Professional Documents
Culture Documents
PENCARIAN HUBUNGAN
SEBAB AKIBAT : STUDI OBSERVASIONAL
Pada bab 3 dan 4 kita telah mendeskripsikan dimensi yang menggambarkan
distribusi penyakit pada suatu populasi yang dikelompokkan berdasarkan orang,
tempat, dan waktu. Pertanyaan logisnya adalah :apa tujuan pokok dari usaha deskripsi
seperti ini ? selain berguna untuk perencanaan dan program pelayanan kesehatan,
data deskriptif memberikan langkah pertama untuk menentukan penyebab penyakit
dengan mengidentifikasi kelompok dengan angka penyakit yang tinggi dan rendah.
Ketika identifikasi ini telah dibuat, langkah berikutnya adalah berusaha untuk
menentukan kenapa angka itu tinggi atau rendah pada kelompok tertentu. Observasi
perbedaan kejadian penyakit diantara populasi akan mengarah pada rumusan
hipotesis yaitu dalil yang dapat diuji, yang kemudian dapat diterima atau dapat
ditolak melalui pencarian studi epidemiologi. Hasil studi analitik ini menghasilkan
gagasan untuk studi deskriptif tambahan sebagai hipotesis baru. Urutan kejadian ini
dapat digambarkan sebagai system berulang atau daur studi epidemiologis (Gambar
5-1).
Dalam penentuan etiologi, kemajuan umumnya berasal dari studi hubungan
suatu factor dan penyakit dalam kelompok untuk mempelajari hubungannya dengan
individu. Sebagai contoh, pada dasar perbandingan internasional angka kematian
akibat kanker paru-paru, pemakaian tembakau di beberapa negara mungkin dipelajari
dalam hubungannya dengan angka kematian akibat kanker paru-paru. Jika hubungan
ini telah ditemukan untuk suatu kelompok populasi, langkah selanjutnya adalah
mempelajari kebiasaan merokok individu pada Negara yang memiliki angka kematian
tinggi. Langkah ini akan menunjukkan apakah perokok atau bukan perokok di Negara
itu yang memberikan kontribusi pada angka kematian akibat kanker paru yang tinggi.
82
3. studi analitik
untuk menguji hipotesis
.... eksperimental ... pada skala besar lebih dari 300.000 orang pada
kedua jenis kelamin, pada setiap umur dan pekerjaan, dan pada setiap tingkat dan
stasiun ; dari yang baik sampai buruk, dibagi dalam dua kelompok tanpa pilihan,
pada kebanyakan kasus , tanpa pengetahuan mereka ;salah satu kelompok disuplai
dengan air dengan air yang mengandung kotoran yang berasal dari London dan
diantaranya mungkin berasal dari pasien kolera ; kelompok lainnya memiliki air yang
cukup bersih dari kotoran.
Untuk merubah eksperimen bear ini pada suatu perhitungan, semua yang
diminta untuk mempelajari suplai air pada setiap rumah individu dimana serangan
fatal kolera dapat terjadi.
Penyelidikan Snow berikutnya yang memperlihatkan perbedaan delapan kali
angka kematian untuk rumah tangga yang disuplai oleh dua perusahaan (Tabel 5-1)
memberikan kejadian yang jelas hubungan antara angka kematian akibat kolera
dengan sumber air minum yang mensuplai rumah tangga.
Eksperimen alami lain dilakukan pada bom atom Jepang pada Perang Dunia
II. Adalah memungkinkan untuk mengobservasi bagian yang bertahan yang
diklasifikasikan berdasarkan dosis radiasi yang mereka terima. Efek radiasi mengikuti
jejak paparan ini meliputi peningkatan kejadian leukemia dan kanker tiroid. Sama
halnya dengan lingkaran kepala yang kecil yang berhubungan dengan lambatnya
pertumbuhan mental bagi yang terpapar dalam kandungan (Brill, 1962 ; Miller,
1969).
Tabel 5-1 Kematian akibat Kolera oleh Perusahaan Penedia Air Minum ke
Rumah Tangga
Perusahaan Air Minum
Southwark dan Vauxhall
Lambeth
Rest London
Jumlah Rumah
Tangga
40.046
26.107
256.423
Kematian akibat
kolera
1263
98
1422
Kematian setiap
10.000 rumah
315
37
59
85
KONSEP
KAUSALITAS
DAN
LANGKAH
DALAM
PENENTUAN
sebagai hubungan
dipertimbangkan. Bagaimana
kemudian kita memutuskan jika sebuah faktor merupakan sebab suatu penyakit ?
Rantai logika apa yang dapat kita ikuti untuk menentukan apakah suatu paparan
tertentu berhubungan dengan penyakit tertentu sebenar-benarnya ?
Mari kita katakan, sebagai contoh, setiap tahun bagian tertentu suatu populasi
umum berkembang penyakit tertentu. Jika tidak terdapat perbedaan resiko untuk
subkelompok pada suatu populasi seseorang akan menduga bahwa secara esensial
bagian yang sama untuk setiap subkelompok akan berkembang penyakit pada periode
waktu tertentu. Bagaimanapun, jika proporsi yang lebih besar terhadap subkelompok
kerja di suatu penyakit pada studi observasional, seseorang tidak dapat
menyimpulkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara beberapa faktor di sub
kelompok tersebut dengan penyakit. Beberapa pertanyaan harus dipertimbangkan dan
dijawab terlebih dahulu.
Pertanyaan yang pertama diajukan adalah perbedaan antara kelompok pada
frekuensi penyakit apakah secara statistik signifikan. Jika tidak, masalah
akan
disajikan atau diteruskan kemudian melalui studi terhadap sampel yang lebih besar.
Jika perbedaannya signifikan, maka terdapat hubungan statistik
Hubungan ini
mungkin positif atau negatif. Hubungan ini positif jika proporsi individu dengan
86
faktor dan penyakit lebih tinggi dibanding yang diharapkan, negatif jika proporsinya
lebih rendah.
Pertanyaan lainnya adalah apakah subgroup dengan angka penyakit tinggi
(atau rendah) memiliki berapa karakteristik (seperti distribusi umur, tempat tinggal
kota vs desa, dst) dibandingkan dengan subgrup yang telah diselidiki yang mungkin
mempengaruhi angka ini. Jika ada bukit kekacauan seperti ini pada sistem,
prosedur analitik dapat dilakukan untuk menentukan pengaruh faktor-faktor ini dan
untuk menetralisirnya. Tentu saja seseorang tidak bisa memastikan semua variabel
yang relevan telah dipertimbangkan, hanya saja penilaian ini menjadi penting
berdasarkan pengetahuan yang ada.
Mari kita asumsikan bahwa hubungan statistik antara faktor dan penyakit
telah ditunjukkan pada kelompok yang sama atau untuk yang perbedaannya telah
dihilangkan dengan penyesuaian. Hubungan ini dapat dibagi menjadi tiga tipe (1)
buatan (atau palsu) (2) tidak langsung (3) sebab akibat).
Hubungan Buatan (palsu)
Sebagaimana namanya, hubungan buatan adalah hubungan yang salah atau
fiktif yang dapat berkaitan dengan kejadian yang mungkin atau pada beberapa bias
metode studi. Salah satu implikasi keputusan teori berdasarkan konsep probabilitas
adalah bahwa dalam proporsi percobaan tertentu hasilnya akan dinyatakan signifikan
secara statistik meskipun hasilnya berasal dari fluktuasi acak (sehingga disebut
kesalahan Tipe I). Agar tidak terjadi kesalahan dalam penerimaan prematur, seseorang
harus berusaha untuk memperkuat hasil positif dengan penggantian. Seseorang dapat
menduga bahwa hubungan itu palsu jika tidak memenuhi ketetapan tersebut.
Seperti yang telah diindikasikan, bias juga dapat terjadi memberikan
peningkatan hubungan buatan memuat metode yang digunakan untuk melakukan
studi atau pemilihan grup studi. Pertama contoh bias meningkat dari kecacatan pada
metode yang diberikan. Mari kita asumsikan suatu studi dilakukan untuk menguji
apakah penyakit tertentu (X) berhubungan dengan pemakaian alkohol. Jika seorang
87
pewancara mengetahui dia berhubungan dengan suatu kasus (yaitu seseorang dengan
penyakit
X)atau
dengan
kontrol
dan
jika
mempercayai
hipotesis
yang
89
gula
dibandingkan dengan yang masih merokok dan eks perokok dan selanjutnya perokok
berat cenderung menggunakan gula lebih banyak dibanding perokok ringan.
Hubungan seri variabel ini pada penyakit jantung artheseterotik kemudian diuji pada
dua seri pasien dari Rumah Sakit Middlesex Pusat di London. Pada kedua seri in,
pasien dengan jumlah penyakit yang berbeda ditanyai tentang kebiasaan merokok
mereka dan konsumsi gula seperti terlihat pada Tabel 5-3.
Pada kedua kumpulan proporsi dengan infarksi miokardial lebih tinggi pada
perokok dibanding bukan perokok pada setiap tingkat konsumsi gula ; dalam kategori
merokok tidak ada peningkatan pada proporsi pasien dengan infarksi miokardial
sebagaimana peningkatan konsumsi gula. Data ini , bersama dengan informasi bahwa
perokok lebih banyak menggunakan gula dibandingkan bukan perokok memberikan
hasil bahwa hubungan antara konsumsi sukrosa dan infarksi miokardial ditemukan
90
awalnya oleh Yudkin adalah tidak langsung dan berkaitan dengan hubungan
independen setiap variabel dengan yang ketiga : merokok. Hubungan antara merokok
dengan penyakit jantung koroner juga ditemukan pada studi lain.
Tabel 5-2. Pemakaian Gula Subjek dengan Infarksi Miokardial dan Penyakit
Arterial dan Subjek Kontrol, Pria Berusia 45-65 tahun.
Kelompok
Jumlah
Infarksi
Miokardial
Penyakit Arterial
Kontrol
20
25
25
Usia Pria
dalam tahun
56,4
56,5
56,0
132
141
77
113
128
56
Tabel 5-3. Hubungan antara Status Merokok, pemakaian Gula, dan Diagnosis Infarksi
Miokardial pada Dua Series Pasien Di Rumah Sakit.
Persentase dengan Infarksi Miokardial Berdasar
Banyaknya Gula Yang Terdapat Pada Minuman
Panas Per Hari
Kurang dari 9
9-12 Sendok
13 atau lebih
Merokok
Tidak merokok
atau eks perokok
Masih Merokok
sendok teh
9
teh
10
sendok teh
0
14
17
Tidak merokok
atau eks perokok
Masih Merokok
18
23
13
38
37
43
Kategori
Series I
Series II
91
sebab dengan mengatakan bahwa dua variabel berhubungan sebab akibat jika
perubahan pada satu variabel diikuti perubahan pada variabel yang lainnya.
Kumpulan aturan yang dikenal sebagai postulat Koch mewakili suatu usaha
untuk mengembangkan kriteria untuk menetapkan hubungan sebab akibat untuk satu
kelas agen, mikroorganisme. Aturan ini, diadopsi oleh Susan (1973), mensyaratkan
bahwa kondisi berikut dipenuhi sebelum suatu organisme diterima sebagai agen
penyakit.
. Pertama, organisme selalu ditemukan pada penyakit, cocok dengan luka dan
tingkat klinis yang diobservasi; kedua, organisme tidak ditemukan pada penyakit lain;
ketiga, terisolasi dari seseorang yang memiliki [penyakit dan menyebar selama
beberapa generasi, menghasilkan penyakit (pada hewan eksperimen yang rentan).
. Meskipun penyakit menular tidak dapat berpindah pada hewan, kehadiran
regular dan eksklusif organisme membuktikan hubungan sebab akibat.
Untuk itu, jika dalil kedua pertama terpenuhi, hubungan sebab akibat telah
ditunjukkan.
Atas inspeksi tertutup dalil kurang membantu dari yang diharapkan. Meskipun
ketiga dalil tersebut terpenuhi, studi pada hewan menunjukkan hanya kejadian tidak
langsung dimana organisme dapat masuk dan , studi pada hewan menunjukkan hanya
kejadian tidak langsung dimana organisme dapat masuk dan kembang pada host
manusia. Lebih lanjut, adanya infeksi yang tak terlihat bertentangan dengan
hubungan satu satu antara kehadiran organisme dan eksistensi penyakit.
Tanpa kondisi buatan eksperimen yang dikontrol dengan ketat, adalah tidak
mudah untuk menentukan bahwa terdapat hubungan sebab akibat. Pada kehidupan
nyata beberapa hubungan tertutupi oleh jumlah variabel faktor pengacau yang besar
karena keputusan tentang kausalitas
capaiannya jauh,
kausalitas diperlukan.
92
93
Faktor 3
Faktor 1
+
Faktor 2
+
Faktor 3
Reaksi pada
tingkat sel
Penyakit 1
95
Tabel 5-4. Rasio Kematian akibat Kanker Paru untuk Perokok dengan Jumlah
Rokok ditinjau dari Tiga Studi Perspektif
Studi
Jenis subjek
Doll dan
Hill(1956)
Dokter Inggris
Jumlah subjek
34.000
Rentang usia
35-75
keatas
120
Bulan pengamatan
dan
Hammond dan
Dorn (1958)
Horn (1958)
Pria
Amerika Veteran Amerika
Serikat, 9 negara Serikat
bagian
188.000
248.000
75 50-60
30-75
keatas
78
44
dan
75
Rasio kematian
Bukan perokok
Perokok (rokok per
hari)
Kurang dari 10
10-20
21-39
40 keatas
1,0
1,0
1,0
4,4
10,8
43,7
5,8
7,3
15,9
21,7
5,2
9,4
18,1
23,3
Adalah benar bahwa rasio mortalitas tinggi pada studi Doll dan Hill
dibandingkan studi yang dilakukan di Amerika Serikat. Hal ini dapat dijelaskan
dengan penambahan faktor pada jumlah rokok yang dihisap polusi udara yang
besar atau perbedaan pada kebiasaan merokok, seperti usia mulai merokok, atau
perbedaan proporsi perokok yang menggunakan rokok filter atau yang menghisap.
Diketahui bahwa orang Inggris cenderung merokok sampai potongan kecil.
HUBUNGAN KOREKSI SEMENTARA. Kriteria ini dipenuhi dengan
mengetahui fakta tentang rokok. Kanker paru cenderung berkembang pada usia
lanjut, lama setelah permulaan merokok. Hal ini sesuai dengan pengetahuan,
karakteristik periode laten panjang karsinogen.
96
Tipe bukti sementara lain ditemukan pada studi Hammond dan Horn (Tabel 55). Untuk perokok ringan dan berat (kurang dan lebih dari satu pak per hari) angka
kematian akibat kanker paru menurun dengan peningkatan waktu tidak merokok.
Tabel 5-5 Angka Kematian akibat kanker Paru diantara Perokok dan Bekas
Perokok dengan Panjang Waktu Sejak Bberhenti Merokok dan
dengan Konsumsi Terbanyak
Angka kematian standar umur per 100.000
Kurang dari satu
Satu atau lebih
bungkus per hari
bungkus per hari
Masih merokok pada tahun 1952
57,6
157,1
Berhenti merokok kurang dari
56,1
198,0
setahun
Berhenti merokok 1-10 tahun
35,5
77,6
Berhenti merokok 10 atau lebih tahun
8,3
KEKHUSUSAN HUBUNGAN kebanyakan kontroversi pada hipotesis
rokok-kanker terpusat disekitar kriteria ini. Seorang ahli statistik, Berkson (1958),
mengemukakan rentang luas suatu penyakit (Tabel 5-6) yang diklaim berhubungan
dengan merokok sebagai bukti yang melawan peran penyebab merokok pada kanker
paru.
Sebenarnya argumen ini tidak dapat dipertahankan. Adalah benar bahwa
merokok berhubungan dengan banyak penyakit selain kanker paru. Hal ini tidak
mengejutkan karena asap tembakau adalah bahan yang kompleks yang tidak hanya
mengandung benzipirena dan bahan lain yang dikenal sebagai karsinogen tapi juga
nikotin, partikel, karbon monoksida, dan kandungan lainnya. Komponen yang
berbeda ini mungkin diharapkan berhubungan secara independen dengan keadaan
penyakit yang berbeda. Lebih dari itu, ada kekhususan pada kuatnya hubungan ini,
seperti terlihat pada Tabel 5-6. untuk kanker paru, perbedaan angka kematian perokok
dan bukan perokok sangat jauh yang ditemukan pada kondisi lain. Rasio kanker paru
sekitar 10 terhadap 1 dimana pada penyakit jantung koroner 1,7 per 1.
97
Tabel 5-6 Kematian yang Diharapkan dan yang Diobservasi Perokok yang
Dibandingkan dengan Bukan Perokok, dengan Rasio Kematian;
Kombinasi Tujuh Studi Perspektif, Untuk Kasus Kematian
Terpilih
Penyebab kematian
Kematian yang
Kematian yang Rasio kematian
diharapkan (E)
diobservasi (O)
(O/E)
Kanker paru
170,3
1,833
10,8
Bronchitis
dan 89,5
546
6,1
empisema
Kanker laring
14,0
75
5,4
Kanker esopagus
37,0
152
4,1
Borok perut dan usus
105,1
294
2,8
Kanker kantung kemih
Penyakit arteri jantung 111,6
216
1,9
Arteriosclerosis
Kanker rektum
6430,7
11,177
1,7
Semua
penyebab
penyakit
210,7
310
1,5
207,8
213
1,0
15.653,9
23,223
1,7
98
karsinogen kontak dengan jaringan. Kemudian tren sementara kanker paru konsisten
dengan apa yang diketahui konsumsi rokok pada populasi. Peningkatan penggunaan
rokok yang didahului oleh peningkatan angka kematian akibat kanker paru selama 30
tahun. Perbedaan trend angka kematian akibat kanker paru pria dan wanita juga
sesuai dengan adopsi terbaru aktivitas merokok wanita. Angka kematian meningkat
pertama pada pria, tapi sekarang meningkat relatif lebih cepat pada wanita, seperti
terlihat pada bagian atas gambar 5-5.
Terakhir, ada hubungan dalam hal kejadian anatomi perubahan jaringan. Pada
studi auotopsi Aurbach (1961) perubahan epithelial yang diidentifikasi pada jaringan
tracheobronchial perokok ; perubahan ini memberikan perluasan yang kurang pada
bukan perokok. Series eks perokok (Auerbach, 1962) menunjukkan perubahan
epithelial secara luas pada perokok dan bukan perokok.
Bukti anatomik meliputi induksi tumor paru hal yang sama
pada manusia
pada anjing begel yang dilatih untuk menghisap melalui tabung tracheostomy dan
pada hamster dan tikus.
Sebagai rangkuman, hubungan antara merokok dan kanker paru secara
esensial memenuhi semu kriteria yang disyaratkan untuk menilai hubungan ini.
Meskipun demikian, kita juga menanyakan jika hipotesis alternatif dapat diminta
untuk menjelaskan penemuan ini. Kita dapat mengesampingkan hubungan palsu
berdasarkan bukit konsisten yang massif dan umum. Hubungan ini tidak terlihat
dibuat. Bagaimanapun, dapatkah
apakah ada faktor umum yang mendasari asap rokok dan kanker paru yang mungkin
memberikan hasil seperti yang terlihat? Hipotesis berlawanan telah diadopsi untuk
posisi ini. Mereka telah meletakkan perbedaan konstitusional antara perokok dan
bukan perokok untuk menjelaskan efek asap rokok yang muncul ini (Fisher , 1958 ;
Selzter, 1968).
Sebagaimana yang telah kita jelaskan sebelumnya, cara untuk menerangkan
permasalahan ini adalah dengan meletakkan efek merokok pada tes eksperimental
manusia. Karena ini tidak mungkin kita tidak membuktikan hipotesis institusional.
99
Tetapi, kita menimbang bukti akibat rokok terlalu massif dan kebanyakan ahli
menemukan hal ini persuasif secara total. Pada laporan mereka (1964) Komite
General Surgeon menyimpulkan bahwa :
. Asap rokok berhubungan sebab akibat dengan kanker paru pada pria ;
perbesaran efek ini asap rokok jauh melampaui faktor lain. Data untuk wanita,
meskipun lebih sedikit , memberikan hasil yang sama.
Seperti yang telah kita jelaskan , angka kanker paru pada wanita sekarang lebih cepat
meningkat dibandingkan dengan waktu pertama kali dilaporkan.
Hal ini membawa kita pada titik kritis. Kapan seorang memutuskan bahwa
hubungan sebab akibat telah ditetapkan? Hal ini tidak mungkin bahwa kita akan
pernah memiliki eksperimen yang membuktikan bahwa asap rokok adalah faktor
penyebab kanker paru pada manusia. Meskipun demikian, petugas kesehatan harus
membuat keputusan praktis berdasarkan penerimaan atau penolakan hipotesis rokok.
Tidak ada aturan umum yang dapat membimbing keputusan seperti ini ; sehingga
mereka harus berdasar pada tinjauan ulang keseluruhan bukti berkaitan dengan
kriteria yang telah digariskan.
Setiap faktor yang telah di teliti dengan cermat
berhubungan sebagai
penghargaan untuk mengabaikan pengetahuan yang kita miliki, atau untuk menunda
kerja yang muncul untuk diberikan pada waktu tertentu.
RANGKUMAN
Epidemiologi deskriptif yang diberikan pada permulaan bab membawa kita
pada tujuan pokok epidemiologi, pencarian penyebab (determinan) penyakit adalah
kunci untuk mengidentifikasi tindakan pencegahan yang efektif. Meskipun studi
eksperimental dapat memberikan bukti nyata penyebab penyakit, tapi sangat jarang
dilakukan pada manusia. Untuk itu, kita biasanya melakukan studi observasional
untuk membuktikan hubungan sebab akibat.
Konsep kausalitas dan langkah untuk menetapkan hubungan sebab akibat dari
stud observasional telah digariskan. Lima kriteria telah diberikan untuk menilai bukti
untuk hubungan sebab akibat : kuatnya hubungan, konsistensi, hubungan sementara,
kekhususan dan berhubungan dengan pengetahuan yang ada. Kriteria ini telah
diilustrasikan dengan aplikasi pada hipotesis hubungan antara asap rokok dengan
kanker paru.
Tapi sayangnya pemberitaan yang meluas tentang informasi hubungan antara
asap rokok dan kanker paru, dan penyakit lain, hanya mengurangi sedikit tingkat
orang merokok. Asap rokok hanya memberikan ilustrasi perbedaan yang tajam yang
dapat terjadi antara perkembangan pengetahuan dan aplikasinya dalam pencegahan
penyakit.
101