You are on page 1of 37

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

1. Pengertian
a. Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan
tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru.
b. Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura. Rongga pleura
adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga
dada.
c. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di
rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya (John Gibson, MD, 1995,Waspadji Sarwono (1999, 786)
d. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis
danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).

2. Etiologi
a. Penyebab efusi pleura bias bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya
neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari
organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndroma
nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 1998, 68)
b. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
dan membungkus paru-paru).

Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:

1. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru.

Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung
kongestif.

2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis
merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura
eksudativa.

# Penyebab lain dari efusi pleura adalah: Gagal jantung


# Kadar protein darah yang rendah
# Sirosis
# Pneumonia
# Blastomikosis
# Koksidioidomikosis
# Tuberkulosis
# Histoplasmosis
# Kriptokokosis
# Abses dibawah diafragma
# Artritis rematoid
# Pankreatitis
# Emboli paru
# Tumor
# Lupus eritematosus sistemik
# Pembedahan jantung
# Cedera di dada
# Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)

# Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

3. Tanda & Gejala


Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta
tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <>Meliputi perasaan
pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
e. Pengkajian Pola Fungsi
1. Pola persepsi dan tata laksana hidupsehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan
penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

2. Pola nutrisi dan metabolisme


Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya lemah.

3. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4. Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi


Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri
dada.
Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
5. Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang
tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir,
berisik dan lain sebagainya.
6. Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus
suaminya.
Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan
semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien. Pola persepsi dan konsep
diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah.
Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.
Pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya
dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya
7. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya.
8. Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi
fisiknya masih lemah.
9. Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress
dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang
merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan
dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.

11. Pemeriksaan Fisik


Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.
Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.

12. Sistem Respirasi


Inspeksi
Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea
dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya >
250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya
tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa
garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk.

Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan
dada, kurang jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan
makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian
paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis
kompresi di sekitar batas atas cairan.
Ditambah lagi dengan tanda i e artinya bila penderita diminta mengucapkan
kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H,
Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)

13. Sistem Cardiovasculer


Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS 5
pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan
kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill
yaitu getaran ictus cordis.
Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak.
Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

14. Sistem Pencernaan


Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi
perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di
inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35 kali permenit.
Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,
apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba.

Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

15. Sistem Neurologis


Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau
comma.
Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

16. Sistem Muskuloskeletal


Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial Palpasi pada kedua
ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan
capillary refil time.
Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.

17. Sistem Integumen


Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada Px dengan effuse biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor
kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang.

18. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium
Darah lengkap dan kimia darah

Bakteriologis
Analisis cairan pleura
Pemeriksaan radiologis
Biopsi

8. Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru


sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura (Susan Martin
Tucleer, dkk,
1998).
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap
penekanan struktur abdomen (Barbara Engram, 1993).
Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak nafas
serta perubahan suasana lingkungan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi

Efusi Pleura
DEFINISI

Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah pengumpulan cairan di dalam
rongga pleura.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paruparu dan rongga dada.

Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan
kedua lapisan pleura.
Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah,
nanah, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.

Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.
Penyebab lainnya adalah:
- pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura
- kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
- gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya
mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.

Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses
paru menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
- Pneumonia
- Infeksi pada cedera di dada
- Pembedahan dada
- Pecahnya kerongkongan
- Abses di perut.

Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera
pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh
penyumbatan saluran karena adanya tumor.

Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena
efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.

PENYEBAB
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi
permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan
membungkus paru-paru).

Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:


Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung
kongestif.
Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis
merupakan beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura
eksudativa.
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis

Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.

GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


- batuk
- cegukan
- pernafasan yang cepat
- nyeri perut.

DIAGNOSA
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:


Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Analisa cairan pleura
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
PENGOBATAN

Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap
penyebabnya.
Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak
nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang
terkumpul).

Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau
selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan
untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan
sebanyak 1,5 liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah
selang melalui dinding dada.

Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.


Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus
diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).

Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka


panjang.

Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan
cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat.
Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya
pengumpulan cairan lebih lanjut.
Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura.
Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan
(misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini
akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat
pengumpulan cairan tambahan.

Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.

Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan
bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui
selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.

Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah


bening.
Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang
menyumbat aliran getah bening.

Sabtu, 04 April 2009


Efusi Pleura

(kesimpulan) Definisi Efusi pleura adalah keadaan di mana terjadi akumulasi cairan
yang abnormal dalam rongga pleura. Efusi pleura dapat terjadi karena penyakit
dasar lokal atau sistemik. Pada beberapa kasus, efusi pleura dapat merupakan satusatunya tanda penyakit sistemik. Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura
yang bertambah progresif atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru,
perlu dipertimbangkan keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura.

Etiologi terhadap efusi pleura adalah pembentukan cairan dalam rongga pleura
dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari kelainan dalam
paru sendiri, misalnya infeksi baik oleh bakteri maupun virus atau jamur, tumor
paru, tumor mediastinum. Efusi pleura yang disebabkan oleh perubahan pada
tekanan hidrostatik akan membentuk transudat sedangkan bila permeabilitas
kapiler yang meningkat seperti pada proses radang dan keganasan akan timbul
eksudat. Oleh karennya, efusi pleura dapat terbentuk jika ada pembentukan cairan
pleura yang berlebihan (dari pleura parietalis, ruang interstisium paru, atau kavum
peritoneum) atau jika ada penurunan pengangkutan cairan oleh melalui limfatik.

Patofisiologi pada efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini tejadi karena

perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan intertisial submesotelial, kemudian


melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.

Penyakit-penyakit dengan efusi pleura terdiri dari dua golongan yaitu 1) Efusi pleura
karena gangguan sirkulasi, 2) Efusi pleura karena neoplasma.

Efusi pleura karena gangguan sirkulasi:


Gangguan kardiovaskuler, Patogenesis adalah akibat terjadinya peningkatan
tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas
reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan getah bening juga akan menurun
(terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.
Emboli pulmonal, efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli
pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark. Emboli
menyebabkan menurunnya aliran darah arteri pulmonalis. Sehingga terjadi iskemia
maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan dengan efusi yang
berdarah warna merah.
Hipoalbuminemia, efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuinemia dengan
tekanan osmotik darah, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta edema
anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura
dibandingkan dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan
bilateral dan cairan bersifat transudat.

Efusi pleura karena neoplasma:


Karsinoma bronkus, jenis karsinoma ini adalah yang terbanyak menimbulkan efusi
pleura. Tumor bisa ditemukan dalam permukaan pleura karena penjalaran langsung
dari paru-paru melalui pembuluh getah bening. Efusi dapat juga terjadi tanpa
adanya pleura yang terganggu, yakni dengan cara obstruksi pneumonitis atau
menurunnya aliran getah bening.
Imfoma maligna, kasus-kasus limfoma maligna (non-Hodgkin dan Hodgkin) ternyata
30% bermetastasis ke pleura dan juga menimbulkan efusi pleura. Biasanya
ditemukan sel-sel limfosit karena sel ini ikut dalam aliran darah getah bening
melintasi rongga pleura.

Gejala klinis efusi fleura yaitu nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi,
cairan pleura yang berhubungan dengan adanya nyeri dada biasanya eksudat.
Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda-tanda yang
sesuai dengan efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada
perkusi, dan berkurangnya suara napas.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik dan pemeriksaan


fisik yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan
analisa cairan pleura. Kalau seorang pasien ditemukan menderita efusi pleura, kita
harus berupaya untuk menemukan penyebabnya. Ada banyak macam penyebab
terjadinya pngumpulan cairan pleura. Tahap yang pertama adalah menentukan
apakah pasien menderita efusi jenis transudat atau eksudat.

Penatalaksanaan Efusi pleura yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan


memakai pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pus nya kental sehingga sulit
keluar atau bila empiemanya multiokular, perlu tindakan operatif. Untuk mencegah
terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi pleura maligna), dapat
dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura viseralis dan pleura parietalis.

Cherniack, L. (1997), Basic Pathologi, Edisi 6, Saunders Company, United Stated of


America, Hal 431-435.

Halim, H. (2006), Penyakit-penyakit Pleura, Tim Editor, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Edisi Keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Hal 1066-1071.

Kusumawidjaja, K. (2005), Tumor Ganas Paru: Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua,


Gaya Baru, Jakarta, Hal 148-151.

Light, R.W. (2000), Kelainan Pada Paru: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume
3, EGC, Jakarta, Hal 1386-1388.

Tierney, L.M., Maphee, S.J., Papadalis, M.A. (2002), Karsinoma Bronkogenik:


Diagnostik Dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam), Salemba Medika, Jakarta, Hal;
132-140.

Tierney, L.M., Maphee, S.J., Papadalis, M.A. (2002), Penyakit Pleura: Diagnostik Dan
Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam), Salemba Medika, Jakarta, Hal 184-190.

A.

Definisi

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi
(Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B.

Etiologi

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,


virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80%
karena tuberculosis.

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari
empat mekanisme dasar :

Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

Penurunan tekanan osmotic koloid darah

Peningkatan tekanan negative intrapleural

Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

C.

Tanda dan Gejala

*
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak napas.

*
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.

*
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.

*
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).

*
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak
karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini
didapati vesikuler melemah dengan ronki.

D.

Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Patofisiologi

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler
pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan disini mencapai 1 liter seharinya.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis
hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan
antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga
kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel
darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah.

E.

Pemeriksaan Diagnostik

*
Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan
dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

Ultrasonografi

*
Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

*
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi
(glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk selsel malignan, dan pH.

F.

Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

Penatalaksanaan medis

q
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab


dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

q
Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen
guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

q
Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa
hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein
dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi
dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system
drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan
pengembangan paru.

q
Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan
lebih lanjut.

q
Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,
bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

G.

1.

Water Seal Drainase (WSD)

Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan
cairan melalui selang dada.

2.

Indikasi

a.

Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b.
Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah
toraks

c.

Torakotomi

d.

Efusi pleura

e.

Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3.

Tujuan Pemasangan

Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4.

Tempat pemasangan

a.

Apikal

Letak selang pada interkosta III mid klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b.

Basal

Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller

Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

5.

Jenis WSD

Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan
simple pneumotoraks

Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua
adalah botol water seal.

System tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol.
System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

H.

1.

Pengkajian

Aktifitas/istirahat

Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat

2.

Sirkulasi

Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ

3.

Integritas ego

Tanda : ketakutan, gelisah

4.

Makanan / cairan

Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus

5.

nyeri/kenyamanan

Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi

6.

Pernapasan

Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,

Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi


interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi
dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan

Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma
atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat,
sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan

I.

Diagnosa Keperawatan

1.
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman


pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis,
GDA taknormal.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :

Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal

Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi :

Identifikasi etiologi atau factor pencetus

Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)

Auskultasi bunyi napas

Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.

Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur

Bila selang dada dipasang :

a.

periksa pengontrol penghisap, batas cairan

b.

Observasi gelembung udara botol penampung

c.

Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran

d.

Awasi pasang surutnya air penampung

e.

Catat karakter/jumlah drainase selang dada.

Berikan oksigen melalui kanul/masker

2.
Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol

Pasien tampak tenang

Intervensi :

Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri

Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi

Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi

Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri

Berikan analgetik sesuai indikasi

3.
Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada,
kurang pendidikan keamanan/pencegahan

Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas

Kriteria hasil :

Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi

Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik

Intervensi :

Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan

Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah

*
Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa
penutup steril sesuai kebutuhan

Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang

Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

4.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan

Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman tentang masalahnya

Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup


untuk mencegah terulangnya masalah

Intervensi :

Kaji pemahaman klien tentang masalahnya

Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang

Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan

Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan klien

Berikan reinforcement atas usaha yang telah dilakukan klien .

DAFTAR PUSTAKA

Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.


Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997
Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC.
1995.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and
Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC,
1997.
Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan
evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.

Pengertian

Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang
melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis).
Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak
selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin
mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga
pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.

Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam
pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura
visceralis. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih
besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan
permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada
ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.

Etiologi

Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :

Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.

Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan


perikarditis.

Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.

Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.

Trauma

Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms


nefrotik dan uremia.

Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan


dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk
secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi
karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitial submesotelial
kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan
pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa
transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena
pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan
kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah. Transudasi juga
dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal.
Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura
cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.

Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan


akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika
efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema
disebabkan oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat
merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke
dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks
dan biasanya disebabkan karena trauma maupun keganasan.

Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi engembangannya.


Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya
perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah
cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik
yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal
nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial
Oksigen (Pa O2) 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2)
50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.

Tanda dan Gejala

Batuk

Dispnea bervariasi

Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.

Perkusi meredup diatas efusi pleura.

Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

Fremitus fokal dan raba berkurang.

Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.

Pemeriksaan Penunjang

Rontgen Toraks

Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat
permukaan yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum
kadang ditemukan.

CT Scan Thoraks

Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta


cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan toraks lainnya.

Ultrasound

Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentesis.

Torakosentesis

Penatalaksanaan

Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat
dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan
secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak
diiringi pengeluaran cairan yang adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.

Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),


menghilangkan dispnea.

Water seal drainage (WSD)

Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

Antibiotika jika terdapat empiema.

Operatif.

Komplikasi

1. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan
hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya.
Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.

2. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

4. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.

You might also like