Professional Documents
Culture Documents
Home
Seputar LPMP
Sejarah
Struktur Organisasi
Data Pegawai
Produk
Eksplorasi
o
Forum
Forum NUPTK
Forum LPMP
Agenda Kegiatan
PK Guru
Downloads
o
Materi
Produk Hukum
Sertifikasi Guru
Text Size
Portable
Pengumuman
Blockgrant 2010
Forum Guru
Golongan Kepangkatan
Usia
Tingkat Pendidikan
Tingkat Sekolah
Indeks
o
Top News
Top Info
Berita
Artikel
Tutorial
Ruang Guru
Info Teknologi
Kontak
Total Dibaca: 2733
/4
Best
Rate
1.
A. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum sebagaimana yang
ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Perkembangan kurikulum di Indonesia sejak jaman kemerdekaan sampai saat ini telah
terjadi beberapa kali perubahan, baik yang merupakan perubahan total, maupun yang
bersifat penyempurnaan. Perubahan itu terjadi pada tahun 1947, 1964, 1968, 1973,
1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan terakhir adalah tahun 2013, yang dinamakan
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun
ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang
sudah siap melaksanakannya (sekolah eks RSBI, dan atau sekolah berakreditasi A).
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan
Kurikulum 2013 ini juga dilandasi pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan
abad ke-21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowlwdge based
society dan kompetensi masa depan (Kemdikbud, 2013-a).
Menurut Indrajit (2011), salah satu hal yang mencirikan abad ke-21 dalam dunia
pendidikan adalah berkembangnya paradigma teknosains yang menggejala akibat
kehadiran teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi sistem pembelajaran terjadi
akibat hilangnya batasan sekat-sekat ruang dan waktu sebagai konsekuensi
didigitalisasikannya berbagai sumber daya dan entitas pendidikan, beserta proses
belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, di era transformasi pendidikan abad
ke-21 ini, guru dan siswa akan sama-sama memainkan peranan penting dalam
kegiatan pembelajaran. Peranan guru bukan sekedar transfer of knowledge, atau guru
merupakan satu-satunya sumber belajar yang dapat melakukan apa saja (teacher
centre), melainkan guru sebagai mediator dan fasilitator aktif untuk mengembangkan
potensi aktif siswa yang ada pada dirinya. Kompetensi dan pengalaman guru
diintegrasikan untuk menciptakan pembelajaran yang yang efektif dan profesional
agar lebih variatif, bermakna dan menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013, di sana
dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik (Kemdikbud, 2013-b).
Lebih lanjut, dalam dokumen tersebut diuraikan bahwa prinsip pembelajaran yang
digunakan yakni: (1) dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;
(2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; (3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; (4) dari pembelajaran berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi; (5) dari pembelajaran parsial menuju
pembelajaran terpadu; (6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan
keseimbangan
antara
keterampilan
fisikal (hardskills) dan
keterampilan
mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan pesertadidik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran
yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang
menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di
mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas
perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Dari uraian tentang pembelajaran di atas, tampak bahwa kompetensi guru merupakan
faktor yang sangat penting bagi keberhasilan upaya meningkatkan mutu pendidikan
khususnya yang terkait dengan pembelajaran. Guru harus menjadi pendidik
profesional yang memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran. Guru profesional
adalah seorang yang memiliki jabatan guru berdasarkan keilmuan dan keahliannya
dengan mengabdikan diri sepenuhnya atas pekerjaan yang dipilihnya, dengan selalu
berusaha mengembangkan diri dan keahlian yang berkaitan dengan jabatan gurunya.
Sedangkan makna pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) sebagaimana
diuraikan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 adalah peran
pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik.
Untuk standar kompetensi guru itu sendiri meliputi kompetensi pedagogi,
kepribadian, profesional dan sosial. Standar ini telah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang direvisi
menjadi Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013. Secara lebih teknis kompetensi
ini juga telah diuraikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, seperti diuraikan di muka, maka peran
dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian
penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Jika guru tidak mengikuti
perkembangan informasi yang demikian cepat, maka ia akan terpuruk secara
profesional. Hal ini akan berakibat pada hilangnya kepercayaan baik dari siswa, orang
tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu bertindak antisipatif dan proaktif, yakni guru harus melakukan up dateilmu dan
pengetahuan yang dimilikinya secara berkelanjutan.
Namun, jika diamati lebih jauh realita kompetensi guru saat ini tampak bahwa
kondisinya masih beragam. Sudarwan Danim mengungkapkan bahwa salah satu ciri
krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai (Danim, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru
belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh
karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan
dan Peningkatan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan
PSDMPK dan PMP Kemdikbud), Syahwal Gultom menyatakan bahwa mutu dan
kualitas guru di Indonesia saat ini masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji
kompetensi bagi guru yang sudah dilakukan, yakni masih banyak guru yang tidak
lulus uji kompetensi dan sertifikasi (Gultom, 2013).
Lebih lanjut Syawal Gultom menjelaskan bahwa banyak guru yang tidak memahami
substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang tepat diterapkan
kepada anak didik. Dari program sertifikasi guru untuk menciptakan guru profesional,
dari persyaratan sertifikasi hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang
memenuhi syarat, sedangkan 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi.
Begitupun saat dilaksanakan uji kompetensi guru rata-rata guru hanya mendapatkan
nilai di bawah 50.
Terkait kondisi ini, Syawal Gultom juga mengutarakan bahwa untuk menambah
standar kualitas guru, Kemdikbud akan mengajukan tiga pola pembinaan guru, yakni
uji kompetensi, penilaian kinerja, dan diklat secara berkelanjutan dan berjenjang,
sehingga kualitas guru semakin meningkat.
Pola pembinaan guru ini merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang dan peraturan pemerintah
ini diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu mengembangkan keprofesiannya
secara berkelanjutan, yang disebut dengan istilah Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Pelaksanaan program PKB ini diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru.
Secara teknis pelaksanaan program PKB diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPAN & RB) No 16
nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 35 tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Kegiatan PKB sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri itu, dikembangkan atas
dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil penilaian kinerja guru (PKG) dan
didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil penilaian kinerja guru masih berada
di bawah standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, maka
guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai
pembinaan dalam pencapaian standar kompetensi guru. Sementara itu, guru yang hasil
penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam
penilaian kinerja guru, kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi
untuk memenuhi layanan pembelajaran berkualitas dan peningkatan karir guru.
Adapun lingkup pelaksanaan kegiatan PKB sebagaimana dijelaskan dalam buku Pedoman
Pengelolaan PKB Buku 1 (Kemdikbud, 2012-a), dapat dilakukan di internal sekolah,
oleh guru melalui jaringan sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat
dilakukan dalam satu rayon (kelompok kerja/musyawarah kerja guru), antar rayon dalam
kabupaten/kota tertentu, antar provinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan
kerjasama sekolah antar negara serta kerjasama sekolah dan industri, baik secara
langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara
lain dapat berupa: (1) kegiatan KKG/ MGMP/ MGBK, (2) pelatihan/ seminar/ lokakarya,
(3) kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha dan industri, dan sebagainya, dan (4)
mengundang narasumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas,
asosiasi profesi, atau dari instansi/ institusi yang relevan.
Terkait kegiatan PKB untuk pengembangan diri yang diuraikan di atas, yang perlu
dicermati lebih detail adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan yang
dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Pelaksanaan
kegiatan ini relatif lebih mandiri dan berbeda-beda antara satu guru dengan guru yang
lain dalam satu sekolah, maupun antar satu sekolah dengan sekolah lain. Secara teknis
kegiatan ini juga tidak diatur secara baku. Hal ini sangat mungkin akan menimbulkan
berbagai kendala bagi guru, bahkan mungkin dapat muncul kerancuan. Kesemuanya ini
dikhawatirkan akan mengakibatkan hal yang kontra produktif, khususnya yang terkait
dengan pencapain standar-standar peningkatan kompetensi guru yang seharusnya
dipenuhi sesuai kebutuhan.
Untuk meminimalisasi berbagai kekurangan yang ada, maka diperlukan suatu model
yang dapat memfasilitasi kegiatan ini secara komprehensip, sehingga pelaksanaannya
dapat lebih terstandar. Berdasarkan latar belakang inilah muncul sebuah gagasan
penelitian dan pengembangan MODEL FASILITASI PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU.
B. KAJIAN PUSTAKA
1.
Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain kompetensi dapat
dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan (Rusman, 2012). Dengan demikian
kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibankewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Guru sebagai orang yang perilakunya
menjadi panutan siswa dan masyarakat pada umumnya harus dapat
mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai baik dari tataran
tujuan nasional maupun sekolah. Untuk menghantarkan tujuan tersebut, guru harus
memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan pendidikan dan juga
psikologi perkembangan siswa, sehingga strategi pembelajaran akan diterapkan
berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya.
Adapun hakekat kompetensi menurut Louise Moqvist (2003) "competency has been
defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Jadi
pada dasarnya kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat
dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku
dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat
melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus
memiliki
kemampuan (ability) dalam
bentuk
pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Dengan demikian kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa
yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,
baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Secara rinci
Raka Joni dalam Suyanto dan Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi
guru, yakni: (1) kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas dari
bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode
mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya; (2) kompetensi
kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru,
maupun masyarakat luas; (3) kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang
mantap dan patut diteladani, yang berarti seorang guru akan mampu menjadi seorang
pemimpin yang menjalankan peran ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani.
Selaras dengan ini, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah direvisi menjadi Peraturan
Pemerintah nomor 32 tahun 2013, yakni: (1) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan
dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau
landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap peserta didik, (c) pengembangan
kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, (f) evaluasi hasil belajar, dan (g) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya; (2) kompetensi
kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang: (a) mantap, (b) stabil, (c) dewasa,
(d) arif dan bijaksana, (e) berwibawa, (f) berakhlak mulia, (g) menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, (h) mengevaluasi kinerja sendiri, dan (i)
mengembangkan diri secara berkelanjutan; (3) kompetensi sosial yaitu merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan
dan tulisan, (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
(c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar;
dan (4) kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan
metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar, (b)
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, (c) hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari,
dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional.
2.
Pengembangan profesi guru merujuk pada prinsip bahwa profesi guru senantiasa tumbuh dan
berkembang sebagai hasil pengalaman dan analisis sistematis terhadap pengalaman guru
dalam. Pengembangan profesi guru juga dimaknai sebagai kegiatan guru dalam rangka
pengamalan ilmu pengetahuan teknologi dan keterampilan untuk peningkatan mutu
pendidikan dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya dan dalam rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1995).
Menurut Yoshida (1999) Proses pengembangan profesi yang dilakukan secara berkelanjutan
dapat
memperbaiki
mutu
pengalaman
belajar
siswa
dalam
proses
pembelajaran (teaching) dan pembelajaran (learning) yang mereka fasilitasi. Demikian pula,
pengembangan profesi guru dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti melaksanakan
kegiatan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pendidikan; menemukan teknologi tepat guna di
bidang pendidikan; membuat alat pelajaran/ peraga atau alat bimbingan; menciptakan karya
seni, dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum (Depdikbud, 1995).
1.
1.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga unsur tersebut harus dilaksanakan secara
berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya. Pelaksanaan kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan
guru profesional, bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan demikian, guru mampu
menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan
bidangnya dalam menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sehingga
guru sebagai pembelajar abad 21 mampu mengikuti perkembangan ilmu
dalam bidangnya dan dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang sesuai dengan standar kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik.
2.
< SM) dan nilai standar dan/ atau di atas standar minimum (N SM). Kriteria
penetapan standar minimum akan ditetapkan oleh Badan PSDMPK dan PMP.
Pada tahap (stage) 1, diklat dasar mempunyai tujuan utama untuk memperbaiki
kompetensi dasar tentang penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu (kompetensi profesional)
serta pengetahuan tentang model-model pembelajaran (kompetensi pedagogik) bagi
guru kelas/ mata pelajaran. Oleh karena itu, bagi guru yang memperoleh nilai uji
kompetensi di bawah standar (N < SM) wajib mengikuti diklat dasar (formal atau
informal) sampai dengan memperoleh nilai standar atau di atas standar minimum (N
< SM). Sedangkan bagi guru yang telah memperoleh nilai kompetensi standar atau
di atas standar minimum (N SM) dapat langsung mengikuti penilaian kinerja guru
tanpa harus mengikuti diklat dasar.
Pelaksanaan diklat dasar dapat dilakukan secara formal maupun informal didasarkan
pada hasil uji kompetensi, aspek kualitas, kuantitas, waktu, dan biaya. Diklat dasar
formal dilaksanakan oleh pemerintah pada lembaga-lembaga diklat yang ditetapkan
(LPMP, PPPPTK, dan sebagainya), dan diklat dasar informal dilaksanakan antara
lain melalui media teknologi informatika (sistem online), offline, modul dan
sebagainya.
Guru peserta diklat formal yang memperoleh nilai kompetensi standar atau di atas
standar (berdasarkan ujian diklat) dapat langsung mengikuti PKG. Sedangkan, bagi
guru yang mengikuti diklat dasar informal diwajibkan mengikuti uji kompetensi lagi.
Jika hasil ujian yang bersangkutan telah mencapai nilai standar atau di atas standar
(N SM) maka dia dapat langsung mengikuti pelaksanaan PKG.
Sebagai langkah awal atas realisasi dari pola di atas, mulai tahun 2012 pemerintah
melalui Kemdikbud telah melaksanakan uji kompetensi guru (UKG) yang
pelaksanaannya di koordinasikan oleh Badan PSDMPK dan PMP. UKG
dimaksudkan untuk mengetahui peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesional. Peta penguasaan kompetensi guru tersebut akan
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian program pembinaan dan
pengembangan profesi guru. Output dari UKG ini difokuskan pada identifikasi
kelemahan guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional
(Kemdikbud, 2012-b)
Secara khusus tujuan dilaksanakan UKG sebagaimana diuraikan dalam pedoman
UKG adalah: (1) pemetaan penguasaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan
profesional) sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan
pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan; dan (2) sebagai entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat
kontrol pelaksanaan penilaian kinerja guru. Program PKB dan PKG wajib dilakukan
setiap tahunnya sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional
guru (Kemdikbud, 2012-b).
UKG sendiri dilaksankan atas dasar landasan teoritis pedagogik bahwa PKG adalah
penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir
kepangkatan dan jabatannya. Sementara pembinaan dan pengembangan profesi guru
hanya dapat dilakukan secara efektif jika berbasis pada pemetaan kompetensi guru,
dan UKG berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan
profesional).
Di sisi lain, UKG dilaksankan dengan prinsip bahwa UKG mengukur kompetensi
dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content.
Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi
(bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi
akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi
pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses
pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas. Pendekatan yang digunakan adalah
tes penguasaan subject matter pada jenjang pendidikan tempat tugas guru. Instrumen
tes untuk guru bidang studi SMP, SMA dan SMK akan dibedakan dengan asumsi
bahwa pembinaan profesi dan penilaian kinerja guru didasarkan padatempat tugas
mengajar guru. Uji kompetensi pedagogik mengunakan pendekatan inti sel dari
varian dari kompetensi pedagogik dimaksud (Kemdikbud, 2012-b).
Terkait dengan PKG menurut Permenneg PAN dan RB) nomor 16 tahun 2009,
menyatakan bahwa PKG adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir
kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan
jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan
seorang guru dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya. Dalam hal ini adalah
kompetensi yang sangat diperlukan bagi guru seperti yang diamanatkan oleh
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Kemdikbud, 2012-c).
Lebih lanjut dijelasakan bahwa PKG dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai
dengan tugas pembelajaran. Bagi guru mata pelajaran, kompetensi yang dijadikan
dasar untuk penilaian adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan
kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator yang harus dapat ditunjukkan dan diamati dalam
berbagai kegiatan, tindakan, dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran.
PKG dilakukan sekali dalam setahun, tetapi prosesnya dilakukan sepanjang tahun
terutama dalam memantau unjuk kerja guru dalam mengimplementasikan
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kegiatan penilaian kinerja guru
diawali dengan kegiatan evaluasi diri yang dilaksanakan pada awal semester.
Rentang waktu antara pelaksanaan kegiatan evaluasi diri dan kegiatan PKG adalah 2
semester. Di dalam rentang waktu tersebut, guru wajib melaksanakan kegiatan PKB
untuk memperoleh pembinaan keprofesiannya sebelum mengikuti PKG. Periode
kegiatan evaluasi diri, PKB, dan PKG dapat digambarkan sebagai berikut.
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
MODEL
FASILITASI
Untuk penelitian dalam skala kecil rencana dilakukan pada saat pelaksanaan
diklat peningkatan kompetensi guru matematika SMA. Diklat ini merupakan
agenda rutin tahunan di LPMP Jawa Tengah yang diikuti oleh guru-guru
matematika SMA dari sebagian besar kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Pada
kegiatan ini direncanakan akan dilakukan observasi dan analisis kebutuhan
pembelajaran pada materi terkait standar kompetensi guru khususnya
kompetesi pedagogik dan profesional. Diharapkan juga akan didapatkan peta
kompetensi guru, berdasarkan hasil prepost test diklat.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Soal evaluasi
7.
3.
4.
subyek sekitar 50 guru. Pada tahap ini dilakukan uji efektivitas hingga
diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1989). Educational Research: An Introduction, Fifth
Edition.New York: Longman.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan : dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Depdikbud. (1995). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 25 tahun
1995 tentang Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdikbud.
Gultom, S. (2013, 09 30). Kualitas Guru di Indonesia Masih Rendah. Retrieved 4 4,
2014, from SekolahDasar.Net: http://www.sekolahdasar.net/2013/09/kualitas-guru-diindonesia-masih-rendah.html
Indrajit, R. E. (2011). Teknologi Informasi dan Perguruan Tinggi : Menjawab
Tantangan Pendidikan Abad ke-21. Online: http://www.bukue.lipi.go.id/utama.cgi?lihatarsip&rich001&1361080654.
Kemdikbud.
(2012). Pedoman
Pengelolaan
Pengembangan
Berkelanjutan.Jakarta: Badan PSDMP dan PMP Kemdikbud.
Keprofesian
Keprofesian
Pengembangan
Kemdikbud. (2012-b). Pedoman Uji Kompetensi Guru. Jakarta: Badan PSDMPK dan
PMP.
Kemdikbud. (2012-c). Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Badan
PSDMPK dan PMP.
Kemdikbud. (2013-a). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA
Matematika. Jakartta: Badan PSDMP dan PMP.
Kemdikbud. (2013-b). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65
tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Kemdikbud.
Moqvist, L. (2003). he Competency Dimension of Leadership: Findings from
a . Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, .
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer-Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, & Hisyam, D. (2000). Refleksi
Indonesia . Yogyakarta: Adi Cita.
dan
Reformasi
Pendidikan
Search
RSS