Professional Documents
Culture Documents
Karena dua tokoh pada zaman ini tidak menyinggung sama sekali tentang
adanya upaya untuk menyelidiki atau setidaknya membuat sebuah penelitian
yang menghasilkan hipotesa tentang sebab-sebab kejahatan dan pelaku
kejahatan, maka tepat kiranya apabila zaman kuno dianggap sebagai masa
prekriminologi. Prekriminologi ini disandangkan pada zaman ini karena
kejahatan tidak dianggap sebagai suatu gejala sosial yang patut untuk
diteliti atau dikaji secara mendalam, sebaliknya kejahatan dianggap sebagai
suatu bentuk keadaan yang ordinary di dalam masyarakat.
Sampai pada masa abad pertengahan, para tokoh-tokoh pada masa itu juga
belum memiliki gambaran secara pasti apakah kriminologi itu. Thomas van
Aquino (1226 1274) seorang tokoh berkebangsaan...yang ahli di bidang...
(cari literatur) mencoba mengungkapkan, bahwa kejahatan pada masa itu
bersumber pada kemiskinan. Kejahatan menurut Thomas van Aquino tidak
jauh dari usaha untuk mempertahankan diri atau usaha secara ilegal untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencurian adalah bentuk kejahatan yang
paling terkenal pada masa itu. Orang mencuri karena mereka sungguhsungguh membutuhkan untuk sekedar bertahan hidup dan mencukupi
kebutuhan pokok hidupnya. Kemiskianan mendorong orang untuk mencuri,
Thomas van Aquino menyatakannya sebagai Summa Contra Gentiles (cek
lagi literaturnya).
Sebuah pemikiran yang cukup menarik yang dilontarkan oleh Thomas van
Aquino adalah, dalam keadaan yang memaksa orang diperblehkan untuk
mencuri (Summa theologica) (cek lagi lietraturnya). Abad pertengahan
diramaikan oleh perdebatan tentang Summa Theologica Thomas van Aquino.
Banyak yang mempertanyakan ide tersebut, hal ini didasarkan pada (cek
lagi tentang summa theologica).
Sejarah dunia mencatat, bahwa untuk kali pertama ada seorang tokoh yang
melihat kejahatan dalam hubungannya dengan masyarakat. Thomas More
(cek tahunnya) untuk kali pertamanya menghubungkan antara kejahatan
dengan masyarakat. Sebab-sebab kejahatan mulai diteliti dengan
menghasilkan hipotesa-hipotesa. Thomas More adalah ahli hukum
humanities dari Inggris, pada tahun 1516 dalam bukunya UTOPIA, Thomas
More mengungkapkan ada banyak sekali sebab-sebab mengapa orang
baik dalam hukum pidana secara umum maupun kriminologi secara khusus.
Kriminologi sejatinya adalah ilmu yang selalu mengikuti perkembangan
zaman dan perkembangan kriminologi tidak bisa lepas dari pengaruh
disiplin-disiplin ilmu yang bersinggungan dengan kriminologi, sebut saja ilmu
hukum pada umumnya dan hukum pidana pada khususnya.Perkembangan
kriminologi secara pesat adalah sekitar abad 18 sampai dengan revolusi
perancis. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa perkembangan
kriminologi dipengaruhi oleh perkembangan disiplin ilmu yang
bersinggungan dengan kriminologi, maka pada abad 18 perkembangan
kriminologi dipicu oleh beberapa faktor daintaranya:
1. Adanya penentangan terhadap pelaksanaan hukum pidana dan hukum
acara pidana yang ada. (cek literatur)
Upaya penentangan-penentangan tersebut antara lain mengenai:
1. Pelaksanaan pidana mati yang dirasa tidak sesuai dengan tujuan
pemidanaan. Di Eropa pada masa itu, tujuan pemidanaan tidak lagi
menggunakan teori absolut, yaitu memberikan efek jera dengan cara
pembalasan akan tetapi tujuan pemidanaan lebih ke arah upaya
pencegahan terhadap calon pelaku kejahatan yang lainnya.
Pelaksanaan pidana mati yang cukup sering menimbulkan akibat
masyarakat tidak takut lagi dengan pidana mati, atau kata lain hukum
gossen dalam teori ekonomi juga berlaku bagi pelaksanaan pidana
mati.
2. Interpretasi analogi dalam memutus perkara. Analogi adalah metode
penafsiran hukum yang tidak diperkenankan dalam hukum pidana
sebagai wujud pengejawantahan dari asas legalitas. Dalam
pelaksanaanya banyak perkara diputus dengan analogi, hal ini yang
mendesak para tokoh untuk segera menyumbangkan ide-idenya
sebagai wujud sumbangan terhadap kebijakan hukum.
3. Asas inquisatoir dalam hukum pidana (cek pengertian inquisatoir).
Asas inquisatoir adalah suatu asas dalam hukum acara pidana dimana
tersangka atau pelakuk kejahatan berperan sebagi objek pemeriksaan