You are on page 1of 16

BAB V

DOKUMENTASI ASURANSI
1. PROPOSAL FORM
1.1

Apa yang disebut proposal form?

Proposal form atau yang biasa dikenal dengan sebutan Surat Permintaan
Penutupan Asuransi (SPPA) adalah suatu dokumen yang dikonsep oleh
pihak penanggung untuk mencari jawaban jawaban atas aspek aspek
yang sangat penting dari resiko yang hendak dipertanggungkan.
Pencarian jawaban jawaban ini adalah sejalan dengan kewajiban pihak
tertanggung untuk melakukan discloure sebagaiman diwajibkan
kepadanya berdasarkan prinsip itikad baik (utmost good faith principle).
Informasi informasi yang dinyatakan dalam proposal form, tetapi
termasuk juga informasi informasi atau fakta fakta diluar dokumen
tersebut sepanjang fakta fakta itu material atau penting bagi
penanggung dalam memutuskan penerimaan resiko tersebut.
Tidak ada keharusan menurut hukum bagi tertanggung untuk
menggunakan dokumen seperti itu, namun demikian penggunaan
dokumen tersebut merupakan suatu metode yang baik dalam usaha
mengumpulkan informasi informasi yang relevan tentang resiko yang
bersangkutan.
1.2

Fungsi Proposal form

1.3

Untuk mencatat informasi yang diperlukan oleh pihak underwriter


dalam menilai sifat resiko yang diminta kepadanya untuk ditutup.
Dengan dibentuknya yang sudah uniform (seragam), proposal form
memungkinkan
pihak
tertanggung
menagani
permintaan
penutupan asuransi dengan cepat dan akurat.
Memudahkan pihak penanggung dalam mengevaluasi apakah telah
terjadi penyampaian fakta fakta material atau fakta fakta
penting yang keliru.
Dapat berfungsi juga sebagai alat promosi bagi pihak penanggung.
Penggunaan Proposal Form

Marine Insurance (Asuransi Pengangkutan)


Proposal form tidak lazim digunakan dalam praktek penutupan
asuransi marine karena dalam transaksi ini lazimnnya broker
menggunakan placing slim dalam menempatkan risiko yang
bersangkutan baik pada Lloyds maupun perusahaan perusahaan
(companies).
Fire Insurance (Asuransi kebakaran)
Untuk resiko resiko besa, proposal formbiasanya diganti dengan
suatu model lain yang dipandang lebih sesuai, agar bisa

1.4

menampung informasi tentang semua property yang hendak


dipertanggungkan, termasuk informasi yang diperoleh dari hasil
survey resiko.
Engineering Insurance (Asuransi Rekayasa)
Sama dengan untuk Fire Insurance (Asuransi Kebakaran)
Aviation Insurance (Asuransi Penerbangan)
Sama dengan Marine Insurance (Asuransi Pengangkutan),
khususnya untuk resiko resiko besar. Sedangkan untuk resiko
resiko kecil, proposal forms biasanya tetap dipakai.
Jenis jenis Asuransi lainnya.
Proposal form yang diperlukan baik untuk resiko resiko kecil
maupun untuk resiko resiko besar.
Model Proposal Form

Setiap perusahaan asuransi mempunyai proposal forms dengan modelnya


sendiri sendiri. Jadi, model proposal forms yang dibuat oleh perusahaan
asuransi tertentu sangat mungkin tidak sama dengan model proposal
forms dari perusahaan asuransi lainnya.
1.5

Isi Proposal Form

Isi proposal form biasanya meliputi:


Pertanyaan pertanyaan umum, seperti:
o Nama tertanggung
o Alamata tertanggung
o Tempat/alamat resiko
o Okupasi tertanggung
o Sejarah asuransi atas resiko itu dimasa lalu dan sekarang
o Catatan catatan klaim atau kerugian yang dialami resiko itu
dimasa lalu.
Pertanyaan pertanyaan khusus, tergantung pada jenis asuransi
yang diminta untuk ditutup. Contohnya seperti dibawah ini.
o Fire Insurance (Asuransi Kebakaran);
Kontruksi bangunan
Nilai bangunan
Isi (content) bangunan dan nilai atau insured untuk isi
bangunan itu
Sifat proses produksi
Perluasan jaminan yang dikehendaki
o Motor Insurance (asuransi kendaraan bermotor)
Jenis jaminan yang diperlukan apakah gabungan
(comprehensive) party only
Penggunaaan kendaraan
Keterangan atau data kendaraan
Pengalaman klaim dan kecelakaan yang dialami oleh
pengemudi pengemudi tetapnya
o Asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan diri:
Usia tertanggung
Pekerjaan tertanggung

Tinggi dan berat badan tertanggung


Resiko resiko berbahaya yang pernah dialami
tertanggung dimasa lalu
Asuransi Public Liability
Sifat pekerjaan yang dilakukan
Rincian kendaraan kendaraan angkutan yang tidak
digunakan dijalan raya
Jumlah karyawan dan gaji tahunan mereka
Bahan bahan berbahya yang digunakan
Batas tanggung jawab yang hendak dipertanggungkan
Employers liability Insurance
Jumlah karyawan dan pengelompokkan dan gaji
tahunan mereka:
Rincian mesin mesin, boilers dan alat alat berat
berbahaya yang digunakan
Bahan bahan berbahaya yang digunakan.

1.6

Deklarasi

Proposal form biasanya memuat juga deklarasi (pernyataan) yang


menegaskan bahwa proposal form yang bersangkutan merupakan dasar
dari pada kontrak asuransi yang tertuang dalam polis, dan bahwa pihak
tertanggung akan menyetujui bentuk polis untuk menutup resiko itu.
1.7

Tanda tangan

Dibawah atau setelah deklarasi (jika ada) dan pernyataan pernyataan


tersebut, terdapat tempat dimana tertanggung membutuhkan tanda
tangannya dan tanggal
2. POLIS
2.1

Polis sebagai suatu dokumen bukti perjanjian asuransi

Hal hal yang telah disepakati oleh pihak tertanggung dan pihak
penanggung berkenaan dengan resiko yang hendak di pertanggungkan
dituangkan dalam suatu dokumen atau akta yang disebut polis (pasal 255
KUHD)
Polis bukanlah kontrak atau perjanjian asuransi, melainkan sebagai bukti
adanya kontrak atau perjanjian itu (pasal 258 ayat 1 dan 2 KUHD)
Kontrak di anggap telah terjadi pada pihak tertanggung dan pihak
penanggung mencapai kata sepakat (consensus), sebagaimana
dinyatakan oleh pasal 257 KUHD.
2.2

Isi Polis
a. The Heading (Kepala Polis)
Setiap polis memuat nama penuh dan alamat perusahaan asuransi
bersangkutan pada bagian atas dari halaman pertamanya. Ini
disebut the heading of the policy (polis).

b. Preamble (pembukaan)
Preamble disebut juga recital clause. Klausa ini merupakan
pembukaan sebelum rincian jaminan polis. Klausa ini menyatakan
keadaan keadaan dimana polis itu akan berlaku. Hal hal yang
biasanya ditegaskan dalam klausa ini adalah misalnya:
Bahwa premi pertanggungan ini telah dibayar, atau bahwa
premi pertanggungan ini akan dibayar, dan
Bahwa Surat Permintaan Penutupan Asuransi (SPPA)
merupakan dasar kontrak asuransi yang bersangkutan dan
menjadi satu kesatuan dengan polis.
c. Operative Clause
Klausula ini merinci jenis keadaan atau peristiwa yang dijamin
polis..
d. Pengecualian
Bagian ini merinci jenis keadaan atau peristiwa atau hal hal
dikecualikan dari jaminan polis.
e. Kondisi Pertanggungan
Bagi setiap pertanggungan atau polis, berlaku syarat syarat
(conditions) tertentu
Jenis jenis kondisi:
o Implied Conditions : yaitu syarat syarat ditetapkan
oleh hukum tetapi tidak dinyatakan atau diuraikan
secara tegas atau tertulis dalam polis. Syarat syarat
ini biasanya sebagai berikut:
o Bahwa tertanggung harus mempunya insurable intenst
pada pokok yang hendak dipertanggungkan .
o Bahwa kedua belah pihak (tertanggung dan
penanggung) harus mentaati azas itikad terbaik
(utmost good faith) dalam negosiasi negosiasi untuk
pengadaan kontrak asuransi yang bersangkutan.
o Bahwa pokok yang hendak dipertanggungkan itu benar
benar ada
o Bahwa pokok pertanggungan itu harus dapat
diidentifikasi
o Express Coinditions : yaitu syarat syarat yang
dinyatakan secara tegas atau tertulis dalam polis
Dalam polis, syarat syarat seperti ini biasanya dikelompokkan
dalam dua bagian yaitu general conditions dan particular conditions
General conditions (syarat syarat umum) biasanya berkenaan
dengan hal hal seperti :
o

o
o
o

Penegasan kembali ketentuan ketentuan hukum yang


menyangkut kekeliruan dalam mengungkapkan fakta
fakta (mispresentation) dan kecurangan (fraud)
Pengubahan resiko resiko yang harus diberitahukan
kepada pihak penanggung
Pembatasan jaminan
Prosedur klaim

o
o
o

Subrogasi
Arbitrase
Dan lain sebagainya

Particular conditions (syarat syarat khusus) biasanya berkenaan dengan


hal hal, seperti perluasan jaminan, warranties khusus dan lain
sebagainya.

Klasifikasi kondisi polis


Kondisi kondisi polis yang diklasifikasikan sebagai berikut:
o

f.

Conditions precedent to the contract, yakni syarat


syarat yang harus dipenuhi agar kontrak asuransi yang
bersangkutan berlaku sah. Contoh kondisi kondisi
atau syarat syarat ini adalah implied conditions
seperti diatas.
Conditions precedent to liability, yakni kondisi
kondisi atau syarat syarat yang tertera dalam polis
dan harus dipenuhi sebelum adanya tanggung jawab
(liability) penanggung atau suatu klaim. Syarat tentang
prosedur klaim adalah salah satu contoh dari syarat
syarat seperti ini.
Conditions subsequent to the contract, yakni syarat
syarat yang dinyatakan secara tegas dalam polis, baik
berupa general conditions maupun particuluran
conditions seperti yang diuraikan diatas. Kondisi
kondisi atau syarat syarat ini harus terus menerus
dipenuhi dalam periode polis.

Schedule
Schedule adalah bagian dari polis yang mencatat rincian daripada
kontrak pertanggungan yang bersangkutan, seperti:

g. Tanda

Nama dan alamat tertanggung


Jenis usaha tertanggung
Pokok pertanggungan (the subject matter insured)
Jumlah pertanggungan
Periode pertanggungan
Kondisi pertanggungan
Dan lain lain yang dipandang perlu
tangan pihak penanggung

Polis dibuat oleh penanggung dan ditanda tangani atas nama


penanggung. Bagian ini disebut attention clause
h. Uraian (spesification)
Khususnya untuk polis polis dimana halaman untuk schedule tidak
cukup luas untuk menguraikan rincian pokok pertanggungan,

halaman halaman polis itu biasanya ditambah atau dilampiri


dengan suatu halaman khusus yang memuat rincian lengkap dari
pokok pertanggungan itu.
3. Collective Policies (Polis Polis Kolektif)
Kadang kadang satu resiko tertentu dipandang terlampau besar untuk
ditutup oleh satu penanggung saja, sehingga beberapa penanggung
bergabung dalam menutup resiko itu. Salah satu dari pada penanggung
tersebut (biasanya yang mempunyai saham terbatas) menerbitkan polis
untuk itu dan menandatangani untuk dan atas namanya sendiri dan atas
nama penanggung lainnya (co insured). Polis seperti ini disebut
collective policy.
4. Endorsement
Endorsement adalah lembaran kertas yang mencatat perubahan
perubahan dalam redaksi polis seperti perubahan atas periode
pertanggungan, perubahan atas kondisi pertanggungan lain hal yang
semula sudah tertera dalam polis.
Endorsement lazim digunakan karena menerbitkan suatu polis baru untuk
menampung perubahan perubahan seperti itu akan memakan biaya dan
waktu.
Jika perubahan perubahan seperti itu membawa perubaha terhadap
besarnya premi, perubahan atas jumlah premi itu juga dimuat dalam
endorsement yang bersangkutan.
5. Menafsirkan isi polis
Polis adalah bukti persetujuan atau kontrak asuransi. Persetujuan atau
kontrak yang tertuang dalam polis mencerminkan maksud maksud
kedua belah pihak (tertanggung dan penanggung berkenaan dengan
pokok pertanggungan (the subject matter insured).
Karena persetujuan atau kontrak asuransi merupakan suatu persutujuan
atau kontrak komersil, maka aturan aturan umum dalam menafsirkan
persetujuan atau kontrak komersil berlaku pula bagi persetujuan atau
kontrak asuransi.
Aturan aturan umum tersebut adalah sebagai berikut:

Sepanjang kata kata suatu persetujuan asuransi yang tertera


dalam polis jelas, maka arti biasa dari kata kata itulah yang
menjadi pegangan. Jika polis menggunakan kata kata yang
mempunyai tertentu dalam praktek perdagangan, maka kata kata
yang mempunyai arti tertentu dalam praktek perdagangan dan jika
polis menggunakan kata kata yang mempunyai definisi tertentu
menurut undang undang, maka kata kata seperti itu harus
ditafsirkan menurut definisi yang diberikan oleh undang undang.

Bilamana suatu kelompok hal hal tertentu telah disebutkan secara


rinci dalam polis dan rincian hal hal tersebut selanjutnya diikuti
dengan kata kata atau istilah yang mempunyai arti yang lebih
umum, kata kata atau istilah tersebut dianggap, menyatakan hal
hal yang telah disebutkan secara rinci sebelumnya. Aturan ini
disebut Ejusdem Generis Rule.
Kata kata yang diketik mengalahkan kata kata yang sudah
tercetak standar, dan kata kata yang ditulis tangan mengalahkan
kata kata yang diketik, jika terdapat kotradiksi antara kata kata
tersebut.
Hal hal yang dinyatakan dalam endorsement mengalahkan hal
hal yang bertentangan dengan yang tertera dalam polis.
Syarat syarat yang dinyatakan secara tegas dalam polis (express
terms), yang isinya mengatur lain dari apa yang diatur oleh syarat
syarat yang tidak dinyatakan secara tegas/tertulis dalam polis
(implied terms, mengalahkan syarat syarat yang tidak dinyatakan
secara tegas/tertulis dalam polis tersebut.
Bilamana terdapat kata kata yang mempunyai lebih dari 1 arti,
persetujuan atau kontrak asuransi itu akan ditafsir atau kerugian
penanggung (selaku pembuat polis) dan atas keuntungan pihak
tertanggung selama pihak penanggung tidak dapat membuktikan
bahwa ia telah menggunakan kata kata yang jelas dan satu
artinya. Aturan aturan ini disebut Contra Preferentum Rule.

Dalam hal terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatan polis,


tertanggung atau penanggung dapat meminta agar dilakukan
pembentulan (rectification) atas isi polis. Untuk pembetulan ini
biasanya diterbitkan sebuah polis baru atau cukup dengan
menerbitkan sebuah endorsement untuk polis yang sudah ada.
6. Cover Notes
Pembuatan polis kadang kadang memakan waktu yang agak lama,
sehingga diperlukan sebuah bukti penutupan asuransi yang sifatnya
sementara hingga saat bukti penutupan asuransi yang sifatnya permanen,
yakni polis, dibuat dan diterima kepada tertanggung. Bukti penutupan
asuransi yang sifatnya sementara ini dikenal dengan sebutan cover note
7. Certificate of Insurance
Di inggris, bilamana penutupan asuransi diwajibkan oleh hukum, biasanya
undang undang menetapkan bahwa certificate of insurance (sertifikat
asuransi) harus ada.
Asuransi asuransi wajib diinggris adalah asuransi Employers Liability,
asuransi kendaraan bermotor (Motor Insurance), asuransi atas kapal
kapal yang mengangkut minyak, dan asuransi professional indemnity
untuk solicitors. Untuk asuransi asuransi ini, undang undang
memajibkan adanya certificate of insurance seperti disebutkan diatas.

8. Sistem Green Card


Hampir semua negara negara di eropa mempunyai asuransi TJH
(Tanggung Jawab Hukum) dalam asuransi bermotor yang sifatnya wajib.
Guna memudahkan pembuktian bahwa seorang pengendara bermotor
(pada waktu melewati perbatasan dengan negara lain) telah mempunyai
asuransi TJH. Para penanggung dimasing masing negara tersebut telah
membentuk biro biro yang menggaransi sertifikat sertifikat
international yang mereka keluarkan. Sertifikat sertifikat berwarna hijau,
sehingga disebut green cards.

BAB V
KLAIM
1. Prosedur Klaim
1.1

Kewajiban Tertanggung

Ada beberapa kewajiban (duties) yang harus dilakukan oleh tertanggung


dalam hal terjadi suatu kejadian yang memungkinkan akan menimbulkan
suatu klaim pada polis. Beberapa kewajiban itu tidak tertulis dalam polis
atau disebut implied duties dan beberapa tertentu dinyatakan secara
tegas atau tertulis dalam polis atau yang disebut express duties.
a. Implied duties
Menurut hukum, dalam hal terjadi suatu kerugian tertanggung harus
bertindak seolah olah ia tidak mengasuransikan obyek yang
mengalami kerugian itu dan ia berkewajiban mengambil langkah
langkah yang pantas untuk memperkecil kerugian tersebut. Jadi, jika
polisis atau satuan pemadam kebakaran dilibatkan dalam kerugian
tersebut tertanggung tidak boleh menghalang halangi kegiatan pihak
pihak tersebut berkenaan dengan kejadian itu. Kewajiban seperti itu,
meskipun tidak tertulis dalam polis, harus dilakukannya.
b. Express duties
Pada umumnya polis polis menyaratkan bahwa setiap kejadian yang
memungkinkan dapat menimbulkan klaim pada polis harus segera
diberitahukan kepada penanggung dan bahwa keterangan lengkap
tentang kerugian itu harus disampaikan kepada penanggung dalam
suatu periode tertentu yang ditetapkan dalam polis, misalnya 14 hari
atau 30 hari setelah tertanggung mengetahui kejadian tersebut.

Pemberitahuan sesegera mungkin kepada penanggung tentang


kejadian itu diperlukan agar supaya investigasi atas kejadian itu dapat
segera dilakukan. Jika investigasi seperti itu tidak segera dilakukan,
beberapa bukti tentang kejadian itu kemungkinan tidak bisa diperoleh,
atau ingatan saksi tentang kejadian itu kemungkinan tidak penuh lagi.
Dalam banyak hal, pihak tertanggung memerlukan bantuan staff klaim
pihak penanggung atau loss adjuster untuk membantunya dalam
mencegah kerugian lebih lanjut dan dalam mempercepat dimulainya
perbaikan.
Setelah
penanggung
mendapat
pemberitahuan
tentang
kejadian/kerugian, penanggung biasanya mengirimkan kepada
penanggung suatu formulir klaim untuk diisi oleh tertanggung. Formulir
tersebut
digunakan
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
tertanggung, tempat kerugian, sifat kerugian, waktu terjadinya
kerugian berikut nilai nilainya, dan asuransi asuransi atau polis
polis lain yang menutup kepentingan yang sama.
Kewajiban kewajiban lain yang biasanya ditegaskan dalam polis untuk
dilaksanakan oleh tertanggung dalam hal terjadi suatu kejadian yang
dapat menimbulkan klaim pada polis adalah:

Bahwa tertanggung tidak boleh bertindak curang untuk


sengaja mendapatkan suatu keuntungan dari adanya
kerugian tersebut
Bahwa tertanggung, jika diminta, harus mengizinkan
penanggung
untuk
melakukan
hak
subrogasi,
dan
tertanggung tidak boleh melakukan hal hal yang dapat
merugikan hak subrogasi tersebut.
c. Proof of Loss
Dalam hal terjadi suatu kerugian, tertanggung berkewajiban untuk
membuktikan:

Bahwa ia (tertanggung) telah mengalami suatu kerugian


karena suatu kejadian atau peristiwa terhadap kejadian atau
peristiwa mana pertanggungan itu ditutup,
Nilai atau jumlah kerugian itu.
Jika penanggung berkesimpulan atau berpendapat bahwa kerugian itu
disebabkan oleh suatu bahaya yang dikecualikan oleh polis, pihak
penanggung yang wajib untuk membuktikan hal itu.
1.2

Hak Tertanggung

Dalam hal terjadi suatu peristiwa yang memungkinkan akan menimbulkan


suatu klaim pada polis, hak tertanggung adalah bahwa setelah ia
memenuhi semua berkewajiban ia berhak untuk mendapatkan
penyelesaian ganti rugi berdasarkan syarat syarat polis. Penyelesaian
ganti rugi tersebut tidak boleh ditahan oleh penanggung hanya dengan

alasan masih menunggu recovery dari hasil penggunaan hak subrogasi


atau hak kontribusi.
1.3

Kewajiban Penanggung

Setelah tertanggung memenuhi kewajiban kewajibannya berkenaan


dengan kerugian tersebut, penanggung berkewajiban untuk memenuhi
hak tertanggung seperti diatas.
1.4

Hak Penanggung

Setelah penanggung mendapatkan pemeberitahuan tentang suatu


kejadian atau peristiwa yang memungkinkan dapat menimbulkan klaim
pada polis, penanggung berhak untuk bersama sama dengan pihak
tertanggung mengamankan pokok pertanggungan yang mengalami
kerugian itu. Hak ini biasanya dilakukan oleh penanggung dengan
menggunakan jasa loss adjusters.
Dalam polis polis tertentu, penanggung diberi hal untuk memasuki lokasi
kejadian dan mengamankan harta benda mengakui tanggung jawab
(liability) atas klaim yang bersangkuta. Dengan hak seperti ini
penanggung akan dapat melakukan investigas atas kejadian/kerugian itu
secepat mungkin.

2. Investigasi Klaim
Dalam kerugian kerugian atau klaim klaim asuransi kebakaran,
penanggung biasanya menunjuk perusahaan loss adjusters untuk melakukan
investigasi atas klaim dan memberikan rekomendasi tentang pembayaran
klaim tersebut.
Dalam klaim klaim asuransi tanggung gugat (liability insurance claims)
yang perkaranya diajukan ke pengadilan, pihak penanggung biasanya
menunjuk pengacara atau solocitor untuk mewakilinya di pengadilan
Dalam klaim klaim yang relatif kecil, seperti klaim kendaraan bermotor,
penanggung biasanya cukup menggunakan tehnisinya sendiri untuk
memeriksa kerusakan bersangkutan dan merundingkan tentang perbaikan
dengan pihak bengkel.
3. Jumlah Ganti Rugi
a. Asuransi harta benda
Dalam asuransi harta benda (property insurance), jumlah ganti rugi
ditentukan oleh dasar penutupan pertanggungan, yakni apakah
pertanggungan itu ditutup berdasarkan:

Indemnity, atau

Reinstatment, atau
Agreed value.

Jika pertanggungan itu ditutup berdasarkan indemniry, jumlah ganti rugi


dipengaruhi juga oleh modifikasi prinisip tersebut yang membuat
pembayaran ganti rugi itu tidak penuh. Salah satu modifikasi prinsip
indemnity adalah ketentuan average.
Kata average dalam asuransi marine mempunya arti yang berbeda dari
kata average dalam asuransi non marine property.
Dalam asuransi marine kata average artinya kerugian sebagian (partial
loss) dan dibagi dalam 2 (dua) kategori yakni particular average dan
general average. Particular average adalah partial loss yang
mempengaruhi satu kepentingan tertentu, yakni kepentingan atas kapal
saja atau barang saja atau atas barang saja, sedangkan dalam general
average, lebih dari 1 (satu) kepentingan yang terpengaruh, yakni kapal,
barang dan/ atau uang tambang. Kerugian general average timbul dari
suatu tindakan general average (general average act), yakni tindakan
yang memenuhi syarat syarat dibawah ini:

Kapal dan barang barang yang ada diatasnya berada dalam


keadaan bahaya (imperilled);
Untuk keselamatan kapal dan barang barang tersebut, dilakukan
pengorbanan luar biasa (extraordinary sacrifice) atau secara
sengaja (itentionally) dan secara pantas (reasonably) dikeluarkan
biaya;
Pengorbanan atau biaya yang dilakukan atau dikeluarkan seperti itu
adalah untuk keselamatan kapal dan barang barang yang ada
diatasnya ;
Tindak penyelamatan itu berhasil.

Kata average dalam asuransi asuransi non marine property artinya


membagi kerugian dan merupakan suatu alat yang digunakan oleh
penanggung dalam mencegah under insurance. Jika dalam polis terdapat
klausa average, tertanggung akan menjadi penanggung untuk proporsi
yang under insured, dalam hal kerugian ia harus menanggung sebagian
dari kerugian itu.
Bentuk bentuk klausa average dalam polis non marine property adalah:

Pro rata condition or average.


Klausa average ini lazim berlaku dalammpolis polis asuransi
kebakaran dan asuransi pencurian.
Jika suatu jumlah pertanggungan (sum insured) lebih rendah dari
nilai yang dihadapi resiko (value at risk), tertanggung akan
membayar premi yang terlalu kecil kepada common pool, untuk
mengatasi ketidakseimbangan ini maka polis polis dengan klausa

pro rata condition of average hanya akan membayar sebagian


kerugian sesuai imbangan antara sum insured terhadap value at
risk, yakni:

insured
value at risk

x loss

Special condition of average


Klausala
75%
condition
of
average
diberlakukan
bagi
pertanggungan atas hasil pertanian ditanah pertanian. Dalam hal ini
tertanggung hanya akan ikut menanggung kerugian jika sum
insured lebih kecil dari presentase yang ditetapkan yakni 75% dari
value at risk. Jika ketentuan average berlaku untuk klaim itu, maka
ketentuan average yang diberlakukan adalah ketentuan pro rata
condition seperti pada diatas.

Two conditons of average


Klausula average ini dipakai untuk asuransi kebakaran atas stock
pada beberapa gudang atau tempat tertentu. Kondisi yang pertama
berlaku untuk asuransi yang menutup stock pada beberapa tempat
atau stock dari beberapa jenis, bilamana terdapat kemungkinan
bahwa polis polis lain berlaku sah menutup tempat tempat yang
lebih terbatas atau jenis jenis stock yang lebih terbatas.
Kondisi yan gkedua menegaskan bahwa polis yang menutup lebih
banyak tempat atau lebih banyak jenis stock tidak menjamin apa
yang ditutup secara lebih spesifik oleh polis polis yang menutup
lebih sedikit tempat atua lebih sedikit jenis stock, dan untuk
pemberlakuan pro rata average seperti yang dijelaskan sub yang
pertama, value at risk digunakan. Polis polis yang lebih spesifik
harus menanggung kerugian itu terlebih dahulu.

Reinstatment average
Jika polis asuransi harta benda tunduk pada syarat reinstatment
(reinstatment conditions), tetapi tidak tunduk pada klausa klausa inflasi
lainnya, suatu bentuk average khusus berlaku. Bentuk average khusus ini
sama dengan special conditons of average yang dijelaskan diatas, kecuali
bahwa jika sum insured paling kurang sama dengan 85% dari reinstatment
value pada saat kerugian terjadi atau jika polis tunduk juga pada klausa
klausa inflasi lainnya, maka full reinstatment average akan berlaku.
b. Asuransi Tanggung Gugat

Untuk klaim klaim asuransi tanggung gugat (liability insurance), jumlah


ganti rugi merupakan hasil negosiasi antara penanggung dan pihak ketiga.
Penanggung mengambil alih semua negosiasi dan penyelesaiannya
berdasarkan hasil negosiasi tersebut.
c. Asuransi Jiwa dan Kecelakaan Diri
Jumlah yang harus dibayarkan kepada tertanggung, atau kepada ahli
warisnya dalam hal tertanggung meninggal dunia, adalah sesuai tabel
kompensasi yang ada dalam polis.
d. Ex Gratia Payment
Tertanggung tidak berhak untuk mengklaim suatu pembayaran apabila
peristiwa atau kejadian yang menyebabkan kerugian atau kerusakan
pokok pertanggungan tidak termasuk dalam scope jaminan polis, namun
demikian, untuk peristiwa atau kejadian seperti itu, penanggung kadang
kadang tetap membayar sebagian atau seluruh kerugian itu karena
pertimbangan komersil demi nama baik penanggung; pembayaran seperti
ini disebut ex gratia payment.
e. Kepada siapa pembayaran ganti rugi dapat dilakukan?
Kecuali dalam klaim klaim tanggung jawab kepada pihak ketiga dimana
pembayaran biasanya dilakukan langsung oleh penanggung kepada pihak
ketiga atau solicitornya, klaim klaim pada umumnya diselesaikan dengan
melakukan pembayaran kepada tertanggung.
Pembayaran klaim juga dapat dilakukan kepada orang atau pihak lain
sebagai berikut:

Kepada ahli waris tertanggung, misalnya untuk klaim meninggal


dunia
Kepada seseorang kepada siapa tertanggung telah menyerahkan
mengalihkan hasil polis, jadi dalam hal klaim atas biaya perbaikan,
tertanggung dapat meminta penanggung untuk membayar uang
klaim tersebut langsung kepada pihak bengkel yang melakukan
perbaikan.
Kepada pihak lain atas perintah pengadilan.

4. Reinstatment of Sum Insured After Loss


Berbeda dengan reinstatment yang telah dijelaskan dalam bab lebih awal
dimana reinstatment merupakan suatu metode ganti rugi, reinstatment
dalam hubungan dengan sum insured adalah berkenaan dengan keadaan
dimana suatu kerugian sebagian (partial loss) telah dibayar dan jumlah
kerugian itu telah dipotong dari sum insured. Reinstatment atas sum insured
berlaku untuk polis polis tersebut dibawah ini:
a. Asuransi Kebakaran

Dalam asuransi kebakaram, sum insured berkurang dengan jumlah klaim


dan sum insured yang sudah berkurang itu harus dipenuhi kembali
(reinstated), jika reinstatment ini dikehendaki tertanggung, dan untuk
reinstatment itu dikenakan pembayaran premi secara pro rata.
b. Asuransi Harta Benda yang bukan Kabakaran
Dalam jenis asuransi ini juga sum insured berkurang dengan jumlah
kerugian dan harus dipenuhkan kembali (reinstated). Tetapi reinstatment
tidak berlaku bagi asuransi kaca dimana tidak ada sum insured atau bagi
asuransi uang dengan alasan yang sama.
c. Asuransi Tanggung Gugat
Dalam jenis asuransi ini, reinstatment atas limit of indemnity hanya akan
berlaku apabila terdapat suatu aggregate limit dengan suatu jumlah
tertentu dalam 1 (tahun). Dalam hal seperti itu setiap pembayaran
kerugian akan dipotong dari aggregate limit tesebut dan tertanggung
dapat meminta diberlakukannnya pemulihan kembali (reinstatment)
aggregate limit yang telah berkurang jumlahnya itu.
d. Asuransi Marine
Dalam asuransi marine, pembayaran klaim klaim kerugian sebagain
tidak mengurangi sum insured. Bilamana dalam periode polis terjadi suatu
kerusakan dan kemudian masih dalam periode polis tersebut terjadi total
loss dalam keadaan kerusakan tersebut belum diperbaiki tertanggung
hanya akan berhak menerima pembayaran klaim total loss.
e. Asuransi Kepentingan Keuangan
Dalam klaim asuransi kepentingan keuangan (pecuniary insurance),
khususnya untuk klaim asuransi gangguan usaha (consequential loss
insurance), reinstatment atas sum insured harus dilakukan.
5. Claims Agreement
Dalam banyak hal tertanggung mempunyai hak untuk mendapatkan
pergantian kerugian pada polis dan juga penggantian dari pihak ketiga
karena perbuatan melawan hukum yang dilakukan pihak ketiga tersebut atau
karena adanya kontrak antara tertanggung dengan pihak ketiga tesebut.
Dalam hal hal seperti ini tertanggung biasanya kan mengajukan klaim
kepada penanggung dan mensubroogasikan kepada penanggung hak
haknya terhadap pihak ketiga tesebut. Tertanggung dapat juga memperoleh
langsung penggantian dari pihak ketiga, dan dengan demikian ia
(tertanggung) tidak berhak lagi untuk mendapatkan penggantian dari pihak
penanggung sesuai azas indemnity.

6. Persilisihan Tentang Klaim

a. Persoalan penanggung wajib atau tidak wajib bertanggung jawab (liable)


atas klaim yang bersangkutan ; atau
b. Persoalan berapa jumlah klaim menjadi tanggung jawab liability
penanggung atau
c. Kedua duanya a dan b tersebut di atas
Cara cara yang dapat ditempuh dalam upaya untuk menyelesaikan
perselisihan klaim asuransi adalah sebagai berikut:
o

Negosiasi atau perundingan


Banyak perselisihan perselisihan tentang klaim dapat diselesaikan
dengan baik melalui negosiasi atau perundingan antara kedua belah
pihak (penanggung dan tertanggung.

Melalui Pengadilan
Dalam perselisahen tentang klaim asuransi pada umumnya pihak yang
tidak puas adalah pihak tertanggung. Jika perselisihan perselisihan
melalui cara negosiasi atau perundingan antara kedua belah pihak
tidak memuaskan pihak tertanggung, maka sebagai jalan terakhir
pihak tertanggung dapat menggugat pihak penanggung dipengadilan;
dan jika hal ini terjadi, maka pengadilanlah yang akan memutuskan
perselisihan tentang klaim (claim dispute) tersebut.

Melalui Arbitrase
Pada umumnya asuransi harta benda memuat klausula arbitrase yang
mengatur bahwa dalam hal terjadi perselisihan tentang klaim (claim
dispute) masalah itu akan diselesaikan melalui arbitrase. Klausula
aribitrase biasanya juga mengatakan bahwa putusan arbiter (wasit)
yang ditunjuk untuk memeriksa perkara itu akan mengikat bagi kedua
belah pihak yang berperkara.

Melalui Ombudsman Bureau


Memperhatikan faktor faktor negatif penyelesaian klaim asuransi
baik melalui pengadilan maupun melalui arbitrase, maka beberapa
perusahaan asuransi terkemuka di inggris telah secara bersama
sama membentuk suatu badan atau biro yang disebut The Insurance
Ombudsman Bureau
Biro ini berfungsi untu menangani perselisihan perselisihan tentang
claim dispute antara para penanggung yang menjadi anggota biro ini
dengan para tertanggung mereka.

You might also like