You are on page 1of 19

Thursday, October 29, 2015

LPMP Provinsi Jawa Tengah


Search
Search...

Home

Seputar LPMP

Sejarah

Visi & Misi

Kedudukan, Tugas & Fungsi

Struktur Organisasi

Data Pegawai

Produk

Eksplorasi
o

Forum

Forum NUPTK

Forum LPMP

Agenda Kegiatan

PK Guru

KKG/MGMP - Kelompok Kerja

Downloads
o

Materi

Produk Hukum

Sertifikasi Guru

Text Size

Portable

Pengumuman

Blockgrant 2010

Forum Guru

Data Guru Jawa Tengah


o

Golongan Kepangkatan

Usia

Tingkat Pendidikan

Tingkat Sekolah

Indeks
o

Top News

Top Info

Berita

Karya Tulis Ilmiah

Artikel

Tutorial

Ruang Guru

Info Teknologi

Kontak
Total Dibaca: 2733

MODEL FASILITASI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


User Rating:
Poor

/4
Best
Rate

MODEL FASILITASI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


(Sebuah Gagasan Penelitian dan Pengembangan)
Oleh :
Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom.
Widyaiswara LPMP Jawa Tengah
ABSTRAK
Kompetensi guru merupakan faktor penting bagi keberhasilan upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Standar kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogi, kepribadian, profesional dan sosial. Sejalan dengan tantangan
kehidupan global, maka peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang
akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Untuk
menambah standar kualitas guru, Kemdikbud akan mengajukan tiga pola
pembinaan guru, yakni uji kompetensi, penilaian kinerja (PKG), dan diklat
secara berkelanjutan dan berjenjang (PKB). Salah satu dari sekian banyak
kegiatan PKB untuk pengembangan diri adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru secara mandiri dan yang dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru
lain dalam satu sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini relatif lebih mandiri dan
berbeda-beda antara satu guru dengan guru yang lain dalam satu sekolah,
maupun antar satu sekolah dengan sekolah lain. Secara teknis kegiatan ini juga
tidak diatur secara baku. Hal ini sangat mungkin akan menimbulkan berbagai
kendala bagi guru, bahkan mungkin dapat muncul kerancuan. Kesemuanya ini
dikhawatirkan akan mengakibatkan hal yang kontra produktif, khususnya yang
terkait dengan pencapain standar-standar peningkatan kompetensi guru yang
seharusnya dipenuhi sesuai kebutuhan. Untuk meminimalisasi berbagai
kekurangan yang ada, maka diperlukan suatu model yang dapat memfasilitasi
kegiatan ini secara komprehensip, sehingga pelaksanaannya dapat lebih
terstandar. Gagasan ini merupakan gagasan penelitian menggunakan jenis
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan/Research and Development (R & D).
Model yang digunakan adalah R & D model Borg & Gall, yang meliputi
sepuluh langkah, yakni: (1) Research and Information colletion, (2) Planning,
(3) Develop Preliminary form of Product, (4) Preliminary Field Testing, (5)
Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Product
Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, dan (10)
Disemination and Implementasi.
Key words: Fasilitasi, Peningkatan Kompetensi, Pengembangan Diri

1.

A. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi

penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum sebagaimana yang
ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Perkembangan kurikulum di Indonesia sejak jaman kemerdekaan sampai saat ini telah
terjadi beberapa kali perubahan, baik yang merupakan perubahan total, maupun yang
bersifat penyempurnaan. Perubahan itu terjadi pada tahun 1947, 1964, 1968, 1973,
1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan terakhir adalah tahun 2013, yang dinamakan
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun
ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang
sudah siap melaksanakannya (sekolah eks RSBI, dan atau sekolah berakreditasi A).
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan
Kurikulum 2013 ini juga dilandasi pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan
abad ke-21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowlwdge based
society dan kompetensi masa depan (Kemdikbud, 2013-a).
Menurut Indrajit (2011), salah satu hal yang mencirikan abad ke-21 dalam dunia
pendidikan adalah berkembangnya paradigma teknosains yang menggejala akibat
kehadiran teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi sistem pembelajaran terjadi
akibat hilangnya batasan sekat-sekat ruang dan waktu sebagai konsekuensi
didigitalisasikannya berbagai sumber daya dan entitas pendidikan, beserta proses
belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, di era transformasi pendidikan abad
ke-21 ini, guru dan siswa akan sama-sama memainkan peranan penting dalam
kegiatan pembelajaran. Peranan guru bukan sekedar transfer of knowledge, atau guru
merupakan satu-satunya sumber belajar yang dapat melakukan apa saja (teacher
centre), melainkan guru sebagai mediator dan fasilitator aktif untuk mengembangkan
potensi aktif siswa yang ada pada dirinya. Kompetensi dan pengalaman guru
diintegrasikan untuk menciptakan pembelajaran yang yang efektif dan profesional
agar lebih variatif, bermakna dan menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013, di sana
dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik (Kemdikbud, 2013-b).
Lebih lanjut, dalam dokumen tersebut diuraikan bahwa prinsip pembelajaran yang
digunakan yakni: (1) dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;

(2) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar; (3) dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; (4) dari pembelajaran berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi; (5) dari pembelajaran parsial menuju
pembelajaran terpadu; (6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan
keseimbangan
antara
keterampilan
fisikal (hardskills) dan
keterampilan
mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan pesertadidik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran
yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang
menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di
mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas
perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Dari uraian tentang pembelajaran di atas, tampak bahwa kompetensi guru merupakan
faktor yang sangat penting bagi keberhasilan upaya meningkatkan mutu pendidikan
khususnya yang terkait dengan pembelajaran. Guru harus menjadi pendidik
profesional yang memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran. Guru profesional
adalah seorang yang memiliki jabatan guru berdasarkan keilmuan dan keahliannya
dengan mengabdikan diri sepenuhnya atas pekerjaan yang dipilihnya, dengan selalu
berusaha mengembangkan diri dan keahlian yang berkaitan dengan jabatan gurunya.
Sedangkan makna pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) sebagaimana
diuraikan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 adalah peran
pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik.
Untuk standar kompetensi guru itu sendiri meliputi kompetensi pedagogi,
kepribadian, profesional dan sosial. Standar ini telah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang direvisi
menjadi Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013. Secara lebih teknis kompetensi
ini juga telah diuraikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, seperti diuraikan di muka, maka peran
dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian
penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Jika guru tidak mengikuti
perkembangan informasi yang demikian cepat, maka ia akan terpuruk secara
profesional. Hal ini akan berakibat pada hilangnya kepercayaan baik dari siswa, orang
tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru
perlu bertindak antisipatif dan proaktif, yakni guru harus melakukan up dateilmu dan
pengetahuan yang dimilikinya secara berkelanjutan.
Namun, jika diamati lebih jauh realita kompetensi guru saat ini tampak bahwa
kondisinya masih beragam. Sudarwan Danim mengungkapkan bahwa salah satu ciri

krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai (Danim, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru
belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh
karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi
guru. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan
dan Peningkatan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan
PSDMPK dan PMP Kemdikbud), Syahwal Gultom menyatakan bahwa mutu dan
kualitas guru di Indonesia saat ini masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji
kompetensi bagi guru yang sudah dilakukan, yakni masih banyak guru yang tidak
lulus uji kompetensi dan sertifikasi (Gultom, 2013).
Lebih lanjut Syawal Gultom menjelaskan bahwa banyak guru yang tidak memahami
substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang tepat diterapkan
kepada anak didik. Dari program sertifikasi guru untuk menciptakan guru profesional,
dari persyaratan sertifikasi hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang
memenuhi syarat, sedangkan 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi.
Begitupun saat dilaksanakan uji kompetensi guru rata-rata guru hanya mendapatkan
nilai di bawah 50.
Terkait kondisi ini, Syawal Gultom juga mengutarakan bahwa untuk menambah
standar kualitas guru, Kemdikbud akan mengajukan tiga pola pembinaan guru, yakni
uji kompetensi, penilaian kinerja, dan diklat secara berkelanjutan dan berjenjang,
sehingga kualitas guru semakin meningkat.
Pola pembinaan guru ini merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang dan peraturan pemerintah
ini diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu mengembangkan keprofesiannya
secara berkelanjutan, yang disebut dengan istilah Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Pelaksanaan program PKB ini diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru.
Secara teknis pelaksanaan program PKB diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPAN & RB) No 16
nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 35 tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Kegiatan PKB sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri itu, dikembangkan atas
dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil penilaian kinerja guru (PKG) dan
didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil penilaian kinerja guru masih berada
di bawah standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, maka
guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai
pembinaan dalam pencapaian standar kompetensi guru. Sementara itu, guru yang hasil
penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam
penilaian kinerja guru, kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi
untuk memenuhi layanan pembelajaran berkualitas dan peningkatan karir guru.
Adapun lingkup pelaksanaan kegiatan PKB sebagaimana dijelaskan dalam buku Pedoman
Pengelolaan PKB Buku 1 (Kemdikbud, 2012-a), dapat dilakukan di internal sekolah,

eksternal-antar sekolah maupun melibatkan kepakaran lain yang dimungkinkan untuk


dilakukan melalui jaringan virtual, seperti ditunjukkan oleh diagram di bawah ini.

Gambar 1: Sumber-sumber PKB (Kemdikbud, 2012-a)


Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di dalam sekolah secara
mandiri dan dikelompokkan menjadi tiga yakni: (a) dilakukan oleh guru secara mandiri,
dengan program kegiatan antara lain : (1) mengembangkan kurikulum yang mencakup
topik-topik aktual/ terkini yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
sebagainya sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (2) merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, (3) mengevaluasi, menilai dan menganalis hasil belajar peserta
didik yang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara nyata, (4)
menganalisis dan mengembangkan model pembelajaran berdasarkan umpan balik yang
diperoleh dari peserta didik, (5) melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan sehari-hari sebagai bahan untuk pengembangan pembelajaran, (6) mengkaji
artikel dan/ atau buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi untuk membantu
pengembangan pembelajaran, (7) melakukan penelitian mandiri (misalnya Penelitian
Tindakan Kelas) dan menuliskan menjadi bahan publikasi ilmiah, dan (8) lain-lain
kegiatan terkait dengan pengembangan keprofesian guru; (b) dilakukan oleh guru bekerja
sama dengan guru lain dalam satu sekolah, dengan program kegiatan antara lain: (1)
mengobservasi kegiatan pembelajaran sesama guru dan memberikan saran untuk
perbaikan pembelajaran, (2) melakukan identifikasi, investigasi dan membahas
permasalahan yang dihadapi di kelas/ sekolah, (3) menulis modul, buku panduan peserta
didik, lembar kerja peserta didik, dsb, (4) membaca dan mengkaji artikel dan/ atau buku
yang berkaitan dengan bidang dan profesi untuk membantu pengembangan
pembelajaran, (5) mengembangkan kurikulum dan persiapan mengajar dengan
memanfaatkan TIK, (6) melaksanakan pembimbingan pada program induksi bagi guru
pemula, (7) melakukan penelitian bersama dan menuliskan hasil penelitian tersebut, dan
(8) lain-lain kegiatan terkait dengan pengembangan keprofesian guru; dan (c) dilakukan

oleh guru melalui jaringan sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat
dilakukan dalam satu rayon (kelompok kerja/musyawarah kerja guru), antar rayon dalam
kabupaten/kota tertentu, antar provinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan
kerjasama sekolah antar negara serta kerjasama sekolah dan industri, baik secara
langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara
lain dapat berupa: (1) kegiatan KKG/ MGMP/ MGBK, (2) pelatihan/ seminar/ lokakarya,
(3) kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha dan industri, dan sebagainya, dan (4)
mengundang narasumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas,
asosiasi profesi, atau dari instansi/ institusi yang relevan.
Terkait kegiatan PKB untuk pengembangan diri yang diuraikan di atas, yang perlu
dicermati lebih detail adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan yang
dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Pelaksanaan
kegiatan ini relatif lebih mandiri dan berbeda-beda antara satu guru dengan guru yang
lain dalam satu sekolah, maupun antar satu sekolah dengan sekolah lain. Secara teknis
kegiatan ini juga tidak diatur secara baku. Hal ini sangat mungkin akan menimbulkan
berbagai kendala bagi guru, bahkan mungkin dapat muncul kerancuan. Kesemuanya ini
dikhawatirkan akan mengakibatkan hal yang kontra produktif, khususnya yang terkait
dengan pencapain standar-standar peningkatan kompetensi guru yang seharusnya
dipenuhi sesuai kebutuhan.
Untuk meminimalisasi berbagai kekurangan yang ada, maka diperlukan suatu model
yang dapat memfasilitasi kegiatan ini secara komprehensip, sehingga pelaksanaannya
dapat lebih terstandar. Berdasarkan latar belakang inilah muncul sebuah gagasan
penelitian dan pengembangan MODEL FASILITASI PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU.
B. KAJIAN PUSTAKA
1.

Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain kompetensi dapat
dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan (Rusman, 2012). Dengan demikian
kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibankewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Guru sebagai orang yang perilakunya
menjadi panutan siswa dan masyarakat pada umumnya harus dapat
mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai baik dari tataran
tujuan nasional maupun sekolah. Untuk menghantarkan tujuan tersebut, guru harus
memiliki kecakapan dan kemampuan yang menyangkut landasan pendidikan dan juga
psikologi perkembangan siswa, sehingga strategi pembelajaran akan diterapkan
berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya.
Adapun hakekat kompetensi menurut Louise Moqvist (2003) "competency has been
defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Jadi
pada dasarnya kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat
dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku
dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat
melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus
memiliki
kemampuan (ability) dalam
bentuk
pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Dengan demikian kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa
yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,
baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Secara rinci
Raka Joni dalam Suyanto dan Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi
guru, yakni: (1) kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas dari
bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode
mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya; (2) kompetensi
kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru,
maupun masyarakat luas; (3) kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang
mantap dan patut diteladani, yang berarti seorang guru akan mampu menjadi seorang
pemimpin yang menjalankan peran ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani.
Selaras dengan ini, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah direvisi menjadi Peraturan
Pemerintah nomor 32 tahun 2013, yakni: (1) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan
dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau
landasan kependidikan, (b) pemahaman terhadap peserta didik, (c) pengembangan
kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, (f) evaluasi hasil belajar, dan (g) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya; (2) kompetensi
kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang: (a) mantap, (b) stabil, (c) dewasa,
(d) arif dan bijaksana, (e) berwibawa, (f) berakhlak mulia, (g) menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, (h) mengevaluasi kinerja sendiri, dan (i)
mengembangkan diri secara berkelanjutan; (3) kompetensi sosial yaitu merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan
dan tulisan, (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
(c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar;
dan (4) kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan
metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar, (b)
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, (c) hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari,
dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan
nilai dan budaya nasional.
2.

Pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesi guru merujuk pada prinsip bahwa profesi guru senantiasa tumbuh dan
berkembang sebagai hasil pengalaman dan analisis sistematis terhadap pengalaman guru
dalam. Pengembangan profesi guru juga dimaknai sebagai kegiatan guru dalam rangka
pengamalan ilmu pengetahuan teknologi dan keterampilan untuk peningkatan mutu
pendidikan dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya dan dalam rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1995).
Menurut Yoshida (1999) Proses pengembangan profesi yang dilakukan secara berkelanjutan
dapat
memperbaiki
mutu
pengalaman
belajar
siswa
dalam
proses
pembelajaran (teaching) dan pembelajaran (learning) yang mereka fasilitasi. Demikian pula,
pengembangan profesi guru dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti melaksanakan

kegiatan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pendidikan; menemukan teknologi tepat guna di
bidang pendidikan; membuat alat pelajaran/ peraga atau alat bimbingan; menciptakan karya
seni, dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum (Depdikbud, 1995).
1.
1.

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 pasal 7 mengamanatkan bahwa


pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Adapun pada
pasal 20 dalam undang-undang ini menyatakan bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa
unsur dan sub unsur kegiatan guru meliputi: Pendidikan; Pembelajaran/
Bimbingan; Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB); dan Kegiatan
Penunjang. PKB yang merupakan pengembangan kompetensi guru
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya.
Kegiatan PKB sebagaimana dijelaskan dalam buku Pedoman Pengelolaan
PKB-Buku 1(Kemdikbud, 2012-a) dikembangkan atas dasar profil kinerja
guru sebagai perwujudan hasil penilaian kinerja guru dan didukung dengan
hasil evaluasi diri. Apabila hasil penilaian kinerja guru masih berada di bawah
standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, maka
guru diwajibkan untuk mengikuti program pengembangan keprofesian
berkelanjutan yang diorientasikan sebagai pembinaan dalam pencapaian
standar kompetensi guru. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya
telah mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian
kinerja guru, kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan diarahkan
kepada pengembangan kompetensi untuk memenuhi layanan pembelajaran
berkualitas dan peningkatan karir guru.
Adapun unsur kegiatan PKB menurut Permenneg PAN dan RB nomor 16
Tahun 2009 yakni meliputi: pengembangan diri; publikasi ilmiah; dan karya
inovatif. Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan
profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni. Adapun publikasi ilmiah adalah
karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai
bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Sedangkan karya
inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan
baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan,
sains/teknologi, dan seni (Kemdikbud, 2012-a).

Kegiatan PKB yang mencakup ketiga unsur tersebut harus dilaksanakan secara
berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya. Pelaksanaan kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan
guru profesional, bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan demikian, guru mampu
menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan
bidangnya dalam menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sehingga
guru sebagai pembelajar abad 21 mampu mengikuti perkembangan ilmu
dalam bidangnya dan dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang sesuai dengan standar kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik.

2.

Pemetaan Kompetensi Guru melalui Penilaian Kinerja Guru dan Uji


Kompetensi.
Selain PKB, dalam pola pembinaan dan pengembangan profesi guru di
Indonesia yang tidak dapat dipisahkan adalah Penilaian Kinerja Guru (PKG)
dan Uji Kompetensi. Hubungan implementasi antara PKG dan PKB serta Uji
kompetensi berada pada satu desain seperti ditunjukkan gambar berikut.

Gambar 2: Desain PKB, PKG dan Uji Kompetensi (Kemdikbud, 2012)


Gambar di atas menjelaskan bahwa sebelum PKG dilaksanakan, seluruh guru
terlebih dahulu harus mengikuti Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh Badan
PSDMPK dan PMP. Ujian tersebut bertujuan untuk memperoleh data awal
kompetensi guru sebelum mengikuti penilaian kinerja guru. Data awal tersebut akan
diklasifikasikan menjadi dua kategori nilai, yaitu nilai di bawah standar minimum (N

< SM) dan nilai standar dan/ atau di atas standar minimum (N SM). Kriteria
penetapan standar minimum akan ditetapkan oleh Badan PSDMPK dan PMP.
Pada tahap (stage) 1, diklat dasar mempunyai tujuan utama untuk memperbaiki
kompetensi dasar tentang penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu (kompetensi profesional)
serta pengetahuan tentang model-model pembelajaran (kompetensi pedagogik) bagi
guru kelas/ mata pelajaran. Oleh karena itu, bagi guru yang memperoleh nilai uji
kompetensi di bawah standar (N < SM) wajib mengikuti diklat dasar (formal atau
informal) sampai dengan memperoleh nilai standar atau di atas standar minimum (N
< SM). Sedangkan bagi guru yang telah memperoleh nilai kompetensi standar atau
di atas standar minimum (N SM) dapat langsung mengikuti penilaian kinerja guru
tanpa harus mengikuti diklat dasar.
Pelaksanaan diklat dasar dapat dilakukan secara formal maupun informal didasarkan
pada hasil uji kompetensi, aspek kualitas, kuantitas, waktu, dan biaya. Diklat dasar
formal dilaksanakan oleh pemerintah pada lembaga-lembaga diklat yang ditetapkan
(LPMP, PPPPTK, dan sebagainya), dan diklat dasar informal dilaksanakan antara
lain melalui media teknologi informatika (sistem online), offline, modul dan
sebagainya.
Guru peserta diklat formal yang memperoleh nilai kompetensi standar atau di atas
standar (berdasarkan ujian diklat) dapat langsung mengikuti PKG. Sedangkan, bagi
guru yang mengikuti diklat dasar informal diwajibkan mengikuti uji kompetensi lagi.
Jika hasil ujian yang bersangkutan telah mencapai nilai standar atau di atas standar
(N SM) maka dia dapat langsung mengikuti pelaksanaan PKG.
Sebagai langkah awal atas realisasi dari pola di atas, mulai tahun 2012 pemerintah
melalui Kemdikbud telah melaksanakan uji kompetensi guru (UKG) yang
pelaksanaannya di koordinasikan oleh Badan PSDMPK dan PMP. UKG
dimaksudkan untuk mengetahui peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesional. Peta penguasaan kompetensi guru tersebut akan
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian program pembinaan dan
pengembangan profesi guru. Output dari UKG ini difokuskan pada identifikasi
kelemahan guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional
(Kemdikbud, 2012-b)
Secara khusus tujuan dilaksanakan UKG sebagaimana diuraikan dalam pedoman
UKG adalah: (1) pemetaan penguasaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan
profesional) sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program pembinaan dan
pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan; dan (2) sebagai entry point penilaian kinerja guru dan sebagai alat
kontrol pelaksanaan penilaian kinerja guru. Program PKB dan PKG wajib dilakukan
setiap tahunnya sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional
guru (Kemdikbud, 2012-b).
UKG sendiri dilaksankan atas dasar landasan teoritis pedagogik bahwa PKG adalah
penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir
kepangkatan dan jabatannya. Sementara pembinaan dan pengembangan profesi guru
hanya dapat dilakukan secara efektif jika berbasis pada pemetaan kompetensi guru,

dan UKG berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan
profesional).
Di sisi lain, UKG dilaksankan dengan prinsip bahwa UKG mengukur kompetensi
dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content.
Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi
(bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi
akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi
pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses
pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas. Pendekatan yang digunakan adalah
tes penguasaan subject matter pada jenjang pendidikan tempat tugas guru. Instrumen
tes untuk guru bidang studi SMP, SMA dan SMK akan dibedakan dengan asumsi
bahwa pembinaan profesi dan penilaian kinerja guru didasarkan padatempat tugas
mengajar guru. Uji kompetensi pedagogik mengunakan pendekatan inti sel dari
varian dari kompetensi pedagogik dimaksud (Kemdikbud, 2012-b).
Terkait dengan PKG menurut Permenneg PAN dan RB) nomor 16 tahun 2009,
menyatakan bahwa PKG adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir
kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan
jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan
seorang guru dalam penguasaan dan penerapan kompetensinya. Dalam hal ini adalah
kompetensi yang sangat diperlukan bagi guru seperti yang diamanatkan oleh
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Kemdikbud, 2012-c).
Lebih lanjut dijelasakan bahwa PKG dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai
dengan tugas pembelajaran. Bagi guru mata pelajaran, kompetensi yang dijadikan
dasar untuk penilaian adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan
kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi
subkompetensi dan indikator yang harus dapat ditunjukkan dan diamati dalam
berbagai kegiatan, tindakan, dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran.
PKG dilakukan sekali dalam setahun, tetapi prosesnya dilakukan sepanjang tahun
terutama dalam memantau unjuk kerja guru dalam mengimplementasikan
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kegiatan penilaian kinerja guru
diawali dengan kegiatan evaluasi diri yang dilaksanakan pada awal semester.
Rentang waktu antara pelaksanaan kegiatan evaluasi diri dan kegiatan PKG adalah 2
semester. Di dalam rentang waktu tersebut, guru wajib melaksanakan kegiatan PKB
untuk memperoleh pembinaan keprofesiannya sebelum mengikuti PKG. Periode
kegiatan evaluasi diri, PKB, dan PKG dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3 : Rentang waktu pelaksanaan Evaluasi Diri, PKB, dan PKG


Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa PKG dilakukan di akhir
rentang waktu 2 semester setelah melaksanakan PKB sebagaimana telah
direncanakan. PKG ini harus dilaksanakan dalam waktu 4 - 6 minggu di akhir
rentang waktu 2 semester. Hasil penilaian kinerja ini digunakan sebagai dasar
usulan penetapan angka kredit tahunan guru kepada tim penilai angka kredit. Hasil
penilaian kinerja di akhir rentang waktu 2 semester ini juga digunakan sebagai
salah satu dasar pelaksanaan PKB untuk rentang waktu 2 semester berikutnya
disamping hasil evaluasi diri yang harus dilakukan secara periodik.
1.

PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

MODEL

FASILITASI

Gagasan ini merupakan gagasan penelitian menggunakan jenis Penelitian dan


Pengembangan Pendidikan/ Research and Development (R & D). Model yang
digunakan adalah R & D model Borg & Gall.
Menurut Borg dan Gall (1989), penelitian R & D dalam pendidikan meliputi sepuluh
langkah, yakni: (1) Research and Information colletion, (2) Planning, (3) Develop
Preliminary form of Product, (4) Preliminary Field Testing, (5) Main Product
Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Product Revision, (8) Operational
Field Testing, (9) Final Product Revision, dan (10) Disemination and Implementasi.
Skema langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4. Langkah-langkah Penelitian R & D menurut Borg dan Gall


Perencanaan dari masing-masing langkah secara terperinci dideskripsikan sebagai
berikut.
1.

Research and Information colletion (penelitian dan pengumpulan informasi)


Penelitian dan pengumpulan informasi ini sekaligus digunakan untuk
melakukan analisis kebutuhan, dan merupakan tahap pengumpulan informasi
melalui studi literatur, dan penelitian dalam skala kecil. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan informasi-informasi berkaitan dengan produk
(program fasilitasi) yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan.
Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian, regulasi
pemerintah, dan teori-teori tentang pengembangan profesi guru. Kegiatan pada
studi literatur antara lain mengkaji tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
yang terdapat pada Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013, khususnya
yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru dan standar
kompetensi guru. SNP yang terkait dengan tupoksi guru antara lain adalah
Standar Proses yang terdapat pada Permendikbud nomor 65 tahun 2013, dan
Standar Penilaian yang terdapat pada Permendikbud nomor 66 tahun 2013.
Adapun yang terkait standar kompetensi guru antara lain yakni Permendiknas
nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, PermenPAN & RB nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya, dan Permendiknas nomor 35 tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Sebagai kajian tambahan, akan dicermati pula Permendikbud nomor 54 tahun
2013 tentang Standar Isi, kemudian Permendikbud nomor 69 tahun 2013
tentang Konsep Dasar dan Struktur Kurikulum SMA, dan temuan-temuan
penelitian dalam bidang pendidikan, serta buku-buku referensi yang memuat
teori-teori tentang pengembangan profesi guru.

Untuk penelitian dalam skala kecil rencana dilakukan pada saat pelaksanaan
diklat peningkatan kompetensi guru matematika SMA. Diklat ini merupakan
agenda rutin tahunan di LPMP Jawa Tengah yang diikuti oleh guru-guru
matematika SMA dari sebagian besar kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Pada
kegiatan ini direncanakan akan dilakukan observasi dan analisis kebutuhan
pembelajaran pada materi terkait standar kompetensi guru khususnya
kompetesi pedagogik dan profesional. Diharapkan juga akan didapatkan peta
kompetensi guru, berdasarkan hasil prepost test diklat.
2.

Planning (Perencanaan Program Fasilitasi dan Pengembangan)


Hasil-hasil analisis kebutuhan baik dalam bentuk studi literatur, maupun
penelitian dalam skala kecil menjadi bahan untuk merancang produk awal
model fasilitasi, yakni berupa program fasilitasi. Perencanaan program
fasilitasi mencakup rancangan pedoman fasilitasi, struktur program, perangkat
uji kemampuan peserta (tes awal dan tes akhir), portofolio peserta, dan
instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas program
fasilitasi. Pada tahap ini dilakukan juga uji coba instrumen dan analisis hasil
uji coba instrumen untuk bahan revisi. Analisis hasil uji coba intrumen
penelitian meliputi uji validitas soal, uji reliabilitas soal, uji taraf kesukaran
dan daya pembeda.
Secara umum pengembangan model fasilitasi ini bertujuan untuk membantu
guru dalam meningkatkan kompetensinya sesuai kebutuhan, khususnya yang
terkait kegiatan PKB untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh guru
secara mandiri dan yang dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain
dalam satu sekolah. Secara teknis kegiatan ini belum difasilitasi oleh suatu
regulasi yang baku. Atas dasar ini, maka produk yang dikembangkan
diupayakan dapat memotivasi minat guru, juga lengkap sesuai kebutuhan
guru, dan mudah dalam penggunaannya.
Dalam penelitian ini, pengembangan model fasilitasi yang telah dihasilkan
akan dikemas dalam suatu produk yang berbasis komputer yang diakses
secara off lineberbentuk perangkat lunak (software).
Rancangan produk yang sudah dibuat kemudian divalidasi oleh para ahli
sesuai kapasitasnya masing-masing, baik dari kalangan akademisi, praktisi,
maupun pejabat struktural. Dari akademisi adalah dosen dan widyaiswara
yang ahli dalam evaluasi, pengembangan instrumen, dan teori-teori
pengembangan profesi guru. Dari praktisi adalah ahli media dan rekayasa
perangkat lunak, adapun pejabat struktural adalah pejabat struktural LPMP
Jawa Tengah yang ahli dalam pelatihan dan penjaminan mutu pendidikan.
Saran dan masukan dari para ahli digunakan untuk menyempurnakan
rancangan produk.
1.

Develop Preliminary form of Product (Pengembangan Bentuk Awal


Produk)
Hasil rancangan program penelitian dan pengembangan digunakan
untuk mengembangkan bentuk awal produk. Pengembangan bentuk
awal produk berupa:

1.

Pedoman pelaksanaan program fasiltiasi,

2.

Struktur program fasilitasi

3.

Rancang bangun pembelajaran mata diklat (RBPMD),

4.

Rencana Pembelajaran (RP),

5.

Bahan ajar dan bahan tayang

6.

Soal evaluasi

7.

Biodata peserta, dan instrumen-instrumen yang digunakan


untuk mengukur efektivitas program fasilitasi.

Oleh karena pengembangan model fasilitasi yang telah dihasilkan akan


dikemas dalam suatu produk yang berbasis komputer dalam bentuk
perangkat
lunak(software),
maka
pengembangannya
juga
menggunakan metode sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan
perangkat lunak. Dalam penelitian ini pendekatan yang diajukan
adalah
metode
berorientasi
objek
dengan
tahapantahapan,requirement (kebutuhan), analysis (analisis), design (perancan
gan),implementation (pemakaian), dan testing (pengujian). Tahapantahapan ini dapat dilakukan secara overlap dan bersiklus.
2.

Preliminary Field Testing (Uji Coba Awal)


Rencana uji coba awal akan dilakukan pada guru-guru matematika di
dua SMA di kota Semarang, yang kesemuanya terdiri dari sekitar 10
orang. Masing-masing peserta melakukan uji produk secara berulangulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi. Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan
pengedaran angket. Pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi
yang selanjutnya dianalisis.

3.

Main Product Revision (Revisi Produk Utama)


Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji
lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah
dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap
penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan
pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi
terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan
internal. Hasil revisi kemudian dipergunakan untuk tahap uji coba
utama.

4.

Main Field Testing (Uji Coba Utama)


Rencana uji coba utama ini akan dilakukan pada guru-guru matematika
SMA di kota Semarang, yakni sekitar 15 sekolah dengan jumlah

subyek sekitar 50 guru. Pada tahap ini dilakukan uji efektivitas hingga
diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
5.

Operational Product Revision (Revisi Produk Operasional)


Langkah ini merupakan penyempurnaan produk atas hasil uji lapangan
berdasarkan masukan dan hasil uji lapangan utama. Jadi perbaikan ini
merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih
luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil
uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang
dikembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya
dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang
digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat
internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil
sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

6.

Operational Field Testing (Uji Coba Operasional)


Langkah ini rencana akan dilakukan dengan skala yang lebih besar dari
yang sebelumnya, yakni sekitar 25 SMA di kota Semarang dengan
jumlah subyek sekitar 70 guru matematika. Uji ini meliputi uji
efektivitas dan adaptabilitas desain produk dengan melibatkan para
calon pemakai produk. Hasil uji lapangan berupa model desain yang
siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi. Pengujian
dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan hasilnya
dianalisis.

7.

Final Product Revision (Revisi Produk Final)


Langkah ini merupakan penyempurnaan produk yang sedang
dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk
lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah
didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki
nilai "generalisasi" yang dapat diandalkan. Penyempurnaan didasarkan
masukan atau hasil uji kelayakan dalam skala luas.

8.

Disemination and Implementasi (Diseminasi dan Implementasi)


Desiminasi dan implementasi, yaitu melaporkan produk pada forumforum profesional di dalam jurnal dan implementasi produk pada
praktik pendidikan. Produk ini rencana akan dipresentasikan dan
disosialisasikan implentasinya melalui kegiatan diskusi ilmiah di
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Matematika SMA di Jawa
Tengah. Jika memungkinkan diseminasi produk ini masuk dalam mata
diklat khusus dalam struktur program diklat peningkatan kompetensi
guru matematika SMA di LPMP Jawa Tengah yaitu sebagai bagian
mata diklat pada unsur penunjang.

DAFTAR PUSTAKA
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1989). Educational Research: An Introduction, Fifth
Edition.New York: Longman.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan : dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Depdikbud. (1995). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 25 tahun
1995 tentang Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdikbud.
Gultom, S. (2013, 09 30). Kualitas Guru di Indonesia Masih Rendah. Retrieved 4 4,
2014, from SekolahDasar.Net: http://www.sekolahdasar.net/2013/09/kualitas-guru-diindonesia-masih-rendah.html
Indrajit, R. E. (2011). Teknologi Informasi dan Perguruan Tinggi : Menjawab
Tantangan Pendidikan Abad ke-21. Online: http://www.bukue.lipi.go.id/utama.cgi?lihatarsip&rich001&1361080654.
Kemdikbud.
(2012). Pedoman
Pengelolaan
Pengembangan
Berkelanjutan.Jakarta: Badan PSDMP dan PMP Kemdikbud.

Keprofesian

Kemdikbud. (2012-a). Pedoman Pengelolaan


Berkelanjutan.Jakarta: Badan PSDMP dan PMP.

Keprofesian

Pengembangan

Kemdikbud. (2012-b). Pedoman Uji Kompetensi Guru. Jakarta: Badan PSDMPK dan
PMP.
Kemdikbud. (2012-c). Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Badan
PSDMPK dan PMP.
Kemdikbud. (2013-a). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA
Matematika. Jakartta: Badan PSDMP dan PMP.
Kemdikbud. (2013-b). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65
tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta: Kemdikbud.
Moqvist, L. (2003). he Competency Dimension of Leadership: Findings from
a . Centre for Studies of Humans, Technology and Organisation, .
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer-Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, & Hisyam, D. (2000). Refleksi
Indonesia . Yogyakarta: Adi Cita.

dan

Reformasi

Pendidikan

Yoshida, M. (1999). Lesson Study: A Case Study of a Japanese Approach to


Improving.Disertasi Doktoral yang tidak diterbitkan, The University of Chicago.
Comments

Search

RSS

You might also like