Professional Documents
Culture Documents
tahan tubuh setiap individu. Jika seorang penderita merasakan kelelahan seperti saat
berpergian jauh, begadang, dan terlalu kelelahan serta telat makan, maka akan berdampak
pada memperburuknya penyakit tersebut. Fistula juga sangat erat kaitannya dengan pola
makan.1,3
Posisi duduk atau posisi tidur lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah adalah
posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan atas meja operasi tanpa dipindah
lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam
30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.7
a. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral, Beri bantal
kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien
membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain adalah duduk.
b. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang
punggung adalah L4 atau L5. Tentukan tempat tusukanmisalnya L2-3, L3-4 atau L4-5.
Tusukan pada L1-2 atau di atasnya beresiko trauma terhadap medula spinalis.
c. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
d. Beri anestetik local pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml.
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G atau 25G dapat
langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G, dianjurkan menggunakan
penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan introducer
sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut
mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock)
irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring
mengarah ke atas atau ke bawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat
timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal
dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5 ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.
Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar
arah jarum 90 biasanya likuor keluar.7
Setelah diyakini posisi jarum atau kateter benar, suntukkan anestesi lokal secara
bertahap 3-5 menit sebanyak 3-5ml samapi tercapai dosis total. Suntikkan terlalu
cepat dapat menybabkan tekanan dalam ruang epidural mendadak tinggi, sehingga
menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial, nyeri kepala dan dan gangguan
sirkulasi pembuluh darah epidural.
7. Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml atau segmen yang tentunya bergantung
pada konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50% dan
pada wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat penagruh hormon dan mengecilnya
ruang epidural akibat ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
8. Uji keberhasilan epidural.7
Indikasi anestesi epidural
1. Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
2. Tatalaksana nyeri saat persalinan
3. Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan
4. Tambahan pada anestesia umum ringan karena penyakit tertentu pasien
Komplikasi anestesi epidural
1. Blok tidak merata
2. Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual-muntah.7
Anestetik lokal yang digunakan untuk epidural
1. Lidokain (Xylocain dan lidonest)
Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relaksasi otot baik. 0,8%
blokade sensorik baik tanpa blokade motorik. 1,5% lazim digunakan untuk
pembedahan. 2% untuk relaksasi otot.
2. Bupivacain (Marcain)
Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam. Volum yang digunakan <20
ml.7
1. Posisi pasien pasien telingkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih
rendah dari bokong) atau dikubitus lateral, terutama pada wanita hamil.
2. Dapat digunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena (venocath,
abbocath) ukuran 20-22 pada pasien dewasa
3. Pada dewasa biasanya digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml atau segmen)
4. Pada anak prosedur lebih mudah
5. Identifikasi hiatus sakralis diperoleh dengan menemukan kornusakralis kanan dan kiri
yang sangat mudah teraba pada penderita kurus dan spina iliaka superior posterior.
Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut diperoleh hiatus sakralis.
6. Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik pada daerah hiatus sakralis, ditusukkan
jarum yang mula-mula 90 terhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis
arah jarum diubah 45-60 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikkan
NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan di
kanalis kaudalis.7
Bab III
sedang
Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga
IV
jiwa
Sekarat (moribund), tidak ada harapan untuk
VI
2.3.3.1.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.