Professional Documents
Culture Documents
Pokok bahasan
Alokasi waktu
: 25 menit
Pemberi Materi
: Mahasiswa di Ruang 22
Metode
Media
: Flip Chart/LCD
Latar Belakang
Aspek kesehatan adalah suatu kebutuhan masyarakat yang harus
dipenuhi. Semakin berkembangnya zaman dan meningkatnya tingkat
ekonomi, pengetahuan serta status social seseorang pada umumnya
berbanding lurus dengan tingkat kesehatannyan, namun tidak sedikit kasus
yang menyimpang dari kasus kesehatan akibat prilaku yang kurang cerdas.
Salah satunya adalah penyakit Infark Miokard Akut (IMA). Infark
Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering
di negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalh 30%
dengan lebih dari separuh kematian pasien sebelum mencapai rumah sakit.
Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30% selama 2 dekade terakhir,
sekitar 1 dari 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal
pada tahun pertama perawatan setelah IMA.
Infark miokard akut adalah suatu keadaan di mana terjadi nekrosis
otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai
oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab yang paling sering
adalah terjadinya sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran
darah. Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur plak yang menginduksi
terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan spasme koroner.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,
tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan
yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila
pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina, maka ia tabu bahwa
sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang
berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard
akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering pada jam-jam
awal di pagi hari.
1.
2.
Materi (terlampir)
Pengertian Penyakit IMA
Faktor Penyebab terjadinya IMA
Jenis Pemeriksaan yang digunakan pada penyakit IMA
Mencegahan terjadinya penyakit IMA (Infark Miokard Akut)
Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
Media
a. Laptop
b. LCD
Pengorganisasian
Pemateri : Abdullah Hafidz., S. Kep
Notulen
: Rezky
Kegiatan Penyuluhan
a.
b.
c.
d.
5.
6.
7.
8.
No.
1.
2.
Waktu
3 menit
5 menit
Penyaji
Peserta
Pembukaan :
Menjawab salam
Salam pembukaan
Memperhatikan
Perkenalan
Penyajian materi :
Memperhatikan
Menanyakan hal
a. Pengertian Penyakit IMA
b. Faktor
Penyebab hal yang belum
akibat IMA
c. Jenis Pemeriksaan yang
digunakan pada penyakit
IMA
d. Mencegahan
penyakit
3.
10 menit
IMA
terjadinya
(Infark
Miokard Akut)
Diskusi
Mengajukan
pertanyaan
Memperhatikan
4.
2 menit
Penutup :
a. Mengucapkan terima kasih
b. Salam penutup
9.
Evaluasi
Evaluasi terstruktur
Memberi tanggapan
Memperhatikan
Menjawab salam
:
:
MATERI TERLAMPIR
A. Pengertian
Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia
lokal, disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering
karena trombus atau embolus (Dorland, 2002). Miokard merupakan
jaringan otot jantung. Akut menunjukkan onset atau perjalanan waktu
suatu kelainan atau penyakit. Iskemia dapat terjadi oleh karena obstruksi,
kompresi, ruptur karena trauma dan vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh
darah dapat disebabkan oleh embolus, trombus atau plak aterosklerosis.
Kompresi secara mekanik dapat disebabkan oleh tumor, volvulus atau
hernia. Ruptur karena trauma disebabkan oleh aterosklerosis dan
vaskulitis. Vasokonstriksi juga dapat disebabkan oleh obat-obatan. Infark
miokard merupakan perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Secara klinis sangat mencemaskan karena sering berupa
serangan mendadak umumnya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala
pendahuluan (Santoso, 2005).
Otot jantung diperdarahi oleh 2 pembuluh koroner utama, yaitu
arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari
aorta. Arteri koroner kiri kemudian bercabang menjadi arteri desendens
anterior kiri dan arteri sirkumfleks kiri. Arteri desendens anterior kiri
berjalan pada sulkus interventrikuler hingga ke apeks jantung. Arteri
sirkumfleks kiri berjalan pada sulkus arterio-ventrikuler dan mengelilingi
permukaan posterior jantung. Arteri koroner kanan berjalan di dalam
sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah (Oemar, 2007). Anatomi
pembuluh darah jantung dapat dilihat pada gambar di bawah
peningkatan indeks masa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) Overweight
didefinisikan sebagai IMT > 25-30 kg/m2 dan obesitas dengan IMT > 30 kg/m2.
Obesitas sentral adalah obesitas dengan kelebihan lemak berada di abdomen.
Biasanya keadaan ini juga berhubungan dengan kelainan metabolik seperti
peninggian kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan tekanan darah,
inflamasi sistemik, resistensi insulin dan diabetes melitus tipe II (Ramrakha,
2006).
Faktor psikososial seperti peningkatan stres kerja, rendahnya dukungan
sosial, personalitas yang tidak simpatik, ansietas dan depresi secara konsisten
meningkatkan risiko terkena aterosklerosis (Ramrakha, 2006).
Risiko terkena infark miokard meningkat pada pasien yang mengkonsumsi
diet yang rendah serat, kurang vitamin C dan E, dan bahan-bahan polisitemikal.
Mengkonsumsi alkohol satu atau dua sloki kecil per hari ternyata sedikit
mengurangi risiko terjadinya infark miokard. Namun bila mengkonsumsi
berlebihan, yaitu lebih dari dua sloki kecil per hari, pasien memiliki peningkatan
risiko terkena penyakit (Beers, 2004).
AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut.
Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan
pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis.
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki
riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan
beberapa hal antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress
emosional atau nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.
b. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung
keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak
akan lepas dari faktor pemompaan dan volume darah yang dipompakan.
Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi
hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup
jantung (aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya
cardac out put (COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan
sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan
adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
c. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika
daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh
darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu.
Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain:
anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2.
orang
normal
meningkatnya
kebutuhan
oksigen
mampu
1.
Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan faktor risiko yang bisa
dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan.
Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
a.
Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan
aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan
tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang
rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan risiko 2-3 kali disbanding
yang tidak merokok.
b.
Konsumsi alkohol
Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alkohol dosis rendah
hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen,
mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi,
akan tetapi semuanya masih kontroversial. Tidak semua literature mendukung
konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan
mortalitas
kardiovaskular
karena
aritmia,
hipertensi
sistemik
dan
kardiomiopati dilatasi.
c.
Infeksi
Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negatif intraseluler dan
penyebab umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan
penyakit koroner aterosklerotik
d.
Hipertensi sistemik.
Hipertensi sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak
langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan
memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after
load yang pada akhirnya meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
e.
Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah,
peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat
aktivitas yang rendah.
f.
Kurang olahraga
Penyakit Diabetes
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar
2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya
abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan
trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan
trombogenesis).
2.
a.
Usia
Risiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun
(umumnnya setelah menopause)
b.
Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen
endogen yang bersifat protektif pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi
PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare dengan laki pada wanita
setelah masa menopause
c.
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelum usia 70
tahun merupakan faktor risiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi
PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetik pada keadaan ini.
Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset
penderita PJK pada keluarga dekat
d.
Ras
Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih
tinggi dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah
terdapat pada RAS afro-karibia
e.
Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan
bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air,
merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.
f.
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila
hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.
Terdapat hubungan antara stress dengan abnormalitas metabolisme lipid.
g.
Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar lakilaki terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (misal dokter,
pengacara dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih
besar untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja
professional / non-manual .
C. Manifestasi Klis
Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama.
Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau
perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun
(dinamakan silent heart attack). Akan tetapi pada umumnya serangan AMI
ini ditandai oleh beberapa hal berikut
1. Nyeri Dada
2. Mayoritas pasien AMI (90%) datang dengan keluhan
nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyer pada AMI lebih panjang
yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu.
Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat
akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa
disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Meskipun
AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke lengan kiri, bahu,
leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang
terasa hanya sedikit.
Rasa nyeri dapat hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat
dingin dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat
tidur. Hal ini dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi
rasa sakit, namun tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta
ektremitas biasanya terasa dingin (Antman, 2005).
3. Sesak Nafas
4. Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hipervenntilasi.
5. Gejala Gastrointestinal,
6. Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya
lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak
inferior juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila diberikan
martin untuk rasa sakitnya.
7. Gejala Lain Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia
ventrikel, dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia
ekstrimitas)
8. Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu
dengan berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis
dari syok tidak dijumpai.
9. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau
inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik,
tetapi demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari,
sampai 102 derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahanlahan turun ,kembali normal pada akhir dari minggu pertama.
D. Penatalaksanaan Infark Miokard Akut
Tatalaksana yang Tepat terhadap Infark Miokard
Tujuan utama tatalaksana AMI adalah diagnosis cepat,
menghilangkan nyeri dada, penilaian dan implementasi strategi reperfusi
yang mungkin dilakukan, pemberian antitrombotik dan terapi antiplatelet,
pemberian obat penunjang dan tatalaksana komplikasi AMI. Terdapat
beberapa pedoman dalam tatalaksana AMI dengan elevasi ST yaitu dari
ACC/AHA tahun 2004 dan ESC tahun 2003. Walaupun demikian perlu
3.
4.
beban jantung.
Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg
dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. efek
samping yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksivena dan
arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan
mengurangicurah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi
dengan evaluasi tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan
cairanIV dengan NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik
yang menyebabakan bradikardia atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien
dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian
5.
menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR<0,24 detik dan ronki tidak
lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam,
dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
7. Terapi reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi coroner, meminimalkan derajat
disfungsi dan diltasi ventrikel dn mengurangi kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau taki aritmia ventricular yang maligna.
Sasaran terapi re[erfusi pada pasien STEMI adalah door-to needle ( atau medical
contact to-needle) time untuk memulai terapifibrinolitik dapat dicapai dalam 30
menit atau door-to-balloon (atau medical contact-to-balloon) time untuk PCI
dapat dicapai dalam 90 menit.
Tatalaksana Di Rawat Inap Rumah Sakit
Terapi Non Farmakologis
a. Aktivitas.
Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.
b. Diet.
Tujuan diet
Syarat iet
1.
2.
3.
Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10% berasal
dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi6
1.
Diet Jantung I
Diberikan pada pasien penyakit akut seperti Myocard Infarct (MCI) atau
Dekompensasi Kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama
1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi dan
semua zat gizi, sehingga sebaiknya hanya diberikan selama 1-3 hari.
2.
Diet Jantung II
Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Jika disertai
hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung II Garam Rendah. Diet
ini rendah eergi, protein, kalsium, dan tiamin
3.
Jantung III Gara Rendah. Diet ini rendah energy dan kalsium, tetapi cukup zat gizi
lain.
4.
Diet Jantung IV
Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai perpindahan Diet
Jantung III atau kepada kepada pasien jantung dengan keadaan ringan. Jika
disertai hipertensi dan/ atau edema, diberikan sebagai Diet Jantung IV Garam
Rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali kalsium.
Contoh menu sehari
1.
2.
3.
Diet Jantung II
Pagi
Siang
Malam
Bubur nasi
Bubur nasi
Bubur nasi
Telur dadar
Daging semur
Ayam panggang
Sup wortel
Susu skim
Pukul 10.00
Jeruk
Pukul 16.00
Pepaya
Selada buah
Apel
Siang
Malam
Nasi tim
Nasi tim
Nasi tim
Telur rebus
Ikan panggang
Daging
Tahu ungkep
Tahu bacem
Sayur bening
Sop oyong
Tumis wortel
Teh
Pukul 10.00
Apel
Pukul 16.00
Pepaya
Selada buah
Agar-agar buah
Diet Jantung IV
Menu sama dengan Diet jantung III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.
c. Bowels.
Istirahat ditempat tidur dan efek penggunaan narkotik untuk menghilangkan nyeri
mengakibatkan konstipasi. Dianjurkan penggunaan kursi komod di samping
tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar ringan secara rutin seperti
dioctyl sodium sulfosuksinat.2
d. Sedasi.
Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk memperthankan periode
inaktivasi dengan penenang. Diazepam 5 mg, oksazepam 15 30 mg atau
lorazepam 0,5 2 mg diberikan 3 atau 4 kali sehari biasanya efektif.2
Farmakologis
A. Anti angina
a.
Nitrat Organik
Manfaat nitrat organic sebagai antiangina telah di kenal sejak tahun 1867. Dua
masalah utama penggunaan nitrat organic, yaitu toleransi dan penurunan tekanan
darah secara nyata sehingga dapat berbahaya pada infark jantung akut. Akan tetapi
nitrat organic masih merupakan obat yang penting untuk pengobatan jantung
iskemik dan mengurangi cedera iskemik dan luas infark.5
Kimia
Nitrat organic adalah ester alcohol polivalen dengan asam nitrat, sedangkan
nitrit organic adalah ester asam nitrit. Amilnitrit, ester asam nitrit dengan alcohol
merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa diberikan melalui inhalasi.
Golongan nitrat mudah larut dalam lemak, sedangkan metabolitnya mudah larut
dalam air. Nitrat dan nitrit organic serta senyawa lain yang dapat berubah dalam
tubuh menjadi nitrogen oksida (NO) secara kolektif disebut nitrovasodilator.5
Farmakodinamik
Mekanisme Kerja
Secara in vivo nitrat organic merupakan pro drug yaitu menjadi aktif setelah
dimetabolisme dan mengeluarkan nitrogen monoksida (NO, endothelial derived
relaxing factor / ERDF). Biotransformasi nitrat organic yang berlangsung
intraseluler ini agaknya dipengaruhi oleh adanya reduktase ekstrasel dan reduce
tiol (glutation) intrasel. NO akan membentuk komplek nitrosoheme dengan
guanilat siklase dan menstimulase enzim ini sehingga kadar cGMP meningkat.
Efek Kardiovaskuler
Efek Lain
Efek Samping
Pada awal terapi sering ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri
serebral. Sakit kepala biasanya berkurang setelah beberapa kali pemakaian atau
pengurangan dosis obat. Dapat terjadi hipotensi postural pada penggunaan nitrat
organic ini. Oleh sebab itu pasien diminta duduk sebelum mendapat nitrat organic
dengan mula kerja cepat. Bila hipotensi berat terjadi bersamaan dengan reflek
takikardi, hal ini dapat memperburuk angina. Pernah juga dilporkan penghentian
penggunaan obat secara mendadak menimbulkan gejala rebound angina.5
Pada pasien stenosis aorta atau kardiomoipati hipertrofik, nitrat organic dapat
menyebabkan penurunan curah jantung secara hebat dan hipotensi refrakter.
1.
Indikasi
Angina pektoris
Nitrat organik digunakan untuk pengobatan berbagai jenis angina pectoris.
Walaupun data yang ada tidak menunjukkan bahwa nitrat organik menurunkan
mortalitas atau kejadian infark jantung baru, obat ini digunakan secara luas untuk
angina tidak stabil. Untuk angina tidak stabil, nitrat organik diberikan secara infus
IV. Kekurangan cara IV ini adalah toleransi yang cepat terjadi (24-48 jam setelah
pemberian). Untuk itu dosis dapat ditinggikan bila pasien bebas angina selama 24
jam, maka pemberian obat IV diganti dengan cara oral dengan interval bebas
nitrat 6-8 jam. Efek antiagregasi trombosit nitrat organik mungkin ikut berperan
dalam terapi angina tidak stabil. 5
Sejumlah obat juga digunakan dalam pengobatan angina tidak stabil yaitu
aspirin yang terbukti memperbaiki survival dan heparin yang dapat mengurangi
serangan angina serta mencegah terjadinya infark jantung. Obat lain yang
digunakan untuk pengobatan angina tidak stabil adalah -blocker dan antagonis
Ca++.5
Untuk angina variant, biasanya diperlukan nitrat organik kerja panjang
dikombinasi dengan antagonis Ca++, Antagonis Ca++ dilaporkan mengurangi angka
mortalitas dan insidens infark jantung pada angina variant. Aspirin tampaknya
tidak bermanfaat dan -blocker mungkin berbahaya dalam pengobatan angina
vasospastik ini.5
2.
Penggunaan lain
i.
Infark jantung
Dalam beberapa laporan awal penggunaan nitrat organik pada infark jantung akut
dapat mengurangi luas infark dan memperbaiki fungsi jantung, tetapi data
selanjutnya
menunjukkan
hasil
yang
kontradiktif
sehingga
tidak
ditingkatkan perlahan. Efek samping lain adalah lelah, mimpi buruk dan depresi.
Insiden depresi dikatkan dengan dengan BB yang lipofilik, tetapi tidak ada bukti
klinis untuk ini. Gangguan sistem adrenergik oleh BB dapat menyebabkan
terjadinya impotensi.5
Penggunaan Klinis
Angina Stabil kronik.
BB efektif untuk angina stabil kronik tetapi tidak terbukti mengurangi
mortalitas pad angina tidak stabil. Sebaliknya untuk angina vasospastik lebih baik
menggunakan nitrat organik dan penghambat kanal Ca++.5
Infark Jantung
BB tanpa aktivitas simpatomimetik intrinsic terbukti mengurangi
mortalitas pasien infark jantung. Obat ini harus diberikan dini dan dilanjutkan
selama 2 3 tahun.5
DAFTAR PUSTAKA
2001.
Kapita Selekta
Kedokteran.Jakarta:
Media
7. Harun, S., 2000. Infark Miokard Akut. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I edisi 3. Jakarta: FKUI. Hal: 1090-1108. (patogenesis)
8. Harun, Sjaharuddin, Idrus Alwi. 2000. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi
ST. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. Hal: 1626.
9. Isselbacher, J Kurt. 2000. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 13 Volume 3. Jakarta : EGC.
10. Price, Sylvia Anderson. 2005. Penyakit Aterosklerotik Koroner. dalam
Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.
Hal 589-590.
11. Sherwood, Lauralee. 2001. dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem
Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 287-292.
12. Sudoyo, W. Aaru, Bambang Setiyohadi. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Edisi IV. Jakarta : FKUI.
13. Elsevier Ltd. Rang et al dalam Pharmacology 5E www.studentconsult.com
14. Ruz ME, Abu, Lennie TA, Riegel B, McKinley S, Doering LV, Moser DK.
Evidence that the brief symptom inventory can be used to measure anxiety
quickly and reliably in patients hospitalized for acute myocardial
infarction.
2010.
Available
from
URL: