You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA PRODUK ALAM


SKRINING FITOKIMIA

Disusun Oleh :

1. Anissa Primadani

(13/346141/FA/09618)

2. Villa Noorlita M.

(13/346143/FA/09620)

3. Zulfi Azizah

(13/346144/FA/09621)

Kelas/Golongan

: B/I

Kelompok

: 5

Tanggal Praktikum

: 11 Mei 2015

Dosen Jaga

: Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si, Apt.

Asisten Jaga

Asri, Purwita

LABORATORIUM KIMIA PRODUK ALAM


BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Percobaan V
Skrining Fitokimia

I.

Tujuan
Mahasiswa mampu menggunakan metode metode yang pernah dipelajari sejak
Praktikum Farmakognosi (uji pendahuluan dengan organoleptis, uji tetes, uji tabung)
hingga KLT yang dipelajari di praktikum I IV untuk mengambil data, interpretasi, dan
identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dalam sampel.

II. Skema Kerja


1. Uji Pendahuluan
Jalur mevalonat
Uji terpenoid
Dicampur 20 tetes larutan dari ekstrak dalam tabung reaksi dengan 10 tetes kloroform
Dialiri bertetes tetes H2SO4 pekat secara hati hati melalui dinding tabung
membentuk suatu lapisan 2 fase
Jika terbentuk warna merah tua dipertemuan kedua lapisan berarti positif ada
terpenoid
Uji steroid
Dicampurkan 10 tetes larutan ekstrak etanol dengan 20 tetes asam asetat anhidrat
Ditambahkan secara hati hati bertetes tetes H2SO4 pekat melalui dinding tabung
membentuk suatu lapisan 2 fase
Perubahan warna dari ungu ke biru atau biru kehijauan menunjukkan adanya steroid
Jalur Poliketida
Uji antrakuinon
Ditambah 10 tetes larutan amonia 10% ke dalam 10 tetes ekstrak lalu digojog
Adanya merah jambu di fase air menujukkan adanya antrakuinon bebas

Jalur Sikimat
Uji kumarin
Ditambahkan 5 tetes NH4OH 10% ke dalam 10 tetes ekstrak
Diteteskan ke kertas saring dan diamati di bawah UV 366
Fluoresensi kuat kuning menunjukkan adanya kumarin
Uji flavonoid
Potongan magnesium ditambahkan pada 10 tetes ekstrak
Ditambahkan tetes demi tetes HCl pekat
Warna merah jambu atau pink scarlet menunjukkan adanya flavonoid
Uji alkaloid
Ditambah 10 tetes HCl 1% ke dalam 10 tetes larutan ekstrak
Dipanaskan dengan hati hati di penangas air
Ditambahkan 1 2 tetes reagen Mayer dan Wagner ke dalam campuran
Endapan yang terbentuk menunjukkan adanya alkaloid

2. Uji KLT
Disiapkan tiga buah lempeng KLT ukuran kecil
Diberi tanda titik dengan jarak 0,8 cm untuk penotolan senyawa sampel dan senyawa
pembanding
Ditandai batas elusi 5 cm dari titik penotolan dengan pensil lemah pada lempeng KLT
kecil
Ditotolkan pembanding pada masing-masing plat KLT sebanyak 2 totolan
Pada KLT 1 digunakan pembanding kumarin, pada KLT 2 digunakan pembanding rutin,
KLT 3 digunakan pembanding kuersetin
Ditotolkan senyawa sampel pada ketiga lempeng KLT masing-masing sebanyak 4
totolan, dibiarkan lempeng mengering pada setiap kali penotolan,
dielusi masing-masing KLT pada wadah yang berisi fase gerak yang sesuai dan telah
dijenuhkan.

(KLT 1 dengan fase gerak eter: toluen: asam asetat 10% (55:45:0,8); KLT 2 dan 3
dengan fase gerak asam asetat 30%)
Elusi dilakukan sampai jarak rambat yang telah ditentukan
Dikeluarkan lempeng KLT dan dikeringkan pada suhu ruangan
Diamati lempeng hasil KLT di bawah sinar tampak, UV 254 nm dan 366 nm
Diukur harga Rf (Retention Factor) masing-masing sampel
Dilakukan penyemprotan untuk ketiga KLT
(KLT 1 dengan KOH etanolik, KLT 2 dan 3 dengan sitroborat)
Diamati lempeng hasil KLT di bawah sinar tampak dan diukur harga Rf
Diamati lempeng hasil KLT di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm dan diukur harga Rf

III. Hasil

Hasil reaksi tabung uji flavonoid

Hasil reaksi tabung senyawa kumarin


Pengamatan dengan sinar UV 366 nm

Hasil pengamatan kumarin dengan sinar


tampak
sebelum disemprot dengan pereaksi KOH
etanolik

Hasil pengamatan kumarin dengan sinar


UV 254 nm
Sebelum disemprot dengan pereaksi KOH
etanolik

Hasil pengamatan kumarin dengan sinar


UV 366 nm
Sebelum disemprot dengan pereaksi KOH
etanolik

Hasil pengamatan kumarin dengan sinar


tampak
Setelah disemprot dengan pereaksi KOH
etanolik

Hasil pengamatan kumarin dengan sinar


UV 366
Setelah disemprot dengan pereaksi KOH
etanolik

Hasil pengamatan rutin dengan sinar


tampak
Sebelum disemprot dengan pereaksi
sitroborat

Hasil pengamatan Rutin dengan sinar UV


254 nm
Sebelum disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan Rutin dengan sinar UV


366 nm
Sebelum disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan Rutin dengan sinar


tampak
Setelah disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan Rutin dengan sinar UV


366 nm
Setelah disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan Kuersetin dengan sinar


tampak
Sebelum disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan Kuersetin dengan sinar


UV 254 nm
Sebelum disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan kuersetin dengan sinar


UV 366 nm
Sebelum disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan kuersetin dengan sinar


tampak
Setelah disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

Hasil pengamatan kuersetin dengan sinar


UV 366 nm
Setelah disemprot dengan pereaksi
Sitroborat

IV. Analisis Data


Tabel Rf KLT 1 (pembanding kumarin)
Sebelum disemprot
No

1.

Sinar Tampak

Sinar UV 254

Setelah disemprot KOH Etanolik


Sinar UV 366

Sinar Tampak

Sinar UV 366

0,4

0,64

0,4

0,4

0,4

0,64

0,4

0,82

0,74

Tabel KLT 2 (pembanding rutin)


Sebelum Disemprot
No

1.

Sinar Tampak

Sinar UV 254

Setelah Disemprot Sitroborat


Sinar UV 366

Sinar Tampak

Sinar UV 366

0,36

0,3

0,34

0,36

0,34

Tabel KLT 3 (pembanding kuersetin)


Sebelum Disemprot
No

1.

Sinar Tampak

Sinar UV 254

Setelah Disemprot Sitroborat


Sinar UV 366

Sinar Tampak

Sinar UV 366

0,36

0,3

0,34

0,36

0,34

V. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa dengan teknik
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan
komponen dalam suatu sampel dimana komponen tersebut didistribusikan di antara dua fasa
yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak adalah fasa yang membawa cuplikan, sedangkan
fasa diam adalah fasa yang menahan cuplikan secara efektif (Sastrohamidjojo, 1991).
Ditinjau secara fisik, kromatografi lapis tipis merupakan salah satu jenis kromatografi
planar. Pada KLT pemisahan yang terjadi secara adsorbsi yaitu berdasarkan kompetisi
terjadinya ikatan hidrogen antara analit dengan fase gerak dan fase diam.
Pada praktikum kali ini, praktikan diberi sampel yang belum diketahui kandungannya,
sehingga perlu dilakukan uji pendahuluan pasa sampel untuk penentuan golongan kimia suatu
produk alam. Uji pendahuluan yang dilakukaan yaitu uji

kumarin, uji flavonoid, uji

terpenoid, uji steroid, uji antrakuinon, dan uji alkaloid. Setelah diketahui kemungkinan
golongan senyawa pada sampel, selanjutnya senyawa tersebut ditetapkan kandungannya
menggunakan kromatografi lapis tipis. Pada pengujian dengan KLT digunakan fase diam
yaitu silika gel.
Pada uji kumarin, sebanyak 10 tetes sampel ditambah dengan 5 tetes NH4OH 10%,
selanjutnya campuran tersebut di teteskan pada kertas saring dan diamati pada UV 366 nm.
Setelah diteteskan pada kertas saring nampak warna kuning pada pengamatan dengan sinar
tampak dan saat diamati dibawah sinar UV 366 nampak fluoresensi kuat berwarna kuning.
Hasil tersebut menunjukkan adanya kemungkinan kandungan senyawa kumarin.
Pada uji flavonoid, sebanyak 10 tetes sampel dicampur dengan bubuk magnesium
secukupnya, selanjutnya direaksikan dengan HCl pekat tetes demi tetes. Saat penambahan
dengan HCL muncul adanya buih, dan warna larutan menjadi sedikit merah jambu (pink).
Hasil tersebut menunjukkan adanya dugaan kandungan flavonoid pada senyawa sampel.
Setelah dilakukan uji pendahuluan, senyawa sampel diduga mengandung senyawa
kumarin dan flavonoid, sehingga dilakukan pengujian dengan KLT untuk mengetahui adanya
kandungan kumarin dan flavonoid dalam sampel tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan pada pengujian dengan KLT yaitu disiapkan tiga
lempeng KLT. Lempeng pertama digunakan untuk deteksi senyawa kumarin sedangkan
lempeng kedua dan ketiga digunkaan untuk deteksi senyawa flavonoid. Selanjutnya
dilakukan penotolan pembanding masing-masing sebanyak 2 totolan. Untuk deteksi senyawa
kumarin digunakan senyawa pembanding kumarin, sedangkan untuk deteksi flavonoid
digunakan senyawa pembanding rutin pada lempeng kedua dan senyawa pembanding

kuersetin pada lempeng ketiga. Kemudian masing-masing lempeng dimasukkan ke dalam


bejana yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan fase gerak yang sesuai. Tujuan penjenuhan
agar memberikan kondisi yang sama saat elusi berlangsung. Fase gerak yang digunakan
adalah campuran eter: toluen: asam asetat 10% dengan perbandingan 55:45:0,8 untuk
lempeng pertama dan fase gerak asam asetat 30% untuk lempeng kedua dan ketiga. Setelah
elusi selesai, lempeng diambil dan dikeringkan pada suhu ruangan agar saat diamati hasil
pengamatan tidak terganggu oleh fase gerak. Lalu lempeng diamati pada sinar tampak, UV
254 nm, dan UV 366 nm. Kemudian dihitung Rf (Retention faktor) dari masing masing
sampel.
Pada deteksi kumarin, diperoleh nilai Rf untuk senyawa sampel sebesar 0,4 dengan
warna bercak kuning, sedangkan untuk sanyawa pembanding tidak diperoleh nilai Rf. Pada
pengamatan dengan sinar UV 254 nm diperoleh harga Rf sebesar 0,4 dengan warna kuning
untuk senyawa sampel dan harga Rf sebesar 0,64 dengan warna biru muda untuk senyawa
pembanding yang sesuai dengan literatur (Sabine, 2009). Pada pengamatan dengan sinar UV
366 nm hanya diperoleh harga Rf untuk senyawa sampel yaitu sebesar 0,4 dan 0,82 dengan
warna kuning dan merah. Selanjutnya, lempeng disemprot dengan pereaksi KOH etanolik.
Hasil penyemprotan diamati pada sinar tampak dan UV 366 nm. Pada sinar tampak hanya
diperoleh harga Rf untuk senyawa sampel yaitu sebesar 0,4 dengan warna kuning. Sedangkan
pada sinar UV 366 nm diperoleh harga Rf senyawa pembanding yaitu 0,64 dengan warna
biru dan pada senyawa sampel diperoleh harga Rf sebesar 0,4 dan 0,74 dengan warna bercak
yaitu kuning dan merah. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan adanya berbedaan
antara nilai Rf bercak sampel dan bercak pembanding, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada sampel tidak terdapat kandungan senyawa kumarin. Terjadinya hasil positif pada uji
pendahuluan dapat dikarenakan uji tersebut kurang spesifik untuk suatu senyawa atau adanya
sedikit kandungan kumarin pada sampel tersebut .
Pada uji pendahuluan tabung, hasil uji flavonoid dihasilkan uji positif. Uji KLT untuk
flavonoid yang menggunakan pembanding rutin pada pengamatan sinar tampak hanya terlihat
bercak sampel dengan nilai Rf 0,36 berwarna kuning. Pada pengamatan UV 254 nm terdapat
bercak sampel dengan nilai Rf 0,3 yang berwarna kuning dan pengamatan di bawah UV 366
nm juga hanya terdapat bercak sampel berwarna kuning kehijauan dengan nilai Rf 0,34.
Karena tidak terlihat adamya bercak pembanding, belum dapat dipastikan kandungan yang
terdapat dalam sampel. Untuk memvisualisasi hasil elusi, dilakukan penyemprotan dengan
pereaksi sitroborat. Pada pengamatan sinar tampak, pembanding tetap tidak terlihat
bercaknya, hanya terlihat bercak sampel dengan nilai Rf 0,36 berwarna kuning. Saat diamati

di bawah sinar UV 366 nm juga tidak nampak bercak pembanding dan hanya terlihat bercak
sampel berwarna cokelat muda dengan nilai Rf 0,34. Dari hasil percobaan, tidak didapatkan
data yang lengkap sehinga tidak dapat dipastikan apakah senyawa flavonoid terdapat dalam
sampel.
Pada deteksi flavonoid menggunakan pembanding kuersetin, pengamatan dengan
sinar tampak sebelum disemprot terdapat bercak sampel dengan Rf 0,36 yang berwarna
kuning. Saat diamati dengan sinar UV 254 nm terdapat bercak sampel dengan Rf 0,3 yang
berwarna kuning. Saat diamati dengan sinar UV 366 nm terdapat bercak sampel dengan Rf
0,34 yang berwarna kuning kehijauan. Setelah lempeng KLT disemprot dengan pereaksi
sitroborat, pada pengamatan dengan sinar tampak terdapat bercak sampel dengan Rf 0,36
yang berwarna kuning. Saat diamati dengan sinar UV 366 nm terdapat bercak sampel dengan
Rf 0,34 yang berwarna kuning kecoklatan. Namun bercak pembanding tidak terlihat baik
pada pengamatan dengan sinar tampak, UV 254 nm, dan UV 366 nm sebelum disemprot
maupun pada pengamatan dengan sinar tampak dan UV 366 nm sesudah disemprot.
Sehingga tidak bisa dibandingkan nilai Rf antara sampel dan pembanding. Serta tidak dapat
dipastikan kandungan senyawa yang ada pada sampel.
Sampel dalam larutan ekstrak ternyata merupakan campuran dari kurkumin dan daun
teh hijau. Kesalahan hasil percobaan uji kumarin dapat disebabkan oleh kurang spesifiknya
uji yang dilakukan saat uji tabung, sehingga hasil uji bisa membuat hasil positif untuk lebih
dari satu senyawa. Kandungan senyawa dalam daun teh hijau diantaranya adalah polifenol
(katekin), kafein, tannin (flavonoid) (V.T., 2014). Sehingga hasil percobaan uji pendahuluan
(uji tabung) sesuai dengan teori. Namun untuk uji KLT belum dapat dibuktikan karena bercak
pembanding tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena kurangnya penotolan pembanding.

VI. Kesimpulan
1. Senyawa sampel tidak mengandung senyawa kumarin
2. Senyawa sampel mengandung senyawa flavonoid.

VII. Daftar Pustaka


Sabine Bladt and Veronika Rickl, 2009, Plant Drug Analysis. Thin Layer
Chromatography Atlas, Springer, New York.

Sastrohamidjojo, 1991, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta.


V.T., 2014,Green Tea and Weight Loss, V.T., North Clarendon.

Yogyakarta, 17 Mei 2015


praktikan
Anissa Primadani (09618)
Villa Noorlita M (09620)
Zulfi Azizah

(09621)

You might also like