Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Suku
: Tn. A
: 53 tahun
: Laki - Laki
: Jambon, Ponorogo
: Petani
: Menikah
: Islam
: Jawa
Tanggal rawat di RS
Tanggal pemeriksaan
: 20 juli 2016
: 23 juli 2016
ANAMNESIS
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis.
A. Keluhan Utama
Panas dada tembus hingga blakang
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Hardjono dengan keluhan panas di dada
sebelah kiri tembus hingga blakang sesak, sesak, dada berdebar, nyeri dan
mudah lelah. Pasien juga merasakan pegal diseluruh badannya, nafsu makan
turun dan kaki lemas. Mual muntah (+), pusing (+) nyeri dada (+). Pasien
mengaku baru kali ini merasakan keluhan seperti itu, dulunya pasien tidak
pernah mengeluhkan keluhan yang seperti ini. pasien juga masih aktif
sebagai perokok. Pasien mengaku juga ada riwayat DM dan HT (+).
C. RiwayatPenyakitDahulu
1. Riwayat hipertensi
: diakui
2. Riwayat diabetes melitus
: disangkal
3. Riwayat penyakit jantung
: disangkal
4. Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
5. Riwayat penyakit liver
: disangkal
6. Riwayat asma
: disangkal
7. Riwayat opname
: disangkal
8. Riwayat trauma
9. Riwayatpenyakitserupa
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat penyakit serupa
2. Riwayat hipertensi
3. Riwayat diabetes melitus
4. Riwayat penyakit jantung
5. Riwayat asma
E. Riwayat Pribadi
1. Merokok
2. Konsumsi alkohol
3. Konsumsi obat bebas
4. Konsumsi jamu
5. Konsumsi kopi
6. Makan tidak teratur
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
C. Mata
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),injeksi konjungtiva (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm,
reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
D. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
E. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
F. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), mukosapucat (-),
lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), luka pada tengah bibir (-), luka sudut
bibir (-).
G. Leher
Leher simetris, deviasi trakea (-), JVP R0, pembesaran kelenjar limfe (-).
H. Thorak
1. Paru
- Inspeksi
:
kelainan
bentuk
(-),
simetris
(+),ketinggalan gerak (-),retraksi otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi
Ketinggalan gerak
: (-)
Fremitus
: normal
- Perkusi
: sonor pada semua lapang paru
- Auskultasi:
Suara dasar vesikuler (SDV)
Suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
2. Jantung
Inspeksi
: iktus kordis tidak tampak.
Palpasi
:iktus kordis kuat angkat.
Perkusi
: batas jantung.
Batas kiri jantung
Atas
: SIC II linea parasternalis sinistra.
Bawah
: SIC V 2 cm linea midclavicula sinistra.
Batas kanan jantung
Atas
:SIC II linea parasternalis dextra.
Bawah
:SIC IV linea parasternalis dextra.
Auskultasi
: bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur
derajat 2/3, gallop (-).
3. Abdomen
Inspeksi
: dinding dada sejajar dengan dinding
abdomen, distended (-) venektasi(-).
Auskultasi
: peristaltik (+) normal, metallic sound (-).
Perkusi
: timpani, pekak alih (-), undulasi (-).
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba membesar,
defans muskuler (-) nyeri tekan (-).
4. Pinggang
Nyeri ketok kostovertebra (-/-).
5. Ekstremitas
Superior : clubbing finger (-), deformitas (-), palmar eritema (-),
edema (-), akralhangat (+).
Inferior
: clubbing finger(-), deformitas (-) edema (-), akralhangat
(+).
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan darah rutin
20 juli 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
6,9
103 ul
410
Limfosit#
2,2
103 ul
0.84
Mid#
0,6
103 ul
0.1-0.9
Granulosit#
4,1
103 ul
27
Limfosit%
32,1
2040
Mid%
9,0
39
Granulosit%
58,9
5070
Hemoglobin
13,4
gr/dl
1116
Eritrosit
4.32
106ul
3.5 - 5.5
Hematokrit
37,2
3750
Indeks eritrosit
MCV
MCH
MCHC
66,0
31,0
36,1
fl
pg
g/dl
82-95
27-31
3236
Trombosit
149
103 ul
100-300
mg/dl
<140
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
SGOT
26.9
uI
038
SGPT
22.9
uI
0 40
Urea
45,03
mg/dl
1050
Kreatinin
1.86
mg/dl
0.7-1.4
Asamurat
g/dl
3.4 7
Kolesterol
146
mg/dl
140200
C. EKG
V.
Frekuensi : 75 x/menit
Ritme : ireguler
R-R : V3-V4
Kaki lemas
B. Pemeriksaan
1. Vital Sign
Tekanan darah : 160/90 mmHg
2. Pemeriksaan darah rutin
VI.
Pemeriksaan Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
11.4
gr/dl
1116
Hematokrit
27.8
3750
MCV
MCH
69.2
22.6
Fl
Pg
82- 95
27- 31
Assesment
Problem
Sesak
memberat,
berdebar
mudah
pegal
makin LVH
dada
dan
lelah,
seluruh
Planning
Planning Terapi
Diagnosa
1. Hipertensi stage 2
EKG
Planning
Monitoring
Inf PZ 12 tpm
-EKG
O2 3L/menit
-Klinis
InjFarsix 2-2-2
-Vital sign
Captopril 3x25 mg
Digoxin 1-0-0
badan,
nafsu
4.anemia mikrositik
hipokromik
lemas,
perokok
aktif.
Riwayat
sakit
Metformin 2x1
Asam folat 1x1
sulfas Fe 3x1
jantung (+) DM
(+) dan HT(+)
Vital sign :
TD:160/90
mmHg
-EKG:
LVH
-laboratorium:
HB 9.1 gr/dl
HCT 27.8 %
MCV 69,2
MCH 22,6
GDA :195 mg/dl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
1. Definisi
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh tidak
terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai adanya
hipertrofi ventrikel kiri (HVK) sebagai akibat langsung dari tingginya tekanan darah
tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi juga dipengaruhi
oleh faktor neurohormonal.5
2. Epidemiologi
Jumlah penderita penyakit jantung hipertensi masih belum diketahui secara
pasti. Namun, berdasarkan hasil studi yang ada, kebanyakan kasus hipertensi akan
bermanifestasi sebagai penyakit jantung. Hasil studi tersebut di antaranya
menyebutkan angka kejadian hipertrofi ventrikel kiri menurut hasil EKG adalah
sebanyak 2.9% pada pasien pria dan 1.5% pada pasien wanita. Sedangkan menurut
hasil ekokardiogram, hipertrofi ventrikel kiri terjadi pada 15-20% pasien hipertensi.
Pada pasien tanpa HVK didapatkan 33% di antaranya mengalami disfungsi diastolik
ventrikel kiri yang asimtomatik. Secara umum, risiko kejadian HVK mengalami
peningkatan sebanyak dua kali lipat pada pasien dengan obesitas. Sekitar 50-60%
penderita hipertensi akan mengalami risiko untuk gagal jantung dengan risiko kejadian
yang meningkat dua kali lipat pada pria dan tiga kali lipat pada wanita.8
3. Etiologi
Sebab utama penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat
dan berlangsung kronik. Sedangkan penyebab hipertensi sendiri sangat beragam, pada
orang dewasa sebab-sebab tersebut antara lain4:
Hiperaldosteronisme primer
Feokromositoma
Chusing syndrome
Akromegali
Hormon
eksogen
(kortikosteroid,
estrogen),
Koarktasi aorta
Sleep apnea
4. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko penyakit jantung hipertensi antara lain adalah4:
1. Ras
Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena penyakit jantung hipertensi. Hal
ini bahkan menjadi etiologi umum untuk kasus gagal jantung di Amerika
Serikat.
2. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria yang berusia di bawah 55 tahun,
namun pada wanita hipertensi lebih banyak ditemukan pada usia di atas 55
tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya usia maka
tekanan darah akan semakin meningkat terutama pada pria. Tapi setelah
menopause tiba wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih
tajam dan mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada pria.
3. Usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin meningkat.
Hal ini sebanding dengan terjadinya penyakit jantung hipertensi yang lebih
banyak dialami oleh para lanjut usia.
5. Patogenesis
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi berjalan cukup kompleks, karena
berhubungan dengan berbagai faktor, seperti hemodinamik, struktural, neuroendokrin,
selular, dan molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor tersebut saling berintegrasi dan
akhirnya menyebabkan perkembangan dan komplikasi dari hipertensi, sementara di
sisi lain tingginya tekanan darah memodulasi faktor-faktor tersebut. Meningkatnya
tekanan darah menyebabkan perubahan struktur dan fungsi jantung melalui dua cara,
yaitu secara langsung oleh peningkatan afterload atau beban akhir jantung, dan secara
tidak langsung oleh perubahan neurohormonal dan vaskuler terkait.4
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh
penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai
terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA
memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi sistolik).3
HVK terjadi pada 15-20% pasien hipertensi dan angka kejadiannya meningkat
dua kali lipat pada pasien obesitas. HVK adalah peningkatan masa otot ventrikel kiri
yang disebabkan oleh respon miosit pada berbagai stimulus yang menyertai pada
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit timbul sebagai kompensasi dari beban
akhir (afterload) yang meningkat. Stimulus mekanis dan neurohormonal yang
menyertai hipertensi dapat mengaktivasi pertumbuhan sel miokardial dan ekspresi gen
yang berakhir pada HVK. Selain itu aktivasi sistem renin-angitensin-aldosteron
melalui aksi angiotensin II pada reseptor angiotensin I menimbulkan pertumbuhan
interstitium dan komponen matriks sel. Intinya terjadinya HVK disebabkan oleh
hipertrofi miosit dan ketidakseimbangan antara miosit dan interstitium struktur
miokard.5
Terdapat beberapa pola HVK, di antaranya remodeling konsentrik, HVK
konsentrik, dan HVK eksentrik. HVK konsentrik adalah penebalan ventrikel kiri dan
massa ventrikel kiri dengan peningkatan tekanan diastolik dan volume ventrikel kiri
yang umumnya terjadi pada pasien hipertensi. Sedangkan HVK eksentrik adalah
penebalan ventrikel kiri tapi lokasinya tidak beraturan, hanya meliputi beberapa bagian
saja. HVK konsentrik menunjukkan prognosis yang buruk untuk hipertensi. Terjadinya
HVK ini memiliki peran protektif pada respon peningkatan tekanan dinding untuk
6. Diagnosis
Diagnosis penyakit jantung hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan 3:
Rasa cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak pada kedua kaki atau
perut.
Hemoglobin/hematokrit
Elektrolit darah/kalium
Ureum/kreatinin
TSH
Foto thorax untuk menemukan adanya pembesaran jantung atau tandatanda bendungan
Gambaran radiologis :
Tanda-tanda radiologis HHD pada foto thorax (PA) adalah seperti
berikut:
bawah.
Aortic knob membesar dan menonjol disertai kalsifikasi.
Aorta ascenden dan descenden melebar dan berkelok, ini disebut
pemanjangan/elongatio aorta.
vaskuler paru
Distensi vena di lobus superior, bentuknya menyerupai huruf Y,
dengan cabang lurus mendatar ke lateral.
Edema interstisiel
Edema ini menimbulkan septal lines yang dikenal sebagai
Kerleys lines,yang ada 4 jenis, yaitu:
jantung.
Kerley C: garis-garis pendek, bercabang, ada di lobus inferior.
Perlu pengalaman untuk melihatnya, karena hampir sama
Edema alveolar
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu5:
1. Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat
2. Pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi
Dalam menatalaksana peningkatan tekanan darah, target tekanan darah harus
<140/90 mmHg pada pasien tanpa diabetes atau gagal ginjal kronik (chronic kidney
disease) dan <130/90 mmHg pada pasien yang memiliki penyakit tersebut6.
Ada beragam strategi dalam tatalaksana penyakit jantung hipertensi, misalnya
modifikasi pola makan, aerobic exercise secara teratur, penurunan berat badan, atau
penggunaan obat untuk hipertensi, gagal jantung sekunder disfungsi diastolik dan
sistolik ventrikel kiri, coronary artery disease, serta aritmia6.
darah dan mengurangi simptom dari gagal jantung dan memperbaiki hipertrofi
vetrikel kiri (HVK). Diet khusus yang dianjurkan adalah diet sodium, tinggi
potasium (pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal), makan buah-buahan
segar dan sayur-sayuran, rendah kolesterol dan rendah konsumsi alkohol.
Diet rendah sodium dengan atau tanpa kombinasi dengan pengunaan
obat-obatan mengurangi tekanan darah pada kebanyakan African Americans.
Restriksi sodium tidak menstimulasi kompensasi dari renin-angiotensin system
dan dapat memiliki efek antihipertensi. Rekomendasi intake sodium per hari
adalah 50-100 mmol, setara dengan 3-6 g garam, yang rata-rata mengurangi
tekanan darah 2-8 mmHg.
Banyak penelitian epidemiologi menunjukkan, asupan tinggi potasium
diasosiasikan dengan menurunnya tekanan darah. Potasium yang diberikan
secara intravena mengakibatkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding pembuluh darah. Buah dan sayuran segar
direkomendasikan untuk pasien yang memiliki fungsi ginjal yang normal.
Asupan rendah kolesterol adalah profilaksis untuk pasien dengan
penyakit jantung koroner.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah pada peningkatan massa dari ventrikel kiri.
Farmakoterapi5
o Penatalaksanaan dari hipertensi dan penyakit jantung hipertensi dengan
menggunakan diuretika tiazide, beta-blockers dan kombinasi alpha dan
beta-blockers, calcium channel blockers, ACE inhibitors, angiotensin
receptor blockers, dan direct vasodilators seperti hydralazine.
o Kebanyakan pasien membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah.
o Diuretika tiazide adalah obat pilihan pertama pada pasien dengan
hipertensi tanpa komplikasi.
o Obat-obatan dari kelas yang lain diberikan atas indikasi.
Calcium channel blocke: selektif untuk hipertensi sistolik pada
HVK meningkatkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Obatobatan di atas dapat mengurangi HVK. Data dari metaanalisis yang
terbatas dikemukakan, ACE inhibitors memiliki keunggulan yang
lebih untuk menangani HVK.
Kelas-kelas tertentu dari obat antihipertensi (ACE inhibitors, betablockers, dan nondihydropyridine calcium channel blockers) dapat
meningkatkan echocardiographic parameters pada disfungsi diastolik
yang simptomatik dan asimptomatik serta simptom dari gagal
jantung..
8. Prognosis
Prognosis pada pasien penyakit jantung hipertensi bermacam-macam sesuai
dengan durasi, tingkat keparahan, dan tipe penyakit yang terjadi. Risiko komplikasi
bergantung pada besarnya hipertrofi yang terjadi pada ventrikel kiri. Semakin besar
kelainan yang diderita oleh ventrikel kiri, maka komplikasi yang akan timbul juga
akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu hipertensi akan sangat
berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi5.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu seperti
ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi hipertropi
ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung
akibat penyakit jantung hipertensi. Bagaimanapun juga, penyakit jantung hipertensi
adalah penyakit yang serius yang memiliki resiko kematian mendadak. 5
II. HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri sistemik yang konsisten.
Hipertensi didefinisikan oleh JNC-7 sebagai tekanan darah sistole sebesar 140 mmHg
atau lebih atau tekanan diastole 90mmHg atau lebih secara terus menerus (JNC-7,
2003).
B. Faktor Resiko
Faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a) Umur
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu
sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun (Wing,
2003).
b) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Menurut Hajjar and Kotchen (2003) bahwa
wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.
c) Riwayat Keluarga
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.Menurut Sheps, hipertensi
cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua
kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25%
kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita
b)
Penyakit Endokrin
Aldosteronisme primer patut dipertimbangkan jika terdapat
hipokalemi bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan renin
yang rendah akan mengakibatkan kelebihan atau overload natrium dan
air. Biasanya disebabkan adenoma jinak soliter atau hiperplasia adrenal
bilateral.
Sindrom Cushing disebabkan hiperplasia adrenal bilateral yang
disebabkan oleh adenohipofisis yang menghasilkan ACTH
(adenocorticotropic hormone) pada dua pertiga kasus, dan tumor
adrenal primer pada sepertiga kasus.
c)
Feokromositoma
Feokromositoma disebabkan tumor sel kromafin asal neural yang
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Normal
< 120
And
< 80
Prehipertensi
120-139
Or
80-89
Hipertensi stage I
140-159
Or
90-99
Hipertensi stage II
160
Or
100
D.
Patofisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri
dalam millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur,
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS
diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi
sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah
berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau
variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons
terhadap stress psikososial.
2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor.
3. Asupan natrium (garam) berlebihan.
4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium.
5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksi angiotensin II dan aldosteron.
6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
natriuretik.
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi
tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal.
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal.
9. Diabetes mellitus.
10. Obesitas.
11. Meningkatnya aktivitas vascular growth factor.
12. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular.
13. Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
E. Manifestasi Klinis
Hipertensi itu sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan
manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
a. Target tekanan darah < 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg.
b. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.
c. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan
untuk pengobatan hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta
adrenergik (-bloker), penghambat angiotensin-converting enzyme (ACEinhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker,
ARB), antagonis kalsium.
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara
bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa
minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa
kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian
sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal
dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target,
maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau
berpindah ke antihipertensi yang lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal
ataupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
BAB III
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh tidak
terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai adanya
hipertrofi ventrikel kiri (HVK) sebagai akibat langsung dari tingginya tekanan darah
tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi juga dipengaruhi
oleh faktor neurohormonal.6
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh
penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai
terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA
memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi sistolik).3
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dan lain-lain) dapat
terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi.3
Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu5: Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat dan
pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi.
Dalam menatalaksana peningkatan tekanan darah, target tekanan darah harus
<140/90 mmHg pada pasien tanpa diabetes atau gagal ginjal kronik (chronic kidney
disease) dan <130/90 mmHg pada pasien yang memiliki penyakit tersebut5.
Ada beragam strategi dalam tatalaksana penyakit jantung hipertensi, misalnya
modifikasi pola makan, aerobic exercise secara teratur, penurunan berat badan, atau
penggunaan obat untuk hipertensi, gagal jantung sekunder disfungsi diastolik dan
sistolik ventrikel kiri, coronary artery disease, serta aritmia5.
Prognosis pada pasien penyakit jantung hipertensi bermacam-macam sesuai
dengan durasi, tingkat keparahan, dan tipe penyakit yang terjadi. Risiko komplikasi
bergantung pada besarnya hipertrofi yang terjadi pada ventrikel kiri. Semakin besar
kelainan yang diderita oleh ventrikel kiri, maka komplikasi yang akan timbul juga
akan menjadi semakin besar. Mengobati penyakit dasar yaitu hipertensi akan sangat
berpengaruh terhadap progresivitas yang terjadi5.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P. I., Ward, J. P. T.2007. At a Glance Sistem Kardiovaskular (Ed.
3),Jakarta:Erlangga.
Bakris, G.L., 2000.Angiotensin-Converting-Enzyne-Inhibitor-AssociatedElevationsIn
Serum Creatinine. Arch Intern Med 2000;160:685-693
Basha, A., Joesoef, A. H., Rahayoe, A., U. 2003. Standar Pelayanan Medik RS.
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (Ed. II). Jakarta: RS. Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita.
Braundwald, E. 2000. Gagal Jantung dalam Harrison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam Vol 2 (Ed. 13). Asdie, H., A., (Alih Bahasa), Jakarta: EGC
Carter, B.L., 1997. Evaluation of Hypertensive Patients after Care Provided by
Community Pharmacists in a Rural Setting. Pharmacotherapy 1997;17(6):12741285. Abstract.
Carter, B.L., 2003. How Pharmacist Can Assist Physicians with Controlling Blood
Pressure. J Clin Hypertens 2003;5(1):31-37
Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And Control Of
Hypertension In The United States, 1998 2000. JAMA 2003;290:199-206h
Hernelahti M., Kujala, U.M., Kaprio, J., 1998. Hypertension in master endurance
athletes. J. Hypertens 1998;16(11):1573-7 (ISSN: 0263 6352)
HFSA.
2011.
Questions
About
HF.
HFSA,
inc
Diakses
http://www.abouthf.org/questions_stages.htm
Irnizarifka. 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.
dari
CASE REPORT
SEORANG LAKI-LAKI 76 TAHUN DENGAN
HHF (HYPERTENSIVE HEART FAILURE)
Oleh:
Triono Soleh, S.ked
J510155043
Pembimbing:
dr. Setyo Utomo, Sp. JP, FIHA
OLEH:
Triono Soleh, S.ked
J510155043
Telah disetujui dan disyahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal 1 maret 2016
Pembimbing:
dr. Setyo Utomo, Sp. JP, FIHA
dipresentasikan dihadapan:
dr. Setyo Utomo, Sp. JP, FIHA