You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak) yang seharusnya di
buang melalui ginjal, feces atau keringat. Secara alamiah purin terdapat dalam
tubuh manusia dan di jumpai pada semua makanan pada sel hidup yakni
makanan dari sayuran, buah dan kacang-kacangan ataupun yang berasal dari
hewan seperti danging,jeroan,ikan, sarden (speicher dkk.1994). Asam urat atau
sering disebut gout merupakan penyakit radang sendi yang terjadi akibat
deposisi kristal monosodium urat pada persendian dan jaringan lunak (Depkes
RI, 2007).
Asam urat di sintesis terutama dalam hati dalam suatu reaksi yang di
katalisis oleh enzim xantin oksidase asam urat kemudian mengalir melalui darah
keginjal tempat ginjal tempat zat itu difiltrasi,direabsorbsi sebagian dan
diekskresi

sebagian

sebelum

akhirnya

diekresikan

melalui

urine.

(lanny,akk.2006).
Alopurinol merupakan obat sintetik yang sangat efektif untuk mengobati
gout. Alopurinol tersedia dalam bentuk tablet dengan kadar 100mg dan 300mg,
namun alopurinol dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya seperti
nefropati, reaksi alergi dan kerusakan hati, sehingga diperlukan obat
hipourisemik yang memiliki keamanan yang lebih tinggi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui gambaran penyakit guot, pengobatan dan reaksi obat
guot dalam tubuh
1.3 Manfaat
-

Meningkatkan pengetahuan/ wawasan tentang gambaran penyakit asam urat


(guot)

Memberikan pengetahuan / wawasan tentang jenis obat apa saja yang biasa
digunakan untuk terapi penyakit asam urat

Meningkatkan pengetahuan/ wawasan tentang reaksi dari obat guot dalam


tubuh.

1.4 Permasalahan
-

Penggunaan obat untuk terapi penyakit guot sering tidak rasional dan bahkan
akan memberikan efek yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BIOFARMASETIKA
Dalam proses terapi, terdapat beberapa faktor yang menentukan yaitu:
diagnosa penyakit secara akurat, status klinik jelas, dan penentuan obat tepat. Di
sinilah pokok pentingnya biofarmasetika yang erat hubungannya dengan
penentuan obat yang tepat. Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang
hubungan antara sifat fisikokimia formulasi dengan bioavailabilitas obat (Shargel
& Andrew, 2005) hal 85.
Penggunaan obat untuk berbagai penyakit merupakan proses yang banyak
seginya dan merupakan proses yang kompleks. Pertama: molekul aktif harus
diketahui dan harus digunakan secara rasional, dalam arti keuntungan
penggunaan dibandingkan kerugian bahaya/racunnya. Kedua: obat harus
diformulasi dengan membuat suatu bentuk sediaan yang sesuai dan mengandung
dosis yang tepat, serta diberikan dengan cara tepat pula sehingga mencapai
organ/jaringan sasaran yang dituju. Ketiga: harus diperhitungkan dosis regimen
sehingga obat dapat efektif dalam tubuh, yang ditentukan/disesuaikan dengan
kebutuhan fisiologis/patologis dan klinis (Joenoes, 2006) hal 21.
Biofarmasetika adalah pengkajian faktor-faktor fisiologis dan farmasetik
yang mempengaruhi pelepasan obat dan absorbansi dari bentuk sediaan. Sifatsifat fisika kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju

pelepasan obat dari bentuk sediaan dan transport berikutnya melewati membranmembran biologis, sedangkan fisiologis dan kenyataan biokimia menentukan
nasib obat dalam tubuh (Lachman dkk, 2007) hal 427.
Bioavailabilitas suatu obat mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik,
dan aktivitas toksik obat, maka biofarmasetika menjadi sangat penting.
Biofarmasetika bertujuan mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi
sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu
(Shargel & Andrew, 2005) hal 85.
Tolok ukur fisiko-kimia dari obat dan bentuk sediaan dapat diukur dengan
tepat dan teliti secara in vitro, sedangkan perkiraan kuantitatif dari absorbsi obat
yang berarti dapat diperoleh hanya melalui percobaan yang tepat secara ini vivo.
Teknik farmakokinetika memberikan arti dalam mengukur proses-proses
absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat pada organisme yang
memakannya (hewan atau manusia) (Lachman dkk, 2007) hal 427.
Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh
sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorbsi serta sifat-sifat fisikokimia
atau produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variabel-variabel
tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapik tertentu.
Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat
produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorbsi yang
cepat dan absorbsi lengkap menjadi lambat, kecepatan absorbsi diperlambat atau
bahkan tidak terjadi sama sekali (Shargel & Andrew, 2005) hal 85.
Evaluasi dan interprestasi dari studi Biofarmaseutika merupakan bagian
yang integral dari pengembangan obat obat, (drug-product-design). Penelitianpenelitian di bidang biofarmaseutika mencakup:
Pengaruh dan interaksi antara formulasi obat dan teknologi, pembuatannya dalam
berbagai bentuk sediaan yang akhirnya sangat menentukan kerja obat sesuai
dengan sifat fisiko kimianya.

Pengaruh dan interaksi antara obat dan lingkungan biologik pada situs
penyerapan dan cara pemberian obat yang akhirnya menentukan disposisi
bahan/zat aktif dalam tubuh.
Pengaruh dan interaksi dari zat aktif dengan organisme menentukan ketersediaan
obat secara biologis.
Pada formulasi obat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Pemilihan bahan baku zat aktif (sumbernya) yang paling baik dengan
melihat kecepatan disolusinya. Kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan
dalam saluran pencernaan makanan cukup erat kaitannya dengan
kecepatan absorbsi oba tersebut dalam tubuh.
2) Evaluasi sifat/kualitas sediaan dalam tahap pengembangan.Bidang
formulasi dalam pengembangan dan perbaikan formula sediaan,
khususnya sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet) dengan efek sistemik
yang digunakan secara oral, yaitu dengan menentukan profil disolusi zat
aktif dari masing-masing formula yang dicoba.
3) Penilaian tahap akhir mutu sediaan. Sediaan- sediaan yang formulasinya
sudah selesai dan siap untuk diproduksi dalam skala besar untuk mulai
dipasarkan, khususnya sediaan-sediaan dalam bentuk padat yang
digunakan

secara

oral,

diperiksa

mutunya

bioavailabilitasnya.

Penilaian

komparatif

membandingkannya

dengan

bioavailabilitas

dengan

menilai

dilakukan

secara

terhadap

bioavailabilitas

sediaan lain (dalam bentuk sediaan dan komposisi zat aktif yang sama),
yang diproduksi oleh pabrik farmasi lain yang patut dijadikan sebagai
patokan yang baik.
4) Penilaian ketepatan aturan dosis (dosage regimen). Dengan mengetahui
therapeutic window dan data farmakokinetikanya, aturan dosis obat
dinilai kembali, apakah dosis tidak terlalu besar sehingga pemakaian
obat tidak efisien atau malah mungkin akan timbul efek-efek yang tidak
diharapkan, atau mungkin terlalu kecil sehingga obat tidak akan bekerja
secara efektif (Anonim2, 2010).

Pelayanan informasi farmakokinetika (perjalanan obat di dalam tubuh).


Pelayanan informasi farmako kinetika adalah pelayanan informasi mengenai
perjalanan obat di dalam tubuh, yang meliputi :
1) Sistem transpor (bentuk dan cara pemberian obat)
2) Resorpsi (sistem penyerapan)
3) Biotranformasi (sistem jaringan dalam merubah bentuk obat menjadi
hidrofil di dalam hati agar metabolitnya dapat masuk ke sistem pembuluh
darah/vena porta
4) Distribusi (sistem penyebaran obat bersama metabolitnya oleh darah
keseluruh jaringan organ tubuh)
5) Ekskresi (sistem pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh oleh ginjal
melalui air seni/urine, kulit (keringat), paru-paru, empedu dan air susu)
(Anonim1,2010)
2.2 Bioavailabilitas
Bioavailabilitas obat ialah jumlah relatif obat atau zat aktif suatu produk
obat yang diabsorpsi, serta kecepatan obat tersebut masuk ke dalm peredaran
sistemik. Efek terapetik suatu obat sangat bergantung pada kadar obat dalam
darah/plasma; dengan demikian bioavailabilitas obat dari bentuk sediaannya akan
mempengaruhi respon penderita terhadap obat (Joenoes, 2006) hal 120.
Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui
serangkaian proses antara lain:

Untuk merancang suatu produk obat yang akan melepaskan obat aktif
dalam bentuk yang paling banyak berada dalam sistemik, farmasis harus
mempertimbangkan beberapa hal yaitu: (1) jenis produk obat (misal: larutan,

suspensi, supositoria); (2) sifat bahan tambahan dalam produk obat; (3) sifat
fisikokimia obat itu sendiri (Shargel & Andrew, 2005) hal 86.
Faktor-faktor yang memperngaruhi bioavailabilitas obat aktif yaitu:
1) Disintegrasi
Sebelum absorpsi terjadi, suatu produk obat padat harus mengalami
disintegrasi ke dalam partikel-partikel kecil dan melepaskan obat.
2) Pelarutan
Pelarutan merupakan proses di mana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam suatu pelarut. Laju pelarutan obat-obat dengan kelarutan dalam
air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdisintegrasi dalam
saluran cerna sering mengendalikan laju absorbsi sistemik obat. Obat yang
terlarut dalam larutan jenuh dikenal sebagai stagnant layer, berdifusi ke
pelarut dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah.
Laju pelarutan adalah jumlah obat yang terlarut per satuan luas per waktu
(misal g/cm2.menit). Laju pelarutan dipengaruhi pula oleh sifat fisikokimia
obat, formulasi, pelarut, suhu media dan kecepatan pengadukan
3) Sifat Fisikokimia Obat
Sifat fisika dan kimia partikel-partikel obat padat mempunyai pengaruh
yang besar pada kinetika pelarutan. Sifat-sifat ini terdiri atas: luas permukaan,
bentuk geometrik partikel, derajat kelarutan obat dalam air, dan bentuk obat
yang polimorf.
4) Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Uji Pelarutan Obat
Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga mempengaruhi
kinetika pelarutan obat dengan mengubah media tempat obat melarut atau
bereaksi dengan obat itu sendiri. Misalnya, magnesium stearat (bahan pelincir
tablet) dapat menolak air, dan bila digunakan dalam jumlah besar dapat
menurunkan pelarutan. Natrium bikarbonat dapat mengubah pH media.
Untuk obat asam seperti aspirin dengan media alkali akan menyebabkan obat
tersebut melarut cepat. Serta, bahan tambahan yang berinteraksi dengan obat
dapat membentuk kompleks yang larut atau tidak larut dalam air, contoh

tetrasiklina dan kalsium karbonat membentuk kalsium tetrasiklina yang tidak


larut air. (Shargel & Andrew, 2005) hal 95-98.
Pertimbangan terpenting dalam merancang suatu sediaan adalah
keamanan dan keefektifan. Bahan-bahan aktif dan in-aktif harus aman bila
digunakan seperti yang diharapkan. Obat yang dilepas secara efektif ke tempat
sasaran sehingga efek terapik yang diharapkan dapat dicapai (Shargel & Andrew,
2005).
Pertimbangan berikutnya meliputi:
Pertimbangan penderita; obat yang pahit dapat dibuat berupa tablet/kapsul
yang dienkapsulasi atau disalut, ukuran cukup kecil agar mudah ditelan, dan
frekuensi pemberian dosis dijaga minimum.
Pertimbangan dosis; obat tersedia dalam beberapa macam kekuatan dosis
dengan didasarkan luas permukaan tubuh, berat badan, dan dengan
pemantauan konsentrasi obat dalam tubuh.
Pertimbangan frekuensi pemberian dosis; dikaitkan dengan waktu paruh
eliminasi obat dan konsentrasi terapetik obat.
Pertimbangan terapetik; tergantung kondisi terapi yang segera atau akut.
Misalnya obat penghilang rasa sakit harus diabsorbsi cepat agar rasa sakitnya
cepat hilang, sedangkan obat asmatik dirancang untuk diabsorbsi lambat agar
efek perlindungan dari obat berakhir setelah jangka waktu panjang.
Efek samping pada saluran cerna; untuk obat yang mengiritasi lambung dapat
diatasi dengan disalut enterik atau untuk memperbaiki bioavailabilitas obat
dapat diformulasi dalam kapsul gelatin lunak sebagai suatu larutan.
(Shargel & Andrew, 2005) hal 113-116.
2.3 Pertimbangan Rute Pemberian
Obat masuk ke tubuh dengan cara intravaskuler atau ekstravaskuler. Cara
intravaskulas, ialah obat langsung masuk ke sirkulasi sistemik; seperti pemberian
intravena (suntikan atau infus), intraarterial, dan intrakardial. Pemberian
intravascular berarti obat tidak perlu mengalami fase pertama untuk memberikan

efek, yaitu absorpsi. Sebaliknya, pada cara ekstravaskular, obat harus diabsorpsi
dahulu sebelum masuk ke peredaran sistemik; pemberian oral/per oral,
intramuskular, subkutan, rektan, dan topical. Syarat untuk absorpsi ialah obat
(atau zat berkhasiat dari obat) harus terbebaskan dahulu dari bentuk sediaannya,
dan ini bergantung tidak saja pada faktor fisiko-kimia obat tetapi juga pada
lingkungan dari bagian tubuh dimana obat diserap. Faktor dari teknik pembuatan
(farmako-teknik) merupakan penentu untuk pembebasan obat dari bentuk
sediaannya ke dalam cairan tubuh (Joenoes, 2006) hal 22.
1) Produk-Produk Parenteral
Obat-obat yang diinjeksikan secara intravena langsung masuk ke dalam darah
dan dalam beberapa menit beredar ke seluruh bagian tubuh. Hanya untuk obat
yang larut dalam air. Pelarut yang digunakan adalah kombinasi propilen
glikol dengan pelarut lain.
Obat-obat yang diinjeksikan secara intramuskular melibatkan penundaan
absorpsi karena obat berjalan dari tempat injeksi ke aliran darah. Formulasi
intramuskular dapat untuk melepaskan obat secara cepat atau lambat dengan
mengubah pembawa sediaan injeksi. Keuntungannya adalah fleksibilitas
formulasi.
2) Tablet Bukal
Tablet ini dirancang untuk terlarut di bawah lidah dan diabsorpsi dalam
rongga mulut melalui mukosa mulut, serta mengandung bahan tambahan yang
cepat melarut seperti laktosa. Contoh tablet sublingual nitrogliserin.
3) Aerosol
Seringkali digunakan untuk obat yang diberikan ke dalam system
pernapasan. Ukuran partikel dari suspense (dalam ukuran kabut) menentukan
tingkat penetrasinya. Obat dengan partikel bergerak dengan cara sedimentasi atau
gerak Brown ke dalam bronkhioli. Contoh isotarina dan isoproterenol.
4) Sediaan Transdermal
Pemberian sediaan transdermal memberi pelepasan obat ke sistem tubuh
melalui kulit. Obat yang diberikan secara transdermal tidak dipengaruhi oleh

first pass effects. Contoh transderma-V untuk mabuk perjalanan yang


melepaskan skopolamin melalui kulit telinga.
5) Sediaan Oral
Keuntungan utama sediaan oral adalah kemudahan-pemakaian dan
menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi pada pemakaian injeksi. Kerugian
utama adalah persoalan potensial dari penurunan bioavailabilitas

dan

bioavailabilitas berubah-ubah yang disebabkan absorpsi tidak sempurna atau


interaksi obat.
6) Sediaan Rektal
Sediaan rektal disukai untuk obat-obat yang menyebabkan mual. Laju
pelepasan obat sediaan ini tergantung pada sifat komposisi dasar dan kelarutan
obat yang terlibat, serta terhindar dari first pass effects.
(Shargel & Andrew, 2005) hal 116-121.
2.4 FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
1.

Tahap Farmasetik
= tahap Liberasi
Dosis
diserap

Disintegrasi
sediaan
Disolusi zat aktif

Ob

tersedia untuk

Sediaan Obat

Ketersediaan Farmasetik
2.

Tahap Farmakokinetik
Absorpsi
Distribusi
Metabolism
e

3.

Obat tersedia untuk bereaksi


Ketersediaan hayati

Tahap Farmakodinamik

Antar aksi
Obat-reseptor

EFEK/RESPON

Ketersediaan farmasetik
Jumlah obat yang tersedia untuk di absorpsi

Ketersediaan hayati
Jumlah obat yang tersedia pada tempat kerja
1. Absorpsi
2. Disposisi : Distribusi
perpindahan obat dari sirkulasi sistemik ke jaringan
Eliminasi Biotranformasi : perubahan obat mjd
metabolit
Ekskresi

1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme
atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan
proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1.1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat
absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang
sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam
tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level
seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan
transport pasif.

1)

Metode absorpsi

Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses

difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekulmolekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.

Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari

daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat


tinggi
2)

Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit

sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam
tubuh.
Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
3)

Faktor yang mempengaruhi penyerapan

Aliran darah ke tempat absorpsi


Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
Waktu kontak permukaan absorpsi
4)

Kecepatan Absorpsi

Diperlambat oleh nyeri dan stress


Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan
saluran cerna, retensi gaster
Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan
lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
Faktor bentuk obat

Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained


release, dll)
Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum
beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk
ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar
dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat
yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus
banyak.
1.2

Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik

ke jaringan dan cairan tubuh.


Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
1) Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar
adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak dan otot lebih lambat
2) Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
3) Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein
dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
1.3

Metabolisme

Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah


komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh.

Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:


Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran
endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang
lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit,
juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif,
tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1) Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit
hepar seperti sirosis.
2) Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3) Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok,
Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4) Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs
orang tua.
1.4

Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat

dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan


taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi
dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui
ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus,
sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12
bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua
penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses.
Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum
(Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
1) Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat
dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi,
metabolism dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus
diberikan.
2) Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa
kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya
di dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak
respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
2.

Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan
respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
1) Mekanisme Kerja Obat

kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya


pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan
perubahan dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat
yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak
mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat
kerja suatu agonis disebut antagonis.
2) Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga
dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan
obat-reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau
kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer
dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
3) Transmisi Sinyal Biologis
penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik.
Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk
enzim. Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia,
tetapi juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu
sel di rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi
desentisasi yang menyebabkan efek perangsangan.
4) Interaksi Obat-Reseptor
ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan
lemah (ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara
subtract dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
5) Antagonisme Farmakodinamik
Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu
menimbulkan efek farmakologi secara instrinsik
6) Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor

Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran


Perubahan sifat osmotic
Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate
glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat
terjadi efek diuretic
Perubahan sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.
Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan
kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.
Gangguan fungsi membrane
Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan
metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP
sehingga eksitabilitasnya menurun.
Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA
yang mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
Masuk ke dalam komponen sel Obat yang merupakan analog puri atau
pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga mengganggu
fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut antimetabolit misalnya 6
merkaptopurin atau anti mikroba lain.
2.5 Pengertian asam urat
Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak) yang seharusnya di
buang melalui ginjal, feces atau keringat. Secara alamiah purin terdapat dalam
tubuh manusia dan di jumpai pada semua makanan pada sel hidup yakni
makanan dari sayuran, buah dan kacang-kacangan ataupun yang berasal dari
hewan seperti danging, jeroan, ikan, sarden (speicher dkk.1994). Asam urat atau
sering disebut gout merupakan penyakit radang sendi yang terjadi akibat

deposisi kristal monosodium urat pada persendian dan jaringan lunak (Depkes
RI, 2007).
Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (Asam
deoksiribonukleat/ DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan
hanya sebagian kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat,
disebut hiperurisemia, penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab
hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau eksresi yang menurun
(seperti pada gagal ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita
dengan keganasan, terjadi turnover purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain
hiperurisemia adalah alkohol, leukimia, karsinoma metastatik, multiple
myeloma, hiperlipoproteinemia, DM, gagal ginjal, stres, keracunan timbal, dan
dehidrasi akibat pemakaian diuretik (Pagana KD, 2001)
Peningkatan kadar asam urat dalam urine disebut urikosuria. Asam urat
akan mengalami supersaturasi dan kristalisasi dalam urine yang akan menjadi
batu saluran kencing (BSK) sehingga menghambat sistem dari fungsi ginjal.
Eksresi asam urat dalam urine tergantung pada kadar asam urat dalam darah,
filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus asam urat ke dalam urine. Asam urat
kurang mengalami saturasi pada suasana urine yang asam. Ketika pH urine naik
maka asam ura tidak mengalami kristalisasi dan tidak akan membentuk batu
(Kang DH, Nakagawa T, Feng L et al, 2002)
2.6 Metabolisme asam urat
Yang dimaksud asam urat adalah asam yang berbentuk Kristal-kristal
yang

merupakan

hasil

akhir

dari

metabolism

purin(bentuk

turunan

nucleoprotein),yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti
sel-sel tubuh.secara alamiah,purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada
semua makanan dari sel hidup,yakni makanan dari tanaman (sayur,buah,kacangkacangan) atau pun hewan (danging,jeroan,ikan sarden).

Jadi asam urat merupakan hasil metabolism di dalam tubuh,yang


kadarnya tidak boleh berlebihan.setiap orang memiliki asam urat di dalam
tubuh,karena setiap metabolism normal di hasilkan asam urat.sedangkan
pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung
purin.sebetulnya,tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan
setiap hari.ini berarti kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen.
Fakta ini belum diketahui secara luas oleh masyarakat.akibatnya banyak
orang suka menyamaratakan semua makanan.orang menyantap ap saja yang dia
inginkan,tanpa

mempertimbangkan

kandungan

didalamnya,makanan

dari

sumber dari produk hewani biasanya mengandung purin sangat tinggi.produk


makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi-,tanpa mempertimbangkan
kandungan didalamnya, makanan dari sumber dari produk hewani biasanya
mengandung purin sangat tinggi.produk makanan mengandung purin tinggi
kurang baik bagiorang-orang tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan
asam urat. Jika mengosumsi makanan ini tanpa perhitungan,jumlah purin dalam
tubuhnya dapat melewati ambang batas normal.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bias meningkatkan
kadar asam urat adalah alcohol,ikan hearing,telur, dan jeroan.ikan hearing atau
sejenisnya(sarden),dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial.yang
tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapat
dalam perut hewan, seperti hati,jantung,babat dan limfa.
Konsumsi jeroan memperberatkan kerja enzim hipoksantin untuk
mengolah purin. akibatnya banyak sisa asam urat didalam darahnya,yang
terbentuk butiran dan mengumpul disekitar sendi sehingga menimbulkan rasa
sangat sakit.jeroan memang merupakan salah satu hidangan menggiurkan,
diantaranya soto babat,sambal hati,sate jantung dan kerupuk limfa.tetapi salah
satu dampaknya,jika tubuh kelebihan senyawa purin maka si empunya diri
mengalami sakit pada persendiaan.
2.7 Penyebab Asam urat

Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit penyakit gout primer


dan penyakit gout sekunder.
Pada penyakit gout primer,99 persen penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan factor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau biasa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.sedangkan penyakit gout
sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksiasam urat karena
nutrisi,yaitu mengosumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.purin adalah
salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam dari inti
sel)dan termasuk dalam kelompok asam amino,unsur pembentuk protein.
Produksi asam urat meningkat juga bias karena penyakit darah ( penyakit
sumsum tulang, polisitemia ), obat-obatan ( alcohol, obat-obat kanker, vitamin
B12). penyebab lainnya adalah obesitas ( kegemukan ), penyakit kulit ( psoriasis
), kadar trigliserida yang tinggi.pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadarn benda-benda keton( hasil buangan
metabolisme lemak ) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.setiap orang dapat terkena penyakit
asam urat.karena itu ,kita perlu waspada pada gejala-gejalanya.
Penyakit radang serndi akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut
dengan arthritis gout atau arthritis pirai.artritios gout yang akut disebabkan oleh
reaksi radang jaringan terhadap pembentukan Kristal urat.pada sebagian besar
kasus gout riwayat penyakit dan gambaran klinis bersifat khusus,sehingga
kadang-kadang diagnosis dapat langsung ditengakkan seseorangt dikatakan
menderita asam urat ( gout ) jika kondisinya memenuhi beberapa syarat dan
biasanya perjalan penyakitnya klasik sekali, seperti mempunyai gejala yang
khas penyakit out, mempunyai perjalanan penyakit yang khas penyakit gout,
ditemukan asam urat didalam kadar tinggi dalam darahnya,dan hasil

pemeriksaan mikroskopik dari cairan sendi atau tofus ( benjolan asam urat )
ditemukan Kristal asam urat yang berbentuk jarum.
Lebih banyak pria
Umumnya yang terserang asam urat adalah pada pria,sedangkan pada
perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause. Kadar
asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usi. Pada
wanita, peningkatan itu dimulai sejak masa menopause. Mengapa asam urat
cenderung dialami pria! Ini karena perempuan mempunyai hormone estrogen
yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.sementara pada
pria,asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada perempuan karena tidak
memiliki hormon ekstrogen tersebut.Jadi selama seorang perempuan mempunyai
hormone ekstrogen,maka pembuangan asam uratnya ikut terkontrol.ketika sudah
tidak mempunyai ekstrogen,seperti saat menopause,barulah perempuan terkena
asam urat. Kalau peningkatan asam urat ini melewati ambang batas yang bias
ditolerir,persoalan akan timbul pertama pada ginjal,sendi dan saluran kemih.
2.8 Kadar normal asam urat
Pemeriksaan

asam

urat

dilaboratorium

dilakukan

dengan

dua

cara,enzimatik dan teknik bias.kadar asam urat normal menurut tes enzimatik
maksimum 7 mg/dl.sedangkan pada teknik biasa,nilai normalnya maksimum 8
mg/dl.bila hasil pemeriksaan menunjukan kadar asam urat melampaui standar
normal itu,penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia.Kadar asam urat
normal pada perempuan dan pria berbeda.kadar asam urat normal pada pria
berkisar 3,5-7 mg dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.kadar asam urat diatas
normal disebut hiperirisemia.perjalanan penyakit yang klasik biasanya dimulai
dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat pernah cek asam uratnya
tinggi diatas 7 mg/dl,dan makin lama makin tinggi.
Gambar patologisnya
Artristik gout muncul sebagai serangan keradangan sendi yang timbul
berulang-ulang.

Gejala khas dari arthritis gout adalah serangan akut biasanya bersifat
monoartikulat

(menyerang

satu

sendi

saja)

dengan

gejala

pembengkakan,kemerahan,nyeri hebat,panas,dan gangguan gerak dari sendi


yang terserang yang terjadi mendadak (akut)yang mencapai puncaknya kurang
dari 24 jam. serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki.hampir pada
semua kasus,lokasi arthritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada sendi
sentral.
Serangan yang terjadi mendadak maksudnya tiba-tiba.karena itu bias saja
terjadi,siang hari sampai menjelang tidur tidak ada keluhan,tetapi pada tengah
malam penderita mendadak terbangun karena rasa sakit yang amat sangat.kalau
serangan ini dating,penderita akan merasakan sangat kesakitan walau tubuhnya
hanya terkena selimut atau bahkan hembusan angin.Perjalanan penyakit gout
sangat khas dan mempunyai tiga tahapan.tahap pertama disebut tahap arthritis
gout akut.pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas
serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7
hari.karena cepat menghilang,maka sering penderita menduga kakinya keseleo
atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak
melakukan pemeriksaan larutan.Dokter yang mengobati kadang-kadang tidak
menduga penderita terserang penyakit gout.karena serangan pertama kali ini
singkat waktunya dan sembuh sendiri,sering penderita berobat ketukang urut dan
waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijitan.Penderita akan
masuk pada gout interkritikal.pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat
selama jangka waktu tertentu.jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya
berbeda.ada yang hanya satu tahun,adapula yang sampai 10 tahun,tetapi rata-rata
sekitar 1-2 tahun.panjangnya jangka waktu tahap inim menyebabkan seseorang
lupa bahwa iya pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka
serangan pertama kali dahulu tak ada hubunganya dengan penyakit gout.Tahap
kedua di sebut sebagai tahap arthritis gout akut intermiten.Tahap ketiga disebut
sebagai tahap artritis gout kronik bertofus.

Faktor Risiko
Faktor resiko yang menyebabkan orang yang terserang penyakit asam
urat adalah pola makan,kegemukan dan suku bangsa.Di dunia suku bangsa yang
paling tinggi prevalensinya pada orang maori di Australia.pravelensi orang
maori terserang penyakit asam urat tiggi sekali,sedangkan di Indonesia
prevalensi tertnggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah
manado-minahasa karena kebiasaan atau pola makanikan dan mengosumsi
alcohol.Alkohol menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine itu ikut
berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah.konsumsi ikan
laut yang tinggi juga mengakibatkan asam urat.Asupan yang masuk ke tubuh
juga memengaruhi kadar asam urat di dalam darah.makanan yang mengandung
zat purin yang tinggi akan di ubah menjadi asam urat.purin yang tinggi terutma
terdapat dalam jeroan, sea food:udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri.
Menurut hasil pemeriksaan laboratorium kadar asam urat terlalu
tinggi,kita perlu memperhatikan masalah makanan.makanan dan minuman yang
selalu di konsumsi apakah merupakan pemicu asam urat.pada orang gemuk,asam
urat

biasanya

naik

sedangkan

pengeluaranya

sedikit.maka

untuk

keamanan,orang biasanya dianjurkan menurunkan berat badan.Yang paling


penting untuk diketahui adalah kalau asam urat tinggi dalam darah,tanpa kita
sadari akan merusak organ-organ tubuh,terutama ginjal,karena saringanya akan
tersumbat.tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak munculnya batu ginjal,
atau akhirnya bias mengakibatkan gagal ginjal.
2.9 ALOPURINOL
Alopurinol dan metabolit utamanya, oksipurinol, merupakan inhibitor
xantin oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan
xantin menjadi asam urat. Alopurinol juga menurunkan konsentrasi intraselular
PRPP. Oleh karena waktu paryh metabolitnya yang panjang, allopurinol dapat
diberikan sehari sekali. Dosis oral seharian sebesar 300 mg biasanya mencukupi.
Ada kalanya diperlukan dosis sebesar 600-800 mg/hari.

1) Data Farmakokinetik
Hampir 90% obat ini di arbsorbsi dari saluran pencernaan, hambatan xantin
oksidase efektif dipertahankan lebih dari 24 jam dengan dosis harian tunggal.
Allopurinol diekskresi oleh filtrasi glomerulus, oksipurinol di rearbsorbsi di
tubulus ginjal.
Indikasi

: profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di


ginjal.

Kontraindikasi

: bukan pengobatan untuk gout akut terapi teruskan jika terjadi


serangan ketika sudah memakai allopurinol, dan atasi
serangan secara khusus.

Peringatan

: berikan kolkisin profilaktik atau AINS (bukan asetosal atau


salisilat) hingga setidaknya 1 bulan setelah hiperuresimia
dikoreksi, pastikan asupan cairan yang memadai (2 liter
sehari) gagak hati dan ginjal. Dalam kondisi neoplastic,
pengobatan dengan allopurinol (bila perlu) harus dimulai
sebelum pemberian obat sitotoksik.

2. Interaksi
-

Penghambat ACE: kaptoril akan menaikkan risiko keracunan, terutama pada


gangguan ginjal.

Antikoagulan:

kerja

ditingkatkan. Siklosporin:

nikumalon

dan

kemungkinan

kadar

warfarin

mungkin

plasma

siklosporin

ditingkatkan (resiko nefrotoksisitas). Sitotoksik: efek dari azatriopin dan


merkaptopurin dipertinggi disertai dengan peningkatan toksisitas.
2) Efek samping
Efeksamping dari obat ini adalah diantanya berupa ruam (hentikan terapi,
jika ruam ringan, gunakan kembali dengan hati-hati namun hentikan segera
apabila muncul kembali reaksi kuit dikaitkan dengan pengelupasan kulit,
demam, limfadenopati, arthralgia, dan eosinophilia, sindrom mirip sindrom
steven jonhson atau Lyell, jarang terjadi), gangguan saluran cerna, jarang
malaise, sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan, hipertensi,

deposit xantin di otot tanpa gejala, alopesia, hepato-toksisitas, para-estasia, dan


nueropati.

BAB III
PEMBAHASAN

Jenis Obat
Fasa biofarmasi
etoricoxib,
diclof enac,
dan
napro
xen.
(OAI
NS)

Kortikosteroid Allopurinol

Fasa Farmakokinetik

Pembahasan

- Waktu paruh

- Waktu paruh
1-3 jam
-

Vitamin C

Bagi penderita penyakit asam urat atau gout, dokter biasanya akan membuat
sebuah rencana pengobatan dengan dua tujuan yaitu :
1. meredakan gejalanya
1) Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) merupakan jenis obat pereda
sakit yang biasanya disarankan oleh dokter sebagai obat awal untuk menangani
gejala gout. Kinerja obat ini mampu meredakan sakit dan peradangan.
Beberapa jenis OAINS yang sering digunakan untuk menangani serangan gout
adalah etoricoxib, diclofenac, dan naproxen.

OAINS biasanya diresepkan dokter bersama dengan obat penghambat


pompa proton (proton pump inhibitor/PPI) yang mampu meredakan efek
samping dari OAINS seperti pendarahan di lambung, sakit maag, dan gangguan
pencernaan.
Namun penggunaan OAINS sebaiknya dihindari oleh mereka yang telah
mengalami gangguan perut dan bagi mereka yang fungsi ginjalnya telah
menurun. OAINS juga sebaiknya dihindari mereka yang sedang mengonsumsi
obat-obatan penurun tekanan darah dan warfarin atau obat pengencer darah.
Jika pasien atau penyakit gout yang tidak biasa menggunakan obat
OAINS bisa dialihkan ke alternatif lainnya, yaitu obat yang disebut
cholchicine. Colchicine sebenarnya bukan kategori obat pereda rasa sakit tapi
colchicine mampu mengurangi daya kristal-kristal natrium urat dalam
menyebabkan peradangan di sekitar lapisan sendi atau sinovium. Dengan
berkurangnya daya kristal-kristal tersebut, maka otomatis rasa sakit dari
serangan gout juga bisa berkurang.
Meski colchine dapat menjadi obat yang efektif untuk gout, namun obat
ini sebaiknya digunakan dalam dosis rendah agar tidak menimbulkan efek
samping. Umumnya dokter akan menyarankan pasien mengonsumsi obat ini
maksimal dua hingga empat tablet perhari.
Efek samping yang biasanya timbul jika kita mengonsumsi colchicine
adalah diare, sakit perut, dan mual-mual. Bahkan dalam kasus yang parah, obat
ini dapat menyebabkan masalah besar pada usus.
2) Kortikosteroid untuk mengobati penyakit asam urat parah
Kortikosteroid merupakan sejenis steroid yang kadang-kadang
digunakan untuk mengobati penyakit gout yang sudah parah pada pasien yang
tidak mempan lagi diobati dengan obat lainnya atau pada pasien yang tidak bisa
mengonsumsi OAINS dan colchicine. Beberapa pasien yang biasanya tidak
diperbolehkan mengonsumsi kortikosteroid adalah mereka yang menderita
gagal jantung, gangguan fungsi hati, dan gangguan fungsi ginjal.
Pemberian kortikosteroid biasanya dengan cara disuntikan ke dalam
otot atau langsung ke dalam sendi yang mengalami radang agar rasa sakitnya
langsung mereda. Kortikosteroid umumnya digunakan dalam dosis rendah
dalam jangka pendek karena jika digunakan dalam dosis tinggi dalam jangka
panjang, akan menimbulkan efek samping seperti:
Kelemahan otot
Memar
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi

Penipisan lapisan kulit


Pengeroposan tulang atau osteoporosis
Kenaikan berat badan
Selain efek samping di atas, penggunaan kortikosteroid di luar dosis
yang dianjurkan juga dapat memperburuk glaukoma (penyakit mata yang bisa
menyebabkan kebutaan jika tidak segera ditangani) dan diabetes.
3) Terapi obat-obatan penurun asam urat
Allopurinol membantu menurunkan kadar asam urat dengan cara
menghambat enzim yang bertugas mengubah purin menjadi asam urat.
Allopurinol sendiri sebenarnya bukan obat penghilang rasa sakit yang efek
penggunaannya langsung terasa saat serangan gout terjadi.
Allopurinol merupakan tablet diminum sekali dalam sehari. Dosis obat
ini harus disesuaikan untuk memastikan tercapainya penurunan kadar asam urat
sesuai target, yaitu di bawah 360 umol/L atau 6mg/dl. Dosis allopurinol
biasanya akan meningkat tiap tiga hingga empat minggu, tergantung hasil
pemeriksaan darah.
2. mencegah terjadinya kembali serangan gout dengan cara Meredakan
gejala penyakit asam urat
1) Hindari konsumsi minuman keras
Makanan yang mengandung banyak purin, dapat meningkatkan kadar
asam urat di dalam tubuh kita dan membuat kita rentan untuk terserang
penyakit asam urat. Oleh karena itu hindarilah makanan yang semacam itu.
Contoh-contoh makanan yang banyak mengandung purin adalah sebagai
berikut:

Makanan laut (kerang-kerangan, kepiting, udang, dan telur ikan).


Jeroan (jantung, hati, ginjal, dan otak).

Ikan yang banyak mengandung minyak (sarden, makarel, dan ikan teri).

Binatang buruan (daging rusa, kelinci, dan ayam hutan).

2) Hndar minuman keras


Jika terlalu banyak mengonsumsi minuman keras, maka produksi asam
urat di dalam hati akan meningkat, selain itu unsur alkohol juga dapat
mengurangi jumlah asam urat yang dibuang melalui urin. Terlebih lagi bagi
mereka yang memiliki riwayat penyakit gout, hal ini wajib diperhatikan untuk
menghindarkan diri mereka dari serangan gout.

3) Minum air secukupnya


Disamping dapat terhindar dari dehidrasi, kandungan air yang cukup
dalam tubuh kita juga dapat memperlancar pembuangan asam urat melalui urin.
Disarankan agar kita minum sekitar enam hingga delapan gelas air mineral
perhari, bahkan lebih jika kita juga melakukan olahraga atau sedang berada di
bawah cuaca panas.
4) Mencegah penyakit asam urat dengan mengurangi berat badan
Biasanya kadar asam urat yang tinggi juga dialami oleh mereka yang
memiliki tubuh gemuk. Oleh karena itu penting untuk mengurangi berat badan
agar terhindar dari risiko serangan gout. Hindarilah makanan berprotein tinggi
karena makanan tersebut biasanya juga mengandung purin yang tinggi.
5) Mencegah penyakit asam urat dengan vitamin C
Menurut sebuah penelitian, vitamin C mampu mencegah penyakit asam
urat dengan cara meningkatkan kinerja ginjal dalam membuang asam urat yang
ada di tubuh kita. Dosis vitamin C yang dianjurkan adalah 500 miligram
perhari.
Namun sebelum Anda mengonsumsi suplemen vitamin C, sebaiknya
konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter karena dikhawatirkan Anda
memiliki masalah kesehatan atau sedang menjalani pengobatan tertentu yang
bersifat intoleran dengan suplemen vitamin C.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Asam urat atau sering disebut gout merupakan penyakit radang sendi yang
terjadi akibat deposisi kristal monosodium urat pada persendian dan jaringan lunak.
Alopurinol merupakan obat sintetik yang sangat efektif untuk mengobati gout.
Alopurinol tersedia dalam bentuk tablet dengan kadar 100mg dan 300mg, namun
alopurinol dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya seperti nefropati,
reaksi alergi dan kerusakan hati, sehingga diperlukan obat hipourisemik yang
memiliki keamanan yang lebih tinggi.
Biofarmasetika adalah pengkajian faktor-faktor fisiologis dan farmasetik
yang mempengaruhi pelepasan obat dan absorbansi dari bentuk sediaan. Sifat-sifat

fisika kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju pelepasan obat
dari bentuk sediaan dan transport berikutnya melewati membran-membran biologis,
sedangkan fisiologis dan kenyataan biokimia menentukan nasib obat dalam tubuh.
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi

(D),

metabolisme

(M),

dan

ekskresi

(E).

Metabolisme

atau

biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses
eliminasi obat.

B.

Saran

You might also like