You are on page 1of 7

RINGKASAN/ABSTRAK

Perubahan gaya berjalan dan gangguan keseimbangan merupakan faktor utama


terjadinya jatuh pada lansia. Ada berbagai intervensi pencegahan jatuh. Olahraga
merupakan salah satu bentuk intervensi pencegahan jatuh yang dapat dikatakan
efektif. Olahraga juga dapat melatih semua organ tubuh agar tetap aktif dan
berfungsi dengan baik. Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan literature
review pada program intervensi olahraga untuk membantu meningkatkan
keseimbangan lansia dan mengurangi resiko jatuh.
Framework dalam studi ini meliputi populasi lansia yang beresiko jatuh,
intervensi yang dipilih adalah olahraga, tidak ada intervensi pembanding yang
dipilih dan outcome yang diukur adalah fungsi keseimbangan lansia. Strategi
pencarian studi berbahasa Inggris yang relevan dengan topik dilakukan dengan
menggunakan data base DOAJ, pubmed, sage dan proquest. Pencarian jurnal
dibatasi mulai bulan Januari 2008 hingga April 2014. Keywords yang digunakan
antara lain adalah fall and elderly, risk fall and elderly, balance intervention
in elderly, balance therapy for elderly,dan exercise and elderly.
Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini seluruhnya menggunakan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol untuk mengetahui efek olahraga terhadap fungsi
keseimbangan lansia. Kelompok kontrol dalam review penelitian ini mendapat
perlakuan yang bervariasi. Terapi yang diberikan pada kelompok perlakuan
berupa olahraga baik balance exercise, strengthening exercise, endurance exercise,
dan stretching exercise. Intervensi diberikan dalam jangka waktu 5 minggu hingga
6 bulan. Seluruh penelitian yang direview menggunakan random sampling dan
mayoritas menggunakan desain RCT. Parameter yang diukur meliputi fungsi
keseimbangan statis dan dinamis. Seluruh penelitian menyimpulkan bahwa
olahraga efektif untuk meningkatkan fungsi keseimbangan pada lansia.
PENDAHULUAN
Jatuh merupakan masalah umum yang terjadi pada lansia dan dapat menimbulkan
berbagai efek seperti mortalitas, morbiditas, penurunan status fungsional, dan
peningkatan angka ketergantungan lansia. Anderson (2007) menyebutkan
sepertiga lansia di Amerika yang berusia lebih dari 65 tahun tinggal di komunitas
dan separuh dari lansia yang berusia lebih dari 80 tahun beresiko tinggi jatuh
setiap tahunnya. Wallace (2008) menyebutkan pada tahun 2003 terdapat 13.700
lansia yang mengalami jatuh di Amerika dan mayoritas lansia laki laki
meninggal karena jatuh sedangkan lansia perempuan harus dirawat karena fraktur
panggul yang dialami akibat jatuh. Angka kejadian jatuh pada lansia yang tercatat
di poliklinik layanan terpadu lansia RSCM pada tahun 2000 tercatat sebesar
15,53% (285 kasus). Pada tahun 2001 tercatat 15 pasien (dari 146 pasien) yang
dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Pada tahun 1999, 2000 dan 2001
masing masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien dan 42 pasien yang harus
dirawat karena fraktur femur akibat jatuh (Maryam dkk, 2008).
Rubenstein (2006) menyebutkan jatu pada lansia dapat disebabkan oleh etiologi
yang bersifat multifaktorial. Faktor resiko penyebab jatuh pada lansia antara lain
(1) kecelakaan dan faktor lingkungan, (2) gaya berjalan dan gangguan

keseimbangan atau kelemahan, (3) pusing dan vertigo, (4) drop attack, (5)
confusio, (6) hipotensi postural, (7) gangguan penglihatan, (8) syncope, dan (9)
penyebab spesifik lainnya. Dari keseluruhan faktor resiko tersebut, perubahan
gaya berjalan dan gangguan keseimbangan merupakan faktor utama terjadinya
jatuh pada lansia. Perubahan gaya berjalan dan gangguan keseimbangan terjadi
pada 20% hingga 50% lansia berusia lebih dari 65 tahun.
Melihat efek katastropik yang ditimbulkan oleh kejadian jatuh, maka perlu
dilakukan berbagai upaya pencegahan jatuh. Ada berbagai intervensi pencegahan
jatuh. Diantaranya olahraga, modifikasi lingkungan, intervensi multifaktorial yang
mengkombinasikan beberapa intervensi pencegahan jatuh menjadi satu program
terkoordinasi, dan intervensi institusional. Selain itu pencegahan lain yang
berguna untuk mencegah jatuh pada lansia adalah konsumsi vitamin D dan
kalsium untuk meningkatkan kekuatan otot dan tulang.
Dari semua strategi pencegahan yang telah disebutkan di atas, intervensi yang
cukup efektif untuk dilakukan adalah intervensi terapi dan olahraga. Banyak
sekali bentuk aktifitas olahraga yang dapat meningkatkan fleksibilitas, kekuatan,
dan keseimbangan tubuh. Olahraga juga dapat melatih semua organ tubuh agar
tetap aktif dan berfungsi dengan baik. Tujuan dari studi ini adalah untuk
melakukan literature review pada program intervensi olahraga untuk membantu
meningkatkan keseimbangan lansia dan megurangi resiko jatuh. Hal ini
diharapkan dapat memberikan solusi pilihan jenis olahraga yang dapat dilakukan
oleh lansia dalam upaya mencegah jatuh dan meningatkan fungsi keseimbangan.

METODE
Framework yang digunakan dalam penelitian ini adalah PICO. Dimana populasi
yang digunakan adalah lansia yang beresiko jatuh, intervensi yang dipilih adalah
olahraga, tidak ada intervensi pembanding yang dipilih dan outcome yang diukur
adalah fungsi keseimbangan lansia. Sehingga dari framework ini disusun suatu
pertanyaan berupa bagaimanakah keefektifan olahraga dalam meningatkan
fungsi keseimbangan lansia?
Strategi pencarian studi berbahasa Inggris yang relevan dengan topik dilakukan
dengan menggunakan data base DOAJ, pubmed, sage dan proquest. Pencarian
jurnal dibatasi mulai bulan Januari 2008 hingga April 2014. Keywords yang
digunakan antara lain adalah fall and elderly, risk fall and elderly, balance
intervention in elderly, balance therapy for elderly,dan exercise and elderly.
Pencarian dengan kata kunci tersebut memunculkan sekitar 300 artikel. Artikel
full text dan abstrak direview untuk memilih studi yang sesuai dengan kriteria.
Kriteria inklusi dalam review ini meliputi lansia berusia lebih dari 60 tahun, tidak
mengalami jatuh sebelumnya, dan tidak mengalami gangguan kognitif. Dari hasil
pencarian yang dilakukan didapatkan 300 jurnal, namun hanya 15 jurnal yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Artikel yang digunakan sebagai sampel selanjutnya
diidentifikasi dan disajikan dalam tabel 1.1.

RINGKASAN STUDI
Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini seluruhnya menggunakan kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol untuk mengetahui efek olahraga terhadap fungsi
keseimbangan lansia. Kelompok kontrol dalam review penelitian ini mendapat
perlakuan yang bervariasi. Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan
ada yang berupa mempertahankan aktifitas sehari hari, pendidikan kesehatan
untuk mempertahankan fungsi keseimbangan, dan ada pula yang memberikan
intervensi berupa olahraga pada kelompok kontrol untuk dibandingkan dengan
jenis olahraga pada kelompok perlakuan. Jenis olahraga yang diberikan pada
kelompok perlauan pun beragam. Ada yang berupa whole body vibration,
conventional balance exercise, stretching exercise dan penggunaan treadmill.
Intervensi yang diberikan pada kelompok perlakuan juga bervariasi. Ada yang
memberikan intervensi berupa balance exercise; multidiciplinary intervention
yang berupa terapi rehabilitasi balance exercise, terapi okupasi dan terapi kognitif;
innovative program yang berupa balance dan strength exercise yang dipadukan
dengan tai chi; standing, balancing and mild leg exercise; whole body vibration
exercise yang dipadukan dengan squat training; muscle endurance exercise;
propioseption exercise yang berupa latihan keseimbangan statis dan latihan
keseimbangan dinamis; stretching and balance exercise; stationary bicycle dan
terapi menari. Meskipun tindakan yang diberikan pada kelompok perlakuan dapat
disimpulkan bahwa intervensi yang diberikan secara umum merupakan bentuk
balance exercise dan endurance exercise. Balance exercise bertujuan mengatur
fungsi keseimbangan. Latihan ini terdiri dari beberapa aktifitas latihan melatih
keseimbangan statis dan dinamis (contoh berdiri di atas satu kaki, tandem stand,
dan pergerakan dengan musik) dan juga bertujuan melatih kemampuan fungsional
seperti meraih, membungkuk dan berpindah. Endurance exercise berfokus meltih
otot otot ekstremitas dan bawah. Latihan aerobik bertujuan memperbaiki
pergerakan tubuh. Seluruh tindakan olahraga yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan fleksibikitas, kekuatan pergerakan dan keseimbangan.
Intervensi yang diberikan oleh peneliti kepada responden bervariasi mulai dari 5
minggu hingga 6 bulan. Waktu intervensi yang relatif lama dibutuhkan karena
outcome fungsi keseimbangan yang diukur pada lansia adalah hal yang
membutuhkan adaptasi. Penurunan fungsi keseimbangan pada lansia juga
menyebabkan adaptasi fungsi keseimbangan pada lansia membutuhkan waktu
yang relatif lama.
Outcome yang diukur dari studi yang direview adalah fungsi keseimbangan.
Terdapat beberapa parameter fungsi keseimbangan yang diukur. Meskipun
parameter kesimbangan yang diukur bervariasi, namun ada beberapa parameter
yang seing digunakan untuk mengukur fungsi keseimbangan lansia. Diantaranya
adalah Berg Balance Scale, yang merupakan item pengukuran fungsi
keseimbangan; Timed Up and Go test yang mengukur fungsi keseimbangan
dinamis lansia; Dynamic Gait Index untuk mengukur penampilan keseimbangan
lansia saat melakukan perubahan tugas sembari berjalan; Chair Stand Test untuk
mengkaji kekuatan dan ketahanan otot kaki; Functional Reach Test digunakan
untuk mengkaji kestabilan pasien dengan mengukur jarak maksimum yang dapat

diraih oleh lansia saat berada pada posisi berdiri pada posisi diam; Eight feet up
and go test mengkaji kecepatan, ketangkasan dan keseimbangan lansia; Step up
test mengkaji keseimbangan lansia saat menaiki tangga; dan Tandem Gait Test
digunakan untuk mengukur fungsi keseimbanganlansia dengan meminta lansia
berjalan lurus dengan tumit salah satu kaki menyentuh ujung jari lainnya.
Penelitian yang baik memilih subjek penelitian dengan pendekatan random agar
hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan menekan terjadinya bias pada
penelitian. Metode sampling yang digunakan pada seluruh penelitian adalah
random sampling. Upaya meminimalkan bias tidak hanya dilakukan dengan
melakukan teknik sampling secara random. Bias juga dapat diminimalkan melalui
pemilihan desain penelitian yang tepat. Desain penelitian terbaik yang dapat
menghindarkan adanya bias adalah Randomized Control Trial karena melalui
desain penelitian ini alokasi subjek secara random baik ke dalam kelompok
perlakuan ataupun kelompok kontrol dan adanya blinding pada subjek dan terapis
memungkinkan hasil atau outcome penelitian yang homogen. Desain RCT banyak
digunakan saat ingin membuktikan keefektifan sebuah treatment atau
membandingkan beberapa bentuk treatment. Tujuh dari sepuluh penelitian yang
direview dalam studi ini menggunkan desain penelitian RCT.
Sedangkan tiga penelitian lain yang direview dalam studi ini menggunakan
prospective design. Prospective design atau disebut juga cohort study berarti
melakukan pengamatan akan efek yang timbul dari suatu perlakuan. Arah studi
pada desain ini adalah ke depan. Desain penelitian ini membandingkan
sekelompok subjek yang mendapat perlakuan terhadap kelompok lain yang tidak
mendapatkan suatu perlakuan. Perbedaan utama antara RCT dan prospective
desain adalah peneliti tidak dapat mengatur alokasi subjek penelitan. Artinya
dalam penelitian cohort, peneliti harus meneliti sekelompok subjek yang telah
mendapatkan treatment tertentu sebagai kelompok perlakuan kemudian harus
menemukan kembali sekelompok subjek dengan karakteristik yang sama dalam
hal umur, jenis kelamin ataupun faktor penting lainnya. Pada desain ini sulit
mengetahui apakah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki
karakteristik yang sama sehingga banyak memiliki confounding factor dan
peneliti juga tidak dapat meyakinkan bahwa outcome yang muncul merupaan efek
dari treatment yang dilakukan. Walaupun demikian, tiga penelitian yang
menggunakan prospective design pada penelitian ini telah menggunakan random
sampling sehingga confounding factor yang muncul dalam penelitian dapat
diminimalkan. Dengan demikian dapat dikatakan outcome penelitian yang
direview dalam penelitian ini baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil delapan dari sepuluh penelitian yang direview pada studi ni menunjukkan
hasil yang signifikan, dimana parameter keseimbangan yang diukur pada
kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik dari kelompok kontrol.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Osugi et al (2014) disebutkan bahwa hasil Up
and Go Test pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda secara
signifikan. Berkaitan dengan hal ini dijelaskan bahwa whole body vibration
exercise dapat meningkatkan kontraksi otot ekstremitas bawah dan memperkuat
pergerakan sendi ekstremitas bawah sehingga dapat membantu meningkatkan
fungsi keseimbangan namun tidak membantu pada subjek dengan gangguan

fungsi lokomotif yang tampak pada hasil Up and Go Test yang tidak signifikan.
Sedangkan hasil penelitian ini menggunakan subjek lansia dengan osteoarthritis
yang dapat dipastikan mengalami gangguan lokomotif. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Yu et al (2013) menyebutkan bahwa stretching dan resistance
exercise tidak menimbulkan peningkatan pada hasil Berg balance Scale dan Up
and Go Test karena intervensi yang mereka berikan relatif singkat dan komposisi
program intervensi yang terbilang sederhana. Namun jika resistence dan
stretching exercise dilakukan untuk jangka panjang, aktifitas ini dapat membantu
meningkatkan fungsi keseimbangan lansia.
IMPLIKASI TERHADAP PRAKTIK
Penelitian yang ditelaah dalam studi ini menunjukkan bahwa olahraga dapat
membantu meningkatkan fungsi keseimbangan lansia sehingga dapat digunakan
untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Hal ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan bagi rumah perawatan atau kelompok lansia di komunitas.
Perawat dapat bekerja sama dengan fisioterapis untuk membantu pelaksanaan
senam pada lansia ataupun mengajarkan teknik senam baru untuk mencegah
kebosanan pada lansia. Intervensi ini dapat diperkuat dengan memberikan
penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan jatuhdan modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan resiko jatuh pada lansia.
KESIMPULAN
Hasil review yang dilakukan pada 10 penelitian menyimpulkan bahwa senam
efektif dalam menurunkan resiko jatuh pada lansia. Senam yang dilakukan tidak
hanya terbatas pada balance exercise saja, namun bentuk senam yang lain seperti
stretching exercise, resistance exercise, endurance exercise, bahkan menari dapat
dijadikan sebagai alternatif senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan
fungsi keseimbangan lansia dan untuk menurunkan resiko jatuh. Peran perawat
penting dalam menunjang hal tersebut. Perawat dapat bertidak sebagai konsultan
yang menjamin keberlanjutan program olahraga bagi lansia dan berperan aktif
dalam usaha lain yang bertujuan mencegah resiko jatuh pada lansia.
SARAN
1. Peran serta keluarga dibutuhkan dalam upaya menjaga lansia dari resiko
jatuh dan mendukung lansia untuk aktif berolahraga
2. Perlu dilakukan adanya penelitian dengan tema yang sama untuk lansia
yang ada di Indonesia
3. Apabila melakukan penelitian yang sama hendaknya parameter outcome
yang diukur dapat mengukur fungsi keseimbangan statis dan terstruktur
4. Perlu adanya sosialisasi pada lansia tentang manfaat hidup aktif dan
berolahraga sehingga dapat memotifasi lansia dalam beraktifitas.

No.
1

Penulis, tahun
Wolf et al, 2011

Nagi et al, 2007

Zuang et al, 2014

Perlakuan

Kontrol

12 session of
individualized
balance training
program

12 session of
individualized extra
attention program

8 weeks static
and dynamic
balance exercise
12 weeks of
innovative
exercise program

No intervention
Being asked to
maintain their usual
level of physical
activity for 12 weeks

Sampel

Metode

Random

94 lansia
berusia > 75
tahun dengan
gangguan
keseimbangan
19 lansia sehat

Randomized
controlled
multicentre
trial

Ya

Randomized
control trial

Ya

56 lansia
berusia 60 80
tahun

Prospective
design

Ya

Yang diukur
1. Berg balance
scale
2. Dynamic gait
index
Postural sway
1.
2.
3.
4.

Jacobson et al, 2011

Zheng et al, 2013

Halvarrson et al,
2011

12 weeks of
standing,
balancing, and
mild leg exercise

Were given literature


on prevention of fall

25 lansia

Randomized
controlled
trial

Ya

Conventional
exercise plus
propioception
and cognitive
exercise for 8
weeks
12 weeks of
balance exercise

Conventional
exercise only for 8
weeks

100 Lansia 60
85 tahun

Randomized
control
design

Ya

Live their regular life

56 lansia

Randomized
control trial

Ya

Hasil

1.
2.
3.
4.
1.
2.

1.
2.

Temuan
Perlakuan >
kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol

30 second chair
stand test
Timed up and go
test
Functional reach
test
Star excursion
balance test
30 second
chair stand test
8 feet up and
go test
Berg balance
scale
Step up test
Postural control
Berg balance
scale

Perlakuan > kontrol

FES 1
Step execution
test

Perlakuan > kontrol


Perlakuan > kontrol

Perlakuan > kontrol


Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol

Cyarto et al, 2008

Cho et al, 2013

20 weeks of
home based
RBT.
20 weeks of
group based RBT
8 weeks of
virtual reality
training group

20 weeks of group
walking based

67 lansia
pensiun

Randomized
trial

Ya

No intervention

32 healthy
elderly people

Randomised
control trial

Ya

3.
1.
2.
3.

GAITrite
Tandem stance
One leg stance
Up and go test

Perlakuan > kontrol


Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol
Perlakuan > kontrol

rhomberg test

Perlakuan > kontrol

You might also like