Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
menarik
diri,
semakin
banyak
kesulitan
yang
dialami
dalam
Gangguan
jiwa
berat terbanyak
di Yogyakarta,
Aceh,
Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang
pernah
jiwa
berat 14,3
serta
pada
1
kelompok
penduduk
dengan
kuintil
(19,5%).
Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi
dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur (Riskesdes, 2013).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Mampu mengetahui asuhan keperawatan jiwa dengan masalah isolasi sosial.
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui definisi dari isolasi sosial.
2. Untuk mengetahui etiologi dari isolasi sosial.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi dari isolasi sosial.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan dari isolasi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak. (Rusdi dan Dermawan: 2013)
Isolasi sosial adalah penurunan interaksi atau ketidakmampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. (Keliat, Budi Anna.
2011)
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. (Sujono dan Teguh Purwanti: 2009)
Jadi dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah keadaan di mana individu menarik
diri dari lingkungan sosial yang diakibatkan karena kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugastugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
b.
Faktor Biologis
Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social
adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan social memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak,
serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya (Ade Herman Surya Direja, 2011,
Hal.123).
3. Perilaku
Perilaku pada klien gangguan social menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis,
sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri,
kurang peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur
seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi
tidak mempercayai orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia.
Kemudian perilaku pada klien dengan gangguan social manipulasi adalah kurang
asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung
pada orang lain (Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto,2009,Hal.157).
1. Pernah trauma dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Tidak dapat bercakap-cakap.
3. Gangguan jiwa.
4
Tanda gejala isoslasi sosial yang dapat ditemukan dengan cara wawancara adalah :
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien merasa tidak berguna.
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi adalah :
1. Tidak memiliki teman dekat.
2. Menarik diri.
3. Tidak komunikatif.
4. Tindakan berulang dan tidak bermakna.
5. Asyik dengan pikirannya sendiri.
6. Tidak ada kontak mata.
7. Tampak sedih, efek tumpul.
2.4 Patofisiologi
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan
kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami
penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi
Pattern of Parenting
Inefectieve
Lack of Develop
Stressor
internal
coping
ment Task
(Koping
(Gangguan
internal
individu tidak
Tugas
eksternal)
dan
efektif)
Perkembangan)
Misal :
Misal :
Misal :
kelahirannya tidak
menghadapi
menjalin
ansietas yang
dikehendaki (unwanted
kegagalan
hubungan intim
berkepanjangan dan
mengalahkan
dengan sesame
terjadi bersamaan
orang
ketidakberday
jenis, tidak
keterbatasan
aan
mampu mandiri
kemampuan
kurang menawan
mengangkat
individu untuk
menyebabkan keluarga
tidak mampu
mengatasi. Ansietas
mengeluarkan komentar-
menghadapi
terjadi akibat
komentar negative,
kenyataan dan
berpisah dengan
merendahkan,
menarik
orang terdekat,
menyalahkan anak
dari
hilang pekerjaan
lingkungan.
diri
Misal :
dengan
dicintai.
persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan
aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Deden Dermawan dan
Rusdi,2013,Hal.40).
2.7 Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. kecemasan koping yang
sering digunakan adalah regrasi, represi, dan isolasi. sedangkan contoh sumber koping
yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubunga yang luas dalam keluarga
dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan keriatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan.
2.8 Pemeriksaan diagnostik
1. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam
menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556 pernyataan benar atau salah.
2. Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara etiologi
fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3.
ntung),
gangguan
ekstra
piramidal
(distonia
akut,
akatshia,
Haloperidol (HLD)
3.
Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan
memberi stimulus bagi klien dengan ganggua interpersonal.
4. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara
kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang
(Deden Dermawan dan Rusdi ,2013: 40).
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.N DI RUANG CEMPAKA 1 RSUD dr.
LOEKMONOHADI KUDUS
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama
: Ny. N
Tanggal Masuk
: 29 April 2016
Tanggal Lahir
: 01 Mei 1994
Alamat
: Undaan Kidul 01/01 Undaan Kudus
Pendidikan
: SMA
CM
: 732847
Dx. medis
: Katatonik dengan riwayat depresi
Tanggal Pengkajian
: 2 Mei 2016-06-12
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn.K
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Undaan Kidul 01/01 Undaan
Hubungan dengan klien : Ayah
C. Alasan Masuk
Depresi 5 hari tidak mau makan, bicara sendiri dan menyendiri.
D. Faktor Predisposisi
1) Biologis : pasien mulai sakit 5 hari. Pernah mengalami gangguan jiwa 2
tahun yang lalu. Pasien pernah berobat ke dokter desa, 5 bulan terakhir pasien
tidak mengkonsumsi obat dan kambuh lagi 1 bulan terakhir, pasien tidak mau
makan dan bicara sendiri dan lebih suka menyendiri.
2) Psikologis : saat SMA pasien di tuduh gurunya membuang sampah
disembarangan tempat, semenjak itu pasien depresi, lebih suka menyendiri
dikamar.
3) Sosiokultural : pasien berumur 21 tahun, perempuan, pendidikan terakhr
SMA, ketika ada masalah pasien kadang-kadang mengadu kepada ibunya,
setelah mengalami kejadian tersebut pasien menarik diri dari lingkungan dan
lebih suka diam.
E. Faktor Presipitasi
1) Nature : pasien kambuh ketika komsumsi obat terputus
2) Origin : stresor awal datang dari eksternal yaitu sekolahnya.
3) Number and timing : stresor awal muncul sejak SMA atau sejak 2 tahun yang
lalu sempat sembuh dan kambuh lagi 1 bulan terakhir dan yang paling parah 5
hari sebelum dibawa ke RS.
F. Pengkajian Fisik
11
1) Keadaan umum
Pasien kurus, psikologis terganggu, pandangan kosong, kesadaran
composmentis.
2) Vital Sign
BP : 95/75 mmHg
RR : 20x/mnt
HR : 80x/mnt
T : 36,5 C
3) Pemeriksaan Fisik
BB : 37 kg
TB : 157 cm
a. Kepala
: Mesocepal
b. Rambut
: Hitam, panjang, Kumel, bau, tidak mudah rontok.
c. Mata
: Konjungtiva anemis, simetris kanan kiri, warna sklera
putih, ada kotoran
d. Hidung
: tidak terdapat sinusitis, tidak ada sekret
e. Telinga
:simetris, tidak ada gangguan pendengaran, terdapat
serumen.
f. Mulut
: kotor, bau, gigi berlubang bagian atas.
g. Paru
Inspeksi
: simetris tidak ada otot bantu pernapasan
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: sonor disemua lapang paru
Auskultasi : vesikuler disemua lobus paru
h. Jantung
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula sinistra
Perkusi
: Terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Bunyi s1 dan s2 normal
i. Abdomen
Inspeksi
: Simetris
Auskultasi : peristaltik usus 10x/menit
palpasi
: tidak ada nyeri tekan
perkusi
: timpani
j. Genetalia
: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, tidak ada
tanda-tanda infeksi.
k. Ekstremitas : jari tangan dan kaki lengkap, tidak tremor, kuku kotor dan
panjang-panjang, akral hangat, kulit lembab.
l. Kekuatan otot : 4
12
G. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: Pasien umur 21 tahun dengan diagnosa katatonik riwayat depresi
: Perempuan
: Tinggal serumah
-Ibu bekerja sebagai pedagang ikan
-Pasien membantu ibunya berjualan
-Pasien masih sekolah di MA
-Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara
2) Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien masiih sulit diidentifikasi.
b. Identitas diri
Pasien adalah pelajar, anak ke 2 dari 4 bersaudara, pasien berperilaku
sesuai jenis kelaminnya yaitu sebagai perempuan.
c. Peran
Pasien berperan sebagai anak, sebelum dirawat di cempaka 1 pasien
membantu jualan ikan dipasar dan membantu membersihkan rumah .
d. Harga diri
Pasien jarang berkomunikasi dengan keluarga dan tetangga, pasien minder
dan malu.
3) Hubungan Sosial
-Orang terdekat pasien di rumah adalah ibunya, ketika ada masalah pasien
kadang-kadang menceritakan pda ibunya. Ketika ada di rumah pasien jarang
berkomunikasi dengan keluarga, pasien lebih suka diam dan menyendiri.
-Orang terdekat pasien di cempaka 1 adalah Ny. I teman satu kamar pasien
tidak pernah berinteraksi dengan teman-temannya yang lain kecuali Ny.I.
Pasien jarang berinteraksi dengan perawat cempaka 1.
13
-Amitriptilin : 1x25mg
ANALISA DATA
Tanggal/ jam
2-05-2016
08.30 WIB
2-05-2016
09.00 WIB
2-05-2016
09.30 WIB
Data Fokus
S: O: Klien nampak
kumel, rambut bau
dan mulut kotor,
kuku tangan da kaki
kotor dan panjangpanjang, ditelinga
terdapat serumen,
mau mandi jika
dipaksa,klien
kurang
motivasi
merawat dirinya.
S: O: Klien selalu
diam, sering duduk
sendirian didepan tv
dan lebih banyak
dikamar. Nampak
bingung dan tidak
kooperatif. Terlihat
lesu dan hipoaktif,
pasien hanya mau
berinteraksi dengan
Ny.I,
sosialisasi
kurang.
S: O: Tidak ada reaksi
ketika
dipanggil,
ekspresi
wajah
datar,
selama
wawancara pasien
tidak
kooperatif,
kontak mata kurang,
memalingkan muka
ketika
diajak
biacara,
pasien
selalu menunduk,
bicara dengan suara
pelan dan lambat.
Diagnosa
Paraf
Defisit perawatan
diri
Isolasi
sosial:
Menarik diri
15
POHON MASALAH
Halusinasi
Isolasi Sosial
Rasional
Dengan
membina
hubungan saling
percaya, pasien
akan
merasa
aman
dan
bersedia untuk
berinteraksi
dengan perawat
dan
untuk
memfasilitasi
dalam
mengungkapkan
dan
menyelesaikan
masalah.
-Memfasilitasi
pasien
untuk
mengungkapkan
orang terdekat
dalam
kehidupan
pasien.
-Perilaku
menarik
diri
dapat
teridentifikasi
16
TUK 3 :
Klien dapat
menyebutkan
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
dan
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
TUK 4 :
Klien dapat
melaksanakan
hubungan
sosial secara
bertahap
dengan
klien
di
rumah/ruang perawatan.
e.Apa yang membuat
tidak dekat dengan klien
f.Upaya
yang
sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.Kaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya
3.Diskusikan
dengan
klien penyebab menarik
diri atau tidak mau
bergaul dengan orang lain
4.Beri pujian terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaannya.
1.Kaji pengetahuan klien
tentang manfaat
dan
keuntungan
bergaul
dengan orang lain.
2.Beri kesempatan klien
untuk mengungkapakan
perasaan
tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
3.Diskusikan
bersama
klien tentang manfaat
berhubungan
dengan
orang lain
4.Berikan reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan
orang lain
1.Berikan motivasi dan
bantuan
klien
untuk
berkenalan/berkomunikasi
dengan orang lain.
2.Observasi perilaku klien
saat berhubungan dengan
orang lain
3.Berikan reirforcement
terhadap
keberhasilan
yang telah tercapai.
4.Motivasi dan libatkan
klien untuk mengikuti
lebih awal
-Dapat
melakukan
penatalaksanaan
sesuai penyebab
-Meningkatkan
rasa percaya diri
klien.
-Dengan klien
mengetahui
keuntungan
berteman
diharapkan
klien
dapat
berinteraksi
dengan teman
yang lain.
-Ungkapan
perasaan klien
diperlukan agar
klien
lebih
dapat terbuka.
-Menjadikan
klien memiliki
teman
lebih
banyak.
-Dukung
interaksi klien
agar
dapat
menigkatkan
komunikasi
terhadap orang
lain.
-Untuk
mengetahui
kemajuan klien
-TAK
dapat
dijadikan solusi
17
kegiatan TAK
agar klien lebih
5.Diskusikan
jadwal interaktif.
kegiatan harian yang -Meningkatkan
dapat dilakukan untuk rasa
percaya
meningkatkan
diri.
kemampuan
berkomunikasi.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. N
Umur : 21 tahun
CM : 732847
Tgl/jam
2/04/2016
09.30
WIB
3/04/2016
09.00
WIB
Diagnosa
Implementasi
Isolasi Sosial: SP 1:
menarik diri
a.Melakukan BHSP,
memperkenalkan diri
sendiri
dan
menanyakan nama
klien.
b.Menanyakan
keluhan klien saat
dirawat
diruang
cempaka 1
c.Menanyakan
kegiatan yang klien
lakukan
bersama
temannya
d.Berdiskusi dengan
klien
tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain.
e.Mengajarkan cara
berkenalan
Isolasi sosial SP 1
mandiri
a.Melakukan BHSP
meminta klien untuk
menyebutkan nama
kita (perawat)
b.Menanyakan
keluhan klien saat
dirawat dicempaka 1
c.Menanyakan
Kegiatan yang klien
Evaluasi
TTD
S:O:Klien tidak ada
ekspresi, tidak ada
respon, tidak ada
kontak mata, tidak
mau bicara, klien
hanya
diam
dan
menunduk
A:
Isolasi
sosial
menarik diri
P:Ulangi SP 1
-Tingkatkan BHSP
-Menjelaskan
keuntungan
berinteraksi
dengan
orang lain
-Mengajarkan
cara
berkenalan
4/04/2016
16.15
WIB
5/04/2016
16.00
WIB
6/04/2016
08.30
WIB
lakukan
bersama
teman-temannya
d.Berdiskusi dengan
klien
tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
e.Mengajarkan cara
berkenalan
SP 1
a.Melakukan BHSP
meminta klien untuk
menyebutkan nama
kita (perawat)
b.Menanyakan
keluhan klien saat
dirawat dicempaka 1
c.Menanyakan
Kegiatan yang klien
lakukan
bersama
teman-temannya
d.Berdiskusi dengan
klien
tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
e.Mengajarkan cara
berkenalan
SP 1
a.Melakukan BHSP
meminta klien untuk
menyebutkan nama
kita (perawat)
b.Menanyakan
keluhan klien saat
dirawat dicempaka 1
c.Menanyakan
Kegiatan yang klien
lakukan
bersama
teman-temannya
d.Berdiskusi dengan
klien
tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
e.Mengajarkan cara
berkenalan
SP 1
a.Melakukan BHSP
meminta klien untuk
tingkatkan BHSP
S:Klien mengatakan
tidak
bisa
tidur
(kemaren malam)
19
menyebutkan nama
kita (perawat)
b.Menanyakan
keluhan klien saat
dirawat dicempaka 1
c.Menanyakan
Kegiatan yang klien
lakukan
bersama
teman-temannya
d.Berdiskusi dengan
klien
tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
e.Mengajarkan cara
berkenalan
O: respon senyum,
sedikit kontak mata,
kurang
kooperatif,
berkenalan
dengan
perawat, sudah mau
berkomunikasi
A: Isolasi sosial
P: Evaluasi SP1
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan
dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
negatif yang mengancam. Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau
kegagalan. Kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan
dan meresa tertekan, berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien
berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan.
Dengan tanda dan gejalanya seperti Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul,
menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain,
misalnya pada saat makan, komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain / perawat, tidak ada kontak mata, klien lebih sering
menunduk, berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya,
menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan
diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan. Jadi membina hubungan
saling percaya klien dengan keluarga, perawat dengan klien dapat mempercepat
menyelesaikan masalahnya dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain
dan beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya yang nmenyebabkan
klien menarik diri.
4.2 SARAN
Binalah hubungan saling percaya diantara orang tua dengan mahasiswa, kelompok/
masyarak dengan mahasiswa
1. Mahasiswa harus mengetahui tanda- tanda dari menarik diri dan jika ada suatu
masalah sebaiknya dibicarakan dan mencari jalan penyelesaiannya.
2. Saling mendukung terhadap apa yang akan dilakukan selagi positif
21
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosheng Publishing.
Keliat, Budi Anna.2011. Manajemen Keperawatan psikososial dan kader kesehatan jiwa.
Jakarta: EGC.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanti. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
22