Professional Documents
Culture Documents
DOKUMENTASI ASURANSI
1. PROPOSAL FORM
1.1
Proposal form atau yang biasa dikenal dengan sebutan Surat Permintaan
Penutupan Asuransi (SPPA) adalah suatu dokumen yang dikonsep oleh
pihak penanggung untuk mencari jawaban jawaban atas aspek aspek
yang sangat penting dari resiko yang hendak dipertanggungkan.
Pencarian jawaban jawaban ini adalah sejalan dengan kewajiban pihak
tertanggung untuk melakukan discloure sebagaiman diwajibkan
kepadanya berdasarkan prinsip itikad baik (utmost good faith principle).
Informasi informasi yang dinyatakan dalam proposal form, tetapi
termasuk juga informasi informasi atau fakta fakta diluar dokumen
tersebut sepanjang fakta fakta itu material atau penting bagi
penanggung dalam memutuskan penerimaan resiko tersebut.
Tidak ada keharusan menurut hukum bagi tertanggung untuk
menggunakan dokumen seperti itu, namun demikian penggunaan
dokumen tersebut merupakan suatu metode yang baik dalam usaha
mengumpulkan informasi informasi yang relevan tentang resiko yang
bersangkutan.
1.2
1.3
1.4
1.6
Deklarasi
Tanda tangan
Hal hal yang telah disepakati oleh pihak tertanggung dan pihak
penanggung berkenaan dengan resiko yang hendak di pertanggungkan
dituangkan dalam suatu dokumen atau akta yang disebut polis (pasal 255
KUHD)
Polis bukanlah kontrak atau perjanjian asuransi, melainkan sebagai bukti
adanya kontrak atau perjanjian itu (pasal 258 ayat 1 dan 2 KUHD)
Kontrak di anggap telah terjadi pada pihak tertanggung dan pihak
penanggung mencapai kata sepakat (consensus), sebagaimana
dinyatakan oleh pasal 257 KUHD.
2.2
Isi Polis
a. The Heading (Kepala Polis)
Setiap polis memuat nama penuh dan alamat perusahaan asuransi
bersangkutan pada bagian atas dari halaman pertamanya. Ini
disebut the heading of the policy (polis).
b. Preamble (pembukaan)
Preamble disebut juga recital clause. Klausa ini merupakan
pembukaan sebelum rincian jaminan polis. Klausa ini menyatakan
keadaan keadaan dimana polis itu akan berlaku. Hal hal yang
biasanya ditegaskan dalam klausa ini adalah misalnya:
Bahwa premi pertanggungan ini telah dibayar, atau bahwa
premi pertanggungan ini akan dibayar, dan
Bahwa Surat Permintaan Penutupan Asuransi (SPPA)
merupakan dasar kontrak asuransi yang bersangkutan dan
menjadi satu kesatuan dengan polis.
c. Operative Clause
Klausula ini merinci jenis keadaan atau peristiwa yang dijamin
polis..
d. Pengecualian
Bagian ini merinci jenis keadaan atau peristiwa atau hal hal
dikecualikan dari jaminan polis.
e. Kondisi Pertanggungan
Bagi setiap pertanggungan atau polis, berlaku syarat syarat
(conditions) tertentu
Jenis jenis kondisi:
o Implied Conditions : yaitu syarat syarat ditetapkan
oleh hukum tetapi tidak dinyatakan atau diuraikan
secara tegas atau tertulis dalam polis. Syarat syarat
ini biasanya sebagai berikut:
o Bahwa tertanggung harus mempunya insurable intenst
pada pokok yang hendak dipertanggungkan .
o Bahwa kedua belah pihak (tertanggung dan
penanggung) harus mentaati azas itikad terbaik
(utmost good faith) dalam negosiasi negosiasi untuk
pengadaan kontrak asuransi yang bersangkutan.
o Bahwa pokok yang hendak dipertanggungkan itu benar
benar ada
o Bahwa pokok pertanggungan itu harus dapat
diidentifikasi
o Express Coinditions : yaitu syarat syarat yang
dinyatakan secara tegas atau tertulis dalam polis
Dalam polis, syarat syarat seperti ini biasanya dikelompokkan
dalam dua bagian yaitu general conditions dan particular conditions
General conditions (syarat syarat umum) biasanya berkenaan
dengan hal hal seperti :
o
o
o
o
o
o
o
Subrogasi
Arbitrase
Dan lain sebagainya
f.
Schedule
Schedule adalah bagian dari polis yang mencatat rincian daripada
kontrak pertanggungan yang bersangkutan, seperti:
g. Tanda
BAB V
KLAIM
1. Prosedur Klaim
1.1
Kewajiban Tertanggung
Hak Tertanggung
Kewajiban Penanggung
Hak Penanggung
2. Investigasi Klaim
Dalam kerugian kerugian atau klaim klaim asuransi kebakaran,
penanggung biasanya menunjuk perusahaan loss adjusters untuk melakukan
investigasi atas klaim dan memberikan rekomendasi tentang pembayaran
klaim tersebut.
Dalam klaim klaim asuransi tanggung gugat (liability insurance claims)
yang perkaranya diajukan ke pengadilan, pihak penanggung biasanya
menunjuk pengacara atau solocitor untuk mewakilinya di pengadilan
Dalam klaim klaim yang relatif kecil, seperti klaim kendaraan bermotor,
penanggung biasanya cukup menggunakan tehnisinya sendiri untuk
memeriksa kerusakan bersangkutan dan merundingkan tentang perbaikan
dengan pihak bengkel.
3. Jumlah Ganti Rugi
a. Asuransi harta benda
Dalam asuransi harta benda (property insurance), jumlah ganti rugi
ditentukan oleh dasar penutupan pertanggungan, yakni apakah
pertanggungan itu ditutup berdasarkan:
Indemnity, atau
Reinstatment, atau
Agreed value.
insured
value at risk
x loss
Reinstatment average
Jika polis asuransi harta benda tunduk pada syarat reinstatment
(reinstatment conditions), tetapi tidak tunduk pada klausa klausa inflasi
lainnya, suatu bentuk average khusus berlaku. Bentuk average khusus ini
sama dengan special conditons of average yang dijelaskan diatas, kecuali
bahwa jika sum insured paling kurang sama dengan 85% dari reinstatment
value pada saat kerugian terjadi atau jika polis tunduk juga pada klausa
klausa inflasi lainnya, maka full reinstatment average akan berlaku.
b. Asuransi Tanggung Gugat
Melalui Pengadilan
Dalam perselisahen tentang klaim asuransi pada umumnya pihak yang
tidak puas adalah pihak tertanggung. Jika perselisihan perselisihan
melalui cara negosiasi atau perundingan antara kedua belah pihak
tidak memuaskan pihak tertanggung, maka sebagai jalan terakhir
pihak tertanggung dapat menggugat pihak penanggung dipengadilan;
dan jika hal ini terjadi, maka pengadilanlah yang akan memutuskan
perselisihan tentang klaim (claim dispute) tersebut.
Melalui Arbitrase
Pada umumnya asuransi harta benda memuat klausula arbitrase yang
mengatur bahwa dalam hal terjadi perselisihan tentang klaim (claim
dispute) masalah itu akan diselesaikan melalui arbitrase. Klausula
aribitrase biasanya juga mengatakan bahwa putusan arbiter (wasit)
yang ditunjuk untuk memeriksa perkara itu akan mengikat bagi kedua
belah pihak yang berperkara.