Diakses
tanggal 10 April 2014
Michaels dan Borneminza. 1999.
Distribusi keanekaragaman
kupu-kupu
di
Gunung
Manado Tua. Jurnal bumi
lestari Vol 12 No 2.
http://webcache.googleuserc
ontent.com/search?q=cache:
cXwKYy4B4XIJ:ojs.unud.ac.i
d/index.php/blje/article/viewF
ile/4855/3641+&cd=3&hl=id
&ct=clnk&client=firefox-a
Diakses tanggal 4 April 2014
Nikada 2010. Faktor pertumbuhan
kupu-kupu.
http://vianyramadhany. blogspot. com/
2012/
01/
faktorpertumbuhan-kupukupu.html. diakses tanggal
18 November 2014
Patton. 1963. Keragaman kupu-kupu
di
Resort
Selabintana
Taman Nasional Gunung

Gede
Pangrango
Jawa
Barat.
Jurnal
penelitian
hutan dan konservasi hutan
vol
VI
no
1(online).
http://webcache.googleuserc
ontent.com/search?q=cache:
hxZzjZSulmwJ:fordamof.org/
files/3_Benyamin_klm.pdf+&
cd=1&hl=id&ct=clnk&client=f
irefox-a. diakses tanggal 2
april 2011
Peggie, Djuntjanti. 2014. Megenal
kupu-kupu. Jakarta. Pandu
aksara.
Santosa. 1995. Keragaman kupu-kupu
di
Resort
Selabintana
Taman Nasional Gunung
Gede
Pangrango
Jawa
Barat.
Jurnal
penelitian
hutan dan konservasi hutan
vol
VI
no
1(online).
http://webcache.googleuserc
ontent.com/search?q=cache:
hxZzjZSulmwJ:fordamof.org/
files/3_Benyamin_klm.pdf+&
cd=1&hl=id&ct=clnk&client=f
irefox-a. diakses tanggal 2
april 2014
School of ecology and conservation,
2006.
Ariadne
merione
common castor butterfly.
http:// id. wikipedia. org/ wiki/
Berkas:Ariadne_merione_eg
g_sec.jpg. Diakses tanggal 7
Juni 2014
, 2006. Ariadne merione
common castor butterfly.
http://id.wikipedia.org/wiki/Be
rkas:Common_Buckeye_larv
a_variation,_Megan_McCart
y42.JPG. Diakses tanggal 7
Juni 2014
Suharto, Wagiyana & Zulkarnain R.
2005. Survey kupu-kupu di
Hutan Ireng-Ireng Taman
Nasional Bromo Tengger
Semeru. Jurnal ilmu dasar 6:
1-5

You might also like