Professional Documents
Culture Documents
Pengertian
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999
Hal 451). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa
nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter
sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik. (R. Sjamsuhidajat, 2008).
Urolithiasis adalah istilah adanya batu di saluran kemih. Batu terbentuk karena
adanya supersaturasi zat-zat yang terdapat dalam urine, seperti calcium, oxalat, fosfat,
asam urat, dan lain-lain karena suatu keadaan tertentu. Batu dapat ditemukan di setiap
tempat saluran kemih, mulai dari ginjal hingga kandung kemih.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan
kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium
amonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, batu silikat, dan batu jenis lainnya.
B. Anatomi dan Fisiologi
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
a. Nyeri, rasa nyeri yang berbeda-beda ditentukan oleh lokasi batu :
1) Ginjal
Menimbulkan 2 macam jenis nyeri :nyeri kolik dan nonkolik. Nyeri kolik
(hilang timbul) disebabkan oleh karena aktivitas peristaltik otot polos sistem
kalises ataupun ureter yang meningkat untuk mengeluarkan batu dari saluran
kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal syaraf yang memberikan
sensasi nyeri. Nyeri nonkolik disebabkan oleh peregangan kapsule ginjal
karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
2) Pelvis renalis
Batu saluran kemih sebesar lebih dari 1 cm pada pelvis renalis akan
menyebabkan nyeri berat pada punggung bagian bawah tepat di iga ke-2.
3) Ureter bagian atas dan tengah
Akan menyebabkan rasa nyeri pinggang hebat yang menjalar ke perut bagian
bawah. Rasa nyeri itu akan bertambah hebat apabila batu bergerak turun dan
menyebabkan obstruksi.
4) Ureter bagian distal (bawah)
Akan menyebabkan rasa nyeri di sekitar testis pada pria atau labia mayora
pada wanita. Dan nyeri sering dirasakan pula saat kencing atau menjadi sering
kencing.
5) Bladder (kandung kemih)
Akan menyebabkaan gejala iritasi dan bila bersamaan dengan infeksi akan
menyebabkan hematuria. Jika batu mengobstruksi bladder neck, maka akan
terjadi retensi urin.
b. Kristaluria : urine yang keluar disertai dengan pasir atau batu.
c. Infeksi : batu yang terdapat di saluran kemih menjadi tempat bersarangnya kuman
yang tidak dapat dijangkau oleh obat-obatan. Batu jenis struvite adalah yang
paling sering berhubungan dengan infeksi, umumnya disebabkan oleh Proteus,
Pseudomonas, Providencia, Klebsiella, Staphyllococcus dan Mycoplasma. Batu
jenis lain adalah batu kalsium fosfat.
d. Demam : bila kuman sudah menyabar ke tempat lain. Tanda demam yang diikuti
dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah dikulit merupakan tanda
terjadinya urosepsis (kedaruratan).
e. Adanya massa di daerah punggung; obstruksi urine di saluran kemih bagian atas
yang akut ditandai dengan rasa sakit di punggung bagian bawah, dan pada
obstruksi yang berlangsung lama kadang-kadang dapat ditemukan massa pada saat
palpasi akibat adanya hidronefrosis.
f. Nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra.
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini
dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal,
dan sampai ke kemaluan.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada
umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di
ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan
obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis (Basuki, 2010).
H. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas.
Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis.
b. Palpasi
Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau dikedua
belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai dua tangan atau
dikenal juga dengan nama tes Ballotement. Ditemukan pembesaran ginjal yang
teraba disebut Ballotement positif.
c. Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk oleh
kosta terakhir dengan tulang vertebra
I. Tes Diagnostik
a. Air kemih
1) Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya leukosituria,
hematuria, kristal-kristal pembentuk batu.
2) Makroskopis: didapatkan gross hematuri
3) Biakan: menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
4) Sensitivitas kuman
b. Faal ginjal: Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal
baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab
timbulnya batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam
urin.
c. Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat
dilakukan; pada keadaan ini dapat dilakukan retrograd pielografi atau dilanjutkan
dengan antegrad pielografi, bila hasil retrograd pielografi tidak memberikan
informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai
batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu
radiolusen, berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling
opaq hingga yang paling bersifat radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat,
magnesium amonium fosfat, sistin, asam urat, xantine.
Foto polos perut (90% batu kemih radiopak)
Foto pielogram intravena (adanya efek obstruksi)
Ultrasonografi ginjal (hidronefrosis)
Foto kontras khusus:
1) Retrograd
2) Perkutan
h. Analisis biokimia batu
d.
e.
f.
g.
6) Bedah terbuka:
a) Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal
b) Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter
c) Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
d) Uretrolitotomi: mengambil batu dari uretra
K. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Umumnya
pencegahan dapat berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk mengurangi kadar
zat-zat komponen pembentuk batu, aktifitas harian yang cukup dan pemberian
medikamentosa. Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan
adalah diet rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan
menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam.Diet rendah oksalat, diet rendah garam
karena natriuresis akan memicu timbulnya hiperkalsuria dan diet rendah purin.
L. Teknik operasi ureterolitotomi
Ureterolitotomi untuk batu ureter proksimal
a)
b)
c)
d)
e)
f)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
spoeling.
Jahit ureter yang diinsisi dengan Dexon 4-0 secara jelujur.
Cuci lapangan operasi dengan PZ
Pasang drain redon pada fosa renalis.
Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan data yang berhubungan
dengan pasien secara sistematis. Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis
tergantung pada ukuran, lokasi, dan etiologi kalkulus (Doenges, 2009 Hal 672).
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan
kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit hangat
dan kemerahan, pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi
vesica urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri
dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan
posisi atau tindakan lain
Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen
f. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
g. Penyuluhan dan Pembelajaran
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen, IVP,
sistoureteroskopi, scan CT, USG
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Dx kep./ mslh kolaborasi
Nyeri akut berhubungan
Tujuan
NOC: Kontrol nyeri,
Intervensi
NIC:
Setelah diberi
a. Manajement nyeri
penjelasan selama 5
Aktifitas:
menit diharapkan
1.
Lakukan
penilaian
kenyamanan pasien
nyeri,
meningkat
Indikator:
nyeri
Menggunakan
2.
lokasi,
terhadap
Amati
karakteristik
isyarat
non
dan
verbal
tentang kegelisaan
3.
tingkat nyeri
4.
5.
Bantu
Klien
6.
Menggunakan
tekhnik non
Anjurkan
klien
penggunaan
tehnik relaksasi
Klien mampu
istirahan/tidur
menemukan
posisi nyaman
menyatakan nyeri
berkurang
pasien
b. Kelola analgetik
c. Terapi relaksasi
d. Manajemen lingkungan
farmakologi
NOC: kontrol
krisis situasional
Aktifitas:
setelah diberi
1.
penjelasan selama 5
2.
Prosedur
3.
mampu mengatasi
cemas dg:
tentang penyakitnya
4.
Indikator:
Ps mampu:
Mengungkapka
n cara mengatasi
cemas
Mampu
menggunakan coping
Klien tidak
Aktifitas:
injuri
1.
2.
Monitor penggunaan
instrumen, jarum dan kasa
3.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan I, CV. Infomedika, Jakarta, 2010.
W.B. Saunders, Campbells Urology, Sixth Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia
Pennsylvania, 2007.
D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical Publications, California, 2009.
Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 2008.